Claim Missing Document
Check
Articles

Found 10 Documents
Search

Strategi Penghematan Biaya Pembuatan Peralatan Nanoelektronik yang Difabrikasi dengan Profil Data Evaporasi Alumunium Kusnanto Mukti Wibowo; Gema Romadhona; Royan Royan; Anang Widiantoro; Fatiatun Fatiatun; Fatimah Nur Hidayah; Nani Sunarmi
CYCLOTRON Vol 3, No 2 (2020): CYCLOTRON
Publisher : Universitas Muhammadiyah Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (403.051 KB) | DOI: 10.30651/cl.v3i2.5310

Abstract

Nanoteknologi adalah teknologi terbaru yang sangat menjanjikan untuk masa depan yang memiliki banyak aplikasi potensial dan aktual pada perangkat nanoelektronik. Namun, untuk mendapatkan manfaat pada nanoteknologi diperlukan teknologi canggih itu sendiri. Masalah utama fabrikasi perangkat nanoelectronic adalah skalanya yang kecil, area yang kecil, volume yang kecil dan konsentrasi yang rendah. Pembuatan dalam skala nano memunculkan masalah tidak hanya pada kinerja, tetapi juga biaya untuk industri elektronik. Untuk mengatasi masalah ini, kami mempelajari profil kontak logam. Kami menyajikan profil aluminium (Al) untuk mendapatkan sifat-sifat yang diharapkan dan juga efektif dalam hal biaya, karena aluminium banyak digunakan dalam banyak aplikasi elektronik seperti spintronics, sel surya, transistor film tipis, dan bahkan untuk fotokatalis. Dalam penelitian ini, Al dievaporasikan oleh termal evaporator. Sifat struktural film Al dikarakterisasi menggunakan XRD, AFM, dan FESEM. Sifat kelistrikan dikarakterisasi menggunakan Four-point probe. Hasilnya menunjukkan peningkatan ketebalan menyebabkan penurunan resistivitas dan ukuran strain film Al serta meningkatkan biaya.
Efek Perbaikan Las Berulang (Multilayer Repair Welding) pada Baja Carbon SS400 terhadap Struktur Mikro dan Kekerasan Burhanudin Burhanudin; Moch Chamim; Fatimah Nur Hidayah; Bagus Radiant Utomo; Radik Syamsul Erfan; Nugroho Tri Atmoko
Creative Research in Engineering Vol 2, No 1 (2022): Creative Research in Engineering (CERIE)
Publisher : Lembaga Publikasi Ilmiah dan Penerbitan (LPIP)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30595/cerie.v2i1.14050

Abstract

Salah satu metode untuk menghilangkan cacat pada hasil pengelasan adalah dengan melakukan perbaikan las ( repair welding ). Penelitian ini bertujuan untuk menginvestigasi karakteristik material baja carbon tipe SS400 sebelum dan sebelum mengalami perbaikan las (repair welding). Pengelasan dilakukan menggunakan metode Shielded Metal Arc Welding (SMAW) dengan elektroda jenis LB-52U E7016 yang memiliki diameter 2,6 mm. Sebelum dilakukan perbaikanlas ( repair welding ), dilakukan pengelasan lapisan ( multilayer weld ing ) pada spesimen sebanyak tiga kali lapisan yakni lapisan rootpass , hotpassdan caping. Kemudian spesimen yang telah mengalami pengelasan berlapis ( multilayer welding ) dilakukan perbaikan las ( repair welding ) pada daerah kawah lasan ( weld ). Spesimen selanjutnya dianalisa terhadap perubahan struktur mikro menggunakan pengujian morfologi berupa foto mikro serta sifat mekanik menggunakan uji kekerasan Vickers disetiap daerah lasan yakni logam induk ( base metal ), Heat Affected Zone (HAZ) dan daerah pengelasan ( weld ) pada spesimen sebelum dan sebelum perbaikan las berulang ( pengelasan perbaikan multilayer ).Hasil dari Analisis menunjukkan bahwa struktur mikro spesimen sebelum dan sebelum perbaikan las terdapat 2 fasa yang terlihat yakni fasa ferit dan fasa perlit. Pada daerah base metal fasa ferit lebih mendominasi dengan batas butir yang cenderung besar pada spesimen sebelum dan sebelum perbaikan las. Sedangkan pada daerah HAZ terlihat pengkasaran butir ( grain
Efek Perbaikan Las Berulang (Multilayer Repair Welding) pada Baja Carbon SS400 terhadap Struktur Mikro dan Kekerasan Burhanudin Burhanudin; Moch Chamim; Fatimah Nur Hidayah; Bagus Radiant Utomo; Radik Syamsul Erfan; Nugroho Tri Atmoko
Creative Research in Engineering Vol 2, No 1 (2022): Creative Research in Engineering (CERIE)
Publisher : Lembaga Publikasi Ilmiah dan Penerbitan (LPIP)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30595/cerie.v2i1.13899

