Samsuri Samsuri
Laboratorium Fisiologi, Farmakologi Dan Farmasi Veteriner, Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Udayana, Jl. PB. Sudirman, Denpasar, Bali, Indonesia 80234

Published : 27 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 27 Documents
Search

Perubahan Histopatologi Uterus pada Tikus Putih (Rattus norvegicus) Akibat Pemberian Ragi Tape Duwiri, Christine Valeri; Samsuri, Samsuri; Berata, I Ketut
Indonesia Medicus Veterinus Vol 8 (3) 2019
Publisher : Faculty of Veterinary Medicine, Udayana University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (198.576 KB)

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan gambaran histopatologi uterus tikus putih akibat pemberian ragi tape dalam beberapa dosis dan lama pemberian. Sebanyak 24 ekor tikus putih digunakan dalam penelitian ini. Sampel diambil dari bagian uterus yang diberikan pakan pellet dengan penambahan ragi tape. Tikus putih dikelompokkan menjadi 4 perlakuan dan 6 ulangan yaitu P0: kontrol; P1: pemberian ragi tape 100 mg/kg BB; P2: pemberian ragi tape 200 mg/kg BB; dan P3: pemberian ragi tape 300 mg/kg BB. Tikus putih dinekropsi pada minggu ke 3 pada semua kelompok perlakuan. Jaringan uterus diambil untuk pembuatan preparat dan pewarnaan Hematoksilin Eosin (HE). Parameter yang diamati meliputi adanya nekrosis dan proliferasi sel epitel endometrium uterus. Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan uji Kruskal-Wallis. Hasil penelitian menunjukkan pemberian perlakuan dengan ragi tape berbeda nyata pada nekrosis dan proliferasi sel epitel. Kedua lesi tersebut terdapat pada tikus yang diberikan perlakuan dibandingkan kontrol.
Gambaran Histopatologi Hati Tikus Putih yang Diberikan Deksametason dan Vitamin E Insani, Aulia; Suri, Sam; Berata, I Ketut
Indonesia Medicus Veterinus Vol 4 (3) 2015
Publisher : Faculty of Veterinary Medicine, Udayana University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (377.425 KB)

Abstract

Deksametason merupakan glukokortikosteroid yang banyak digunakan di masyarakat, penggunaan jangka waktu lama dan dosis besar dapat mengganggu fungsi dan struktur hati. Untuk mengurangi efek samping pemberian deksametason, maka diberikan vitamin E. Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan bahwa  vitamin E dapat memperbaiki organ hati akibat efek samping deksametason, yang diperiksa secara histopatologi. Penelitian menggunakan 25 ekor tikus putih jantan, dibagi dalam lima kelompok perlakuan, yaitu kontrol(-), tidak diberi deksametason dan vitamin E; kontrol (+) diberikan deksametason  dosis 0,13 mg/kg, P1  diberikan deksametason 0,13 mg/kg dan vitamin E dosis 100 mg/kg, P2 deksametason dosis 0,13 mg/kg dan vitamin E  dosis 150 mg/kg, P3 deksametason 0,13 mg/kg dan vitamin E dosis 200 mg/kg. Setelah 14 hari, semua tikus dikorbankan nyawanya (nekropsi), selanjutnya diambil organ hatinya untuk pembuatan preparat histopatologi dengan pewarnaan hematoksilin eosin (HE). Variabel yang diperiksa didasarkan pada perubahan normal (skor1) perdarahan (skor 2), degenerasi (skor 3) dan nekrosis (skor 4). Dari hasil pengamatan histologi dari semua subyek perlakuan. Kontrol negatif (-) tergolong dalam kategori skor 1, kontrol positif (+) ini tergolong dalam skor 4, kelompok tikus putih P1 4 subyek skor 2 dan 1 subyek skor 3, kelompok P2 4 subyek skor 3 dan 1 subyek skor 4, dan kelompok P3 4 subyek skor 3 dan 1 subyek skor 4. Hasil penelitian menunjukkan nilai rerata skor perbaikan hati yang signifikan pada semua perlakuan, namun pada kelompok perlakuan P1 hasil rerata skoring yang paling mendekati kontrol (-). Kesimpulan penelitian ini adalah vitamin E dosis 100 mg/kg terbukti terbaik mengurangi efek samping deksametason.
Pengaruh Vitamin E dan Etinil Estradiol terhadap Histopatologi Uterus Tikus Putih (Rattus norvegicus) Sandriya, Ardi; Samsuri, Samsuri; Berata, I Ketut
Indonesia Medicus Veterinus Vol 7 (3) 2018
Publisher : Faculty of Veterinary Medicine, Udayana University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (296.394 KB) | DOI: 10.19087/imv.2018.7.3.243

