Muhammad Syahrir
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Tompotika Luwuk

Published : 16 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 6 Documents
Search
Journal : Buletin Kesehatan MAHASISWA

Identifikasi Penggunaan Pengawet Formalin pada Tahu di Kota Luwuk Kabupaten Banggai: Identification of the use of Formaldehyde Preservatives in Tofu in Luwuk City Banggai Regency Elvarina Dianomo Elvarina; Muhammad Syahrir; Sandy N. Sakati
Buletin Kesehatan MAHASISWA Vol. 1 No. 1 (2022): Buletin Kesehatan MAHASISWA
Publisher : Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Tompotika Luwuk Banggai

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (323.59 KB)

Abstract

Tahu merupakan salah satu bahan pangan yang sering dikonsumsi dan populer di masyarakat Indonesia, begitu juga di Kota Luwuk Kabupaten Banggai, tahu sangat populer dan sering dikonsumsi oleh masyarakat., Pembuatan tahu saat ini masih banyak yang menggunakan bahan kimia tambahan formalin untuk mengawetkan tahu.,, Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 033 Tahun 2012 Tentang Bahan Tambahan Pangan tidak mengizinkan formalin sebagai bahan tambahan makanan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi kandungan formalin pada tahu di Kota Luwuk Kabupaten Banggai.,Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif serta teknik pengambilan sampel yaitu menggunakan uji organoleptik dan dilakukan random sampling (sampel secara acak) dengan teknik cluster random sampling., Sampel dalam penelitian ini yaitu sebanyak 8 sampel yang diambil dari produksi tahu, warung, pedagang keliling, dan pedagang di Pasar Simpong.,Hasil penelitian menunjukan bahwa tahu di Kota Luwuk Kabupaten Banggai dikategorikan tidak baik berdasarkan karakteristik fisik tahu yaitu semuanya mengkilat, keras dan kenyal. Jumlah kadar formalin pada produsen tahu 1 sebesar >> mg/l, produsen tahu 2 sebesar 1,1 mg/l, warung 1 sebesar 1,2 mg/l, warung 2 sebesar 0,8 mg/l, pedagang keliling 1 sebesar 0,9 mg/l, pedagang keliling 2 sebesar 2,1 mg/l, Pasar Simpong pedagang 1 sebesar 1,5 mg/l, Pasar Simpong pedagang 2 sebesar 0,6 mg/l. Dari 8 sampel tersebut telah melebihi nilai ambang batas 0 mg/l. Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 033 Tahun 2012 Tentang Bahan Tambahan Pangan, semua sampel mengandung formalin atau tidak memenuhi syarat., Bagi pihak Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) dan Dinas Kesehatan Kabupaten Banggai untuk melakukan pengujian berkala, pembinaan, serta rutin melakukan pemeriksaan berkala terhadap para pedagang makanan agar tidak menggunakan pengawet formalin untuk pengawet makanan mengingat akan bahaya kesehatan masyarakat. Tofu is one of the foodstuffs that are often consumed and popular in Indonesian society, as well as in Luwuk City, Banggai Regency, tofu is very popular and often consumed by the public. Currently, many people still use the chemical additive formaldehyde to preserve tofu., , Regulation of the Minister of Health of the Republic of Indonesia Number 033 of 2012 concerning Food Additives does not allow formalin as a food additive. The purpose of this study was to identify the content of formalin in tofu in Luwuk City, Banggai Regency. The type of research used was descriptive research and the sampling technique was using organoleptic test and random sampling (random sample) with cluster random sampling technique., Sample in this study, as many as 8 samples were taken from tofu production, stalls, traveling traders, and traders at Simpong Market. the amount of formalin content is tofu 1 production of >> mg/l, tofu production 2 of 1.1 mg/l, stall 1 of 1.2 mg/l, stall 2 of 0.8 mg/l, traveling merchant 1 of 0 ,9 mg/l, traveling trader 2 of 2.1 mg/l, Simpong Market trader 1 of 1.5 mg/l, Pasar Simpong trader 2 of 0.6 mg/l, of the 8 samples it has exceeded the threshold value of 0 mg/l based on the Regulation of the Minister of Health of the Republic of Indonesia Number 033 of 2012 concerning Food Additives all contain formalin or do not meet the requirements. Research advice for the Food and Drug Monitoring Agency (BPOM) and the Banggai Regency Health Office to conduct testing periodically and coaching as well as routinely conducting periodic checks on food traders so that formalin preservatives are not used for food preservatives considering the dangers of public health.
Perilaku Pencegahan Penularan TB Paru Oleh Kontak Serumah Wilayah Kerja Puskesmas Kampung Baru: Prevention of Pulmonary TB Transmission Behavior by household Contacts in the Working Area of the Kampung Baru Health Center Caca Sudarsa; Liwirnayanti Karaudja; Muhammad Syahrir; Dwi Wahyu Balebu
Buletin Kesehatan MAHASISWA Vol. 1 No. 2 (2023): Buletin Kesehatan MAHASISWA
Publisher : Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Tompotika Luwuk Banggai

