Claim Missing Document
Check
Articles

Found 19 Documents
Search

PEMANFAATAN LAPANGAN TARUNA SEBAGAI RUANG BERKUMPUL DI KOTA GORONTALO Moh. Muhrim Tamrin; Amru Siola
Jurnal Arsitektur ARCADE Vol 5, No 1 (2021): Jurnal Arsitektur ARCADE Maret 2021
Publisher : Prodi Arsitektur UNIVERSITAS KEBANGSAAN

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31848/arcade.v5i1.625

Abstract

Abstract: Taruna Remaja Field in Gorontalo City is a city square that is used as the center of Gorontalo community activities, gathering space and sports venue. The purpose of this study was to determine (1) what types of activities are carried out by the community in utilizing the Taruna field as a gathering space, (2) which areas are often used by the community in utilizing the Taruna field as a gathering space. The method used in this research is a qualitative method with a rationalistic approach using accidental sampling techniques. The results of the study found a relationship between the profile of the respondents and the benefits of Taruna Remaja Field. The characteristics of the respondents were obtained from the results of questionnaires distributed with accidental sampling techniques to Taruna Remaja Field users. From the observations of the research carried out, it was found that several characteristics of Taruna Remaja Field users, generally in the form of activities that are repeated every day, such as refreshing (sitting while chatting, playing), sports, and culinary. In addition, around 62% of field users are dominated by female visitors.Abstrak: Lapangan Taruna Remaja di Kota Gorontalo, merupakan sebuah alun-alun kota yang digunakan sebagai pusat kegiatan masyarakat Gorontalo, tempat berkumpul dan olahraga. Tujuan Penelitian ini untuk mengetahui (1) Jenis kegiatan apa saja yang dilakukan masyarakat dalam memanfaatkan lapangan Taruna sebagai ruang berkumpul, (2) Area kawasan mana saja yang sering digunakan masyarakat dalam memanfaatkan lapangan Taruna sebagai ruang berkumpul. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif dengan pendekatan rasionalistik menggunakan teknik sampling aksidental. Hasil dari penelitian ditemukan keterkaitan antara profil responden dengan manfaat Lapangan taruna Remaja. Karakteristik responden didapat dari hasil kuesioner yang dibagikan dengan teknik sampling aksidental terhadap pengguna lapangan Taruna remaja. Dari pengamatan penelitian yang dilakukan, ditemukan beberapa karakteristik pengguna lapangan taruna remaja, umumnya berupa aktivitas yang berulang tiap harinya yaitu refreshing (duduk sambil ngobrol, bermain), olahraga serta kuliner. Selain itu sekitar 62% pengguna lapangan didominasi oleh pengunjung wanita.
PENGARUH PENGGUNAAN DINDING PAPAN TERHADAP LINGKUNGAN TERMAL RUMAH ADAT DULOHUPA KOTA GORONTALO Amru Siola; St. Haisah; Satar Saman
RADIAL : Jurnal Peradaban Sains, Rekayasa dan Teknologi Vol 10 No 2 (2022): RADIAL
Publisher : Universitas Bina Taruna Gorontalo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstrak: Pengaruh Penggunaan Dinding Papan Terhadap Lingkungan Termal Rumah Adat Dulohupa Kota Gorontalo. Dinding merupakan elemen bangunan yang diharapkan dapat merespon faktor iklim dan lingkungan, sebagai alat untuk memanipulasi iklim mikro, sehingga tercipta kenyamanan. Fokus penelitian adalah pada masalah termal, yang berkaitan dengan pengaruh dinding papan terhadap lingkungan termal rumah adat Dulohupa, agar di ketahui sejauh mana pengaruh dinding terhadap pelepasan panas kedalam ruang, Penelitian dilakukan dengan menggunakan alat ukur termokopel, anemometer, termometer dan humidity sebagai alat bantu ukur dalam mengukur temperatur permukaan dinding dalam dan luar, pergerakan udara, kelembaban dan temperatur lingkungan. Hasil pengukuran suhu pada Rumah Adat Dulohupa Kota Gorontalo ada ruang yaitu ruang teras depan, ruang tamu/keluarga dan ruang kamar, untuk ruang kamar 03 dan kamar 04 suhu udara tertinggi terjadi pada pukul 13.00 WITA dengan suhu 31,02 °C. dan suhu terendah yaitu 30,07 °C. pada pukul 07.00 WITA. Hasil simulasi dengan menggunakan software autodesk Ecotect pada rumah adat Dulohupa, yaitu suhu tertinggi didapatkan pada jam 11.00– 12.00 sebesar 36,1 °C sedangkan diluar bangunan 35,3 °C dan sedikit megalami penurunan pada jam 13.00-14.00 sebesar 36,00 °C namun di luar bangunan mengalami kenaikan yaitu 35,7 °C. Jadi meskipun temperatur diluar bangunan tinggi namun temperatur didakam bangunan tetap rendah. Kata kunci: Dinding Papan; Kenyamanan Termal; Termal Lingkungan; Rumah Adat Dulohupa. Abstract: The Effect Of Board Walls Use On The Dulohupa Traditional House Thermal Temperature In Gorontalo City. The wall is a building element expected to respond to climatic and environmental factors as a tool to manipulate the microclimate for comfort. This research focuses on the thermal problem related to the effect of the board walls on the thermal environment of the Dulohupa traditional house, aiming to find the effect of wall use on heat release into the room. This study utilizes a thermocouple, anemometer, thermometer, and humidity for measuring inner and outer walls' surface temperatures, air movement, humidity, and ambient temperature. This research explains that the Dulohupa Traditional House has rooms, namely a front terrace, living/family room, and bedroom. Rooms 03 and 04 have the highest air temperature of 31.02°C, occurring at 13.00 WITA (Central Indonesia Time). The lowest is 30.07°C at 07.00 WITA. The simulation by the Autodesk Ecotect software indicates the highest of 36.1°C at 11.00-12.00. Its outside temperature is 35.3°C. It slightly decreases to 36.00°C at 13.00-14.00. However, there has a temperature increase of 35.7°C outside. The temperature inside remains low even though the outside is high. Keywords: board wall; thermal comfort; environmental thermal; Dulohupa traditional house
TOROSIAJE MANGROVE ECOPARK DI KABUPATEN POHUWATO DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR EKOLOGI Siti Maysaroh; Amru Siola; Rahmawati Eka
Venustas Vol 2 No 2 (2023): Jurnal Arsitektur, Kota dan Permukiman (Venustas)
Publisher : Program Studi Teknik Arsitektur, Fakultas Teknik - Universitas Ichsan Gorontalo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37195/venustashome.v2i2.423