Abstract

Salah satu cara untuk menghilangkan cacat las adalah dengan memperbaiki las. Penelitian ini akan menyajikan karakteristik material baja karbon tipe SS400 sebelum dan sebelum menjalani proses perbaikan pengelasan. Pengelasan dilakukan dengan menggunakan metode Shielded Metal Arc Welding (SMAW) dengan elektroda tipe LB-52U E7016 yang memiliki diameter 2,6 mm. Sebelum dilakukan pengelasan, menjalani pengelasan multilayer tiga kali yaitu rootpass, layer dan caping.Setelah dilakukan perbaikan lasan, spesimen dianalisa perubahan struktur mikronya dengan pengujian morfologi berupa foto mikro dan sifat mekanik menggunakan uji kekerasan Vickers pada setiap bagian zona pengelasan yaitu logam dasar Heat Affected Zone (HAZ) dan area pengelasan pada spesimen sebelum dan sebelum pengelasan perbaikan multilayer. Hasil analisis menunjukkan bahwa pada struktur mikro benda uji sebelum dan sebelum dilakukan perbaikan las terdapat 2 fasa yang tampak yaitu fasa ferit dan fasa perlit. Pada logam dasar fasa ferit mendominasi dengan batas butir yang cenderung besar pada benda uji sebelum dan sebelum dilakukan las. Sementara itu, di wilayah HAZ terlihat butirannya kasar.Hasil foto mikro pada lasan setelah dilakukan perbaikan las didominasi oleh fasa perlit dengan ukuran butir yang cenderung lebih besar. Hasil uji kekerasan Vickers menunjukkan bahwa kekerasan tertinggi terdapat pada las yaitu 177,53 HVN pada saat benda uji belum diperbaiki, sedangkan setelah mengalami perbaikan nilai kekerasan pada lasan sebesar 5,8% menjadi 167,06 HVN. yaitu fase ferit dan fase perlit. Pada logam dasar fasa ferit mendominasi dengan batas butir yang cenderung besar pada benda uji sebelum dan sebelum dilakukan las. Sementara itu, di wilayah HAZ terlihat butirannya kasar. Hasil foto mikro pada lasan setelah dilakukan perbaikan las didominasi oleh fasa perlit dengan ukuran butir yang cenderung lebih besar.Hasil uji kekerasan Vickers menunjukkan bahwa kekerasan tertinggi terdapat pada las yaitu 177,53 HVN pada saat benda uji belum diperbaiki, sedangkan setelah mengalami perbaikan nilai kekerasan pada lasan sebesar 5,8% menjadi 167,06 HVN. yaitu fase ferit dan fase perlit. Pada logam dasar fasa ferit mendominasi dengan batas butir yang cenderung besar pada benda uji sebelum dan sesudah dilakukan perbaikan las. Sementara itu, di wilayah HAZ terlihat butiran kasar. Hasil foto mikro pada lasan setelah dilakukan perbaikan las didominasi oleh fasa perlit dengan ukuran butir yang cenderung lebih besar. Hasil uji kekerasan Vickers menunjukkan bahwa kekerasan tertinggi terdapat pada lasan yaitu 177,53 HVN pada saat spesimen belum diperbaiki, sedangkan setelah mengalami perbaikan nilai kekerasan pada lasan sebesar 5,8% menjadi 167,06 HVN. di wilayah HAZ terlihat butiran kasar. Hasil foto mikro pada lasan setelah dilakukan perbaikan las didominasi oleh fasa perlit dengan ukuran butir yang cenderung lebih besar. Hasil uji kekerasan Vickers menunjukkan bahwa kekerasan tertinggi terdapat pada las yaitu 177,53 HVN pada saat benda uji belum diperbaiki, sedangkan setelah mengalami perbaikan nilai kekerasan pada lasan sebesar 5,8% menjadi 167,06 HVN. di wilayah HAZ terlihat butiran kasar. Hasil foto mikro pada lasan setelah dilakukan perbaikan las didominasi oleh fasa perlit dengan ukuran butir yang cenderung lebih besar. Hasil uji kekerasan Vickers menunjukkan bahwa kekerasan tertinggi terdapat pada las yaitu 177,53 HVN pada saat benda uji belum diperbaiki, sedangkan setelah mengalami perbaikan nilai kekerasan pada lasan sebesar 5,8% menjadi 167.06 HVN.
PENGARUH VARIASI JUMLAH LILITAN TERHADAP KESENSITIFITASAN SENSOR SERAT OPTIK BERBASIS TEKANAN Fatimah Nur Hidayah; Ilham Bagas Indaryanto; Kusnanto Mukti Wibowo
Teknika Vol 6 No 1 (2019): March 2019
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengabdian Masyarakat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (349.626 KB)

