Claim Missing Document
Check
Articles

Found 12 Documents
Search
Journal : JENDELA PENGETAHUAN

Analisis Tingkat Pedagogical Content Knowledge (PCK) Guru SMP Negeri 21 Ambon Asrul Asrul; Mohammad Amin Lasaiba
JENDELA PENGETAHUAN Vol 15 No 1 (2022): JENDELA PENGETAHUAN
Publisher : Universitas Pattimura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30598/jp15iss1pp38-45

Abstract

Seorang guru dapat dikatakan profesional bukan hanya dapat menguasai materi dan konsep saja, melainkan harus menguasai bagaimana cara mengajarkan dan strategi pembelajaran dapat tersampaikan ke peserta didik dengan baik. Dua hal tersebut antara materi (content) dan cara mengajarkan (pedagogi) yang saling berkesinambungan dan tidak dapat dipisahkan. Pentingnya kesinambungan antara materi dan pedagogic maka muncul sebuah pemahaman baru yang memadukan antara sebuah pengetahuan materi dan bagaiman cara menyampaikan kepada peserta didik, yaitu Pedagogical content knowledge (PCK). Komponen dasar PCK yaitu Pedagogical Knowledge (PK), Content Knowledge (CK).Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif. Analisis kuantitatif melalui kategorisasi. Penelitian ini menggunakan penelitian kuantitatif sebagai proses pengambilan dan pengolahan data. Penelitian kuantitatif adalah penelitian yang banyak menggunakan angka, mulai dari pengumpulan data, penafsiran data hingga penyajian hasil. Berdasarkan perhitungan mengenai tingkat PCK di SMP Negeri 21 Ambon melalui Tes PCK guru terdiri dari 52 butir soal open ended diketahui Rerata ideal adalah 26 dan simpangan baku ideal adalah 7,78. Selanjutnya ditemukan bahwa 3 guru berada dalam kategori PCK tinggi, 2 guru berada dalam kategori PCK sedang dan 1 guru berada dalam kategori PCK rendah
Fenomena Geosfer dalam Perspektif Geografi Telaah Substansi dan Kompleksitas Mohammad Amin Lasaiba
JENDELA PENGETAHUAN Vol 15 No 1 (2022): JENDELA PENGETAHUAN
Publisher : Universitas Pattimura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30598/jp15iss1pp1-14

Abstract

Dalam kajian geografi, kompleksitas yang dipelajari mencakup aspek yang luas menyangkut berbagai fenomena geosfer dengan pendekatan khusus sebagai jati diri geografi dalam menelaah setiap permasalahan yang tersebar di muka bumi. Pendekatan yang dimaksud sebagai pisau analisis dalam mengkaji realitas geografi yang mencakup pendekatan keruangan, pendekatan ekologi dan pendekatan kompleks wilayah. Dari pendekatan ini, maka para geografi dapat meneliti berbagai realita di muka bumi secara lebih komprehensif dengan mengacu pada permasalahan yang beragam pada setiap wilayah dan sekaligus menjadi pembeda dengan berbagai ilmu lainnya. Dalam perspektif geografi, fenomena geosfer dianalisis berdasarkan lanskap wilayah sebagai faktor penyebab dengan kondisi fisik yang melatarbelakangi disertai dengan berbagai aktivitas manusia yang secara tidak langsung merubah alam sehingga wilayah tersebut mengalami berbagai kerusakan. Secara spasial berbagai kerusakan dapat dipetakan begitu pula secara ekologi yang memberi penekanan terhadap interaksi manusia dengan alam dan selanjutnya secara utuh dikaji secara secara kompleks wilayah sehingga pemahaman terhadap penyebab banjir hingga solusi yang dapat diketengahkan dapat terealisasikan secara lebih spesifik. Hal inilah yang menjadi spesifikasi ilmu geografi dalam memberikan sumbangan pemikiran bagi kemajuan ilmu dan pengetahuan
Pengembangan Ekowisata Berbasis Masyarakat: Sebuah Studi Literatur Mohammad Amin Lasaiba
JENDELA PENGETAHUAN Vol 15 No 2 (2022): JENDELA PENGETAHUAN
Publisher : Universitas Pattimura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30598/jp15iss2pp85-92