Abstract

Perancangan  ini bertujuan untuk merancang sebuah wisata mangrove ecopark yang  ada  di  Torosiaje Kabupaten Pohuwato  dengan  menggunakan sebuah  pendekatan Arsitektur Ekologi.   Wisata merupakan sebuah kegiatan yang dilakukan seseorang atau sekelompok orang untuk melepas penat atau berekreasi dan bersantai. Wisata juga menjadi salah satu kegiatan yang dapat membantu peningkatan pendapatan daerah. Adapun penelitian pada perancangan ini dilakukan dengan cara observasi, dokumentasi dan studi kepustakaan. Dari hasil data-data yang ada  kemudian menghasilkan sebuah rancangan kawasan wisata mangrove. Adapun tahap yang dilakukan sebelum perancangan yaitu pembuatan konsep pendekatan yang di gunakan agar kemudian akan menghasilkan sebuah gambar perancangan Mangrove Ecopark. Adapun pendekatan yang di gunakan yaitu pendekatan ekologi yang bertujuan agar pembangunan Ecopark tidak merusak lingkungan dan menggunakan material yang dapat di perbaharui sehingga tidak menyebabkan pencemaran pada lingkungan. Penerapan Arsitektur Ekologi pada perancangan terletak pada penataan bangunan yang berada di antara pepohonan mangrovesehingga nantinya tidak merusak kawasan mangrove yang ada.
PENATAAN KAWASAN WISATA DANAU PAISU POK DI KABUPATEN BANGGAI KEPULAUAN DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR EKOLOGI Hediyanto Irawan Putra Sukardi; Amru Siola; Arifuddin Arifuddin
Venustas Vol 2 No 2 (2023): Jurnal Arsitektur, Kota dan Permukiman (Venustas)
Publisher : Program Studi Teknik Arsitektur, Fakultas Teknik - Universitas Ichsan Gorontalo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37195/venustashome.v2i2.551

