Claim Missing Document
Check
Articles

Found 27 Documents
Search

Kajian Pengelolaan Limbah Elektronik Tingkat SD dan SMP di Kecamatan Sukolilo, Kota Surabaya Fathia Dianti Anandita; Yulinah Trihadiningrum
Jurnal Teknik ITS Vol 9, No 2 (2020)
Publisher : Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat (DRPM), ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.12962/j23373539.v9i2.54983

Abstract

Hampir seluruh sekolah menggunakan barang elektronik guna mendukung kegiatan intra-kurikuler, termasuk SD dan SMP di Kecamatan Sukolilo, Kota Surabaya. Barang elektronik yang tidak digunakan lagi akan menjadi limbah yang tergolong limbah B3. Oleh karenanya limbah elektronik dapat membahayakan kesehatan manusia dan lingkungan jika tidak dikelola dengan baik. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan jenis limbah elektronik dan kondisi pengelolaan limbah elektronik di sekolah tingkat SD dan SMP di Kecamatan Sukolilo. Selanjutnya pengelolaan limbah elektronik sekolah yang diteliti dibandingkan dengan kondisi pengelolaan di luar negeri. Pengumpulan data limbah elektronik habis pakai dilakukan dengan meletakkan dropbox. Sedangkan limbah elektronik inventaris dilakukan dengan observasi langsung ruang penyimpanan masing-masing sekolah. Data limbah elektronik dikumpulkan untuk menentukan jenis, berat, dan dimensi limbah elektronik. Pengumpulan data mengenai kondisi pengelolaan limbah elektronik di masing-masing sekolah dilakukan dengan observasi langsung dan wawancara. Kondisi pengelolaan tersebut selanjutnya dikaji berdasarkan peraturan pengelolaan B3 di Indonesia.Jenis limbah elektronik yang dihasilkan antara lain CPU, monitor, printer, speaker, keyboard, baterai, lampu, dan lain-lain. Jenis limbah elektronik di setiap sekolah sudah dikelola namun masih terdapat beberapa kondisi yang tidak sesuai dengan peraturan pengelolaan limbah B3, terutama pada sistem pengumpulan dan penyimpanan. Pengelolaan limbah elektronik sekolah di luar negeri dengan sekolah swasta di Sukolilo menggunakan metode daur ulang. Pengelolaan yang dilakukan hampir sama namun berbeda perantara, yaitu sekolah di luar negeri melakukan daur ulang di pusat daur ulang/mandiri. Sedangkan sekolah di Sukolilo melakukan daur ulang dengan jasa loak/pengepul.
Stabilisasi/Solidifikasi Timbunan Tailing Penambangan Emas Rakyat Kulon Progo Menggunakan Semen Portland Ihsan Aulia Pamayo; Yulinah Trihadiningrum
Jurnal Teknik ITS Vol 5, No 2 (2016)
Publisher : Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat (DRPM), ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (157.509 KB) | DOI: 10.12962/j23373539.v5i2.16973