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan bahwa vitamin E dapat memperbaiki struktur histopatologi uterus akibat efek samping etinil estradiol. Penelitian ini menggunakan 25 ekor tikus putih betina yang dibagi dalam lima kelompok perlakuan, yaitu kontrol (-) tidak diberi etinil estradiol maupun vitamin E; kontrol (+) diberikan etinil estradiol dengan dosis 150 mg/kgBB/hari tanpa pemberian vitamin E, P1 diberikan etinil estradiol dengan dosis 150 mg/kgBB/hari dan vitamin E 100 mg/kgBB/hari, P2 diberikan etinil estradiol dengan dosis 150 mg/kgBB/hari dan vitamin E 150 mg/kgBB/hari, dan P3 diberikan etinil estradiol dengan dosis 150 mg/kgBB/hari dan vitamin E 200 mg/kgBB/hari. Perlakuan selama 30 hari, dan pada hari ke 31 seluruh hewan coba dinekropsi. Organ uterus diambil untuk pembuatan preparat histopatologi dengan teknik pewarnaan hematoksilin eosin (HE). Variabel yang diperiksa adalah nekrosis dan proliferasi sel epitel uterus. Hasil penelitian membuktikan pemberian suplementasi vitamin E dosis 150 mg/kgBB/hari mampu menekan proliferasi dan nekrosis sel epitel endometrium uterus tikus putih (Rattus norvegicus) sehingga vitamin E dapat digunakan sebagai antioksidan pada pasien yang sedang menggunakan etinil estradiol.
Pengaruh Pemberian Vitamin E dan Etinil Estradiol Terhadap Gambaran Histopatologi Ginjal Tikus Putih (Rattus Norvegicus) Nugraha, Putri; Samsuri, Samsuri; Berata, I Ketut
Indonesia Medicus Veterinus Vol 7 (3) 2018
Publisher : Faculty of Veterinary Medicine, Udayana University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (233.843 KB) | DOI: 10.19087/imv.2018.7.3.285

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan bahwa pemberian etinil estradiol mempengaruhi histopatologi ginjal tikus putih dan mengetahui efek protektik vitamin E terhadap ginjal tikus putih yang diberikan etinil estradiol. Penelitian ini menggunakan 25 ekor tikus putih (Rattus norvegicus) yang dibagi atas 5 kelompok perlakuan yaitu K(-) sebagai kontrol negatif; K(+) sebagai kontrol positif, diberikan etinil estradiol (EE) 150 mg/kgBB/hari; P1, diberikan EE 150 mg/kgBB/hari dan vitamin E 100 mg/kgBB/hari; P2, diberikan EE 150 mg/kgBB/hari dan vitamin E 150 mg/kgBB/hari; P3, diberikan EE 200 mg/kgBB/hari. Pemberian EE dilakukan secara subkutan dan vitamin E secara oral, selama 30 hari. Pada hari ke 31, semua hewan percobaan diterminasi dan dinekropsi, selanjutnya diambil organ ginjalnya. Organ ginjal diproses untuk dibuat sediaan histopatologi dengan pewarnaan hematoxylin eosin (HE). Variabel yang diukur berupa tingkat lesi glomerulosklerosis dan nekrosis tubulus ginjal. Hasil menunjukkan adanya pengaruh pemberian EE pada ginjal. Pemberian vitamin E dosis 100 mg/kgBB/hari tidak berbeda signifikan dengan 150 mg/kgBB dan 200 mg/kgBB. Simpulannya adalah pemberian etinil estradiol dapat ditemukan perubahan histopatologi ginjal tikus putih berupa glomerulosklerosis dan nekrosis tubulus ginjal. Pemberian vitamin E dengan dosis 100 mg/kgBB/hari sudah mampu memberikan efek protektif terhadap kerusakan jaringan ginjal tikus putih (Rattus norvegicus) akibat pemberian etinil estradiol 150 mg/kgBB/hari secara subkutan.
Gambaran Histopatologi Ginjal Tikus Putih yang Diberi Deksametason dan Vitamin E Rabiah, Erwanti Siti; Berata, I Ketut; Suri, Sam
Indonesia Medicus Veterinus Vol 4 (3) 2015
Publisher : Faculty of Veterinary Medicine, Udayana University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (365.226 KB)