Abstract

Perancangan bertujuan untuk menata kawasan wisata danau Paisu Pok di Kabupaten Banggai Kepulauan dengan menggunakan pendekatan Arsitektur Ekologi. Kawasan wisata merupakan tempat berlibur atau rekreasi dari padatnya aktivitas sehari-sehari dengan bersenang-senang dan bersuka ria dengan fasilitas sarana dan prasarana yang telah tersedia seperti restoran, kantin, taman bunga, taman anak-anak, gazebo, villa type1 dan villa type2. Penataan kawasan wisata danau Paisu Pok dengan luas 4 ha bertujuan menata site, sitem sirkulasi, sistem utilitas, sistem struktur dan sarana prasarana yang sesuai dengan Arsitektur Ekologi. Arsitektur Ekologi merupakan gaya arsitektur yang memperhatikan lingkungan disekitarnya baik hewan, tumbuhan, dan manusia, serta meminimalisir pemakaian energy Sumber daya yang tidak diperbaharui agar bertahan lebih lama. Pendekatan Arsitektur Ekologi pada Penaataan kawasan Wisata danau Paisu Pok yaitu bukaan pada bangunan seperti ventilasi silang, sistem pencahayaan alami, sistem pengelohan sampah dan limbah, agar memberikan kawasan wisata yang nyaman dan lebih dekat dengan alam tanpa merusak lingkungan disekitarnya.
PERANCANGAN SANATORIUM DI GORONTALO DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR MODERN FUNGSIONALIS Rio Vahlevi Noor Zulkifli Lasalewo; Amru Siola; Moh Muhrim Tamrin
JAMBURA Journal of Architecture Vol 5, No 1 (2023): JJoA : Juni 2023
Publisher : Universitas Negeri Gorontalo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37905/jjoa.v5i1.20140

Abstract

Countering the spread of Tuberculosis disease in Gorontalo is still very low and slow in service.  This is due to the lack of health support facilities specifically for Tuberculosis disease. According to the 2018 Case Detection Rate, Gorontalo Province ranks 6th as the province with the highest spread of Tuberculosis in Indonesia.  Based on the number of all Tuberculosis case records per 100,000 population, Gorontalo Province ranks 4th among 34 other provinces in Indonesia, after DKI Jakarta, South Sulawesi, and Papua.  The construction of sanatorium buildings is prioritized to be built in distant areas with minimal population. It is intended that the spread of Tuberculosis disease can be reduced and sufferers can recover faster.  The right design analysis to adjust the needs of sanatorium building users is to use the functionalist modern architecture design approach.  Through this approach, the function of the building becomes a reference in the design process so that it can meet the needs of the building users, namely both patients and managers.Penanggulangan penyebaran penyakit Tuberculosis di Gorontalo masih sangat minim dan lambat pelayanannya, hal tersebut dikarenakan kurangnya fasilitas penunjang kesehatan khusus penyakit Tuberculosis. Menurut Case Detection Rate tahun 2018, Provinsi Gorontalo menempati peringkat ke-6 sebagai provinsi dengan penyebaran Tuberculosis tertinggi di Indonesia, sedangkan menuru tangka semua notifikasi kasus Tuberculosis per 100.000 penduduk, Provinsi Gorontalo menempeti peringkat ke-4 diantara 34 provinsi lain di Indonesia, setelah DKI Jakarta, Sulawesi Selatan, dan Papua. Pembangunan bangunan sanatorium di prioritaskan di bangun di daerah jauh penduduk yang minim populasi, hal tersebut ditujukan agar penyebaran penyakit Tuberculosis dapat berkurang dan para penderita dapat sembuh lebih cepat. Analisis perancangan yang tepat untuk menyesuaikan kebutuhan pengguna bangunan sanatorium adalah dengan menggunakan pendekatan perancangan Arsitektur Modern Fungsionalis, dimana dalam pendekatan ini, fungsi dari bangunan yang menjadi acuan dalam proses perancangan, sehingga dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan pengguna bangunan, baik pasien dan pengelolanya.
REDESAIN TERMINAL BONAWANG TIPE B KOTA KOTAMOBAGU DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR NEO VERNAKULAR Vivi Arista Damopolii; Amru Siola; Moh Muhrim Tamrin
JAMBURA Journal of Architecture Vol 5, No 1 (2023): JJoA : Juni 2023
Publisher : Universitas Negeri Gorontalo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37905/jjoa.v5i1.20049