Abstract

Penambangan emas rakyat di Kulon Progo menghasilkan limbah berupa tailing yang mengandung merkuri (Hg) dari proses amalgamasi emas. Merkuri tersebut dibuang dan ditimbun dalam tanah. Pada penambangan tersebut terdapat timbunan tailing aktif (TTA) dan tidak aktif (TTTA). Konsentrasi total merkuri pada tailing yaitu sekitar 291-314 mg/kg. Nilai konsentrasi tersebut melebihi baku mutu konsentrasi merkuri pada tailing dengan batas maksimum sebesar 75 mg/kg. Stablilisasi/Solidifikasi (S/S) dapat diaplikasikan untuk remediasi lingkungan tercemar logam berat. Semen portland memiliki kemampuan sebagai binder pencemar logam berat. Tujuan pertama dari penelitian ini yaitu mengidentifikasi karakteristik dari timbunan tailing aktif dan tidak aktif. Tujuan kedua yaitu untuk menentukan komposisi optimum timbunan tailing aktif dan tidak aktif dalam proses S/S menggunakan semen portland. Penelitian ini menggunakan dua variasi yaitu variasi jenis timbunan tailing dan variasi komposisi timbunan tailing. Variasi jenis timbunan tailing terdiri dari timbunan tailing aktif dan timbunan tailing tidak aktif. Sampel dari kedua jenis timbunan tailing divariasikan dengan semen portland pada % rasio b/b 0:100, 10:90, 20:80, 30:70, 40:60, 50:50, 60:40, 70:30, 80:20, 90:10, dan 100:0. Hasil penelitian menunjukkan sampel timbunan tailing mengandung unsur clay dengan permeabilitas r 7,32 x 10-13 hingga 1,03 x 10-12 cm/detik. Kadar air sampel TTA dan TTTA sebesar 31,77% dan 28%. Konsentrasi merkuri pada sampel TTA yaitu 160-318 mg/kg. Sedangkan pada sampel TTTA yaitu 94-99 mg/kg. Seluruh sampel memenuhi baku mutu kuat tekan dan baku mutu TCLP yang ditetapkan. Komposisi 100% sampel TTA dan TTTA masih mampu mengikat merkuri dengan nilai kuat tekan sebesar 53 ton/m2 dan 117 ton/m2. Nilai TCLP untuk merkuri pada sampel TTA dan TTTA lebih rendah dari 0,0005 mg/L. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tanpa penambahan semen portland sebagai binder, timbunan tailing yang mengandung clay memiliki kemampuan untuk mensolidifikasi dan menstabilkan merkuri yang terkandung dalam limbah tailing, hingga memenuhi baku mutu.
Stabilisasi/Solidifikasi Tailing Tambang Emas Rakyat Kulon Progo Menggunakan Semen Portland dan Tanah Tras Thaniya Triagustine Kalimantoro; Yulinah Trihadiningrum
Jurnal Teknik ITS Vol 5, No 2 (2016)
Publisher : Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat (DRPM), ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (983.819 KB) | DOI: 10.12962/j23373539.v5i2.17099

Abstract

Merkuri digunakan dalam proses amalgamasi untuk mengikat emas. Namun, penggunaan merkuri pada tambang emas rakyat Kulon Progo, DI Yogyakarta mengakibatkan pencemaran tanah dan badan air di sekitar lokasi tambang. Tailing mengandung merkuri yang dihasilkan dari pengolahan emas ditampung dalam kolam dan seringkali dibiarkan hingga penuh dan meluap ke area sekitarnya. Tailing tergolong limbah B3 kategori 2 menurut Lampiran I PP No. 101 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun. Konsentrasi merkuri dalam tailing mencapai 302,31 mg/kg. Upaya remediasi melalui stabilisasi/solidifikasi (S/S) dilakukan untuk mencegah penyebaran merkuri. Semen Portland dan tanah tras digunakan sebagai binder dalam proses S/S ini. Komposisi terbaik antara semen dan tanah tras serta komposisi terbaik antara binder dan tailing ditentukan dalam penelitian ini. Penentuan didasarkan dari hasil uji kuat tekan dan uji TCLP terhadap benda uji. Benda uji berbentuk kubus dengan ukuran tiap sisi 5 cm. Baku mutu uji kuat tekan menurut Kep. Bapedal No. KEP-03/BAPEDAL/09/1995 adalah 10 ton/m2. Baku mutu TCLP menurut Lampiran IV PP No 101 Tahun 2014 yaitu 0,05 mg/L. Variasi komposisi semen dan tanah tras adalah 100:0 ; 90:10 ; 80:20 ; 30:70 ; 60:40 ; 50:50 ; 40:60 ; 30:70 ; 20:80 dan 10:90. Komposisi terbaik ditetapkan pada komposisi 40:60 dengan nilai kuat tekan sebesar 260 kg/cm2. Variasi komposisi binder dan tailing yaitu 50:50 ; 40:60 ; 30:70 ; 20:80 dan 10:90. Komposisi terbaik ditetapkan pada komposisi 50:50 dengan nilai kuat tekan 92,4 kg/cm2 dan nilai TCLP kurang dari 0,21 mg/L.
Kajian Teknologi dan Mekanisme Stabilisasi/Solidifikasi untuk Pengolahan Limbah B3 Royyan Anrozi; Yulinah Trihadiningrum
Jurnal Teknik ITS Vol 6, No 2 (2017)
Publisher : Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat (DRPM), ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (493.187 KB) | DOI: 10.12962/j23373539.v6i2.25134