Abstract

Penelitian ini menggunakan 25 ekor tikus putih yang terdiri dari: kelompok kontrol (K) tanpa diberi deksametason dan vitamin E, kelompok perlakuan 1 (P0) diberi deksametason dosis 0,13 mg/kg BB, kelompok perlakuan 2 (P1) diberi deksametason dosis 0,13 mg/kg BB dan vitamin E 100 mg/kg BB, kelompok perlakuan 3 (P2) diberi deksametason dosis 0,13 mg/kg BB dan vitamin E dosis 150 mg/kg BB, kelompok perlakuan 4 (P3) diberi deksametason dosis 0,13 mg/kg BB dan vitamin E dosis 200 mg/kg BB. Setelah pemberian perlakuan selama 14 hari, tikus dikorbankan nyawanya/diterminasi dan diambil ginjal kanannya untuk dibuat preparat histopatologi dengan pewarnaan metode Harris Hematoxylin Eosin (HE). Variabel yang diperiksa adalah gambaran tubulus proksimalnya dengan mikroskop cahaya pembesaran 400x. Dari pemeriksaan preparat histopatologi ginjal terdapat kerusakan ginjal berupa penutupan lumen tubulus proksimal, dimana  rerata penutupan lumen tubulus paling rendah adalah pada kelompok kontrol negatif yaitu 3,52 dan paling tinggi adalah pada kelompok kontrol positif yaitu 24,68. Uji Kruskall Wallis menunjukkan adanya perbedaan bermakna (p=0,01) pada rerata degenerasi tubulus ginjal  dari lima kelompok yang diuji. Kesimpulan dari penelitian ini adalah vitamin E dapat memberikan efek proteksi pada ginjal tikus putih yang terjadi akibat efek toksik deksametason.
Gambaran Histopatologi Ovarium Tikus Putih (Rattus Norvegicus) Akibat Pemberian Vitamin E dan Etinil Estradiol Raharjo, Yudha Yaksa Crada Yoga Arum; Samsuri, Samsuri; Berata, I Ketut
Indonesia Medicus Veterinus Vol 7 (2) 2018
Publisher : Faculty of Veterinary Medicine, Udayana University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (417.661 KB) | DOI: 10.19087/imv.2018.7.2.132

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan bahwa pemberian etinil estradiol mempengaruhi histopatoligi ovarium tikus putih dan mengetahui efek pemberian suplementasi vitamin E terhadap efek samping etinil estradiol pada ovarium tikus putih. Penelitian ini menggunakan 25 ekor tikus putih betina, dibagi dalam 5 kelompok perlakuan, yaitu kontrol(-) yang hanya diberi pakan dan minum saja, kontrol(+) diberikan etinil estradiol dengan dosis 150 mg/kg, P1 diberikan etinil estradiol 150 mg/kgbb dan vitamin E dengan dosis 100 mg/kgbb, P2 diberikan etinil estradiol 150 mg/kgbb dan vitamin E dengan dosis 150 mg/kgbb, P3 diberikan etinil estradiol 150 mg/kgbb dan vitamin E dengan dosis 200 mg/kgbb. Pemberian perlakuan selama 30 hari, kemudian hewan coba dinekropsi. Jaringan ovarium diambil dan diproses untuk pembuatan preparat histopatologi. Variabel yang diperiksa meliputi adanya proliferasi sel epitel dan nekrosis. Hasil penelitian diperoleh adanya perbedaan yang sangat nyata antara kontrol negatif (-) dan kontrol positif (+). Rerata skor perbaikan dari kerusakan ovarium berbeda nyata antara perlakuan P1, P2, dan P3. Kelompok perlakuan P2 dan P3 yang palning menunjukkan perubahan mendekati rerata skor kelompok kontrol negatif (-). Simpulan dari penelitian ini adalah pemberian etinil estradiol mempengaruhi perubahan histopatologi ovarium tikus putih. Pemberian suplementasi vitamin E mampu mengurangi efek samping etinil estradiol. Sehingga vitamin E dapat digunakan sebagai terapi pada pasien yang sedang menggunakan preparat hormonal seperti etinil estradiol.
Vermisidal dan Ovisidal Ekstrak Metanol Biji Pepaya Muda Terhadap Ascaridia galli Secara In-Vitro Sonda, Kristina Sartika; Samsuri, Samsuri; Oka, Ida Bagus Made
Indonesia Medicus Veterinus Vol 7 (3) 2018
Publisher : Faculty of Veterinary Medicine, Udayana University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (174.826 KB) | DOI: 10.19087/imv.2018.7.3.295