Abstract

ABSTRAK Teknologi optoelektronika saat ini sangat berkembang pesat terutama dalam suatu pengukuran beban. Tujuan dari penelitian ini yaitu membangun sistem sensor serat optik. Hal ini digunakan untuk menentukan tingkat kesensitifitasan yang paling optimal berdasarkan variasi jumlah lilitan. Selain hal itu, tujuan dari penelitian untuk menentukan karakteristik dari perubahan atenuasi cahaya serat optik di dalam spesimen komposit yang diberi tekanan. Target khusus yang ingin dicapai dalam penelitian adalah penentuan tingkat sensitifitas paling optimal berdasarkan banyaknya lilitan. Metode yang digunakan ialah tekanan (pressure), perlakuan tekanan spesimen komposit yang didalamnya terdapat lilitan serat optik menggunakan Compression Testing Machine (CTM). Adanya perlakuan tekanan tersebut maka akan membuat spesimen komposit mengalami keretakan. Keretakan spesimen akan terdeteksi dengan menggunakan sensor serat optik yang telah terhubung dengan komputer. Fungsi komputer dalam penelitian ini yaitu mendeteksi adanya perubahan transmisi cahaya serat optik. Jumlah lilitan serat optik yang digunakan dalam penelitian ini adalah 5, 10 dan 15 lilitan. Hasil data yang diperoleh ialah 5 lilitan dengan tekanan maksimal sebesar 4,5 x 105 N/mm2 menghasilkan atenuasi 23,01 dB;10 lilitan dengan tekanan maksimal 4,3 x 105 N/mm2 menghasilkan atenuasi sebesar 26,02 dB; serta 15 lilitan dengan tekanan maksimal sebesar 3,8 x 105 N/mm2 menghasilkan atenuasi sebesar 33,8 dB. Kesenstifitasan sensor serat optik terdapat pada variasi 5 lilitan dengan nilai tekanan 1.8 x 105 N/m2 menghasilkan nilai atenuasi 2.67 dB
PENGUJIAN RESISITIVITAS SUBSTRAT SILIKON TERHADAP BEBERAPA SAMPEL AIR UNTUK PEMANFAATAN SEBAGAI SENSING LAYER PADA SENSOR BAKTERI Kusnanto Mukti Wibowo; Fatimah Nur Hidayah
Teknika Vol 6 No 1 (2019): March 2019
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengabdian Masyarakat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (272.119 KB)

Abstract

ABSTRAK Keberadaan bakteri fekal coliform dalam lingkungan perairan menandakan bahwa sanitasi telah terkontaminasi dengan kotoran manusia atau hewan. Keberadaan faecal coliform dalam air juga merupakan indikator bahwa air itu terkontaminasi dan ada risiko kesehatan bagi manusia yang terpapar air ini. Baru-baru ini bnayak sekali dikembangkan sensor bakteria. Bagian terpenting dari sensor bakteri yaitu sesing layer itu sendiri. Hal ini karena sensing layer akan langsung berinteraksi dengan bakteri sebagai target sensor. Pengunaan material yang salah untuk sensing layer bisa mengakibatlan bakteri yang akan dideteksi justru terbunuh. Pada penelitian ini telah dilakukan pengujian resistivitas pada silikon sebagai sensing layer untuk sensor bakteri dengan menggunakan alat IV-meter. Sampel air yang digunakan berasal dari beberapa sumber air yaitu air parit/sungai, air dari pipa (PDAM) dan air terdeionisasi (DI water). Hasilnya menunjukkan sampel DI water memiliki resitivitas tertinggi sebesar 3.7 x 106 ohm, dan air sungai memiliki resistivitas paling rendah yaitu sebesar 2.1 x 104 ohm.
PENGUJIAN KEKERASAN DAN STRUKTUR MIKRO PADA SPESIMEN TOOTH BUCKET EXCAVATOR PC 2000 BERBASIS METODE QUENCHING DAN TEMPERING Fredy Haryatmoko; Fatimah Nur Hidayah
Teknika Vol 6 No 2 (2019): September 2019
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengabdian Masyarakat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (288.324 KB)