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (770.954 KB) | DOI: 10.51888/jpmeo.v1i2.153

Abstract

Tubercolosis paru merupakan penyakit yang menyerang paru-paru manusia yang disebabkan adanya infeksi Mycobacterium tubercolosis yang dapat melemahkan sistem imun tubuh. TB paru di tularkan melalui droplet di udara sehingga seorang penderita TB merupakan sumber penyebab penularan TB pada populasi disekitarnya. TB juga ditularkan melalui udara yaitu percikan ludah, bersin dan batuk. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran tentang bagaimana Perilaku Pencegahan Penularan TB Paru Oleh Kontak Serumah di Wilayah Puskesmas Kampung Baru tahun 2020. Jenis penelitian ini adalah deskriptif. Populasi dalam penelitian ini adalah keseluruhan kontak serumah sebanyak 66 penderita yang tercatat di wilayah kerja Puskesmas Kampung Baru Januari sampai dengan Juli 2020. Data diolah menggunakan tabel distribusi frekuensi untuk setiap variabel yang diteliti dan disajikan dalam bentuk tabel dan narasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kebiasaan menjemur alat tidur dengan kriteria tidak baik sebanyak (61%) dan kriteria baik sebanyak (39%), kebiasaan membuka jendela rumah setiap pagi dengan kriteria baik sebanyak (79%) dan kriteria tidak baik sebanyak (21%), kebiasaan mencuci pakaian di air mengalir dengan kriteria baik sebanyak (73%) dan kriteria tidak baik (27%), kebiasaan tidak tidur sekamar dengan penderita dengan kriteria berisiko sebanyak (71%) dan kriteria tidak berisiko sebanyak (29%). Berdasarkan hasil penelitian tentang perilaku pencegahan penularan TB paru oleh kontak serumah di wilayah kerja Puskesmas Kampung Baru dapat di simpulkan bahwa Perilaku Menjemur Alat Tidur masih tidak baik, Perilaku Membuka Jendela Rumah sudah baik, Perilaku Mencuci Pakaian Hingga Bersih di Air Mengalir sudah baik dan Perilaku Tidak Tidur Sekamar dengan Penderita sudah baik. Perlunya kerja sama dan intervensi dari petugas kesehatan terhadap penderita dan anggota keluarga agar selalu menerapkan perilaku pencegahan penularan TB Paru. Pulmonary tuberculosis is a disease that attacks the human lungs caused by Mycobacterium tuberculosis infection which can weaken the body's immune system. Pulmonary TB is transmitted through airborne droplets so that a TB patient is a source of TB transmission to the surrounding population. TB is also transmitted through the air, namely splashing saliva, sneezing and coughing. This study aims to find out an overview of how the Behavior of Prevention of Pulmonary TB Transmission by Household Contacts in the Kampung Baru Health Center Area in 2020. This type of research is descriptive. The population in this study were all household contacts of 66 patients recorded in the working area of the Kampung Baru Health Center from January to July 2020. The data was processed using a frequency distribution table for each variable studied and presented in table and narrative form. The results showed that the habit of drying bed linen with bad criteria (61%) and good criteria (39%), the habit of opening the windows every morning with good criteria (79%) and bad criteria (21%), the habit of washing clothes in running water with good criteria (73%) and bad criteria (27%), the habit of not sleeping in the same room with sufferers with risk criteria is (71%) and the criteria are not at risk (29%). Based on the results of research on the behavior of preventing the transmission of pulmonary TB by household contacts in the working area of the Kampung Baru Health Center, it can be concluded that th e behavior of drying sleeping equipment is still not good, the behavior of opening the windows of the house is good, the behavior of washing clothes until they are clean in running water is good and the behavior is not Sleeping in a room with sufferers is good. The need for cooperation and intervention from health workers for sufferers and family members so that they always apply behavior to prevent pulmonary TB transmission.
Pola Pemberian Makanan Pendamping ASI pada Anak Usia Bawah Dua Tahun Gizi Kurang di wilayah kerja Puskesmas Saiti: Pattern of Complementary Feeding for Breastfeeding to Children Under Two Years of Malnutrition in the work area of the Saiti Health Center Rizka Abdussama; Ramli ramli; Yustiyanti Monoarfa; Muhammad Syahrir
Buletin Kesehatan MAHASISWA Vol. 1 No. 2 (2023): Buletin Kesehatan MAHASISWA
Publisher : Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Tompotika Luwuk Banggai

