Claim Missing Document
Check
Articles

Found 16 Documents
Search

DESAIN LOGO KERUPUK MIE “KEMBANG MATAHARI” SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN CITRA Purnengsih, Iis; Rukiah, Yayah; Pratama, Dendi; Dawami, Angga Kusuma
Jurnal Muara Ilmu Sosial, Humaniora, dan Seni Vol 3, No 1 (2019): Jurnal Muara Ilmu Sosial, Humaniora, dan Seni
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Universitas Tarumanagara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/jmishumsen.v3i1.3461

Abstract

Kerupuk Mie merek “Kembang Matahari” adalah salah satu produk unggulan daerah di Kabupaten Bogor yang berdiri sejak tahun 1977. Pemasaran yang kurang maksimal membuat Kerupuk Mie “Kembang Matahari” banyak ditiru, dan akhirnya menurunkan penjualannya. Perusahaan Kerupuk Mie “Kembang Matahari” harus bekerja keras untuk meningkatkan omzet penjualan. Dalam hal ini, salah satu upaya untuk meningkatkan omzet penjualan adalah dengan membuat desain logo yang menarik. Dan perusahaan Kerupuk Mie “Kembang Matahari” harus semaksimal mungkin untuk membentuk sebuah identitas yang kuat pada desain kemasan. Dengan adanya identitas yang kuat tersebut, sebuah perusahaan akan menjadi lebih dikenal oleh konsumen. Tujuan dari perancangan desain kemasan Kerupuk Mie”Kembang Matahari” adalah untuk menghasilkan desain kemasan dan logo Kerupuk Mie “Kembang Matahari”. Perancangan akan dilaksanakan dengan metode penelitian kualitatif secara deskriptif dengan melakukan observasi, wawancara, dokumentasi, studi literature dan studi kompetitor untuk mendapatkan data sebagai konsep perancangan desain kemasan Kerupuk Mie “Kembang Matahari”. Analisis data dengan menggunakan beberapa tahapan yaitu reduksi data, penyajian data, dan verifikasi kesimpulan. Setelah menganalisis data, ditemukan sebuah kata kunci “Asli” untuk perancangan desain logo . Konsep “Asli” dalam perancangan desain logo ini bermakna sesuatu yang bisa dipercaya. Hasil dari perancangan desain logo ini adalah upaya untuk meningkatkan citra dari logo Kerupuk Mie “Kembang Matahari”. The "Kembang Matahari" brand of Noodle Crackers is one of many flagship regional products in Bogor Regency which was established in 1977. Inadequate marketing of "Kembang Matahari" Noodle Crackers opened doors for imitation products, and ultimately reduced sales. "Kembang Matahari" Noodle Crackers Company must work hard to increase sales turnover. In this case, one of the efforts to increase sales turnover is by coming up with an attractive logo design and "Kembang Matahari" Noodle Crackers company must do its best to form a strong identity on packaging design. With this strong identity, the company will become better known by consumers. The purpose of designing "Kembang Matahari" Noodle Crackers packaging design is to produce both the "Kembang Matahari" Noodle Crackers packaging and logo design. The design will be carried out using descriptive qualitative research method by conducting observations, interviews, documentation, literature studies and competitor studies to obtain data as a design concept for the "Kembang Matahari" Noodle Crackers packaging design. Data analysis was conducted through several stages, from data reduction, data presentation, to verification of conclusions. After analyzing the data, the keyword "Original" was used for designing the logo. The concept of "Original" in the design of this logo means that it can be trusted. The result of this logo design is an effort to improve the image of the "Kembang Matahari" Noodle Cracker logo.
The Art Form of Wedha’s Pop Art Portrait (WPAP) Angga Kusuma Dawami; Martinus Dwi Marianto; Suwarno Wisetrotomo
IJCAS (International Journal of Creative and Arts Studies) Vol 8, No 1 (2021): June 2021
Publisher : Graduate School of Institut Seni Indonesia Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24821/ijcas.v8i1.5375

