Claim Missing Document
Check
Articles

Pemberian Ekstrak Etanol Kulit Batang Kelor Glukosa Darah Tikus Hiperglikemia Miten Larantukan, Stanislaus Valens; Setiasih, Ni Luh Eka; Widyastuti, Sri Kayati
Indonesia Medicus Veterinus Vol 3 (4) 2014
Publisher : Faculty of Veterinary Medicine, Udayana University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (268.418 KB)

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian ekstrak kulit batang kelor(Moringa oleifera) dalam menurunkan kadar glukosa darah pada tikus Wistar yang diinduksi aloksan.Sampel darah diambil dari 24 ekor tikus Wistar jantan berumur tiga bulan dengan bobot sekitar 150-200gram. Rancangan penelitian yang digunakan berupa Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan enamperlakuan, dan masing-masing perlakuan terdiri atas empat ulangan. Pemberian ekstrak etanol kulitbatang kelor menggunakan dosis 100 mg/kgBB, dosis 200 mg/kgBB dan dosis 400 mg/kgBB. Hasilpenelitian menunjukkan pemberian ekstrak kulit batang kelor dengan dosis tersebut diatas dapatmenurunkan kadar glukosa darah hari ke-7 sampai hari ke-21, dan penurunannya sebanding denganpemberian glibenklamid 0,045 mg/kgBB. Hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa ekstrak etanolkulit batang kelor dapat menurunkan kadar glukosa darah tikus Wistar yang diinduksi aloksan.
Struktur Histologi dan Histomorfometri Duodenum Babi Landrace Cahyani, Luh Made Maha; Setiasih, Ni Luh Eka; Heryani, Luh Gde Sri Surya
Indonesia Medicus Veterinus Vol 8 (4) 2019
Publisher : Faculty of Veterinary Medicine, Udayana University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1063.538 KB)

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui struktur histologi dan histomorfometri duodenum babi landrace. Penelitian dilakukan dengan menggunakan tiga ekor babi landrace berumur 6-7 bulan. Sampel duodenum diambil pada tiga bagian berturut-turut yaitu pars superior, medial dan ascendent duodenum, kemudian organ difiksasi dengan larutan Neutral Buffered Formalin (NBF) 10% yang selanjutnya dibuat preparat histologi dengan pewarnaan Haematoxillin-Eosin (HE). Hasil pengamatan struktur histologi disajikan secara deskriptif kualitatif, sedangkan data histomorfometri disajikan secara deskriptif kuantitatif. Hasil penelitian menunjukkan, struktur histologi duodenum tersusun atas empat lapisan, yaitu tunika mukosa, submukosa, muskularis dan serosa. Tunika mukosa tersusun oleh lamina mukosa, propria dan muskularis dengan tebal pars superior 694,712 µm, pars medial 597,788 µm dan pars ascendent 640,795 µm. Tunika submukosa terdiri dari kelenjar Brunneri dan jaringan ikat longgar dengan tebal pars superior 1053,026 µm, pars medial 733,941µm dan pars ascendent 708,603 µm. Tunika muskularis tersusun oleh otot polos sirkular di bagian dalam dan longitudinal di bagian luar dengan tebal pars superior 394,902 µm, pars medial 409,656 µm dan pars ascendent 454,229 µm. Tunika serosa merupakan lapisan paling luar dari duodenum dengan tebal pars superior 224,838 µm, pars medial 128,716 µm dan pars ascendent 129,359 µm. Struktur histologi duodenum babi landrace pars superior, medial dan ascendent babi landrace tersusun oleh empat lapisan yang sama dan tebal histomorfometri yang berbeda.
Pengaruh Penambahan Tepung Daun Kelor (Moringa oleifera) pada Pakan Tikus Putih Terhadap Aktivitas Enzim Alanin Aminotransferase dan Aspartate Aminotransferase Setiyowati, Asri; Utama, Iwan Harjono; Setiasih, Ni Luh Eka
Indonesia Medicus Veterinus Vol 7 (3) 2018
Publisher : Faculty of Veterinary Medicine, Udayana University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (206.306 KB) | DOI: 10.19087/imv.2018.7.3.271

