Claim Missing Document
Check
Articles

Found 23 Documents
Search

PENGARUH PEMBUBUHAN BERBAGAI DOSIS ABU DAUN MENGKUDU TERHADAP PENINGKATAN KADAR KALSIUM AIR HUJAN DI DESA SUMUGIH, RONGKOP, GUNUNGKIDUL -, Rokhmayanti; Widjajono, Urip; Hana Mustofa, Choiril
MOTORIK Jurnal Ilmu Kesehatan (Journal of Health Science) Vol 2, No 4 (2007)
Publisher : STIKES Muhammadiyah Klaten

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Latar Belakang : Kualitas air hujan apabila dilihat dari siklus peredarannya memiliki kandungan mineral yang lebih rendah dibandingkan dengan air tanah. Kalsium merupakan salah satu mineral yang dibutuhkan oleh tubuh, Karena selain dapat menyebabkan penurunan kemampuan kontraksi otot, kekurangan kalsium juga dapat menyebabkan terjadinya osteoporosis, menyebabkan gigi keropos dan mudah tanggal, memacu terjadinya risiko penyakit jantung serta menyebabkan tidak stabilnya viskositas darah yang akan memacu terjadinya hipertensi. Tujuan : Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pembubuhan berbagai dosis abu daun mengkudu terhadap peningkatan kadar kalsium dan untuk mengetahui dosis abu daun mengkudu yang efektif meningkatkan kadar kalsium pada air hujan. Metode : Penelitian ini merupakan penelitian true eksperimen dengan design pre test post test design yang hasilnya dianalisis secara deskriptif.Hasil : Berdasarkan hasil pemeriksaan air hujan yang dibubuhi abu daun mengkudu dengan berbagai variasi dosis didapatkan hasil bahwa rerata peningkatan kadar kalsium air hujan yang dibubuhi 0,5 gr abu daun mengkudu adalah 11,35 gr dengan peningkatan Ph sebesar 1,5 . Rerata peningkatan kadar kalsium air hujan yang dibubuhi abu daun mengkudu 1 gr adalah 15,14 gr dengan peningkatan Ph sebesar 2. Sedangkan rerata peningkatan kadar kalsium air hujan yang dibubuhi 1,5 gr abu daun mengkudu adalah 15,14 gr dengan peningkatan pH sebesar 2,5 . Dari ketiga perlakuan pemberian abu daun mengkudu tidak menyebabkan peningkatan kekeruhan. Kesimpulan : Berdasarkan hasil pemeriksaan menunjukkan bahwa abu daun mengkudu dapat meningkatkan kadar kalsium air hujan dan dosis abu daun mengkudu yang efektif adalah 1 gr, dengan pH 7,5 dan kekeruhan 1 NTU serta tidak menyebabkan baud an rasa.   Kata Kunci : Kalsium, abu daun mengkudu 
ANALISIS KANDUNGAN ZAT BESI (Fe) PADA DAUN KELOR (Moringa oleiferaLam.) DI DESA KEPOSONG, MUSUK, BOYOLALI DENGAN SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOM Arsy Annisa, Maharani; Nurhaini, Rahmi; Hana Mustofa, Choiril
CERATA Jurnal Ilmu Farmasi Vol 9, No 1 (2018)
Publisher : CERATA Jurnal Ilmu Farmasi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Pola dan gaya hidup masyarakat modern sering mengesampingkan pentingnyakesehatan, salah satunya yaitu dengan mengonsumsi makanan siap saji. Meskipunmudah diperoleh, makanan siap saji memiliki kandungan nutrisi yang rendah. Sehinggabanyak masyarakat yang kekurangan gizi, terutama zat besi (Fe), yang dapatmenyebabkan berbagai penyakit dan membahayakan kesehatan.Kelor (Moringa oleiferaLam.) telah diperkenalkan oleh WHO sebagai salah satu pangan alternatif untukmengatasi masalah gizi (malnutrisi). Salah satu kandungan gizi yang terdapat dalamkelor (Moringa oleiferaLam.) adalah zat besi (Fe).Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui keberadaan zat besi (Fe) pada daunKelor (Moringa oleifera Lam.) yang tumbuh di Desa Keposong, Musuk, Boyolali.Penelitian dilakukan metode destruksi basah menggunakan microwave dan analisiskuantitatif dengan alat Spektrofotometri Serapan Atom (SSA) pada panjang gelombang248,3 nm dengan nyala udara-asetilen.Hasil uji kualitatif menunjukkan bahwa daun kelor (Moringa oleifera Lam.)positif mengandung zat besi (Fe). Hasil pembacaan SSA untuk larutan standar Fediperoleh regresi linear y = 0,0204x + 0,0012 dengan koefisien korelasi (R) 0,997. Danhasil pembacaan sampel dari replikasi I, II dan III berturut-turut yaitu 43,836 mg/kg,77,919 mg/kg, dan 61,262 mg/kg sehingga diperoleh rata-rata kandungan zat besi (Fe)sebanyak 61,006 mg/kg.Kata kunci: Zat Besi (Fe), Daun Kelor ( Moringa oleiferaLam.), Destruksi Basah,Spektrofotometri Serapan Atom.
ANALISIS KADAR KALIUM PADA BAWANG PUTIH (Allium Sativum L.) DENGAN METODE SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOM -, Sunyoto; Hana Mustofa, Choiril
CERATA Jurnal Ilmu Farmasi Vol 8, No 1 (2017)
Publisher : CERATA Jurnal Ilmu Farmasi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Kalium  merupakan  ion  intraselular  yang  berkaitan  dengan  mekanisme pertukaran    Natrium.  Peningkatan  asupan  kalium  dalam  diet  berhubungan  dengan penurunan  tekanan  darah,  karena  kalium  memicu  natriuesis  (kehilangan  natrium melalui urin). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kadar kalium pada bawang putih. Penelitian  observasional  ini  peneliti  hanya  melakukan  observasi  tanpa memberikan intervensi pada  ariable  yang akan diteliti. Pengukuran kadar kaliumdilakukan  menggunakan  alat  Spektrofotometri  Serapan Atom  dengan  panjang gelombang 766,5 nm. Pada penelitian ini digunakan konsentrasi kalium : 1 mg/L, 2  mg/L,  3  mg/L,  4  mg/L,  dan  5  mg/L.  Persamaan  garis regresi  (Y)  dan  koefisien korelasi I yang diperoleh dari hasil penentuan linieritas kurva kalibrasi menunjukan adanya  hubungan  yang  sebanding  antara  absorbansi  dan  konsentrasi.  Persamaan garis regresi linier (Y) dan koefisien korelasi I yang diperoleh dari hasil penentuan linieritas  kurva  kalibrasi  yaitu  (Y)  =  0,019914286x +  0,002380952  dan  r  = 0,998368243.Pada penelitian ini dapat diketahui hasil kadar kalium rata-rata yaitu bawang putih I 15775,655 µg/g; bawang putih II 15429,076 µ g/g; bawang putih III 14549,399 µg/g; bawang putih IV 13007,488 µg/g; dan bawang pu tih V yaitu 13120,625 µg/g. Kata kunci : Bawang Putih, Kalium, SpektrofotometriSerapan Atom
Penetapan Kadar Formalin Pada Tahu Di Pasar X Dengan Metode Spektrofotometri Visible Nanik Fitrianingsih; Choiril Hana Mustofa; Sunyoto
CERATA Jurnal Ilmu Farmasi Vol 10 No 1 (2019): Cerata Jurnal Ilmu Farmasi
Publisher : STIKES MUHAMMADIYAH KLATEN

