Prima Dian Furqoni
Dosen Universitas Malahayati

Published : 7 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 7 Documents
Search

FAKTOR – FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN RUJUKAN RAWAT JALAN TINGKAT PERTAMA (RJTP) PESERTA BPJS DI PUSKESMAS GUNUNG SUGIH KABUPATEN LAMPUNG TENGAH Rohani Rohani; Muhammad Ricko Gunawan; Iit Imas Masitoh; Dian Prima Furqoni
Holistik Jurnal Kesehatan Vol 8, No 2 (2014)
Publisher : Program Studi Ilmu Keperawata Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Malahayati

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (114.609 KB) | DOI: 10.33024/hjk.v8i2.211

Abstract

Dispepsia merupakan kumpulan gejala berupa keluhan nyeri, perasaan tidak enak perut bagian atas yang menetap atau episodik disertai dengan keluhan seperti rasa penuh saat makan, cepat kenyang, heartburn, kembung, sendawa, anoreksia, mual, dan muntah. Besarnya angka kejadian sindroma dyspepsia pada remaja sesuai dengan pola makannya yang sebagian besar tidak teratur. Dispepsia dapat disebabkan oleh banyak hal. Hasil wawancara awal yang dilakukan peneliti terhadap 10 orang Siswi SMP Negeri Karya Penggawa, maka ditemukan dari 10 siswa 6 diantaranya mengalami sindroma dispepsia. Tujuan dari penelitian ini adalah diketahui hubungan pola makan dengan sindroma dispepsia remaja putri di SMP Negeri Karya Penggawa Kabupaten Pesisir Barat Tahun 2013.Jenis penelitian adalah kuantitatif dengan pendekatan cross sectional. Populasi penelitian adalah seluruh remaja putri di SMP Negeri Karya Penggawa Kabupaten Pesisir Barat  sejumlah 279 siswi, sampel adalah 165 orang. Pengumpulan data dengan menggunakan kuesioner. Analisa data yang digunakan adalah uji chi square. Hasil penelitian menunjukkan Ada hubungan pola makan dengan sindroma dispepsia remaja putri Di SMP Negeri Karya Penggawa Kabupaten Pesisir Barat Tahun 2013 (p value 0,000 OR 4,254). Saran Agar remaja membuat jadwal makan sehari-hari dan lebih disiplin dalam mematuhi jadwal makan yang telah ditentukan.
HUBUNGAN POLA ASUH IBU DALAM PRAKTIK PEMBERIAN MAKAN DENGAN STATUS GIZI BALITA USIA 6 – 24 BULAN DI KAMPUNG TEMPURAN KECAMATAN TRIMURJO TAHUN 2012 M. Arifki Zainaro; Usastiawaty Cik Ayu Saadiah Isnainy; Prima Dian Furqoni; Kiramah Wati
Holistik Jurnal Kesehatan Vol 11, No 4 (2017)
Publisher : Program Studi Ilmu Keperawata Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Malahayati

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (319.953 KB) | DOI: 10.33024/hjk.v11i4.130