Abstract

Penelitian ini menggunakan 25 ekor tikus putih betina, masing-masing kelompok terdiri atas lima ekor tikus putih betina P0 (hewan coba diberikan pakan tanpa penambahan tepung daun kelor), P1 (pakan di tambahkan tepung daun kelor 2,5 %) P2 (pakan di tambahkan tepung daun kelor 5 %), P3 (pakan di tambahkan tepung daun kelor 10 %), P4 (pakan di tambahkan tepung daun kelor 20%). Hasil penelitian menunjukkan penambahan tepung daun kelor pada pakan dapat menurunkan nilai aktivitas enzim Aspartate aminotransferase dan Alanin aminotransferase. Tepung daun kelor (Moringa oleifera) dosis 20% mampu menurunkan nilai aktivitas enzim Aspartate aminotransferase dan Alanin aminotransferase p<0,05%. Enzim Alanin aminotransferase sebagian besar terikat pada sitoplasma, sedangkan Aspartate aminotransferase terdapat dalam semua jaringan tubuh, terutama hati dan dalam jumlah lebih kecil di ginjal dan otot rangka, sebagian besar enzim Aspartate aminotransferase terikat pada organel sel, dan hanya sedikit terdapat di sitoplasma. Enzim Aspartate aminotransferase dan Alanin aminotransferase meningkat bila terjadi kerusakan sel hati. Biasanya peningkatan Alanin aminotransferase lebih tinggi daripada Aspartate aminotransferase pada kerusakan hati yang akut, mengingat Alanin aminotransferase merupakan enzim yang hanya terdapat pada sitoplasma sel hati. Peningkatan aktivitas enzim transaminase merupakan petunjuk yang paling peka dari nekrosis sel-sel hati, karena peningkatannya terjadi paling awal dan paling akhir kembali ke kondisi normal dibandingkan tes yang lain.
Efektifitas Ekstrak Kulit Batang Kelor Terhadap Perubahan Histopatologi Testis Tikus yang diinduksi Aloksan Napitupulu, Vaswani Samaria; Berata, I Ketut; Setiasih, Ni Luh Eka
Indonesia Medicus Veterinus Vol 3 (2) 2014
Publisher : Faculty of Veterinary Medicine, Udayana University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (586.219 KB)

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektifitas ekstrak kulit batang kelor terhadap perubahan histopatologi testis tikus wistar yang diinduksi aloksan. Penelitian menggunakan sampel testis tikus wistar yang berumur 2-3 bulan dengan berat badan berkisar antara 150-200 gram. Penelitian ini menggunakan 24 ekor tikus wistar yang dibagi menjadi enam kelompok. Kelompok 1 sebagai kontrol positif diberikan aquades steril, kelompok 2 sebagai kontrol negatif diberikan aloksan 125mg/kg bb, kelompok 3 sebagai kontrol obat diberikan aloksan dan glibenklamid 0,045mg/kg bb, kelompok 4 diberikan ekstrak kulit batang kelor dosis 100mg/kg bb, kelompok 5 diberikan ekstrak kulit batang kelor dosis 200mg/kg bb dan kelompok 6 diberikan esktrak kulit batang kelor dosis 400mg/kg bb. Setelah 21 hari dilakukan nekropsi pada seluruh tikus wistar yang diberi perlakuan untuk pengambilan sampel testis dan dibuat preparat histologi. Metode pewarnaan menggunakan Hematoxilin-Eosin. Selanjutnya dilakukan pengamatan di Laboratorium Patologi Fakultas Kedokteran Hewan, terhadap perubahan histopatologi testis tikus wistar yang meliputi degenerasi dan nekrosis. Data yang diperoleh dianalisis menggunakan Uji Kruskall-Wallis. Hasil penelitian menunjukkan pemberian ekstrak kulit batang kelor terhadap perubahan histopatologi testis tikus wistar yang diinduksi aloksan dengan dosis 100mg/kg bb, 200mg/kg bb dan 400 mg/kg bb tidak memberikan hasil yang berbeda nyata (p>0,05).
Berat Organ Usus Tikus Putih (Rattus Norvegicus) Pasca Penambahan Tepung Daun Kelor (Moringa Oleifera) pada Pakan Ersawati, Neti; Susari, Ni Nyoman Werdi; Setiasih, Ni Luh Eka
Indonesia Medicus Veterinus Vol 7 (3) 2018
Publisher : Faculty of Veterinary Medicine, Udayana University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (122.506 KB) | DOI: 10.19087/imv.2018.7.3.278