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (730.344 KB) | DOI: 10.51888/jpmeo.v1i2.158

Abstract

Masalah gizi kurang dan gizi buruk pada anak balita masih menjadi masalah gizi utama yang perlu mendapat perhatian.Secara langsung masalah gizi disebabkan oleh asupan yang kurang dan tingginya penyakit infeksi. Gizi merupakan kebutuhan yang sangat penting dalam proses pertumbuhan dan perkembangan bayi dan anak. Pemberian makan yang baik sejak lahir hingga usia dua tahun adalah salah satu upaya mendasar untuk menjamin pencapaian kualitas tumbuh kembang sekaligus memenuhi hak. Berdasarkan profil Dinas Kesehatan Kabupaten Banggai Tahun 2020 penderita gizi kurang sebanyak 8,3%. Berdasarkan data di Puskesmas Saiti terjadi peningkatan kasus gizi kurang pada tahun 2020 ke 2021 yaitu dari 11,18% menjadi 17,20%. Jenis Penelitian yang dilakukan adalah survey deskriptif yang bertujuan untuk melihat Pola Pemberian Makanan Pendamping ASI pada Anak Usia Bawah Dua Tahun Gizi Kurang di Wilayah Kerja Puskesmas Saiti. Pop ulasi dalam penelitian ini adalah seluruh bayi usia dua tahun gizi kurang pada tahun 2022 yang berjumlah 32. Penyajian data dilakukan setalah data diolah dan dianalisis kemudian disajikan dalam bentuk distribusi frekuensi disertai narasi untuk menarik kesimpulan. Hasil Penelitian Pola Pemberian Makanan Pendamping ASI pada Anak Usia Bawah Dua Tahun Gizi Kurang di Wilayah Kerja Puskesmas Saiti yaitu, sebanyak 24 (75%) baduta diberikan MP – ASI Lokal, sedangkan 8 (25%) baduta diberikan MP – ASI Pabrikan. Sebanyak 32 (100%) baduta diberikan Makanan Lumat Pada Usia 6 – 8 Bulan. Sebanyak 32 (100%) baduta diberikan Makanan Lunak pada Usia 9 – 12 Bulan. Sebanyak 32 (100%) baduta diberikan Makanan Padat pada Usia 13 – 24 Bulan. Sebanyak 30 (93,8%) baduta diberikan MP – ASI pada usia 6 – 8 Bulan sebanyak 2 – 3 kali sehari. Sedangkan, 9 – 12 bulan sebanyak 3 – 4 kali sehari 28 (87,5%) baduta. Dan 13 – 24 Bulan 3 – 4 kali sehari terdapat 27 (84,4%) baduta. Sebanyak 32 (100%) baduta diberikan MP – ASI dengan Hygiene yang baik dan, tepat waktu. Sebanyak 16 (50%) baduta diberikan MP ASI Lokal. Dan sebanyak 9 (28,1) baduta diberikan MP – ASI Lokal yaitu Bubur dicampur dengan dan daging. Dan sebanyak 7 (21,9%) baduta diberikan MP – ASI Pabrikan. Saran perlunya dilakukan upaya pemberday aan masyarakat dalam penyiapan MP – ASI Lokal yang bervariasi dan memenuhi kebutuhan gizi baduta. The problem of undernutrition and malnutrition in children under five is still a major nutritional problem that needs attention. Nutritional problems are directly caused by inadequate intake and high levels of infectious diseases. Nutrition is a very important need in the process of growth and development of infants and children. Proper feeding from birth to the age of two is one of the fundamental efforts to ensure quality growth and development while simultaneously fulfilling rights. Based on the Banggai District Health Office profile in 2020, 8.3% of people with malnutrition were malnourished. Based on data at the Saiti Health Center, there has been an increase in cases of malnutrition in 2020 to 2021, from 11.18% to 17.20%. This type of research is a descriptive survey that aims to see the pattern of complementary feeding to children under two years of age with malnutrition in the working area of the Saiti Health Center. The population in this study were all 32-year-old undernourished infants in 2022. The data was presented after the data was processed and analyzed and then presented in the form of a frequency distribution accompanied by a narration to draw conclusions. The results of the study on the pattern of providing complementary feeding to children under two years of age with malnutrition in the working area of the Saiti Health Center were 24 (75%) under-fives were given MP-ASI Local, while 8 (25%) were given MP-ASI Manufacturers. A total of 32 (100%) baduta were given crushed food at the age of 6-8 months. A total of 32 (100%) Baduta were given Soft Food at the Age of 9 -12 Months. A total of 32 (100%) children were given solid food at the age of 13 -24 months. A total of 30 (93.8%) children under two were given MP - ASI at the age of 6 - 8 months as much as 2-3 times a day. Meanwhile, 9-12 months as many as 3-4 times a day 28 (87.5%) baduta. And 13 – 24 Months 3-4 times a day there are 27 (84.4%) baduta. A total of 32 (100%) children under two were given MP - ASI with good hygiene and on time. A total of 16 (50%) chil dren under two were given MP ASI Local. And as many as 9 (28.1) children under two were given MP - Local ASI, namely porridge mixed with meat and porridge. And as many as 7 (21.9%) children under two were given MP - ASI Manufacturer. Suggestions for the need for community empowerment efforts in the preparation of local MP - ASI that are varied and meet the nutritional needs of under-fives.
Gambaran Asupan Gizi Mikro pada Balita Stunting di Desa Kalumbatan Totikum Selatan Kabupaten Banggai Tahun 2022: The Description of Micro Nutrition Intake in Stunting Toddlers in Kalumbatan Village Totikum Selatan, Banggai Regency in 2022 Risky Ekaputri; Indrasari Basri; Marselina Sattu; Muhammad Syahrir; Mirawati Tongko; Fitrianty S. Lanyumba; I Wayan Suartika
Buletin Kesehatan MAHASISWA Vol. 1 No. 3 (2023): Buletin Kesehatan MAHASISWA
Publisher : Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Tompotika Luwuk Banggai

