Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search
Journal : Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pertanian

Upaya Mempertahankan Eksistensi Cengkeh di Provinsi Maluku Melalui Rehabilitasi dan Peningkatan Produktivitas Santoso, Agung Budi
Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pertanian Vol 37, No 1 (2018): Juni, 2018
Publisher : Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (774.465 KB) | DOI: 10.21082/jp3.v37n1.2018.p26-32

Abstract

ABSTRACTClove is one of the commodities that continually contributes to both income national and local levels, as export commodities or fulfills domestic demand. Clove developed at moluccas first in Indonesia, namely; Bacan, Makian, Moti, Ternate, and Tidore. Moluccas have cultivated clove for generations and have high diversity of clove genetic resources. Several famous indigenous cloves are AFO, Tibobo, Tauro, Sibela, Indari, Air mata, Dokiri, Daun Buntal, and others. In addition, there are clove cultivation, namely; Zanzibar, Siputih, Sikotok, and Ambon. Diversity of varieties and agro- ecological conditions makes Moluccas be largest production of clove after South Sulawesi. Due to various constraints, clove production  is  estimated  decreased.  This  is  due  to  lack  of rehabilitation of plants as the impact of low prices or lack of technology  introduction.  This  paper  describes  about  clove production in Maluku with and without rehabilitation. Based on the results of dynamic systems  model, clove production  was projected decline until 15 to 30 years. Efforts to maintain clove existence as clove producer and increase of productivity should be done  immediately  by  plant  rehabilitation  in  the  long  term. Rehabilitation efforts by replacing old plant and replacement 10% of degraded land per year will fulfill the cloves of demand whichincreased 1.5% per year. Plant rehabilitation must be accompanied with increasing productivity in the short term through fertilization to repair the damage crops after harvest.Keywords:  Cloves, crop area, rehabilitation, productivit ABSTRAKCengkeh  merupakan  salah  satu  komoditas  perkebunan  yang memberikan kontribusi terhadap pendapatan nasional maupun daerah secara berkelanjutan, baik sebagai komoditas ekspor maupun untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri. Cengkeh berkembang pertama kali di lima pulau kecil di Maluku, yakni  Bacan, Makian, Moti,  ternate,  dan  Tidore.  Masyarakat  maluku  telah  mem- budidayakan cengkeh secara turun temurun dan Maluku memiliki keragaman sumber daya genetik cengkeh yang tinggi. Cengkeh asli Maluku yang banyak dikenal adalah  cengkeh AFO, Tibobo, Tauro, Sibela, Indari, Air mata, Dokiri, dan Daun Buntal, sedangkan cengkeh budi daya yaitu Zanzibar, Siputih, Sikotok, dan Ambon. Keanekaragaman  varietas  dan  kondisi  agroekologi  yang mendukung menjadikan Maluku sebagai produsen cengkeh terbesar di Indonesia setelah Sulawesi Selatan. Produksi cengkeh di Maluku pada masa mendatang diperkirakan akan terus menurun karena berbagai kendala, terutama akibat minimnya peremajaan atau rehabilitasi tanaman rusak karena ditinggalkan petani sebagai dampak  rendahnya harga atau minimnya  introduksi teknologi sehingga produktivitas tanaman rendah. Tulisan ini menjelaskan proyeksi produksi cengkeh Maluku dengan dan tanpa rehabilitasi. Berdasarkan hasil analisis model sistem dinamis diproyeksikan penurunan produksi cengkeh terus berlanjut hingga 15 sampai 30 tahun  mendatang.  Upaya  mempertahankan  eksistensi  Maluku sebagai penghasil cengkeh dan peningkatan produksi harus segera dilakukan terutama dengan cara rehabilitasi tanaman dalam jangka panjang. Upaya rehabilitasi dengan cara mengganti tanaman tua danmempebaiki 10% lahan rusak per tahun akan memenuhi permintaan cengkeh yang meningkat 1,5% per tahun. Rehabilitasi tanaman harus diiringi dengan upaya peningkatan produktivitas melalui pemupukan guna memperbaiki kerusakan tanaman setelah panen dan dilakukan dalam jangka pendek.Kata  kunci: Cengkeh,  areal  pertanaman,  rehabilitasi, produktivita
PERSPEKTIF PENINGKATAN DAYA SAING CENGKEH MALUKU DENGAN INDEKS KEBERLANJUTAN SISTEM AGRIBISNIS / Perspective of Increasing Maluku Clove’s Competitiveness with Sustainable Index of Agribusiness System Agung Budi Santoso
Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pertanian Vol 38, No 2 (2019): DESEMBER, 2019
Publisher : Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jp3.v38n2.2019.p114-122

Abstract

Clove is one of the main commodity which known since the 16th century and it was the main reason why imperialist found Maluku as clove resources. In Maluku, clove change society as from era of sultanate, colonialism, and independence era. This paper reviews the clove competitiveness compared to other clove producing provinces in Indonesia after severalepoch, especially reform era. Agribusiness system approach was used to enumerate the competitiveness index in the ten largest clove producing province in Indonesia. Sustainability index was calculated with multidimensional scaling. Clove Maluku occupies high-middle group, means Maluku is one of largest clove producing with sustainability index is middle. The others province in the same group are North Sulawesi, Central Sulawesi, East Java, and West Java. South Sulawesi is the only one which occupies high-high group. Furthermore, the high-low group consist of Banten, Southeast Sulawesi, North Maluku, and Central Java. Clove competitiveness can increase with enlarging productive plant area and immature plant area, increase productivity and fertilizer distribution, and reduce damaged plant area.Keywords: Cloves, competitiveness, agribusiness system, sustainability index, multidimensional scaling  AbstrakCengkeh merupakan salah satu komoditas unggulan yang telah dikenal sejak abad 16 dan menjadi alasan utama mengapa kolonial menemukan Maluku sebagai asal tanaman tersebut. Cengkeh di Maluku mampu mengubah kondisi masyarakat sejak zaman kesultanan, era kolonial, dan era kemerdekaan. Tulisan ini mereview kembali posisi daya saing cengkeh di Maluku dibandingkan provinsi penghasil cengkeh lainnya di Indonesia setelah mengalami beberapa zaman khususnya era reformasi. Pendekatan sistem agribisnis digunakan untuk memberi nilai terhadap daya saing cengkeh di sepuluh provinsi penghasil cengkeh terbesar di Indonesia. Cengkeh di Maluku menempati kelompok tinggi–menengah, yakni kelompok produsen cengkeh tinggi dengan tingkat keberlanjutan sedang. Provinsi lainnya yang berada di kelompok yang sama adalah Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, Jawa Timur, dan Jawa Barat. Sulawesi Selatan sebagai satu-satunya provinsi yang berada di kelompok tinggi-tinggi. Sedangkan kelompok tinggi-rendah ditempati oleh Banten, Sulawesi Tenggara, Maluku Utara, dan Jawa Tengah. Peningkatan daya saing cengkeh dapat dilakukan dengan cara meningkatkan luas tanaman menghasilkan, luas tanaman belum menghasilkan, meningkatkan produktivitas, peningkatan penyaluran pupuk, dan menekan luas tanaman rusak. Kata kunci: Cengkeh, daya saing, sistem agribisnis, indeks keberlanjutan, multidimensional scaling