Abstract

Penelitian ini dilkukan dengan tujuan untuk mencari nilai kekerasan dan mikro struktur dari spesimen Tooth Bucket Excavator. Hal ini dilakukan karena umur dari spesimen ini tidak bisa bertahan lama. Karena spesimen ini bekerja pada area tambang yang langsung bersentuhan dengan batuan, pasir dan kerikil diarea tambang. Semakin lama bersentuhan dengan batuan, pasir dan kerikil spesimen akan mengalami keausan pada waktu yang dekat. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah quenching dan tempering. Quenching adalah sebuah metode pendinginan dengan cepat yang terjadi pada spesimen dari temperatur tinggi ke temperatur rendah. Quenching menggunakan suhu 840oC dan 900oC dengan holding time 10 menit. Cairan yang digunakan adalah oli dengan volume 60 L. Selanjutnya, melakukan proses tempering pada spesimen dengan suhu 250oC dan 350oC, serta holding time 1 jam. Kedua metode ini dilakukan dengan alat yang bernama Furnace yang mampu bekerja hingga temperatur 1000oC. Setelah melakukan kedua metode tersebut, selanjutnya menentukan nilai kekerasan dan uji struktur mikro. Nilai kekerasan ditentukan dengan menggunakan alat Mikro Hardness Vickers Machine dengan satuan HVN. Untuk mengetahui nilai kekerasan spesimen dapat mencari belah ketupat pada spesimen. Setelah pengambilan 3 titik dilanjutkan dengan menghitung rata-rata. Hasil yang didapat pada pengujian setelah quenching suhu 840oC adalah 426,5 HVN dan suhu 900oC bernilai 420,5 HVN. Quenching tersebut menggunakan holding time 10 menit. Untuk tempering 250oC holding time 1 jam mendapatkan nilai HVN sebesar 439,0 HVN pada suhu 840oC dan 432,7 HVN pada suhu 900oC. Struktur mikro dilihat dengan alat Mikroskop Metalurgi dengan perbesaran 20X dan 50X. Pengambilan struktur mikro dilakukan dengan tujuan mencari unsur yang berada didalam spesimen. unsur yang berada di dalam spesimen adalah martensite, cementite dan bainite. This research was conducted with the aim of finding the hardness and microstructure values ??of the Tooth Bucket Excavator specimens. This is done because the age of these specimens cannot last long. Because these specimens work in the mine area which is directly in contact with rocks, sand and gravel in the mine area. The longer contact with rock, sand and gravel the specimen will experience wear in the near future. The method used in this research is quenching and tempering. Quenching is a method of rapid cooling that occurs in specimens from high temperatures to low temperatures. Quenching uses a temperature of 840oC and 900oC with a holding time of 10 minutes. The liquid used is oil with a volume of 60 L. Furthermore, the process of tempering the specimen with temperatures of 250oC and 350oC, and holding time is 1 hour. Both methods are carried out with a tool called Furnace which is able to work up to temperatures of 1000oC. After doing both methods, then determine the value of hardness and microstructure test. The hardness value is determined using a Micro Hardness Vickers Machine with HVN units. To find out the value of hardness of the specimen, you can look for rhombus in the specimen After taking 3 points proceed with calculating the average. The results obtained in testing after quenching at 840oC were 426.5 HVN and 900oC at 420.5 HVN. The quenching uses a holding time of 10 minutes. For 250oC tempering holding time 1 hour get an HVN value of 439.0 HVN at 840oC and 432.7 HVN at 900oC. The microstructure is seen with a Metallurgical Microscope with a magnification of 20X and 50X. Intake of microstructure is carried out with the aim of finding elements that are in the specimen. the elements inside the specimen are martensite, cementite and bainite.
DESAIN BENDING DETECTOR PADA MATERIAL KOMPOSIT DENGAN MENGGUNAKAN SENSOR SERAT OPTIK Fatimah Nur Hidayah; Totok Wartiono; Kusnanto Mukti Wibowo; Petrus Heru Sudargo
Teknika Vol 6 No 3 (2020): March 2020
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengabdian Masyarakat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (198.13 KB)

