Usia lansia merupakan tahap akhir perkembangan pada daur kehidupan manusia (Keliat dalam Maryam, 2011). Menjadi tua merupakan proses alamiah yang berarti seseorang telah melalui tiga tahap kehidupan yaitu anak, dewasa dan tua (Nugroho, 2006 dalam Kholifah, 2016). Usia lanjut adalah suatu proses yang alami yang tidak dapat dihindari oleh manusia. Lansia ditandai dengan perubahan fisik, emosional, dan kehidupan seksual. Gelaja-gelaja kemunduran fisik seperti merasa cepat capek, stamina menurun, badan menjadi membongkok, kulit keriput, rambut memutih, gigi mulai rontok, fungsi pancaindra menurun, dan pengapuran pada tulang rawan (Maramis, 2016). Hipertensi merupakan penyakit kronik dan masalah kesehatan yang sangat serius diberbagai negara maju maupun berkembang (Eugene & Bourne, 2013). Hipertensi menjadi masalah kesehatan publik hampir diseluruh dunia dikarenakan penyakit hipertensi sebagai faktor resiko dari beberapa penyakit.Tingginya prevalensi hipertensi berkaitan dengan peningkatan komplikasi kardiovaskuler dan meningkatkan negative impact pada morbidity dan mortality rate didunia (WHO,2011). Penatalakanaan saat ini dalam rangka menurunkan dan mencegah hipertensi mungkin belum secara efektif sehingga muncul hipertensi yang tak terkontrol (Profil Keshatan Semarang,2013). Penatalaksanaan farmakologis pada hipertensi pada lansia tentunya dapat mengakibatkan efek samping yang lebih serius sehingga terapi non farmakologi bisa menjadi pilihan karena memiliki resiko lebih rendah (Thei et al., 2008). Penanganan hipertensi dapat dilakukan mengubah pola hidup seperti mengurangi jumlah asupan garam, minuman beralkohol, menurunkan berat badan, rokok dan melakukan aktivitas fisik seperti olahraga (Lionakis, 2012). Salah satu terapi yang dapat diaplikasikan kepada lansia yaitu olahraga berupa senam ergonomik (Thei et al., 2008). Senam Ergonomis merupakan senam yang gerakannya diadopsi dari gerakan shalat. Gerakan dalam senam ini sangat sederhana, bahkan minim gerakan, namun bila dilakukan secara konsisten dan kontinue, maka akan memberikan manfaat yang sangat baik bagi kesehatan. Manfaat gerakan senam ergonomis ini antara lain: Pengaktifan fungsi organ tubuh; membangkitkan biolistrik dalam tubuh dan melancarkan sirkulasi oksigen sehingga tubuh akan terasa segar dan energi bertambah; penyembuhan berbagai penyakit, mengontrol tekanan darah tinggi (Sagiran,2013). Senam ergonomik juga pernah diteliti dan hasilnya menunjukkan bahwa terdapat perbedaan rata-rata tekanan darah sistolik sebelum dan setelah dilakukan senam ergonomis yaitu 14,00 mmHg dan tekanan darah diastolic sebelum dan setelah dilakukan senam ergonomis yaitu 8,00 mmHg. Hasil uji bivariat didapatkan p-value 0,00 mmHg. kesimpulannya, terdapat pengaruh intervensi senam ergonomis terhadap penurunan tekanan darah lansia dengan hipertensi di Balai Penyantunan dan Perawatan Lanjut Usia[6]. Hasil penelitian yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa senam ergonomik dapat menurunkan tekanan darah pada lansi. Dapat dilihat dari hasil penelitian ini bahwa senam ergonomik pada lansia yang menderita hipertensi yang dilakukan 3 kali dalam seminggu dan dilakukan selama 2 minggu dapat menurunkan tekanan darah sebelum intervensi 145/95 mmHg dan setelah intervensi 130/85 mmHg Terdapat hubungan senam ergonomik dengan penuruanan tekanan darah pada lansia dengan hipertensi (p value = 0.005 < 0.05). Senam ergonomik dapat menurunkan tekanan darah pada pada lansia dengan hipertensi.