Claim Missing Document
Check
Articles

Found 13 Documents
Search

KAJIAN TEORI TURNER: PRIORITAS KEBUTUHAN PERMUKIMAN DAN TINGKAT PENDAPATAN Studi Kasus: Permukiman Bajo, Kelurahan Bajoe, Kabupaten Bone, Sulawesi Selatan M Amir Salipu; Anggia R Nurmaningtyas; Inayatul Ilah Nashruddin
Jurnal MEDIAN Arsitektur dan Planologi Vol 8 No 02 (2018): Jurnal Median
Publisher : Universitas Sains dan Teknologi Jayapura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (324.039 KB)

Abstract

Permukiman adalah sekumpulan rumah yang mencakup aspek fisik dan non fisik. Aspek fisik yaitu: lokasi, lingkungan dan sarana prasarana, sedangkan aspek non fisik yaitu: politik, ekonomi, sosial dan budaya. Menurut Turner, perumahan bukan kata benda tetapi kata kerja tentang proses berlanjut dan terkait dengan mobilitas sosial-ekonomi penghuninya. Perubahan pola lokasi perumahan pada golongan tertentu merupakan konsepsi segregasi (pemisahan) tingkat sosial yang dapat diukur pada perubahan lokasi. Hal ini terutama dilakukan oleh penduduk yang mempunyai tingkat ekonomi tinggi, yang memilih lokasi rumah dengan standar modern dan memberikan identitas. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui penerapan Teori Turner tentang prioritas kebutuhan perumahan terkait dengan tingkat pendapatan masyarakat di kawasan permukiman Suku Bajo di Pantai Bajoe, Kabupaten Bone, Sulawesi Selatan. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa Teori Turner tentang prioritas kebutuhan perumahan yaitu bagi masyarakat berpenghasilan rendah, yang mana lokasi di sekitar tempat pekerjaan sangat penting, namun bagi Suku Bajo di Pantai Bajoe walaupun level income mereka sudah berubah dari sangat rendah menjadi rendah dan rendah-menengah, lokasi permukiman mereka tetap diprioritaskan dekat dengan tempat kerja. Hal ini tidak bisa dipisahkan dari budaya Suku Bajo yang dikenal dengan manusia bahari. Teori Turner lebih cocok diterapkan pada masyarakat di perkotaan padat dengan harga lahan yang mahal serta kondisi masyarakat yang memiliki pekerjaan yang berbeda-beda. .
PENERAPAN TEORI KEVIN LYNCH DALAM PENATAAN LINGKUNGAN DI KAWASAN WISATA SENTANI TIMUR KABUPATEN JAYAPURA M Amir Salipu; Hasrul Hasrul; Inayatul Ilah Nashruddin; Ahmad Mu’iz Shofiyulloh
Jurnal MEDIAN Arsitektur dan Planologi Vol 9 No 2 (2019): Jurnal Median
Publisher : Universitas Sains dan Teknologi Jayapura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (480.046 KB)

Abstract

Citra kota, yang merupakan suatu gambaran khas yang melekat pada kota, dapat menciptakan representasi kota bagi penduduk maupun pengunjung. Citra kota pada umumnya dipengaruhi oleh aspek fisik kota tersebut. Kevin Lynch mengungkapkan ada 5 elemen pembentuk image kota secara fisik, yaitu: path (jalur), edge (tepian), district (kawasan), nodes (simpul), dan landmark (penanda). Kelima elemen ini dapat mewakili cita rasa dari suatu kawasan dan memberikan citra yang kuat terhadap kota. Kawasan Sentani Timur merupakan salah satu wilayah pengembangan wisata Danau Sentani, dihuni oleh masyarakat asli Sentani, yang bermukim di atas danau/ pulau–pulau maupun di pesisir dan daratan. Masyarakat sekitar danau hidup dengan cara memanfaatkan alam. Kehidupan masyarakat sekitar yang khas juga dapat menjadi atraksi wisata bagi wisatawan. Potensi yang dimiliki belum dimanfaatkan secara maksimal. Hal tersebut terlihat dari belum tertatanya kawasan wisata di Sentani Timur. Penelitian ini bertujuan untuk memberi masukan tentang penataan lingkungan kawasan wisata Sentani Timur, berdasarkan Teori Kevin Lynch tentang citra kota agar memberi dampak pada pengembangan wisata yang sesuai karakteristik wilayah kawasan Danau Sentani. Dari hasil penelitian ini diperoleh beberapa usulan penataan kawasan yang dapat dipergunakan sebagai dasar dalam pengembangan kawasan wisata Sentani Timur, diantaranya pembagian segmen kawasan Sentani Timur menjadi 4 bagian dengan peruntukan lahan berdasar potensi masing-masing kawasan. Selain itu penting memperhatikan dan menghadirkan nilai sosial-budaya dan lokalitas dalam pengembangan wisata di kawasan Sentani Timur.
APPLICATION OF SECURITY & COMFORT CONCEPTS IN THE TRADITIONAL SILIMO SETTLEMENT IN THE BALIEM VALLEY M. Amir Salipu; Imam Santoso2 Santoso
Border Vol. 5 No. 2 (2023): NOVEMBER 2023
Publisher : Border

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

The tribal war culture is very closely related to the location selection and building mass layout of the Hubula Tribe Silimo settlement. In addition, the shape of the Pilamo and Ebe-ai buildings in the Silimo settlement reflects the concept of safety and comfort. The problem of this research is how the arrangement of building masses with the concept of building mass layout in the Silimo settlement can embody a symbol of security. What are the functions and meanings of building forms, spatial planning and social relations as a symbol of comfort in the Silimo settlement. The method used to answer research problems is a qualitative research method with a phenomenological approach. The results achieved by this study are how a security-based theoretical study can explain the selection of location, building layout and building form in the Silimo Hubula settlement in the Baliem Valley based on the concept of defensible space which includes: territoriality, natural surveillance, image and milieu, and Environment. Comfort in the form of relief, ease, transcendence related to the following aspects: Selection of location, material and shape of the building; Space organization with extended family concept; and space privacy.