Abstract

Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui pengaruh tepung daun kelor dalam pakan terhadap berat organ usus tikus putih (Rattus norvegicus). Tepung daun kelor diberikan secara oral pada 20 ekor tikus yang dibagi dalam 4 kelompok yaitu 1 kelompok kontrol dan 4 kelompok perlakuan dengan konsentrasi 0%; 2,5%; 5,0%; 10% dan 20% masing-masing dengan 5 kali ulangan selama satu bulan. Tikus putih dibedah dan ditimbang organ ususnya. Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap (RAL). Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan ANOVA (analysis of varian),dan dilanjutkan dengan uji Jarak Berganda Duncan. Berdasarkan penelitian yang dilakukan diperoleh hasil bahwa tidak ada perbedaan berat organ yang signifikan. Kesimpulan: Penambahan tepung daun kelor (Moringa oleifera) pada pakan tidak menyebabkan perubahan terhadap berat organ usus tikus putih (Rattus norvegicus).
Pengaruh Pemberian Ekstrak Kulit Batang kelor (Moringa oleifera) Terhadap Perubahan Histopatologi Hati Tikus Wistar yang Diinduksi Aloksan Lada Salasa, Patrisius Yanuaris; Setiasih, Ni Luh Eka; Kardena, I Made
Indonesia Medicus Veterinus Vol 4 (4) 2015
Publisher : Faculty of Veterinary Medicine, Udayana University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (275.598 KB)

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian ekstrak kulit batang kelor (Moringa oleifera) terhadap gambaran histopatologi hati tikus wistar yang diinduksi aloksan. Sebanyak 24 ekor tikus jantan berumur 2-3 bulan dengan bobot sekitar 150-200 gr digunakan dalam penelitian ini, tikus diadaptasikan selama 1 minggu, dikelompokan secara acak menjadi 6 kelompok masing-masing kelompok terdiri dari 4 ekor. Kelompok I (P0) sebagai kontrol (tikut sehat) diberikan aquades steril 1ml, kelompok II (P1) sebagai kontrol negative diberikan aloksan dosis 125mg/kgBB, kelompok III (P2) sebagai kontrol positif diberikan glibenklamid dosis 0,045mg/ekor, kelompok IV (P3) diberikan ekstrak kulit batang kelor dosis 100mg/kgBB, kelompok V (P4) diberikan ekstrak kulit batang kelor (M.oleifera) dosis 200 mg/kgBB, kelompok VI diberikan ekstrak kulit batang kelor (M.oleifera) dosis 400 mg/kgBB. Organ hati tikus wistar pada semua kelompok perlakuan diambil untuk dibuat sediaan histopatologi dengan pewarnaan Hematoksilin-Eosin. Kemudian dilakukan pengamatan terhadap gambaran mikroskopis hati yang meliputi perubahan berupa: perdarahan, degenerasi vakuola dan nekrosis. Hasil penelitian menunjukkan pemberian ekstrak kulit batang kelor (Moringa oleifera) dosis 100 mg/kgBB, dosis 200 mg/kgBB dan dosis 400 mg/kgBB tidak berpengaruh nyata (P>0,05) terhadap gambaran histopatologi tikus wistar yang diinduksi aloksan. Hal ini menunjukkan pemberian ekstrak kulit batang kelor tidak mempengaruhi gambaran histopatologi hati tikus diabetes mellitus.
Skrining Fitokimia Ekstrak Etanol Kulit Batang Kelor (Moringa oleifera) Ikalinus, Robertino; Widyastuti, Sri Kayati; Eka Setiasih, Ni Luh
Indonesia Medicus Veterinus Vol 4 (1) 2015
Publisher : Faculty of Veterinary Medicine, Udayana University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (313.334 KB)

Abstract

Tanaman Kelor (Moringa oleifera) memiliki aktivitas farmakologi sebagai antidiabetik, diuretik, ekspektoran, dan antiinflamasi. Aktivitas tersebut disebabkan oleh kandungan kimia yang terdapat di dalam tanaman tersebut. Faktor-faktor lingkungan memilliki pengaruh terhadapmetabolit sekunder yang terdapat dalam suatu tanaman. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kandungan fitokimia yang terdapat di dalam kulit batang kelor (Moringa oleifera) dengan menggunakan skrining fitokimia.Skrining fitokimia yang dilakukan meliputiidentifikasi steroid, flavonoid, alkaloid, fenol, tanin, dan saponin. Kandungan tersebut tidak hanya terdapat pada daun, biji, buah ataupun bunga tetapi juga terdapat pada kulit batangnya.Hasil skriningfitokimia menunjukkan bahwakulit batang kelor (Moringa oleifera) mengandung golongan senyawa steroid, flavonoid, alkaloid, fenol, dan tanin.
Struktur Histopatologi Testis Tikus Wistar dengan Aktivitas Fisik Berlebih yang Diberikan Ekstrak Daun Kelor Gunawati, Luh Sri; Berata, I Ketut; Setiasih, Ni Luh Eka
Indonesia Medicus Veterinus Vol 8 (5) 2019
Publisher : Faculty of Veterinary Medicine, Udayana University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (669.551 KB)