Abstract

Wedha's Pop Art Portrait (WPAP) has become one of the most popular visual arts in Indonesia since Wedha Abdul Rasyid decided on this style in 2010. A decade later, WPAP became part of visual arts in Indonesia, used by many millennial designers, sheltered by the chapter community in regions; Jakarta chapter, Jogjakarta chapter, Surabaya chapter, etc. Visual arts-based on faces is a strong characteristic of WPAP. Only a few have achieved the WPAP form in accordance with the art form that Wedha first brought up. Economic motives became the biggest influence on the change in orientation from WPAP art to commodity. Therefore, the art form in WPAP tends to follow market trends. This paper tries to define the existing art in WPAP, with the formulation of the problem: what is the art form in WPAP in Indonesia? The formal approach to art is an important part of knowing art in WPAP. Through descriptive-analytic, an explanation of the art form in WPAP according to the Wedha’s experience is presented in this paper. The analysis is using an analysis of interactions between members of the WPAP community in several chapters which already have a "chapter" community. The art form in WPAP has almost the same characteristics as Wedha's work in the early appearance of WPAP. Wedha had a past that grapples with artwork; making illustrations, making magazine covers, making comics, and so on. The makers of WPAP in the WPAP community also have an art form in WPAP that is the same in pattern, because it is based on WPAP that was initiated by Wedha at the beginning of its appearance. The art form in WPAP has characteristics in color and line drawing. Bentuk Seni dari Wedha’s Pop Art Portrait (WPAP) Abstrak Wedha's Pop Art Portrait (WPAP) menjadi salah satu seni visual yang banyak digemari sejak Wedha Abdul Rasyid memutuskan gaya ini pada tahun 2010. Satu dekade berikutnya, WPAP menjadi bagian dari seni visual di Indonesia, digunakan oleh banyak desainer milenial, dinaungi oleh komunitas chapter yang ada di wilayah-wilayah; chapter Jakarta, chapter Jogjakarta, chapter Surabaya, dll. Seni visual berbasis pada wajah, menjadi ciri khas yang kuat pada WPAP. Hanya sedikit yang mencapai bentuk WPAP yang sesuai dengan bentuk seni yang Wedha munculkan pertama kali. Motif ekonomi menjadi pengaruh terbesar pada perubahan orientasi dari seni WPAP menjadi komoditi. Sehingga bentuk seni dalam WPAP cenderung untuk mengikuti tren pasar. Tulisan ini mencoba untuk mendefinisikan seni yang ada dalam WPAP, dengan rumusan masalah: Bagaimana bentuk seni dalam WPAP menurut komunitasnya di Indonesia? Pendekatan formal seni menjadi bagian penting untuk mengetahui seni dalam WPAP. Melalui diskriptif-analitik, penjelasan tentang bentuk seni dalam WPAP menurut komunitasnya disajikan dalam tulisan ini. Analisis yang digunakan adalah analisis interaksi antar anggota komunitas WPAP di beberapa chapter yang telah memiliki komunitas “chapter”. Bentuk seni dalam WPAP memiliki ciri khas yang hampir sama dengan karya Wedha pada awal-awal kemunculan WPAP pertama kali. Wedha memiliki masa lalu yang bergulat dengan pekerjaan seni; membuat ilustrasi, membuat cover majalah, membuat komik, dan lain sebagainya. Pembuat WPAP di komunitas WPAP juga memiliki bentuk seni dalam WPAP yang sama secara pola, karena memang berbasis pada WPAP yang dicetuskan oleh Wedha pada awal kemunculannya. Bentuk seni dalam WPAP memiliki ciri khas dalam warna, tarikan garis, pemilihan pallet, konstruksi wajah.
Perancangan Logo Organisasi Forum Komunikasi Masyarakat Peduli Difabel (FKMPD) Klaten Ariefika Listya; Angga Kusuma Dawami
Jurnal Desain Vol 5, No 02 (2018): Jurnal Desain
Publisher : Universitas Indraprasta PGRI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (720.513 KB) | DOI: 10.30998/jurnaldesain.v5i02.2195