Abstract

Pencemaran tanah oleh limbah bahan berbahaya dan beracun (B3) sering terjadi akibat aktivitas manusia. Salah satu teknologi untuk pengolahan limbah B3 adalah stabilisasi/solidifikasi (S/S). Tujuan dari penulisan artikel ini adalah mengidentifikasi teknologi dan mekanisme aplikasi proses S/S dalam pengolahan limbah B3. Artikel ini disusun dengan mengumpulkan data terkait stabilisasi/solidifikasi dari berbagai sumber pustaka. Sumber pustaka yang digunakan berupa text book, jurnal ilmiah nasional dan internasional. Teknologi S/S terbagi menjadi tiga bagian yaitu S/S secara fisik, kimia, dan termal. S/S secara fisik tidak melibatkan reaksi kimia. S/S secara kimia memerlukan reaksi kimia untuk memungkinkan proses S/S berlangsung. S/S secara termal (vitrifikasi) menggunakan panas untuk melelehkan dan mensolidifikasi senyawa berbahaya pada massa yang solid seperti bahan-bahan yang mempunyai sifat seperti gelas. Teknologi stabilisasi/solidifikasi yang dapat diterapkan untuk pengolahan limbah B3 adalah kapsulasi mikro, vitrifikasi, dan stabilisasi/solidifikasi secara kimia. Kapsulasi mikro efektif untuk meremediasi tanah berpasir yang terkontaminasi kontaminan hidrokarbon. Vitrifikasi secara termal mampu digunakan untuk meremediasi tanah tercemar limbah B3 baik organik maupun anorganik. Imobilisasi kontaminan dilakukan dengan cara mengubah limbah menjadi gelas atau bahan kristalin. S/S berbasis semen portland dan pozzolan baik diterapkan untuk remediasi tanah tercemar limbah B3 dengan pH rendah dan mengandung senyawa halida. S/S berbasis pozzolan juga mampu mengatasi kontaminan mengandung senyawa sulfat. Mekanisme S/S adalah mengurangi sifat berbahaya kontaminan dengan cara mengurangi laju migrasi dan toksisitasnya.   Kata Kunci— limbah B3, mekanisme S/S, stabilisasi/solidifikasi, tanah tercemar, teknologi S/S
Bioremoval of Chromium, Copper and Cadmium by Bacillus cereus in Simulated Electroplating Wastewater Yulinah Trihadiningrum
IPTEK Journal of Proceedings Series Vol 1, No 1 (2014): International Seminar on Applied Technology, Science, and Arts (APTECS) 2013
Publisher : Institut Teknologi Sepuluh Nopember

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.12962/j23546026.y2014i1.406

Abstract

Heavy metal pollution is one of environmental problems, which is caused by the discharge of improperly treated industrial wastewater. Electroplating industry generates wastewater containing heavy metals, which include chromium, copper and cadmium. Biological treatment using bacteria has been considered as a new alternative for treatment of heavy metal containing wastewater. The bacteria play an important role in the bioremediation of heavy metal contaminated environment. Bacillus cereus was known as cosmopolitan bacteria with high resistance to pollutants. This study was conducted to measure the viability of two strains of Bacillus cereus in chromium, copper and zinc containing cultures, and the bioremoval efficiencies of the heavy metals.. The bioremoval efficiencies were measured using spectrophotometric method. The bacterial viability was measured according to the Optical Density of the culture. The results showed that both B. cereus strains were viable in culture containing chromium, copper, and cadmium with different concentrations. The highest tolerance of the bacteria was observed in chromium containing culture, where highest chromium bioremoval efficiency of 51.8% was performed by ATCC 9632 strain at chromium concentration of 102.4 mg/L, in varied concentration range up to 360 mg/L. Whereas the highest copper bioremoval efficiency of 100% was achieved in the cultures of B. cereus ATCC 1178 and ATCC 9632 at copper concentration of 2 mg/L in tested concentration range up to 10 mg/L. The highest cadmium bioremoval efficiency of 77% was achieved by ATCC 9632 strain at concentration of 15 mg/L in concentration range up to 25 mg/L
PENGARUH PH TANAH TERHADAP PROSES BIODEGRADASI POLYCYCLIC AROMATIC HYDROCARBON (PAH) PADA TANAH TERKONTAMINASI BATUBARA Gina Lova Sari; Andy Mizwar; Yulinah Trihadiningrum
Jurnal Teknologi Vol 8, No 1 (2016): Jurnal Teknologi
Publisher : Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24853/jurtek.8.1.31-38