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51888/jpmeo.v1i3.179

Abstract

Stunting merupakan masalah kurang gizi kronis yang disebabkan oleh kurangnya asupan gizi dalam waktu yang cukup lama, sehingaga mengakibataka gangguan pertumbuhan pada anak yakni tinggi badan anak yang lebih rendah dari standar usianya. Berdasarkan data tertinggi yaitu dengan jumlah balita yang menderita stunting mencapai 42,60%. Tujuan dalam penelitian adalah untuk mengetahui apa saja asupan mikro pada balita stunting di Desa Kalumbatan Kec. Totikum Selatan. Jenis penelitian adalah survey deskriptif. Populasi dan sampel terdiri dari 59 balita stuting. Alat pengumpulan data yaitu menggunakan kuesioner food recal 24 jam. Metode analisis data menggunakan program SPSS dan nutrisurvey. Hasil penelitian dari 59 balita stunting menunjukkan bahwa asupan vitamin A, vitamin D, kalsium, dan iodium yang di konsumsi balita sebagian besar termasuk dalam kriteria kurang. Hal ini disebabkan karena masih rendah kualitas makan yang diberikan kepada balita, faktor lain yang dapat menyebabkan stunting adalah pendidikan ibu, pengatahuan, pendapatan, dan penyakit infeksi. Untuk itu perlu disarankan adanya perhatian orang tua khususnya ibu rumah tangga agar lebih memperhatikan kualitas makanan untuk menghindarin terjadinya masalah gizi pada anak. Stunting is a chronic malnutrition problem caused by a lack of nutritional intake for a long time, whose causing impaired growth in children where the children's height is lower than their age. Based on the highest data which is the number of toddlers suffering from stunting reached 42.60%. The purpose of this research was to find out what are the micro intakes of stunting toddlers in Kalumbatan Village, Totikum Selatan District. This type of research is a descriptive survey. The population and sample consisted of 59 stunting toddlers. The data collection tool is using a 24-hour food recal questionnaire. The data analyze methods is using the SPSS and Nutrisurvey programs. The results of this research is 59 stunting toddlers showed that the intake of vitamin A, vitamin D, calcium and iodine consumed by the toddlers was mostly included in the deficient criteria. This is caused by the low quality of food given to the toddlers, other factors that can cause stunting are mother's education, knowledge, income, and infectious diseases. For this reason, it is necessary to suggest the attention of parents, especially mothers, to pay more attention to the quality of food to avoid nutritional problems in children.
Gambaran Diving Disorder (Penyakit Akibat Penyelaman) pada Nelayan Penyelam di Desa Okumel Kecamatan Liang, Kabupaten Banggai Kepulauan: Description of Diving Disorder (Illness Due to Diving) in Fishermen Divers in Okumel Village, Liang District, Banggai Islands Regency Siti Eka Putri; Muhammad Syahrir; Fitrianty S. Lanyumba; Ferdy Salamat
Buletin Kesehatan MAHASISWA Vol. 2 No. 1 (2023): Buletin Kesehatan MAHASISWA Volume 2 Nomor 1 September 2023
Publisher : Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Tompotika Luwuk Banggai