Abstract

Tidak hanya organisasi berorientasi profit, organisasi non profit juga memerlukan logo, agar dapat membedakan dirinya dengan entitas organisasi yang lain. Ketidakadaan identitas visual salah satu organisasi difabel di Klaten Forum Komunikasi Masyarakat Peduli Difabel (FKMPD), menyebabkan persepsi masyarakat kepada organisasi tersebut hanya sebatas ada kegiatan, namun tidak terposisikan dengan baik dalam benak komunitas lain yang lebih luas. Studi ini membahas tentang bagaimana merancang logo dan implementasinya pada beberapa media secara konsisten sesuai dengan identitas dari entitas Forum Komunikasi Masyarakat Peduli Difabel (FKMPD) Klaten. Dengan menggunakan metode deskriptif kualitatif, tulisan ini memberikan gambaran bahwa merancang logo organisasi non profit terkait difabel khususnya FKMPD memerlukan proses yang sama dengan merancang logo organisasi berorientasi profit pada umumnya. Penelitian berbasis perancangan ini menghasilkan logo FKMPD Klaten yang bertipe logotype guna menekankan nama FKMPD dimana huruf K merupakan representasi ikon orang yang bersemangat dan penuh harapan serta huruf M yang merupakan penggabungan dari simbol hati merepresentasikan wujud kepedulian terhadap kesetaraan difabel dengan non difabel.
Representasi City Branding Jakarta melalui Identitas Merek Asian Para Games 2018 Atiek Nur Hidayati; Yulianto Hadiprawiro; Angga Kusuma Dawami
Jurnal Desain Vol 6, No 03 (2019): Jurnal Desain
Publisher : Universitas Indraprasta PGRI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (592.663 KB) | DOI: 10.30998/jd.v6i3.3652

Abstract

Penelitian ini akan mengeksplorasi representasi city branding Jakarta melalui identitas merek Asian Para Games 2018. Asian Para Games sebagai sport mega event dapat menjadi akselerasi dalam membentuk city branding. Pendekatan kualitatif digunakan dengan studi kasus identitas merek Asian Para Games 2018 yang dikaitkan dengan elemen identitas city branding. Identitas merek yang akan dianalisis adalah logo, maskot dan slogan. Hasil penelitian ini adalah (1) logo, maskot, dan slogan Asian Para Games 2018, merupakan representasi dari visual difabel yang mengangkat konsep kesetaraan antara difabel dan non-difabel, sehingga tidak memberikan gambaran yang diskriminatif (2) visual difabel tidak harus selalu muncul jelas pada logo, maskot dan slogan; (3) identitas merek Asian Para Games 2018 merupakan salah satu citra city branding Jakarta yang diilustrasikan melalui elemen visual acara olahraga difabel terbesar di Asia.
Semiotika Komunikasi Visual pada Kampanye Media Daring Organisasi Difabel Akar Tuli Angga Kusuma Dawami
Jurnal Desain Vol 7, No 1 (2019): Jurnal Desain
Publisher : Universitas Indraprasta PGRI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (593.982 KB) | DOI: 10.30998/jd.v7i01.2084

Abstract

Organisasi difabel menciptakan produk-produk kampanye media daring yang diproduksi guna membantu komunikasi visual mereka untuk mencapai tujuan organisasinya. Akar Tuli merupakan salah satu organisasi difabel Tuli yang menggunakan sosial media pada media daring untuk mempublikasikan karya-karya kampanyenya. Tulisan ini membahas tentang bagaimana semiotika komunikasi visual dari kampanye digital yang dilakukan oleh Akar Tuli. Dengan menggunakan pendekatan semiotika, dan analisis semiotika komunikasi visual, karya-karya kampanye digital Akar Tuli mampu diklasifikasikan berdasarkan tanda, kode, dan makna yang terkandung di dalamnya. Penelitian ini menunjukkan bahwa bahwa ketiga iklan yang telah dibahas dalam tulisan dengan menggunakan semiotika komunikasi visual menunjukkan adanya kode-kode kebudayaan, simbolik, dan narasi dalam menampilkan poster digital mereka. Wacana-wacana yang mendalam dari kampanye media daring yang telah dipaparkan belum menunjukkan kedalaman materi yang diangkat dalam kampanye. Hanya sebagai sebuah peringatan hari besar, atau sebuah momen, atau hanya sebagai undangan terbuka. Produksi iklan yang berperan sebagai tanda, dapat dilihat sebagai sebuah gejala komunikasi visual yang dapat dibaca serta ditafsirkan guna menjadi sebuah ilmu pengetahuan untuk komunitas difabel itu sendiri atau masyarakat lebih luas. Selain itu juga membuktikan bahwa difabel tidak hanya sekedar menjadi obyek charity, namun menjadi subyek yang juga berperan dalam masyarakat secara luas
Pop Art di Indonesia Angga Kusuma Dawami
Jurnal Desain Vol 4, No 03 (2017): Jurnal Desain
Publisher : Universitas Indraprasta PGRI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (916.509 KB) | DOI: 10.30998/jurnaldesain.v4i03.1356