Abstract

Dalam beberapa tahun terakhir, permintaan pengembangan material baru untuk memperkuat struktur material yang sudah rusak telah meningkat dengan cepat. Banyak negara berkembang mengajukan permintaan untuk meningkatkan struktur material komposit yang ada. Pengembangan material smart concrete dalam hal infrastruktur sangat penting agar pembangunan negara tetap berjalan. Pada penelitian ini akan digunakan material komposit sebagai spesimen uji tegangan maksimum dan minimum. Tujuan dari penelitian ini adalah membangun sistem detektor lentur pada material komposit dengan menggunakan sensor serat optik. Dalam hal ini didapatkan karakteristik cahaya serat optik pada material komposit. Material komposit terdiri dari Aluminium (Al) dan Baja Karbon - SS 400. Ukuran benda uji adalah 290 mm x 72 mm x 12 mm. Perlakuan pada penelitian ini menggunakan pembengkokan makro dan pembebanan pembengkokan maksimal 5 x 105 N. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada saat nilai pembebanan mencapai 40 x 105 N nilai atenuasi sensor serat optik mendekati 2,5 dB. Namun bila beban tekukan melebihi nilai tersebut maka atenuasi serat optik semakin meningkat. Dapat dirincikan bahwa beban tekuk 39,91 x 105 N dan 40,14 x 105 N dengan atenuasi 2,95 dB dan 3,08 dB merupakan nilai sensitivitas. Dari hasil perhitungan nilai sensitivitas sensor adalah 0,54 dB / N. ABSTRACT In recent years, the demand for developing new materials to reinforce the structure of damaged materials has increased rapidly. Many developing countries have made requests to improve the existing composite material structures. The development of smart concrete materials in terms of infrastructure is very important so that the country's development continues. In this study, composite materials will be used as the maximum and minimum stress test specimens. The purpose of this research is to build a flexible detector system on a composite material using a fiber optic sensor. In this case, the fiber optic light characteristics are obtained in the composite material. Composite materials consist of Aluminum (Al) and Carbon Steel - SS 400. The size of the specimen is 290 mm x 72 mm x 12 mm. The treatment in this study used macro bending and a maximum bending loading of 5 x 105 N. The results showed that when the loading value reached 40 x 105 N the attenuation value of the optical fiber sensor was close to 2.5 dB. However, if the bending load exceeds this value, the optical fiber attenuation increases. It can be specified that the bending loads of 39.91 x 105 N and 40.14 x 105 N with an attenuation of 2.95 dB and 3.08 dB are the sensitivity values. From the calculation of the sensor sensitivity value is 0.54 dB / N.
ANALISIS PEMBEBANAN TERHADAP PANJANG GELOMBANG CAHAYA BERBASIS SENSOR FIBER BRAGG GRATING (FBG) Fatimah Nur Hidayah; Haikal Haikal
Teknika Vol 7 No 3 (2022): April 2022
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengabdian Masyarakat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (300.237 KB) | DOI: 10.52561/teknika.v7i3.169