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51888/jpmeo.v2i1.197

Abstract

Diving disorder merupakan salah satu Penyakit Akibat Kerja (PAK) yang diakibatkan oleh rutinitas kerja dan lingkungan pekerjaan serta alat yang digunakan. Banyaknya gangguan kesehatan seperti keram pada anggota tubuh, sakit kepala, pusing, telinga berdenging, nyeri pada tulang dan persendian, nyeri pada bagian dada dan sesak napas, dan lain-lain serta penggunaan alat yang kurang memadai maka dilakukan penelitian tentang diving disorder. Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui gambaran diving disorder (penyakit akibat penyelaman) pada nelayan penyelam di Desa Okumel Kecamatan Liang Kabupaten Banggai Kepuluan. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif kuantitatif dengan jumlah sampel 54 responden. Instrumen pengumpulan data menggunakan kuisioner dan metode analisis data dilakukan dengan menggunakan aplikasi SPSS. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa di Desa Okumel terdapat 35 (64,8%) responden mengalami batorauma sinus, terdapat 14 (26%) responden yang mengalami barotrauma masker, terdapat 18 (33,3%) responden mengalami barotrauma paru-paru, terdapat 51 (94,4%) responden mengalami barotrauma rongga telinga. Selain itu, terdapat 22 (40,7%) responden mengalami keracunan pernapasan, serta terdapat 54 (100%) responden yang mengalami penyakit dekompresi. Saran dalam penelitian ini diharapkan nelayan penyelam melakukan ekualisasi dengan benar dan tidak naik ke permukaan air dengan cepat dan menahan napas, melakukan perawatan, kalibrasi kompresor, menggunakan filter dan oli nabati, dan mempelajari tabel dekompresi yang terstandar serta diharapkan pada petugas kesehatan dan instansi terkait agar dapat mengintervensi penyakit penyelaman dan memberikan edukasi tentang penyelaman yang aman. Selain itu diharapkan kepada pihak Puskesmas setempat dan Dinas Kesehatan agar memperhatikan kesehatan nelayan penyelam dan memberikan edukasi tentang penyelaman yang aman.  Diving disorder isone of the Occupational Diseases (OBD) caused by work routines and the work environment and tools used. The number of health problems such as cramps in the limbs, headaches, dizziness, ringing in the ears, pain in the bones and joints, pain in the chest and shortness of breath, etc. and the use of inadequate tools, so research was conducted on diving disorder. The purpose of this study was to determine the description of diving disorder (diving-induced disease) in fishermen divers in Okumel Village, Liang District, Banggai Kepuluan Regency. This study used descriptive quantitative research with a sample size of 54 respondents. The data collection instrument used a questionnaire and the data analysis method was carried out using the SPSS application. The results of this study indicate that in Okumel Village, 35 (64.8%) respondents experienced sinus barotrauma, 14 (26%) respondents experienced mask barotrauma, 18 (33.3%) respondents experienced lung barotrauma, 51 (94.4%) respondents experienced ear cavity barotrauma. In addition, 22 (40.7%) respondents experienced respiratory poisoning, and 54 (100%) respondents experienced decompression sickness. Suggestions in this study are expected that fishermen divers do equalization correctly and do not rise to the surface of the water quickly and hold their breath, carry out maintenance, calibrate compressors, use filters and vegetable oil, and learn standardized decompression tables and are expected to health workers and related agencies to be able to intervene in diving diseases and provide education about safe diving. In addition, it is hoped that the local health center and health department will pay attention to the health of fishermen divers and provide education about safe diving.  
Hubungan Karakteristik Pekerja terhadap Kepatuhan Melaksanakan Standar Keselamatan Prosedur Kerja pada TKBM di Pelabuhan Tangkiang: The Relationship of Worker Characteristics with Compliance in Implementing Safety Standards Work Procedures by Stevedoring Workers at Tangkiang Port Fatmi Mutia Aisya; Muhammad Syahrir; Marselina Sattu
Buletin Kesehatan MAHASISWA Vol. 2 No. 1 (2023): Buletin Kesehatan MAHASISWA Volume 2 Nomor 1 September 2023
Publisher : Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Tompotika Luwuk Banggai