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Tofu is a food product in the form of soft solids made through soy processing. Formalin is a clear liquid that is colorless or almost colorless with a pungent odor, its vapors stimulate the mucous membranes of the nose and throat, formalin is a dangerous, poisonous and carcinogenic substance which is usually added to food as a preservative. This research was conducted to determine the levels of formalin in white tofu sold in traditional markets X. This research was conducted with a qualitative test using Schiff reagents and quantitative tests with Visible Spectrophotometry at a wavelength of 410 nm. The results of the study qualitatively showed that the samples tested positive contained formalin with a change in color to pink. The results of Visible Spectrophotometry readings for formalin standard solutions obtained linear regression y = 0.0537x + 0.0134 with a correlation coefficient (r2) of 0.9995. The results of formaldehyde in sample A were 23.41 mg / kg, sample B 26.57 mg / kg, sample C 58.02 mg / kg, sample D 41.71 mg / kg, and sample E were 90.35 mg / kg kg
UJI MPN JAMU TRADISIONAL KUNIR ASAM YANG DIJUAL DI PASAR CEPOGO, KABUPATEN BOYOLALI Choiril Hana Mustofa; Muchson Arrosyid; Frendi Aviv Setiawan
CERATA Jurnal Ilmu Farmasi Vol 9 No 2 (2018): Desember
Publisher : STIKES MUHAMMADIYAH KLATEN