Abstract

Batubara alami (unburnt coal) mengandung polycyclic aromatic hydrocarbon (PAH) dengan kadar yang tinggi dan tingkat penyebaran relatif cepat. PAH sulit didegradasi karena bersifat toksik sehingga berpotensi mengkontaminasi tanah, terutama di wilayah pertambangan batubara tetapi belum mendapatkan perhatian yang serius. Kontaminasi tersebut dapat ditangani menggunakan salah satu teknologi bioremediasi yaitu co-composting. Salah satu faktor yang mempengaruhi proses co-composting adalah pH. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pH tanah terhadap biodegradasi PAH dalam proses co-composting dengan penambahan sampah organik. Co-composting dilakukan secara aerobik selama 98 hari dalam skala laboratorium. Variasi penelitian meliputi rasio tanah terkontaminasi PAH dengan sampah organik (100/0, 75/25, 50/50, 25/75, dan 0/100) dan pH tanah (asam dan netral). Analisis kadar 16 EPA-PAH dilakukan menggunakan metode Gas Chromatographic Mass Spectrometric (GC-MS). Proses co-composting berlangsung dalam kondisi lingkungan yang optimal yaitu suhu mesofilik (30-31°C), pH netral (6,5-7), dan kadar air optimum (50-60%).  Hasil penelitian menunjukkan bahwa biodegradasi PAH yang terjadi tidak dipengaruhi oleh kondisi pH tanah. Hal ini dibuktikan dengan persentase kadar PAH yang terdegradasi tidak berbeda jauh antara pH tanah awal asam dan netral di rasio T/s 25/75 yaitu 75,15% dan 76,21 %.
EKO-BRIKET DARI SAMPAH PLASTIK CAMPURAN DAN LIGNOSELULOSA Yulinah Trihadiningrum
Purifikasi Vol 8 No 2 (2007): Jurnal Purifikasi
Publisher : Department of Environmental Engineering-Faculty of Civil, Environmental and Geo Engineering. Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.12962/j25983806.v8.i2.128

Abstract

Penemuan energi alternatif hangat dibicarakan oleh masyarakat luas karena semakin menipisnya cadangan bahan bakar fosil. Di lain pihak permasalahan sampah kota tak bisa terelakkan. Sampah Kota Surabaya mengandung 72,4% (1560 ton/hari) sampah organik yang mengandung lignoselulosa dan sampah plastik sebesar 10,9% (265,52 ton/hari). Penelitian ini bertujuan untuk menetapkan komposisi dan karakterisasi eko-briket dari sampah plastik campuran dan lignoselulosa. Penelitian ini menggunakan 3 variabel, meliputi sampah plastik campuran, jenis sampah lignoselulosa (serbuk gergaji, sekam padi dan tempurung kelapa) serta ukuran lignoselulosa (40 dan 60 mesh). Parameter uji karakteristik mutu briket meliputi kadar air, kadar Volatile Solid (VS), kadar fixed carbon (FC), kadar abu, dan bulk density, nilai kalor, dan titik nyala. Pengujian parameter tersebut dilakukan di Laboratorium Jurusan Teknik Lingkungan, Teknik Mesin, Teknik Sipil dan Teknik Fisika. Hasil uji menunjukkan bahwa sampah plastik dan lignoselulosa dapat dibuat menjadi ekobriket dengan penambahan lem polyvinyl acetate (PVAc). Produk ekobriket terbaik adalah komposisi 20% plastik campuran dan 80% lignoselulosa tempurung kelapa (M20T40). Karakteristik mutu briket tersebut adalah: kadar air 12,79%, volatile solid 85,14%, fixed carbon 1,56%, kadar abu 0,64%, nilai kalori 8801,04 kalori/gram, bulk density 0,13 gram/cm3, dan titik nyala 131,8oC. Hasil tersebut sesuai dengan baku mutu Permen ESDM No. 47 tahun 2006 dan mampu dijadikan salah satu alternatif pemenuhan keterbatasan energi Indonesia.
TOWARDS SUSTAINABLE INTEGRATED SOLID WASTE MANAGEMENT IN UNIVERSITY CAMPUS Yulinah Trihadiningrum
Purifikasi Vol 10 No 2 (2009): Jurnal Purifikasi
Publisher : Department of Environmental Engineering-Faculty of Civil, Environmental and Geo Engineering. Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.12962/j25983806.v10.i2.177