Abstract

Di dalam biji pepaya muda terkandung beberapa zat aktif seperti glikosida, alkaloid karpain, benzyl-isothiocianate (BITC) dan enzim papain yang telah terbukti dapat membunuh cacing dan menghambat daya berembrio telur cacing Ascaridia galli. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui vermisidal dan ovisidal ekstrak methanol biji pepaya muda terhadap cacing Ascaridia galli. Rancangan Acak Lengkap (RAL) digunakan dalam penelitian ini yakni untuk uji vermisidal terdiri dari 6 perlakuan (P0, P1, P2, P3, P4, P5) dan 5 ulangan, sedangkan untuk uji ovisidal dibagi menjadi dua uji, yaitu kontak langsung dan kontak tidak langsung. Perlakuan yang diberikan; Kontrol Negatif (P0) dengan larutan NaCl Fisiologis, Kontrol Positif (P1) dengan larutan Albendazole (Benzamidazole 0,15 ml/kg berat badan), perlakuan II (P2), ekstrak biji pepaya muda konsentrasi 0,07 %, perlakuan III (P3), ekstrak biji pepaya muda konsentrasi 0,14 %, perlakuan IV (P4), ekstrak biji pepaya muda konsentrasi 0,21 %, perlakuan V (P5), ekstrak biji pepaya muda 0,28 %. Untuk uji vermisidal data dianalisis dengan Analisis Probit untuk mengetahui LC100 (Lethal Concentration) dan LT100 (Lethal Time) dari ekstrak biji pepaya muda sedangkan untuk uji ovisidal data dianalisis dengan Sidik Ragam Hasil penelitian vermisidal didapatkan LC100 ekstrak biji pepaya muda adalah 0,371 % dan LT100 34,614 jam. Untuk uji ovisidal kontak langsung dan kontak tidak langsung didapatkan bahwa ekstrak biji pepaya muda berpengaruh sangat nyata (P<0,05) terhadap daya berembrio telur cacing Ascaridia galli. Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa ekstrak biji pepaya muda efektif sebagai vermisidal dan ovisidal kontak langsung terhadap cacing Ascaridia galli secara in-vitro.
Perubahan Histopatologi Ovarium pada Tikus Putih (Rattus norvegicus) Akibat Pemberian Ragi Tape Wulandari, Meidi Andira; Samsuri, Samsuri; Berata, I Ketut
Indonesia Medicus Veterinus Vol 9 (1) 2020
Publisher : Faculty of Veterinary Medicine, Udayana University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (349.621 KB) | DOI: 10.19087/imv.2020.9.1.80

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan gambaran histopatologi ovarium tikus putih akibat pemberian ragi tape dalam beberapa dosis dan lama pemberian. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 24 ekor tikus putih. Sampel diambil dari bagian ovarium yang diberikan pakan pellet dengan penambahan ragi tape. Tikus putih dikelompokkan menjadi 4 perlakuan dan 6 ulangan yaitu P0: kontrol; P1: pemberian ragi tape 100 mg/kg BB; P2: pemberian ragi tape 200 mg/kg BB; dan P3: pemberian ragi tape 300 mg/kg BB. Tikus putih dinekropsi pada minggu ke-3 pada semua kelompok perlakuan. Jaringan ovarium diambil untuk pembuatan preparat dan pewarnaan Hematoksilin Eosin (HE). Parameter yang diamati meliputi adanya nekrosis dan proliferasi sel epitel. Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan uji Kruskal-Wallis. Hasil penelitian menunjukkan perubahan histopatologi ovarium tikus terhadap pemberian perlakuan dengan ragi tape. Pada nekrosis tidak berbeda nyata, dan pada proliferasi sel epitel berbeda nyata.
Kerusakan Secara Histopatologi Otot Jantung Tikus Putih Akibat Pemberian Tambahan Ragi Tape dalam Pakan Muhsi, Ach Moh Abd; Samsuri, Samsuri; Setiasih, Ni Luh Eka; Berata, I Ketut
Indonesia Medicus Veterinus Vol 9 (6) 2020
Publisher : Faculty of Veterinary Medicine, Udayana University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.19087/imv.2020.9.6.920