Abstract

Penataan dam pengembangan Terminal Bonawang Tipe B di Kota Kotamobagu sebagai sebuah sarana transportasi darat yang menunjang segala aktivitas lalu lintas masyarakat baik didalam maupun diluar dari Kota Kotamobagu. Terminal Bonawang memiliki peran penting dalam berbagai aspek salah satunya sebagai penghubung kegiatan lalu lintas yang dapat menunjang kegiatan daerah khususnya Kota Kotamobagu sebagai daerah yang berfokus pada bidang jasa. Terminal Bonawang tipe B di Kotamobagu mempunyai luas 8 Ha, berdasarkan klasifikasi tingkat pelayanan Terminal Bonawang masuk pada kategori terminal madya dimana dapat menampung 25-50 unit kendaraan/jam. Redesain Terminal ditujukan untuk mendapatkan tatanan site, tampilan bangunan yang berkaitan dengan pendekatan Arsitektur Neo Vernakular, utilitas, sirkulasi, serta tata massa, Adapun kebutuhan ruang yang didapakan yaitu 4.572,99 m², yang terdiri atas ruang gedung terminal sebesar 839 m², gedung pengelola 156,65 m², fasiltas pendukung 314,99 m², fasilitas servis 304,2 m², fasilitas sopir 588,38 m² dan untuk lahan parkir dengan luas 2.958,15 m². Redesain difokuskan pada penambahan fasilitas serta pemanfaatan lahan yang lebih efisien, sedangkan pada tampilan bangunan menggunakan konsep pendekatan Arsitektur Neo Vernakular yang merupakan bentuk akulturasi dari budaya dan teknologi yang berfungsi untuk tetap memelihara budaya daerah. Arsitektur Neo Vernakular diterapkan pada beberapa bagian yaitu meliputi pengadopsian bentuk atap rumah adat Bobakidan, bentuk ornamen rumah adat Komalig dan Ornamen flora dari kotak kabela sebagai simbol kepercayaan yang dinamis.
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI POLA SPASIAL PERMUKIMAN SUKU BAJO DI DESA TOROSIAJE LAUT Satar Saman; Amru Siola
RADIAL : Jurnal Peradaban Sains, Rekayasa dan Teknologi Vol 11 No 1 (2023): RADIAL
Publisher : Universitas Bina Taruna Gorontalo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37971/radial.v11i1.380

Abstract

This research aims to determine the factors that influence spatial settlement patterns, because a deep understanding of these factors can help in the planning and management of sustainable coastal areas. Settlement area, is a place to live and a place to carry out activities to support the lives of its inhabitants, namely the relationship between humans and humans, with nature and with their creator. This research uses a rationalistic method, the analysis is done in qualitative description. The number of samples in this study were: 30 residential units of the Bajo tribe, from the total population of 112 residential units of the Bajo tribe that were found (remaining). Factors affecting the spatial pattern of settlements in the Bajo Tribe of Torosiaje Laut village, Poguwato district, the existence of geometric patterns that stand out in the main bridge network and the mass order of buildings is inseparable from natural factors in the form of the sea or tides. Patterns are seen in the mass order and network of main bridges and divider bridges. There is a short branching pattern. The smallest network is within the settlement area. Linear patterns are seen in the building mass order and bridge network in the eastern region, while the organic pattern factor is seen in the building mass order, and the connecting bridge network that develops due to spontaneity and irregularity of the building mass due to lack of planning.
PENGARUH KETEBALAN DINDING TERHADAP TIME LAG MASJID JAMI’ KOTA PALOPO Amru Siola
LOSARI Jurnal Arsitektur, Kota dan Permukiman Vol 3 No 1 Februari 2018
Publisher : Universitas Muslim Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (233.658 KB) | DOI: 10.33096/losari.v3i1.68