Abstract

Pendahuluan: Sumber daya manusia (SDM) merupakan faktor penting dalam suatu Institusi. Oleh sebab itu suatu institusi perlu mengembangkan pegawainya agar memiliki pegawai yang profesional dan ahli dibidangnya. Pegawai yang mempunyai keahlian dan kemampuan akan bekerja dengan baik dan termotivasi melakukan semua pekerjaannya. Kinerja menurut Supriyanto dan Ratna, 2007 (dalam Nursalam, 2014) adalah effort (upaya atau aktivitas) ditambah achievements (hasil kerja atau pencapaian hasil upaya). Kinerja merupakan gambaran pencapaian pelaksanaan suatu program kegiatan perencanaan strategis dan operasional organisasi oleh seseorang atau kelompok orang dalam suatu organisasi baik secara kualitas dan kuantitas sesuai dengan kewenangan dan tugas tanggung jawabnya, legal dan tidak melanggar hukum, etika dan moral. Kinerja sendiri merupakan penjabaran visi, misi, tujuan dan strategi organisasi.Metode: Tujuan penelitian adalah diketahuinya pengaruh motivasi kerja terhadap kinerja perawat pelaksana di Ruang Rawat Inap RSUD Alimuddin Umar Kabupaten Lampung Barat tahun 2017. Jenis penelitian adalah kuantitatif dengan pendekatan cross sectional. Populasi adalah seluruh perawat di ruang rawat inap RSUD Alimuddin Umar Kabupaten Lampung Barat yang berjumlah 60 orang dan sampel sebanyak 60 orang, teknik sampling yang digunakan adalah total populasi. Analisa bivariat menggunakan Chi Square.Hasil: Pada penelitian ini menunjukkan sebagian besar motivasi kerja perawat pelaksana di Ruang Rawat Inap RSUD Alimuddin Umar Kabupaten Lampung Barat kurang baik yaitu sebanyak 32 orang (53,3%). Sebagian besar kinerja perawat pelaksana di Ruang Rawat Inap RSUD Alimuddin Umar Kabupaten Lampung Barat kurang baik yaitu sebanyak 34 orang (56,7%). Ada hubungan antara motivasi kerja terhadap kinerja perawat pelaksana di Ruang Rawat Inap RSUD Alimuddin Umar Kabupaten Lampung Barat dengan p-value = 0,000 dan OR = 16,200. Hendaknya pimpinan dapat mempertahankan motivasi kepada perawat, agar perawat selalu memiliki kinerja yang tinggi yaitu dengan memberikan insentif atau bonus kepada perawat yang bekerja lembur atau memiliki kinerja yang bagus. Diharapkan kepada Pimpinan RSUD Alimuddin Umar Kabupaten Lampung Barat untuk dapat mempertahankan pemberian imbalan kepada tenaga kesehatan di RSUD Alimuddin Umar Kabupaten Lampung Barat dimana mereka sudah merasa sangat puas dengan pemberian tersebut sehingga tenaga kesehatan dapat mempertahankan kinerja yang baik.
ANALISIS FAKTOR RESIKO YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN FLUOR ALBUS PADA SISWI DI SMPN DI WILAYAH KECAMATAN TELUK BETUNG BARAT KOTA BANDAR LAMPUNG TAHUN 2013 Tyan Sera Sera; Triyoso Triyoso; Prima Dian Furqoni
Holistik Jurnal Kesehatan Vol 8, No 4 (2014)
Publisher : Program Studi Ilmu Keperawata Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Malahayati

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (134.239 KB) | DOI: 10.33024/hjk.v8i4.270

Abstract

 Perilaku caring perawat menjadi sangat penting dalam mempengaruhi kualitas pelayanan dan kepuasan pasien di rumah sakit, dimana kualitas pelayanan menjadi penentu citra institusi pelayanan yang nantinya akan dapat meningkatkan mutu pelayanan dan kepuasan pasien/keluarga. Keluhan atas pelayanan keperawatan justru sering muncul dari keluarga pasien jiwa yang mendampingi pasien kontrol/berobat jalan. Ketidakpuasan keluarga pasien jiwa tersebut terkait dengan perilaku perawat yang tidak caring. Hasil wawancara terhadap sepuluh orang keluarga pasien yang sedang mendampingi pasien berobat di Ruang Poliklinik Jiwa Instalasi Rawat Jalan (IRJ) Rumah Sakit Jiwa Daerah (RSJD) Provinsi Lampung, diperoleh gambaran bahwa enam orang (60%) menyatakan perilaku perawat tidak caring.Jenis penelitian adalah kuantitatif dengan pendekatan cross sectional. Populasi penelitian adalah keluarga pasien jiwa yang sedang mendampingi pasien kontrol/berobat di IRJ RSJD Provinsi Lampung Tahun 2014. Sampel adalah sebagian dari populasi yaitu 40 responden. Pengumpulan data dengan menggunakan kuesioner. Analisa data yang digunakan adalah uji chi square. Hasil penelitian menunjukkan responden yang menyatakan bahwa perilaku perawat caring sebanyak 24 responden (60,0%), dan responden yang menyatakan puas sebanyak 22 (55,0%) responden. Ada hubungan yang signifikan antara perilaku caring perawat dengan kepuasan keluarga pasien jiwa di IRJ RSJD Provinsi Lampung Tahun 2014 ( p-Value 0,005). Saran untuk perawat pelaksana agar meningkatkan kemampuan perilaku caring dengan cara evaluasi berkala terkait perilaku caring-nya. Bagi manajemen RS perlu melakukan supervisi, menyediakan kotak saran/dan SMS sentral pengaduan. Bagi Institusi pendidikan agar meningkatkan kemampuan perilaku caring mahasiswa keperawatan.
Pemberian Pijat Refleksi Pada Penderita Diabetes Melitus Tipe Ii Dengan Masalah Keperawatan Ketidak Stabilan Kadar Gula Darah Di Tiyuh Dayaasri Tumijajar Tulang Bawang Barat Usastiawaty Cik Ayu Saadiah Isnainy; Widia Afira; Prima Dian Furqoni; Rahma Elliya; Eka Yudha Crisanto; Linawati Novikasari; Triyoso Triyoso
JURNAL KREATIVITAS PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT (PKM) Volume 4 Nomor 1 Februari 2021
Publisher : Universitas Malahayati Lampung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33024/jkpm.v4i1.2793