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51888/jpmeo.v2i1.198

Abstract

Standar keselamatan prosedur kerja merupakan pengamanan sebagai tindakan keselamatan kerja. Standar keselamatan prosedur kerja dalam pekerjaan bongkar muat yang harus dipatuhi agar aman dan selamat terhindar dari kecelakaan kerja maupun penyakit akibat kerja, hal ini dicapai dengan melakukan pekerjaan sesuai prosedur kerja dengan memperhatikan aspek keselamatan kerja. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan usia, pendidikan, masa kerja dan pengetahuan K3 pekerja terhadap kepatuhan dalam melaksanakan standar keselamatan prosedur kerja. Jenis penelitian ini adalah analitik dengan pendekatan cross sectional. Penghitungan sampel pada penelitian ini menggunakan rumus Lameshow didapatkan sampel sebanyak 128 orang dari total populasi 192 orang tenaga kerja bongkar muat (TKBM). Teknik sampling menggunakan simple random sampling. Analisis data menggunakan chi square test dan uji alternatif fisher’s exact test. Pengolahan dan penyajian data menggunakan tabel distribusi frekuensi disertai narasi. Hasil penelitian: Usia merupakan faktor yang berhubungan dengan kepatuhan standar keselamatan prosedur kerja, hasil uji statistik diperoleh p=0,014 < 0,05; Pendidikan merupakan faktor yang berhubungan dengan kepatuhan standar keselamatan prosedur kerja, hasil uji statistik diperoleh p=0,004 < 0,05; Masa kerja merupakan faktor yang berhubungan dengan kepatuhan standar keselamatan prosedur kerja, hasil uji statistik diperoleh p=<0,001 < 0,05; Pengetahuan K3 bukan merupakan faktor yang berhubungan dengan kepatuhan standar keselamatan prosedur kerja, hasil uji statistik diperoleh p=0,106 > 0,05. Dalam hirarki pengendalian risiko K3 permasalahan yang ada dapat diselesaikan dengan subtitusi alat berupa penambahan tangga atau man lifting crane, selain itu pelatihan pada TKBM terkait keselamatan dan kesehatan kerja (K3) perlu dilakukan yang diharapkan dapat mengubah pandangan pekerja terkait K3. Safety standards for work procedures is a safeguards to create safety work. Safety standards for work procedures in stevedoring work must be obeyed in order to be safe, safe from work accidents and occupational diseases, which can be achieved by carrying out work according to work procedures by paying attention to work safety aspect. The purpose of this study is to determine the relationship between worker characteristics (include: age, education, working period and occupational safety and health (OSH) knowledge of workers) with compliance in implementing safety standards for work procedures. This type of research is analytical with a cross sectional approach. The sample calculation in this study using the Lameshow formula obtained 128 people from total population of 192 stevedoring workers (TKBM). The sampling technique using simple random sampling. Data analysis using chi square test and fisher's exact test as alternative test. Processing and presenting data using frequency distribution tables with the explanation. The results of the study:  Age is one of the  factors that related to compliance in implementing work procedure safety standards, statistical test results obtained p = 0.014 < 0.05, education is one of the factors that related to compliance in implementing work procedure safety standards, statistical test result obtained p = 0.004 < 0.05;  Working period one of the factors that related to compliance in implementing work procedure safety standards, statistical test result obtained p = <0.001 < 0.05; OSH knowledge is not a factor related to compliance in implementing work procedure safety standards, the result obtained p = 0.167 > 0.05. In the occupational safety and health risk control hierarchy, existing problems can be solved by substitution of tools in the form of adding stairs or man lifting cranes, besides that occupational safety and health training for the workers needs to be held in expectation it can change the perception of the workers towards OSH.