Abstract

Aktifitas fisik berlebih merupakan salah satu pemicu penurunan produksi sperma dikarenakan radikal bebas yang terbentuk akibat aktifitas fisik berlebih merusak jaringan yang kaya akan asam lemak tak jenuh ganda, salah satunya adalah testis. Daun kelor (Moringa oleifera) merupakan salah satu tanaman yang kaya akan antioksidan, serta memiliki kandungan yang dapat meningkatkan produksi sperma. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran histopatologi testis tikus wistar dengan aktifitas fisik berlebih setelah pemberian ekstrak daun kelor. Penelitian ini menggunakan 25 ekor tikus wistar berumur 3-4 bulan dengan berat 150-200 gram yang dibagi menjadi lima kelompok. Perlakuan stresss dilakukan dengan merenangkan tikus empat kali dalam seminggu selama 21 hari, kemudian diberikan ekstrak daun kelor dengan dosis 100, 200, 300 mg/kg berat badan. Pengambilan sampel dilakukan pada hari ke-21, organ difiksasi dengan larutan NBF 10% selama 24 jam, selanjutnya dibuat preparat histologi dengan pewarnaan Hematoxylin Eosin (HE). Variabel yang diperiksa adalah perubahan struktur histopatologi berupa jumlah sel spermatogenik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak daun kelor dosis 300 mg/kg berat badan berefek baik pada peningkatan sel spermatogenik.
Struktur Histologi dan Histmorfometri Kulit Babi Landrace Apriani, Ni Made Nina; Setiasih, Ni Luh Eka; Heryani, Luh Gde Sri Surya
Indonesia Medicus Veterinus Vol 8 (5) 2019
Publisher : Faculty of Veterinary Medicine, Udayana University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1077.228 KB)

Abstract

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui struktur histologi dan histomorfometri kulit babi landrace. Penelitian ini menggunakan tiga sampel kulit babi landrace dengan umur enam sampai tujuh bulan yang diambil pada regio lumbo dorsalis dan abdominal ventralis masing – masing babi. Sampel diambil dari tempat pemotongan babi daerah Petang, Badung. Pembuatan preparat menggunakan pewarnaan Hematoxylin Eosin (HE) dilakukan di Balai Besar Veteriner Denpasar. Hasil yang diperoleh adalah kulit tersusun atas tiga lapisan yaitu epidermis, dermis dan hipodermis. Lapisan epidermis tersusun atas empat lapisan yaitu stratum basale, spinosum, granulosum, dan corneum. Lapisan dermis babi landrace tersusun atas stratum papilare dan retikulare. Dermis tersusun dari jaringan ikat padat, serabut kolagen, folikel rambut, kelenjar sebasea, kelenjar sudorifera (sweat gland), musculus arector pili dan pembuluh darah. Hipodermis tersusun atas jaringan ikat longgar dan jaringan adiposa serta ditemukan folikel rambut dan kelenjar sudorifera (sweat gland). Ketebalan lapisan epidermis babi landrace regio lumbo dorsalis 108,650 µm dan pada regio abdominal ventralis yaitu 91,136 µm. Rata – rata ketebalan dermis babi landrace regio lumbo dorsalis 3352,885 µm dan pada regio abdominal ventralis 2269,999 µm. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan histomorfometri epidermis regio lumbo dorsalis lebih tebal dari regio abdominal ventralis.
Perkembangan Secara Histologi Vili Duodenum Ayam Pedaging yang Diberikan Imbuhan Asam Butirat pada Pakan Budiartawan, I Komang Alit; Darmawan, I Gusti Ayu Chintya; Berata, I Ketut; Setiasih, Ni Luh Eka
Indonesia Medicus Veterinus Vol 7 (5) 2018
Publisher : Faculty of Veterinary Medicine, Udayana University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (355.007 KB) | DOI: 10.19087/imv.2018.7.5.522