Abstract

ABSTRAK Menurut International Diabetes Federation (IDF) (2015), saat ini Indonesia merupakan negara dengan urutan ke-7 jumlah penderita diabetes terbanyak di dunia yaitu sebanyak 10,0 juta jiwa, dan pada tahun 2020 diperkirakan penderita diabetes di Indonesia akan naik ke nomor enam terbanyak di dunia dengan jumlah penderita 16,2 juta jiwa, dan dilaporkan bahwa kota-kota besar seperti Jakarta, Surabaya, sudah hampir 10 % penduduknya menderita diabetes. Diabetes merupakan penyakit kronis yang serius dan terjadi baik saat pankreas tidak menghasilkan cukup insulin (hormon yang mengatur glukosa darah) maupun jika tubuh tidak dapat menggunakan insulin yang dihasilkan secara efektif. pengobatan bisa dilakukan secara non farmakologi, diantaranya dengan menggunakan terapi pijat refleksi. Tujuan setelah penyuluhan dan demonstrasi, diharapkan pemberian pijat refleksi dapat untuk menurunkan glukosa darah. Adapun kegiatan yang dilakukan berupa penyuluhan menggunakan leaflet dan demonstrasi terapi pijat refleksi. Terdapat penurunan gula darah pada klien diabetes melitus setelah pemberian terapi pijat refleksi selama 3 hari di Tiyuh Dayaasri Tumijajar Tulang bawang barat. Dari evaluasi hari terakhir pemeriksaan kadar glukosa darah terjadi penurunan yaitu antara sebelum diberikan terapi dan sesudah diberikan terapi, diperoleh data pada nilai glukosa darah sebelum diberikan asuhan keperawatan yaitu hari pertama GDS: 215 mg/dl, setelah diberikan intervensi pijat refleksi selama kurun waktu 3 hari dan di beri waktu istirahat selama 4 hari tetapi tetap dalam pengontrolan pola makan, untuk memberikan efek rileks kemudian di cek gula darah kembali di hari ke 7 (tujuh),  dari hasil pemeriksaan didapatkan yaitu GDS: 189 mg/dl. Saran agar dapat menerapkan terapi pijat refleksi kepada penderita diabetes melitus dan sebagai pengobatan alternatif untuk menjaga kestabilan glukosa darah, untuk mengurangi efek samping penggunaan obat jangka panjang. Dengan demikian, pemberian pijat refleksi pada klien diabetes melitus sangat efektif dalam menurunkan gula darah.Kata kunci : Diabetes Melitus, Gula Darah, Terapi Pijat Refleksi   ABSTRACT According to the International Diabetes Federation (IDF) (2015), Indonesia is currently the 7th largest number of diabetics in the world with 10.0 million people, and 2020 estimated that diabetics at Indonesia will rise to number 6th in the world with 16.2 million sufferers, and it is reported that big cities like Jakarta, Surabaya, already almost 10% the population suffer of diabetes. Diabetes is a serious chronic disease and occurs both when the pancreas does not produce enough insulin (a hormone that regulates blood glucose) or if the body cannot use insulin produced effectively. treatment can be non-pharmacologically, including by reflexology therapy. The purpose after counseling and demonstration, is expected to provide reflexology to reduce blood glucose. The activities carried out in the form of counseling used leaflets and demonstration of reflexology therapy. There is a decrease in blood sugar in diabetes mellitus clients after giving reflexology therapy for 3 days at Tiyuh Dayaasri Tumijajar West Tulang Bawang. From evaluation of the last day,examination of blood glucose levels there was a decrease between before being given therapy and after being given therapy, obtained data on blood glucose values before being given nursing care that is the first day of GDS: 215 mg / dl, after being given a reflexology intervention for a period of 3 days and given a rest period of 4 days but still in control of eating patterns, to provide a relaxing effect then checked for blood sugar again on day 7 (seven), from the examination results obtained namely GDS: 189 mg / dl. Suggestions for adjust reflexology therapy to people with diabetes mellitus and alternative treatment to maintain blood glucose stability, to reduce the side effects of long-term drug use. Thus, giving reflexology to diabetes mellitus's client is very effective of lowering blood sugar. Keywords: Diabetes Mellitus, Blood Sugar, Reflexology Therapy
Pengabdian Kepada Masyarakat Tentang Komprehensif Cyber Bulliying Nanda Ferdianto; Nova Andriyani; Prima Dian Furqoni; Wahid Tri Wahyudi; Teguh Pribadi; Rika Yulendasari; Dewi Kusumaningsih
JURNAL KREATIVITAS PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT (PKM) Volume 3 Nomor 2 Oktober 2020
Publisher : Universitas Malahayati Lampung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33024/jkpm.v3i2.3336