Abstract

Populasi suatu hewan dapat dikendalikan salah satunya dengan cara sterilisasi, data empiris metode sterilisasi adalah dengan menggunakan ragi tape. Penelitian ini menggunakan sampel 24 ekor tikus putih (Rattus norvegicus) galur wistar yang dibagi ke dalam 4 kelompok perlakuan yaitu kelompok P0, P1, P2, P3. Kelompok P0 (kontrol), diberikan pakan secara ad libitum: P1 diberikan pakan bercampur ragi tape dengan dosis 100 mg/kg bb, P2: diberikan pakan bercampur ragi tape dengan dosis 200 mg/kg bb, P3: diberikan pakan bercampur ragi tape dengan dosis 300 mg/kg bb. Perlakukan diberikan selama 21 hari. Organ jantung diambil pada hari ke-22 dan dibuat preparat dengan pewarnaan Hematoksilin Eosin (HE) dan parameter yang digunakan dalam pemeriksaan meliputi kongesti, edema, inflamasi, dan nekrosis. Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan uji Kruskal-Wallis, dan dilanjutkan dengan uji Mann-Whitney. Pengamatan preparat histologi dilakukan dengan menggunakan metode skoring dengan pengamatan lima lapang pandang, nilai skoring satu berarti ringan/fokal, dua berarti sedang/multifokal, tiga berarti berat/difusi. Pemberian ragi tape dengan dosis 100 mg/kg bb, 200 mg/kgbb, dan 300 mg/kg bb dengan tujuan pengendalian populasi dapat mempengaruhi histopatologi jantung berupa kongesti, nekrosis, inflamasi dan oedema dan ragi tape dengan dosis tersebut tidak disarankan untuk diberikan sebagai antifertilitas.
Ekstrak Sarang Semut Dapat Menekan Tingkat Kerusakan Paru-Paru Tikus Putih yang Diinduksi Gentamisin Dosis Toksik Jihadulhaq, Jihadulhaq; Kardena, I Made; Merdana, I Made; Samsuri, Samsuri
Indonesia Medicus Veterinus Vol 9 (3) 2020
Publisher : Faculty of Veterinary Medicine, Udayana University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.19087/imv.2020.9.3.351

Abstract

Penelitian bertujuan untuk membuktikan bahwa pemberian gentamisin 250 mg/kgBB mempengaruhi histopatologi paru-paru untuk mengetahui efek protektif sarang semut terhadap paru-paru tikus putih yang diberikan gentamisin dosis toksik. Penelitian ini menggunakan 24 ekor tikus putih jantan dengan berat badan 200-300 g ram yang terdiri dari empat perlakuan, yaitu kontrol (P0) tanpa perlakuan, perlakuan 1 (P1) diberi gentamisin dosis 250 mg/kg BB, perlakuan 2 (P2) diberi gentamisin dosis 250 mg/kgBB ditambah sarang semut dosis 250 mg/kg BB, perlakuan 3 (P3) diberikan sarang semut 250 mg/kg BB selama tujuh hari setelah itu diberikan ekstrak sarang semut dan gentamisin dosis 250 mg/kg BB. Gentamisin dan ekstrak sarang semut diberikan secara per oral selama 10 hari. Setelah itu nyawa tikus percobaan dikorbankan kemudian dilakukan nekropsi dan organ paru-paru diambil secara aseptik untuk pembuatan preparat histopatologi dengan pewarnaan Hematoksilin dan Eosin (HE). Pembuatan preparat histopatologi dengan pewarnaan menggunakan metode HE dibuat di laboratorium patologi. Variabel yang diperiksa adalah infiltrasi sel radang, edema, dan nekrosis. Pada penelitian ini didapatkan hasil pemberian ekstrak sarang semut per oral terhadap tikus putih yang sudah diberi gentamisin (250 mg/kg BB) mengalami perbaikan pada lesi nekrosis, begitu pula pada lesi infiltrasi sel radang dan edema meskipun secara statistik tidak signifikan (P>0,05). Kesimpulan dari penelitian ini adalah pemberian ekstrak sarang semut dengan dosis 250 mg/kgBB belum mampu memperbaiki kerusakan jaringan paru-paru yang diberikan gentamisin dosis 250 mg/kg BB.