Abstract

Seiring dengan perkembangan zaman, terminologi ekowisata terus berkembang tetapi tetap mempertahankan esensi dasarnya, yaitu konservasi atau pelestarian alam, budaya, dan masyarakat. Salah satu konsep ekowisata yang berkembang pada tahun 2000-an adalah konsep ekowisata berbasis masyarakat, yang menekankan pada partisipasi langsung masyarakat dalam perencanaan, pelaksanaan, dan pengelolaan usaha ekowisata serta pemanfaatan hasilnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi konsep ekowisata berbasis masyarakat dalam mendukung pengembangan pariwisata dan mengidentifikasi hambatan yang masih ada dalam penerapannya, sehingga dapat memberikan rekomendasi bagi penelitian selanjutnya. Metode yang digunakan adalah studi literatur dan teknik tinjauan pustaka dengan metode review. Hasil analisis menunjukkan bahwa konsep ekowisata berbasis masyarakat dalam konteks pengembangan pariwisata mengacu pada pengembangan yang melibatkan masyarakat sebagai pemangku kepentingan utama dalam pemanfaatan sumber daya. Konsep ini masih relatif baru dan membuka peluang untuk pengembangan lebih lanjut. Indikator sumber daya, masyarakat, dan wisatawan diidentifikasi sebagai faktor penting dalam pengembangan pariwisata yang menggunakan konsep ekowisata berbasis masyarakat.
Analisis Ketersediaan Karbon Kawasan Hutan Lindung Gunung Sirimau Kota Ambon Roberth Berthy Riry; Mohammad Amin Lasaiba
JENDELA PENGETAHUAN Vol 15 No 2 (2022): JENDELA PENGETAHUAN
Publisher : Universitas Pattimura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30598/jp15iss2pp106-115

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk (1) Mengetahui besarnya ketersediaan karbon pada berbagai penggunaan lahan di kawasan hutan lindung Gunung Sirimau Kota Ambon dan (2) Mengetahui potensi serapan CO2 berdasarkan penggunaan lahan di kawasan hutan lindung Gunung Sirimau Kota Ambon. Metode dalam penelitian ini terdiri dari pembuatan peta penggunaan lahan Pengukuran biomasa tumbuhan serta pekerjaan laboratorium. Hasil penelitian menunjukkan bahwa total ketersediaan karbon pada hutan lindung Gunung Sirimau adalah 418,98 ton/ha, yang berasal dari cadangan karbon pohon, 402,25 ton/ha (96%), dan tumbuhan bawah 16,69 ton/ha (4%). Berdasarkan penggunaan lahan, cadangan karbon terbesar berasal dari penggunaan lahan hutan lahan kering primer sebesar 187,59 ton/ha, hutan lahan kering sekunder 100,48 ton/ha, semak belukar 32,59 ton/ha (7,78 %), pertanian lahan kering 31,41 ton/ha (7,5%), pertanian lahan kering campuran 59,25 ton/ha (14,14%), savana 6,78 ton/ha (1,62%) dan permukiman 0,84 ton/ha (0,2%). Potensi serapan karbon dioksida oleh vegetasi pada hutan lindung Gunung Sirimau sebesar 1.537,50 ton CO2/ha. Penyerapan terbesar berasal dari vegetasi tingkat pohon sebesar 1.476,25 Ton CO2/ha atau 96 % dari total penyerapan CO2. Berdasarkan penggunaan lahannya, hutan lahan kering primer memiliki kemampuan penyerapan CO2 terbesar yaitu 688,45 Ton CO2/ha atau 44,78% dari total serapan CO2.
Peran Geografi dalam Penataan Ruang Perkotaan Daniel Antoni Sihasale; Mohammad Amin Lasaiba
JENDELA PENGETAHUAN Vol 15 No 1 (2022): JENDELA PENGETAHUAN
Publisher : Universitas Pattimura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30598/jp15iss1pp54-65