Abstract

Internet telah merubah cara dalam berinteraksi, terutama pada remaja. Internet memiliki peran penting dan memiliki hal positif, akan tetapi remaja tidak sepenuhnya menggunakan internet secara positif, karena ada peluang remaja juga menggunakan internet untuk mengakses konten yang negatif. Salah satu dampak negatif akibat penggunaan internet pada remaja yaitu munculnya fenomena perundungan siber. tujuan penelitian ini dimaksudkan untuk meningkatkan pengetahuan terhadap jenis-jenis dan dampak dari Cyber Bullying dan cara mengatasinya. Kegiatan ini dilakukan dengan metode penyuluhan. Sebelum dimulai penyuluhan, terlebih dahulu menyampaikan maksud dan tujuan kedatangan pelaksana penyuluhan. dibuka dengan perkenalan dilanjutkan dengan penyampaian materi berupa edukasi dan penyuluhan.  Setelah dilakukan penyuluhan ini sekitar 85% peserta memahami apa itu Cyber Bullying dan Cyber Control , jenis-jenis , dampak dari Cyber Bullying dan cara mengatasinya. Peserta tampak senang dengan kegiatan penyuluhan kesehatan ini. Kata Kunci : Cyber Bullying, Remaja, Sekolah  ABSTRACT The internet has changed the way we interact, especially in adolescents. The internet has an important role and has positive things, but teenagers do not fully use the internet positively, because there are opportunities for teenagers to also use the internet to access negative content. One of the negative impacts of using the internet on adolescents is the emergence of the phenomenon of cyber bullying. The purpose of this research is to increase knowledge of the types and impacts of cyber bullying and how to overcome them. This activity is carried out by extension methods. Before starting outreach, first convey the intent and purpose of the arrival of the extension agent. opened with an introduction followed by the delivery of material in the form of education and counseling. After this counseling was carried out, around 85% of participants understood what Cyber Bullying and Cyber Control were, the types, impacts of Cyber Bullying and how to overcome them. Participants seemed happy with this health education activity. Keywords: Cyber Bullying, Youth, School
PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) DI SMA NEGERI 13 BANDAR LAMPUNG Usastiawaty Cik Ayu Saadiah Isnainy; M. Arifki Zainaro; Linawati Novikasari; Lidya Ariyanti; Prima Dian Furqoni
JURNAL KREATIVITAS PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT (PKM) Volume 3 Nomor 1 April 2020
Publisher : Universitas Malahayati Lampung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33024/jkpm.v3i1.2588