Abstract

University campuses generate large amount of various types and components of solid wastes. Among the types are municipal solid waste like, laboratory waste, and e-waste. Unfortunately, not many universities have considered the solid wastes as resources. The unseen recovery and recycling potentials of the campus solid wastes has made them to be disposed of without significant reduction efforts. This paper discusses a concept on building-up a sustainable integrated solid waste management in university campus, which covers policy-plan-do-check-action-continual improvement stages. Examples of successful implementation of integrated solid waste management in some universities are also discussed.
PRODUKSI BIOGAS DARI ECENG GONDOK Yulinah Trihadiningrum
Purifikasi Vol 11 No 2 (2010): Jurnal Purifikasi
Publisher : Department of Environmental Engineering-Faculty of Civil, Environmental and Geo Engineering. Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.12962/j25983806.v11.i2.194

Abstract

Water hyacinth (Eicchornia crassipes) has high cellulose and hemicellulose contents and low lignin content. Therefore, water hyacinth biomass is very potential to be used as raw material for bioenergy production. This water weed is commonly found in eutrophied rivers and water channels, or harvested from waste water treatpent lagoons. This research is aimed to collect data and information on water hyacinth potential in producing bioenergy in the forms of biogas. This research is also aimed to determine the optimum condition for biogas productions, particularly the pretreatment methods and water hyacinth slurry and biostarter ratios. Research on biogas production was initiated by testing two types of biostarters. The intestine of terestrial snail and cow faeces were applied in different anaerobic reactors, which contained water hyacinth slurry. The best biostarter was selected for biogas production in anaerobic reactors at different water hyacinth slurry and biostarter ratios of 75/25, 50/50, and 25/75. Control reactors, which contained water hyacinth slurry, and other control reactors, which contained biostarter solution, also prepared. Optimum condition which can be recommended for biogas production from water hyacinth is as follows: water hyacinth slurry with COD value of 5000-6000 mg/L is mixed with cow faeces at water hyacinth slurry and biostarter ratio of 75/25, and retention time of 20 days.
EVALUASI KELAYAKAN ASH VALLEY PLTU SURALAYA SEBAGAI SECURE LANDFILL Yulinah Trihadiningrum
Purifikasi Vol 5 No 1 (2004): Jurnal Purifikasi
Publisher : Department of Environmental Engineering-Faculty of Civil, Environmental and Geo Engineering. Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (193.743 KB) | DOI: 10.12962/j25983806.v5.i1.300

Abstract

Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Suralaya, Jawa Barat menggunakan batu bara sebagai bahan bakar. Sisa dari proses pembakaran batubara berupa abu terbang (75%) dan abu dasar (20%). Uji TCLP dilakukan terhadap abu terbang yang berasal dari Bukit Asam dan Kalimantan, abu dasar dan abu campuran pada landfill, dengan tiga parameter pengujian, yaitu Pb, Zn dan Cu. Semua hasil nilai uji masih berada di bawah baku mutu TCLP, sehingga limbah abu batubara dinyatakan bukan B3. Hasil pengujian kualitas lindi pada settling pond menunjukkan bahwa settling pond kedua mengandung Total Dissolved Solid (TDS) tertinggi, yaitu sebesar 1120 mg/l dan telah melampaui baku mutu limbah cair untuk kegiatan industri yang tertera pada KEP-51/MENLH/10/1995.