Abstract

Andy Warhol, dengan menentang industrialisasi pada tahun 1960-an, menjadikan Pop Art dikenal dan akhirnya menyebar ke segala penjuru dunia. Pop Art sebagai sebuah gaya, maupun aliran dapat dilihat bagaimana eksistensinya masuk dalam sendi-sendi kesenian modern sampai sekarang. Banyak seniman-seniman visual yang akhirnya menggunakan Pop Art sebagai teknik, maupun gaya yang menghasilkan karya yang berbeda. Di Indonesia, Pop Art masuk dalam Seni Rupa Murni, dan juga dalam Desain. Semangat Pop Art pada era sekarang berbeda dengan semangat Pop Art ketika Andy Warhol memunculkannya. Tulisan ini membahas tentang sejarah Pop Art dunia yang masuk ke Indonesia. Ditemukan bahwa secara langsung maupun tidak langsung, Pop Art di Indonesia cenderung meniru Pop Art di dunia.
Analisis Kampanye Hari Disabilitas Internasional (HDI) Tahun 2017 Kabupaten Klaten Angga Kusuma Dawami; Yayah Rukiah; M. S. Andrijanto
Jurnal Desain Vol 6, No 01 (2018): Jurnal Desain
Publisher : Universitas Indraprasta PGRI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1145.531 KB) | DOI: 10.30998/jurnaldesain.v6i01.2620

Abstract

Ajang peringatan Hari Disabilitas Internasional (HDI) adalah ajang untuk organisasi difabel menunjukkan dirinya merupakan bagian dari masyarakat yang utuh. Semangat untuk menjadi setara merupakan semangat yang terus digaungkan dimanapun HDI dilakukan. Difabel Klaten merupakan salah satu merek persatuan difabel, yang berbentuk organisasi, namun menjadi merek perjuangan untuk organisasi-organisasi disabilitas di Kabupaten Klaten pada HDI Klaten 2017. Materi-materi kampanye yang diproduksi oleh Difabel Klaten menjadi corak tersendiri yang mewarnai HDI tahun 2017. Produksi visual pada Kampanye Sosial oleh Difabel Klaten memberikan gambaran yang menarik dalam mencerminkan dirinya sebagai salah satu merek dalam perjuangan advokasi dari yang pernah ada. Difabel Klaten memproduksi kampanye secara visual secara terstruktur, dari Logo, Maskot, E-Banner, dll. Tulisan ini membahas tentang analisis kampanye yang dilakukan oleh Difabel Klaten pada Hari Disabilitas Internasional (HDI) tahun 2017 di Kabupaten Klaten. Dengan menggunakan deskriptif analitik, materi-materi kampanye Difabel Klaten dibahas secara komprehensif. Hasil penelitian ini adalah (1) terdapat konsistensi atas ide-ide komunikasi visual yang diproduksi oleh Difabel Klaten; (2) adanya kesinambungan antar ide kreatif dengan semangat perjuangan Difabel yang dilihat dari logo, maskot, dan produksi visual lainnya.
PERUBAHAN LOGO HARIAN SINGGALANG Yayah Rukiah; Nurulfatmi Amzy; Angga Kusuma Dawami
Jurnal Dimensi DKV Seni Rupa dan Desain Vol. 4 No. 1 (2019): Jurnal Dimensi DKV Seni Rupa dan Desain
Publisher : Universitas Trisakti

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (420.937 KB) | DOI: 10.25105/jdd.v4i1.4562