Abstract

ABSTRAKUpaya masyarakat mengatasi penyakit menular, masih berorientasi pada penyembuhan penyakit, hal ini dirasa kurang efektif karena banyak mengeluarkan biaya. Upaya yang lebih efektif adalah memelihara dan meningkatkan kesehatan dengan berperilaku hidup sehat. Namun, hal ini ternyata belum disadari sepenuhnya oleh masyarakat. PHBS adalah sebuah rekayasa sosial yang bertujuan menjadikan sebanyak mungkin anggota masyarakat sebagai agen perubahan agar mampu meningkatkan kualitas perilaku sehari – hari dengan tujuan hidup bersih dan sehat. Terdapatlangkah – langkah berupa edukasi melalui pendekatan pemuka atau pimpinan masyarakat, pembinaan suasana dan juga pemberdayaan masyarakat dengan tujuan kemampuan mengenal dan tahu masalah kesehatan yang ada di sekitar terutama pada tingkatan rumah tangga sebagai awal untuk memperbaiki pola dan gayahidup agar lebih sehat. Tujuan setelah penyuluhan, diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan siswa SMA Negeri 13 Bandar Lampung tentang perilaku hidup bersih dan sehat. Adapun kegiatan yang dilakukan berupa penyuluhan menggunakan leaflet dan lembar balik. Terdapat peningkatan pengetahuan pada siswa di SMP Negeri 13 Bandar Lampung terhadap perilaku hidup bersih dan sehat. Dengan demikian, pemberian penyuluhan pada siswa tentang perilaku hidup bersih dan sehat sangat bermanfaat untuk siswa. Kata Kunci: PHBS, Siswa, Penyuluhan  ABSTRACTCommunity efforts to overcome infectious diseases, are still oriented towards healing diseases, this is considered less effective because it costs a lot. A more effective effort is to maintain and improve health by living a healthy life. However, this has not been fully realized by the public. PHBS is a social engineering that aims to make as many members of the community as possible agents of change in order to be able to improve the quality of daily behavior with the aim of clean and healthy living. There are steps in the form of education through community leaders or leaders approach, atmosphere development and also community empowerment with the aim of being able to recognize and know the health problems around especially at the household level as a start to improve patterns and lifestyle to be healthier. The aim after counseling is expected to increase the knowledge of SMA Negeri 13 Bandar Lampung students about clean and healthy living behavior. The activities carried out in the form of counseling using leaflets and leaflets. There is an increase in students' knowledge at SMP Negeri 13 Bandar Lampung on clean and healthy living behavior. Thus, giving counseling to students about clean and healthy living behavior is very beneficial for students. Keywords: PHBS, Students, Counseling
TERAPI KOMPLEMENTER SENAM KAKI DIABETIK PADA LANSIA DI PANTI SOSIAL LANJUT USIA TRESNA WERDHA NATAR LAMPUNG SELATAN Umi Romayati Keswara; Eka Trismiyana; Prima Dian Furqoni; Setiawati Setiawati
JURNAL KREATIVITAS PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT (PKM) Volume 2 Nomor 1 April 2019
Publisher : Universitas Malahayati Lampung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33024/jkpm.v2i1.1165

Abstract

ABSTRAK Lansia dikatakan sebagai  tahap akhir perkembangan pada daur kehidupan manusia. Proses menua merupakan proses sepanjang hidup, tidak hanya dimulai pada satu waktu tertentu, tetapi dimulai sejak permulaan kehidupan. Diabetes Melitus merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh kenaikan kadar glukosa darah atau hiperglikemia dan sering terjadi pada lansia. Komplikasi yang paling sering dialami pengidap diabetes adalah komplikasi pada kaki (15 persen) yang kini disebut kaki diabetik. Senam kaki adalah kegiatan atau latihan yang dilakukan oleh pasien diabetes melitus untuk mencegah terjadinya luka dan membantu melancarkan peredaran darah bagian kaki. Tujuan kegiatan setelah mengikuti terapi komplementer lansia dapat berespon terhadap stimulus yang diberikan oleh perawat yaitu mampu memahami dan mempraktekkan kembali senam kaki diabetik pada penderita diabetes mellitus. Kegiatan ini telah dilaksanakan pada tanggal 07 Desember 2018 Pukul 08.30 WIB s/d selesai. Kegiatan dilaksanakan dengan menggunakan metode ceramah, tanya jawab, simulasi. Berdasarkan hasil evaluasi terdapat perubahan pengetahuan dan ketrampilan lansia setelah diberikan penyuluhan dan simulasi senam kaki diabetik. Dengan demikian pemberian penyuluhan dan simulasi dapat memberikan peningkatan pengetahuan dan ketrampilan khususnya yang berkaitan dengan terapi komplementer senam kaki diabetik. Kata kunci: Lansia, Senam Kaki Diabetik