Abstract

Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh ketebalan dinding terhadap lingkungan termal masjid Jami’ Palopo, dengan cara: Bagaimana pengaruh ketebalan dinding terhadap perbedaan temperatur permukaan dinding luar dengan temperatur permukaan dinding dalam, dan kecepatan pelepasan panas (time lag)?. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah: observasi lapangan menggunakan alat untuk mengukur temperatur permukaan dinding dalam dan luar, pergerakan udara, temperatur bukaan, kelembaban dan temperatur lingkungan. Hasil pengukuran dijabarkan dalam bentuk grafik dan dijelaskan secara deskriptif, kemudian dianalisis pada program komputer dengan metode simulasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa antara temperatur ruang shalat dengan temperatur lingkungan bangunan sangat nyata. Analisis simulasi dengan variasi ketebalan dinding batu alam. Jadi time lag yang dihasilkan sebesar 11 jam. Sedangkan untuk ketebalan dinding 92 cm dan 100 cm pada pukul 19:00 sampai pukul 06:00 hasilnya positif, dan pada pukul 07:00 sampai pukul 18:00, temperatur yang dilepaskan hasilnya negatif, maka time lag yang dihasilkan adalah 12 jam.
BENTUK HUNIAN SUKU BAJO AKIBAT PENGARUH INTERAKSI HUNIAN SUKU GORONTALO DI DESA TORISIAJE KABUPATEN POHUWATO PROVINSI GORONTALO Amru Siola
LOSARI Jurnal Arsitektur, Kota dan Permukiman Vol 4 No 1 Februari 2019
Publisher : Universitas Muslim Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33096/losari.v4i1.119

Abstract

Masyarakat pesisir, baik langsung maupun tidak langsung, menggantungkan kelangsungan hidupnya dari mengelola potensi sumberdaya kelautan. Seperti juga masyarakat yang lain, masyarakat nelayan menghadapi banyak masalah seperti politik, sosial dan ekonomi yang kompleks. Ragam masalah tersebut antara lain: 1) kemiskinan, kesenjangan sosial dan tekanan-tekanan ekonomi yang datang setiap saat, 2) keterbatasan akses modal, teknologi dan pasar sehingga mempengaruhi dinamika usaha, 3) kelemahan fungsi kelembagaan sosial ekonomi yang ada, 4) kualitas sumber daya manusia (SDM) yang rendah sebagai akibat keterbatasan akses pendidikan, kesehatan dan pelayanan publik, 5) degradasi sumberdaya lingkungan, baik di kawasan pesisir, laut maupun di pulau-pulau kecil, 6) belum kuatnya kebijakan yang berorientasi pada kemaritiman sebagai pilar utama pembangunan nasional. Permasalahan yang akan dikaji oleh peneliti dalam penelitian ini yaitu bagaimana wujud interaksi suku Gorontalo dengan suku Bajo di desa Torosiaje dan Bagaimana perubahan bentuk hunian suku Bajo di desa Torosiaje Kabupaten Pohuwato provinsi Gorontalo. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metodologi kualitatif dan kuantitatif secara bersama-sama. Tampak rumah suku Bajo: dilihat dari tampak depan, belakang maupun samping rumah tradisional sudah mengalami perubahan bentuk. Hal yang paling spesifik bisa kita lihat pada tampak depannya dengan penambahan atap pelana yang merupakan ciri khas rumah suku Gorontalo. Kecenderungan perubahan bentuk hunian suku Bajo mengikuti bentuk rumah tradisional suku Gorontalo sangat kuat dipengaruhi oleh adanya pengaruh interaksi dengan suku Gorontalo di desa Torosiaje.