Wiryatun Lestariana, Wiryatun
Departemen Biokimia Fakultas Kedokteran Universitas Islam Indonesia

Published : 3 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

RET single nucleotide polymorphism in Indonesians with sporadic Hirschsprung’s disease Saryono, Saryono; Rochadi, Rochadi; Lestariana, Wiryatun; Artama, Wayan T; Sadewa, Ahmad Hamim
Universa Medicina Vol 29, No 2 (2010)
Publisher : Faculty of Medicine, Trisakti University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.18051/UnivMed.2010.v29.71-77

Abstract

The tyrosine kinase receptor RET, which is the protein product of the RET gene, is involved in the development of the mammalian nervous system that causes Hirschsprung’s disease (HSCR). RETs are cell surface molecules that are expressed in cells derived from the neural crest. The purpose of this study was to investigate the polymorphism of the RET gene in HSCR in the Yogyakarta population. Genomic DNA was extracted from surgically removed bowel tissues of 54 unrelated HSCR patients. Exon 2 of the RET gene was amplified by polymerase chain reaction (PCR) and analyzed by restriction fragment length polymorphism (RFLP). Molecular results were compared with clinical performance of Hirschsprung patients. RET polymorphism was detected in exon 2 in all of the 54 Indonesian HSCR patients. The allelic distribution of the c135GàA polymorphism in the RET exon 2 indicated that the A allele was more frequent in patients than in control individuals (chi-square test, p= 0.001). Thus the RET variant allele A is over-represented in patients affected with the HSCR phenotype. Polymorphism of exon 2 of the RET gene was found in sporadic Hirschsprung’s disease in the Yogyakarta population, which suggests that the RET gene plays important roles in the pathogenesis of HSCR.
Perbandingan Efektivitas Teofilin (1,3-Dimethylxanthine) dan Kafein (1,3,7-Trimethylxanthine) dalam Menunda Kelelahan Otot pada Tikus Miladiyah, Isnatin; Trunogati, Pranandito; Lestariana, Wiryatun
Mutiara Medika: Jurnal Kedokteran dan Kesehatan Vol 17 No 2: July 2017
Publisher : Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.18196/mm.170203

Abstract

Kelelahan otot merupakan suatu kondisi dimana otot kehilangan kemampuan berkontraksi karena stimuli terus menerus dan hal ini dikaitkan dengan penurunan cadangan glikogen. Obat derivat methylxanthine (kafein dan teofilin) bermanfaat untuk menghemat penggunaan glikogen. Penelitian ini bertujuan untuk menggali efektivitas kafein dan teofilin dalam menunda kelelahan otot sebagaimana yang diukur dalam lama struggling. Sebanyak 18 (delapan belas) ekor tikus berusia ± 3 bulan, berat 200-210 gram, kadar Hb 11,5-16 mg/dL dan kadar Hmt 35-51%, dibagi secara acak ke dalam 3 kelompok perlakuan: kontrol (akuades 1 mL/kgBB), kafein 3,78% (1 mL/kgBB) dan teofilin 3,15% (1 mL/kgBB). Kelelahan otot diukur dengan lama struggling dalam detik. Data rerata lama struggling antar kelompok dianalisis dengan one way ANOVA. Hasil menunjukkan bahwa lama struggling untuk kelompok kafein (286.83+7.11) detik dan teofilin (312.33+15.92) detik, lebih lama daripada kelompok kontrol (140.33+23.24) (p<0,05), sedangkan lama struggling kelompok kafein dengan teofilin tidak berbeda bermakna (p>0,05). Disimpulkan bahwa kafein dan teofilin mampu menunda kelelahan otot pada tikus dan efektifitasnya sebanding.
EFEKTIFITAS PEMBERIAN EKSTRA PUTIH TELUR TERHADAP PENINGKATAN KADAR ALBUMIN DAN IL-6 PADA PASIENTUBERKULOSIS DENGAN HIPOALBUMIN Prastowo, Agus; Lestariana, Wiryatun; Nurdjanah, Siti; Sutomo, Retno
Jurnal Kesehatan Vol 9, No 1 (2016): Jurnal Kesehatan
Publisher : Universitas Muhammadiyah Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23917/jurkes.v9i1.3373

Abstract

Latar belakang. Tuberkulosis (TB) merupakan masalah kesehatan dunia yang masih perlu mendapat perhatian. Indonesia sampai saat ini masih menempati urutan ke 3 di dunia untuk jumlah kasus TB setelah India dan Efektifitas Pemberian Ekstra ... (Agus Purwanto dkk.) 11 China dengan prevalensi 415 kasus per 100.000 penduduk pada tahun 2010. Pasien TB mengalami penurunan kadar albumin secara bermakna, dan penyebab penurunannya diduga adalah faktor gizi (asupan makan rendah, anoreksia, peningkatan katabolisme), enteropati dan reaksi protein fase akut. Albumin yang rendah berhubungan dengan peningkatan IL-6 dan sampai saat ini masih sedikit diketahui hubungan albumin dengan sitokin inflamasi terutama IL-6. Tujuan. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji keefektifanputih telur terhadap peningkatan albumin dan penurunan aktivasi IL-6. Metode. Penelitian yang dilakukan dengan rancangan single blind randomized controlled trial. Teknik pengambilan sampel dengan simple random sampling sebanyak 75 pasien terdiri 37 perlakuan dan 38 kontrol. Kelompok perlakuan diberikan terapi diit Tinggi Energi Tinggi Protein standar rumahsakit dan ekstra putih telur dikukus, sesuai dengan kebutuhan albumin pasien berdasarkan perhitungan formula Baxter, diberikan selama 14 hari. Kelompok kontrol diberikan terapi diit Tinggi Energi Tinggi Protein standar rumah sakit dan ekstra makanan terdiri tahu putih dan tepung hunkwe. Kadar albumin dan IL-6 diperiksa sebelum dan setelah perlakuan. Analisis data menggunakan uji Mann Whitney untuk mengetahui perbedaan kenaikan kadar albumin kedua kelompok. Hasil. Hasil penelitian menunjukkan rerata kadar albumin awal kelompok perlakuan adalah 2,82 g/dL dan kelompok kontrol adalah 2,85 g/dL. Kadar rerata albumin akhir pada kelompok perlakuan adalah 3,47 g/dL dan pada kelompok kontrol adalah 2,81 g/dL. Hasil analisa bivariat menunjukkan terdapat perbedaan signifikan terhadap rerata peningkatan kadar albumin pada kelompok perlakuan dan kelompok kontrol dengan p=0,001 (p<0.05). Hasil penelitian menunjukkan rerata IL-6 sebelum penelitian pada kelompokperlakuan 5,07 pg/mL dan kelompok kontrol 3,77 pg/mL. Rerata IL-6 setelah penelitian pada kelompok perlakuan 0.0006 pg/mL dan pada kelompok control 2,57 pg/mL. Uji statistik menunjukkan perbedaan signifikan antara kelompok perlakuan dan kontrol dengan p = 0.001 (p < 0.05). Kesimpulan. Putih telur berdaya guna meningkatkan kadar albumin dan meghambat reaktivasi IL-6 pada pasien TB.