Abstract

AbstractThe Changes of Singgalang Newspaper Logo. Logo becomes an inseparable identity in introducing a brand to society in general. The construction of the shape represents the identity in itself to show the entity and become a characteristic that is finally known to the target audience. Changes to the logo are based on the need for the entity to always make a new appearance to be better known and to imprint the meaning of theentity in the minds of consumers. As one of the National newspapers, the Singgalang daily also changed its logo from the beginning of its publication in 1969. Changes in form that corresponded to Singgalang’s identity brought a different perception between one logo and another. The shapes differ from the first logo to the online media logo, indicating that Singgalang has special characteristics to show himself to the generalpublic. This article discusses the development of the Singgalang Daily logo that was published for the first time, until the logo is displayed in online media. The results of this study used the semiotic-Sumbo Tinarbuko approach, to see logos as symbols that exist and continue to make changes over time. By using semiotic analysis, the results ofthis study show that logos are important for re-branding to get into the community in general.AbstrakPerubahan Logo Harian Singgalang. Logo merupakan salah satu identitas yang tidak terpisahkan dalam mengenalkan sebuah merek kepada masyarakat secara umum. Konstruksi bentuk merepresentasikan identitas dalam dirinya untuk menunjukkan entitasnya dan menjadi ciri khas yang akhirnya dikenal kepada target pembacanya. Perubahan logo didasari pada kebutuhan entitas untuk selalu membuat tampilan baru agar lebih dikenal dan lebih menancapkan makna bentuk entitasnya di benak konsumen. Sebagai salah satu koran nasional, Harian Singgalang juga melakukan perubahan logo dari awal terbitnya di 1969. Perubahan bentuk yang sesuai dengan identitas Singgalang membawa persepsi yang berbeda antar satu logo dengan logo yang lain. Bentukbentuknyayang berbeda dari logo pertama sampai logo media daringnya, menandakan Singgalang memiliki ciri khusus untuk menunjukkan dirinya kepada masyarakat umum.Tulisan ini membahas tentang perkembangan logo Harian Singgalang yang terbit pertama kali, sampai logo yang ditampilkan di media daring. Hasil penelitian ini menggunakan pendekatan semiotika-Sumbo Tinarbuko, untuk melihat logo sebagaisebuah simbol yang ada dan terus dilakukan perubahan dari waktu ke waktu. Dengan menggunakan analisis semiotika, hasil penelitian ini memperlihatkan bahwa logo menjadi penting untuk dilakukan desain ulang (re-branding) untuk dapat masuk ke masyarakat secara umum.
Fenomenologi Desain: Pengungkapan Pengalaman Desainer dalam Desain Komunikasi Visual Angga Kusuma Dawami; Muhammad Rifqi
Human Narratives Vol 2, No 2 (2021): Human Narratives
Publisher : Universitas Indraprasta PGRI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30998/hnr.v2i2.968

Abstract

Pada dasarnya, akar dari desain, khususnya desain komunikasi visual, adalah seni rupa. Dengan pendekatan fenomenologi, tulisan ini mendiskusikan pengungkapan pengalaman desainer di ranah seni rupa melalui penciptaan karya desain komunikasi visual. Proses penciptaan desainer ini menarik untuk ditelaah, karena dapat menjadi jendela untuk mengakses pengetahuan autentik desainer agar dapat diketahui oleh khalayak. Tulisan ini menggunakan fenomenologi Martin Heidegger sebagai pisau analitis untuk memahami tahapan-tahapan metodis yang dijalani seorang desainer komunikasi visual, sehingga didapatkan pengetahuan yang berbasis pada genetik karya, yakni proses dalam mana karya tersebut dilahirkan oleh sang desainer.
Katarsis Seni pada Lukisan “At Eternity’s Gate” Karya Vincent Van Gogh dalam Pandangan Kritik Seni Salsabila Syah Rokhim; Yulianto Hadiprawiro; Angga Kusuma Dawami
Ars: Jurnal Seni Rupa dan Desain Vol 25, No 3 (2022): DESEMBER 2022
Publisher : Institut Seni Indonesia Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24821/ars.v25i3.5651

Abstract

At Eternity’s Gate adalah sebuah lukisan minyak karya Vincent van Gogh yang dibuat pada tahun 1890 di Saint-Rémy de Provence. Lukisan tersebut diselesaikan pada awal Mei saat kesehatannya pulih dan sekitar dua bulan sebelum kematian-yang umumnya dianggap sebagai bunuh diri. Karena kasus bunuh diri yang dilakukannya maka penelitian ini bertujuan mengungkap tanda-tanda kondisi mental Vincent van Gogh melalui katarsis seni dalam karyanya. Pendekatan yang diampu ialah teori Kritik Seni Edmund Burke Feldman dalam bukunya “Art as Image and Idea” ke dalam 4 bagian yaitu deskripsi, analisis formal, interpretasi, dan evaluasi. Kritik seni merupakan salah satu cara untuk mengungkap dan memahami makna karya seni. Hasil penelitian mengacu kepada pemakaian warna kuning berlebih juga perpaduan biru sebagai representasi gejala gangguan mental yang dialami oleh Vincent van Gogh. Studi ini bisa dipakai untuk mengungkap makna dari ekspresi visual dari karya seni.