Abstract

Perkembangan kota yang semakin pesat dan kompleks membawa dampak pada berbagai aspek kehidupan masyarakat, termasuk masalah lingkungan, sosial, ekonomi, dan politik. Oleh karena itu, penataan ruang menjadi sangat penting dalam menjaga keberlangsungan perkembangan kota yang berkelanjutan. Geografi memainkan peran penting dalam menentukan pola tata ruang yang optimal, mengidentifikasi dan menganalisis permasalahan wilayah perkotaan, serta menawarkan solusi dan rekomendasi untuk mengatasi masalah tersebut. Dalam konteks penataan ruang, geografi juga memanfaatkan teknologi SIG (Sistem Informasi Geografis) untuk memetakan dan menganalisis data spasial secara visual, yang dapat membantu dalam proses pengambilan keputusan dan perencanaan pembangunan yang lebih efektif dan efisien. Dalam hal ini, peran geografi sangat penting untuk memahami dan mengidentifikasi masalah tersebut serta menawarkan solusi yang tepat dan berkelanjutan. Dalam kesimpulannya, geografi memiliki peran yang signifikan dalam penataan ruang perkotaan. Dalam menjaga keberlangsungan perkembangan kota yang berkelanjutan, peran geografi dapat membantu dalam menentukan pola tata ruang yang optimal, mengidentifikasi dan menganalisis permasalahan wilayah perkotaan, serta menawarkan solusi dan rekomendasi yang tepat dan berkelanjutan.
Paradigma Pendidikan Di Indonesia Berbasis Multi Etnik (Telaah Entitas, Strategi, Model Dan Evaluasi Pembelajaran Arman Man Arfa; Mohammad Amin Lasaiba
JENDELA PENGETAHUAN Vol 16 No 1 (2023): JENDELA PENGETAHUAN
Publisher : Universitas Pattimura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30598/jp16iss1pp1-12

Abstract

Paradigma pendidikan berbasis multi etnik menjadi semakin penting dalam konteks memperkuat keberagaman budaya, bahasa, dan agama di Indonesia. Pendekatan pendidikan multikultural di Indonesia adalah suatu bentuk pendidikan yang menghargai, menghormati, dan memperkuat keberagaman budaya, bahasa, dan agama yang ada di Indonesia. Untuk mencapai tujuan pendidikan multikultural, strategi dan model pembelajaran multikultural harus diterapkan, termasuk pengajaran yang menghargai keberagaman budaya dan bahasa, integrasi konten budaya dalam pembelajaran, pemberdayaan kelompok etnis dalam pembelajaran, dan penggunaan teknologi informasi dan komunikasi dalam pembelajaran. Evaluasi pengajaran multikultural juga penting untuk memastikan efektivitas model dan strategi yang diterapkan. Evaluasi dapat dilakukan melalui beberapa indikator seperti partisipasi siswa dalam pembelajaran, kemampuan siswa dalam menghargai keberagaman budaya dan bahasa, serta kemampuan siswa dalam berkomunikasi dengan berbagai kelompok etnis. Paradigma pendidikan berbasis multi etnik di Indonesia dapat memperkuat keberagaman budaya, bahasa, dan agama, dan mendukung terciptanya masyarakat yang pluralistik dan harmonis
Pengembangan Wilayah Tertinggal Di Indonesia: Optimalisasi Sumber Daya Alam Dan Teknologi Untuk Kemajuan Yang Berkelanjutan Mohammad Amin Lasaiba
JENDELA PENGETAHUAN Vol 16 No 1 (2023): JENDELA PENGETAHUAN
Publisher : Universitas Pattimura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30598/jp16iss1pp13-23

Abstract

Pengembangan wilayah tertinggal merupakan isu penting dalam pembangunan daerah yang memerlukan perhatian khusus. Artikel ini membahas tentang keterbatasan teknologi dan inovasi yang seringkali menjadi kendala dalam pengembangan wilayah tertinggal. Selain itu, artikel ini juga membahas tentang potensi sumber daya alam yang terdapat di wilayah tertinggal dan bagaimana pemanfaatannya dapat mendukung pengembangan wilayah. Studi kasus pengembangan wilayah tertinggal di Indonesia juga dibahas untuk memberikan gambaran tentang keberhasilan dan kegagalan program pengembangan wilayah tertinggal serta faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan program tersebut. Dalam mengatasi gap atau masalah pengembangan wilayah tertinggal, diperlukan upaya yang terintegrasi dan berkesinambungan antara pemerintah, masyarakat, dan sektor swasta. Upaya ini dapat dilakukan melalui berbagai program dan kebijakan yang mendukung pengembangan sumber daya manusia, peningkatan infrastruktur, serta pemanfaatan potensi sumber daya alam secara berkelanjutan.
Pengelolaan Jagung Tepung (Zea Mays Var. Amylacea) Sebagai Makanan Pokok Masyarakat Dusun Romleher Selatan, Desa Wonreli, Kecamatan Pulau - Pulau Terselatan Dorce Lerin Pelmelay; Mohammad Amin Lasaiba; Fransina S Latumahina
JENDELA PENGETAHUAN Vol 15 No 2 (2022): JENDELA PENGETAHUAN
Publisher : Universitas Pattimura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30598/jp15iss2pp133-142