Abstract

Kendala suatu peternakan ayam adalah berbagai penyakit, salah satu upaya pencegahan yang banyak dilakukan yaitu dengan pemberian antibiotik. Namun, antibiotik dapat menimbulkan residu dan resistensi. Sebagai gantinya digunakan zat kimia non-antibiotika dengan asam butirat. Telah dilakukan penelitian terhadap 24 ekor ayam pedaging (Gallus domesticus) yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh variasi dosis dan lama pemberian asam butirat terhadap struktur histologi duodenum ayam pedaging. Penelitian ini menggunakan ayam pedaging dengan umur 1 hari berkelamin jantan yang dibagi atas tiga kelompok yaitu P0 = diberi asam butirat 0 g/kg pakan, P1 = diberi asam butirat 0,5 g/kg pakan, P2 = diberi asam butirat 1g/kg pakan. Pakan yang diberikan yaitu jenis pakan Broiler I Comfeed. Penelitian dilakukan selama 4 minggu dengan masing-masing diambil dua ekor ayam perminggu dinekropsi dan diambil bagian duodenumnya. Jaringan duodenum diproses untuk pembuatan preparat histologi dengan pewarnaan Hematoxylin-Eosin (HE). Pemeriksaan histologi duodenum dilakukan dengan membandingkan panjang vili dan jarak antar vili duodenum. Hasil analisis dengan sidik ragam diperoleh ada perbedaan yang signifikan antara kontrol dengan pemberian asam butirat 0,5 g/kg pakan maupun dengan 1 g/kg pakan. Pada pemberian asam butirat dengan dosis 0,5 g/kg pakan menunjukkan pertumbuhan vili terpanjang dengan panjang vili 520,06 ± 30,40 µm daripada dosis pemberian asam butirat 1 g/kg pakan. Rata-rata jarak antar vili duodenum kelompok kontrol, perlakuan dosis asam butirat 0,5 g/kg pakan, dan perlakuan dosis asam butirat 1 g/kg pakan adalah 3,97 ± 0,85 µm, 3,82 ± 1,07 µm, dan 4,01 ± 1,17 µm.
Co-Authors Anak Agung Gde Arjana Anak Agung Sagung Kendran Anastasia Bhala Andika Diko Septiyatma Apriani, Ni Made Nina Astini, Ni Putu Sri Ayu Baiq Renny Kamaliani Brahma Tusta Bhirawa Budiartawan, I Komang Alit Cahyani, Luh Made Maha D.N.D.I. Laksmi Damara, Doni Darmawan, I Gusti Ayu Chintya Darmayanti, Mahda Dwi Defi Lega Nurwidana Desak Nyoman Dewi Indira Laksmi Desak Nyoman Dewi Indira Laksmi Dewa Ayu Dwita Karmi Dewi, I Gusti Ayu Mirah Afsari DWI SURYANTO Elisabeth Karina Eristiawan, I Gede Erick Ersawati, Neti Evi Marieti Hutagalung Ginting, Regina Bonifasia Br Gunawati, Luh Sri Hanifah Alshofa Nurul Aini Heriyani, Luh Gede Sri Surya I Gede Erik Juliarta I Gusti Agung Ayu Suartini I Gusti Made Krisna Erawan I Kadek Pradhana Putra I Ketut Berata I Ketut Suatha I Ketut Sumadi I Made Bayu Pandia Yudha Bauer I Made Kardena I Made Merdana I Made Sukada I Nyoman Suarsana I Nyoman Sulabda I Putu Sandika Arta Guna I Putu Suastika I Wayan Piraksa I Wayan Puspa Ari Laxmi I Wayan Sudira I Wayan Wirata I.K. Suatha I.M. Dharmika Ida Ayu Adhistania Pidada Ida Bagus Komang Ardana Ida Bagus Oka Winaya Indrawati Sendow Inna Narayani IW. Piraksa Iwan Harjono Utama Ketut Berata Kevin Dominika Luh Gde Sri Surya Heryani Luh Made Sudimartini Maratun Janah Maria Natalia Dhiu Botha Mergayanti Yudanta Eka Putri Muhsi, Ach Moh Abd Ngurah Arbi Kencana Ngurah Intan Wiratmini Ni Kadek Eka Widiadnyani Ni Ketut Suwiti Ni Luh Putu Agustini Ni Made Ayu Kurniawati Ni Made Riska Adnyani Ni Nyoman Werdi Susari Nurul Amira Oktavyan Loys Mami P. Suastika Patrisius Yanuaris Lada Salasa, Patrisius Yanuaris Putra, I Komang Susila Semadi Putri Yuliana Mangindaan Putu Ayu Santika Putu Henrywaesa Sudipa Putu Suastika Raodatul Jannah Robertino Ikalinus, Robertino Samsuri Samsuri Setiyowati, Asri Sisyawati Putriningsih Sri Kayati Widyastuti Stanislaus Valens Miten Larantukan Steven Dwi Purbantoro Teja, Putu Tessa Hariys Septianda Tri Ulfah Arema Yanti Umi Reston Vaswani Samaria Napitupulu Waskitha, Melati Pusparini Yanne Yanse Rumlaklak Yogiana, Wayan Yoviniani Narti Dosom Yulia Khalifatun Nissa Zumara Mufida Hidayati