Abstract

Sensor fiber optik menawarkan alternatif kinerja yang tinggi karena memberikan solusi biaya rendah, tahan terhadap gangguan elektromagnetik, kemampuan multiplexing dan integrasinya tinggi. Kinerja sensor fiber optik berlaku untuk mengukur parameter fisik seperti tekanan dan suhu [1]. Saat ini banyak dikembangkan sensor fiber optik FBG yang memanfaatkan perubahan panjang gelombang karena adanya pembebanan. Pembebanan tersebut mengakibatkan adanya fenomena defleksi pada material uji. Prinsip kerja sensor FBG yaitu pengukuran pemantulan Panjang gelombang Bragg [2]. Tujuan dari penelitian ini yaitu menganalisis pembebanan terhadap pergeseran panjang gelombang cahaya pada fiber optik FBG. Metode yang digunakan ialah pemberian beban material uji rubber. Nilai pembebanan yang digunakan penelitian ini yaitu 10 kg. Pembebanan dilakukan dari arah atas permukaan material uji rubber, dengan dimensi 246 mm x 19 mm x 7 mm. Fiber optik FBG ditanam di tengah-tengah material rubber secara horizontal. Adanya pembebanan tersebut berpengaruh pada defleksi material, sehingga mengakibatkan pergeseran pemantulan panjang gelombang cahaya pada fiber optik FBG. Sumber cahaya yang digunakan adalah laser dengan rentang panjang gelombang 1510 nm – 1590 nm. Pergeseran Panjang gelombang saat pemberian beban dideteksi oleh serangkaian sensor serat optik FBG yang terhubung dengan komputer. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada pergeseran panjang gelombang pada pembebanan 10 kg. Nilai panjang gelombang Bragg () sebelum diberi pembebanan ialah 1550,6 nm, sedangkan nilai  setelah pembebanan yaitu 1554,02 nm. Nilai pergeseran panjang gelombang (??) tersebut sebesar 3,42 nm. Hal ini menunjukkan bahwa adanya pengaruh pembebanan terhadap defleksi material uji rubber. Fenomena defleksi mengakibatkan adanya pergeseran panjang gelombang pada fiber optik FBG yang tertanam dalam material uji. Oleh karena itu, metode pembebanan pada material uji rubber dapat digunakan sebagai aplikasi desain sensor FBG.   Kata kunci: Pembebanan, Sensor, Fiber Bragg Grating (FBG), Panjang gelombang, dan Defleksi.
KARAKTERISASI SIFAT MEKANIK DAN STRUKTUR MIKRO PADA BAJA PADUAN RENDAH HASIL PROSES HARDENING Moch. Chamim; Margono Margono; Fatimah Nur Hidayah; Nugroho Tri Atmoko
Jurnal Rekayasa Mesin Vol. 14 No. 1 (2023)
Publisher : Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21776/jrm.v14i1.1080

Abstract

The purpose of this study was to determine how the mechanical properties and microstructure formed on low alloy steel (tooth bucket) heated at temperatures of 850 ⁰C and 850 ⁰C then held for 15 minutes after that it was cooled with oil. The material hardening process was carried out by testing the Vickers hardness, impact, and observing the microstructure using an optical microscope with 200x magnification. Hardness values obtained from low alloy steel after heat treatment at temperatures of 800 ⁰C and 850 ⁰C are 389.2 HV and 414.6 HV. The optimum hardness is obtained at a temperature of 850 ⁰C with an increase of about 1.14% compared to that of raw material, which is 364.5 HV. From the results of the impact test on heat treatment with a temperature of 850 ⁰C, the highest impact value is 0.574 Joule/mm2. Furthermore, the results of the microstructure on heat treatment at a temperature of 850 ⁰C resulted in homogeneous microstructures, namely chrome, martensite, and bainite.
EFEK LAJU PEMANASAN (HEATING RATE) TERHADAP DISTRIBUSI TEMPERATUR DAN KINERJA MODUL THERMOELECTRIC GENERATOR SP1848 SA Nugroho Tri Atmoko; Haikal Haikal; Bagus Radiant Utomo; Fatimah Nur Hidayah; Emanuel Budi Raharjo
Jurnal Rekayasa Mesin Vol. 14 No. 2 (2023)
Publisher : Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21776/jrm.v14i2.1327

Abstract

Thermoelectric Generator (TEG) is an energy conversion technology that converts heat energy into electrical. There are several factors that affect the performance of TEG, one of which is the heat source. This research will investigate the use of waste heat by varying the heating rate on the performance of TEG in generating electricity and the temperature distribution profile through experimental studies on a laboratory scale. The heating plate is used to heat the hot surface of the TEG. There are three variations of the heating rate used, namely: Low (0.355°C/min), Middle (0.933 °C/min) and High (1.558 °C/min). Temperature measurements were carried out on the hot surface (Th), the cold surface (Tc) of the TEG module, and the ambient temperature (Ta) using Arduino temperature data logger. Meanwhile, to measure the electrical output in the form of voltage (V) generated by the TEG module, using the Arduino voltage data logger. The results show when the heating rate used is high (high heating rate) then the average electrical output of the TEG module produces a voltage of 5.34V. The heating rate on the hot surface of the TEG module will affect the difference in surface temperature and the performance of the TEG module in generating electricity. Â