Abstract

Jagung merupakan bahan pangan yang berperan penting dalam perekonomian Indonesia, dan merupakan makanan pokok di beberapa daerah. Penelitian ini adalah penelitian yang bersifat Deskriptif Kualitatif. Lokasi pada penelitian ini yaitu Dusun Romleher Selatan, Desa Wonreli, Kecamatan Pulau – pulau Terselatan. Populasi dalam penelitian ini yaitu diambil sebanyak 20 orang, sedangkan sampel yang diambil adalah sebanyak 10 orang yang dipilih secara random atau acak. Teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu observasi, wawancara, dan studi dokumentasi. Setelah data – data penelitian ini dikumpulkan, maka selanjutnya data – data tersebut akan dianalisis berdasarkan teknik analisis data yang diambil oleh peneliti. Hasil penelitian menunjukkan, penepungan dengan metode basah (perendaman) menghasilkan rendemen tepung lebih tinggi dibandingkan dengan metode kering (tanpa perendaman). Namun, kandungan nutrisi tepung lebih tinggi pada penepungan dengan metode kering. Pengolahan tepung jagung secara mekanis dengan alat penyosoh dan penepung menghasilkan tekstur tepung yang sangat halus.
Pengolahan Ubi Kayu Dalam Peningkatan Ekonomi Keluarga Di Dusun Wailapia Desa Larike Kecamatan Leihitu Barat Kabupaten Maluku Tengah Kamalia Nurdani; Mohammad Amin Lasaiba; Ferdinand S Leuwol
JENDELA PENGETAHUAN Vol 15 No 2 (2022): JENDELA PENGETAHUAN
Publisher : Universitas Pattimura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30598/jp15iss2pp143-151

Abstract

Pengolahan Ubi Kayu Dalam Peningkatan Ekonomi Keluarga Di Dusun Wailapia Desa Larike Kecamatan Leihitu Barat Kabupaten Maluku Tengah
Pengembangan Aksesibilitas Jalan Off Road di Dusun Wailapia Desa Larike Kecamatan Lehitu Barat Idawati Buton; Mohammad Amin Lasaiba; Wiclif Sepnath Pinoa
JENDELA PENGETAHUAN Vol 15 No 1 (2022): JENDELA PENGETAHUAN
Publisher : Universitas Pattimura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30598/jp15iss1pp66-78

Abstract

Penelitian ini dilakukan untuk mengkaji ketersediaan jaringan jalan di Dusun Wailapia serta dampaknya terhadap mobilitas dan aktivitas masyarakat. Penelitian ini mengidentifikasi bahwa meskipun jaringan jalan sudah ada, namun belum memadai sehingga menyebabkan kendala dalam beraktivitas, terutama untuk pergi ke sekolah dan berdagang antar dusun. Hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah alat transportasi yang ada belum mencukupi untuk membantu mobilitas masyarakat, sehingga banyak yang masih menggunakan kendaraan pribadi. Panjang lebar jalan lintas dusun mencapai 1000 meter dengan lebar badan jalan sekitar 3 meter, namun kondisi jalan yang rusak menghambat aksesibilitas. Dalam menghadapi masalah ketersediaan jaringan jalan, penelitian ini menyusun beberapa alternatif strategi, antara lain meningkatkan kerjasama antara pemerintah dan masyarakat, memperbaiki dan mengaspal jalan, serta memperluas sarana transportasi umum. Penelitian ini berharap bahwa dengan adanya strategi ini, kualitas jaringan jalan dapat ditingkatkan, membantu mobilitas dan kualitas hidup masyarakat Dusun Wailapia, serta mendukung pertumbuhan ekonomi dan sektor pariwisata di daerah tersebut.