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Tamarind herbal medicine is one of the traditional herbal medicine that is still widely consumed by the community. The manufacturing process is still simple and does not pay attention to the cleanliness element does not rule out the possibility of pollution by bacteria, one of which is by Coliform bacteria, this study aims to determine bacterial contamination in acid turmeric herbs which are sold in Cepogo Market, Boyolali Regency. This research is an observational study. Samples were taken by accidental sampling namely turmeric tamarind herbs purchased from 3 sellers of carrying herbs at Cepogo Market. Each sample was examined the MPN value with 2 test steps, namely the presumption test on the Lactose Borth media and the affirmation test on the Brilliant Green Lactose Broth media. Samples tested positive if there are gas bubbles after incubation. The assertion test results are matched with the MPN value table. The results of the study were obtained MPN value of sample A <3 cells / mL, sample B 4 cells / mL, and sample C 3 cells / mL. From the three samples tested, it can be concluded that the sample contained Coliform bacteria contamination. The value produced from the three samples is below the maximum limit of contamination, which is 20 cells / mL and turmeric acid is suitable for consumption
Penetapan Kadar Tanin Dari Bunga Telang (Clitoria ternatea L.) Secara Permanganometri Choiril Hana Mustofa; Anita Agustina Styawan; Nofia Putri Lestari
CERATA Jurnal Ilmu Farmasi Vol 12 No 2 (2021): Cerata Jurnal Ilmu Farmasi
Publisher : STIKES MUHAMMADIYAH KLATEN

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Telang flowers can be found thriving in watery areas in Indonesia, their purple flowers bloom throughout the year. Telang flowers have been studied to contain phenolic chemicals, flavonoids, anthocyanins, flavonol glycosides, kaempferol glycosides, quercetin glycosides, myristetin glycosides, terpenoids, flavonoids, tannins and steroids. Tannins are plant polyphenols that function to bind and precipitate proteins. In the world of tannin medicine serves to treat diarrhea, stop bleeding, and treat hemorrhoids. There are two main types of tannins namely condensed tannins and hydrolyzed tannins. The purpose of this study was to determine the tannin content in the extract of telang (Clitoria ternatea L.) flowers using the permanganometric method. Determination of tannin levels by permanganometric method. Permanganometry is a titration method using potassium permanganate, which is a strong oxidizing agent as a titrant. This property of KMnO4 is known as an auto-indicator. The result of the determination of the tannin content of the telang flower (Clitoria ternatea L.) by permanganometry was 13.86% b/b.
Standarisasi Parameter Spesifik Dan Non Spesifik Ekstrak Etil Asetat Daun Beluntas (Pluchea indica L.) Sholikhah Deti Andasari; Choiril Hana Mustofa; Eka Oktavia Arabela
CERATA Jurnal Ilmu Farmasi Vol 12 No 1 (2021): Cerata Jurnal Ilmu Farmasi
Publisher : STIKES MUHAMMADIYAH KLATEN

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Traditionally, the leaves of Beluntas (Pluchea indica L.) are used as medicine to eliminate body odor, as a fever reducer (antipyretic), increase appetite (stomakik), laxative sweat (diaphoretic), pain, diarrhea and vaginal discharge. The need to determine the quality standard of the extract from a review of specific and non-specific parameters of the ethyl acetate extract of the leaves of beluntas (Pluchea indica L). The extract was made by maceration method using ethyl acetate and the quality standard was determined by determining specific parameters including extract identity, extract organoleptic and soluble compounds in ethyl solvent and phytochemical screening. Non-specific parameters which include drying shrinkage, specific gravity and moisture content. The results of the observation of specific parameters obtained the identity of the thick extract, blackish green color, characteristic aromatic odor and bitter taste. The content of the soluble compound in ethanol is 22.201%±2.163. The content of water-soluble compounds was 24.578% ± 2.326. Identification of the chemical content of the extract was positive for flavonoid compounds, tannins and saponins, and negative for alkaloid compounds. Moisture content 15,878±2,087. Drying shrinkage 20.895% ± 3.674. Specific gravity 0.668 g/mL ± 0.355.
Implementasi Pelaksanaan Program Kampus Mengajar dalam Meningkatkan Kompetensi SDN 6 JIMBUNG Hartatik Yunani Krisdiah; Choiril Hana Mustofa; Ambar Winarti
Jurnal Ilmiah Kampus Mengajar Vol. 2, No. 1, April 2022
Publisher : Asosiasi Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan Perguruan Tinggi Muhammadiyah Aisyiyah(ALPTK PTMA)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1752.058 KB) | DOI: 10.56972/jikm.v2i1.21

Abstract

Kehadiran mahasiswa program kampus mengajar diharapkan dapat membantu bapak/ibu guru yang mengalami kesulitan dalam kegiatan belajar mengajar yang saat ini dilakukan secara daring. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan implementasi pelaksanaan program kampus mengajar dalam meningkatkan kompetensi SDN 6 Jimbung. Metode penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif. Subjek penelitian ini adalah peserta didik SDN 6 Jimbung yang berjumlah 13. Objek penelitian adalah implementasi kampus mengajar angkatan 2 di SDN 6 Jimbung. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan teknik observasi dan dokumentasi. Sedangkan, teknik analisis data digunakan dari Miles dan Hubermen. Hasil dari penelitian ini adalah mahasiswa diharapkan mampu membawa dampak dan sebagai pelopor perubahan di masyarakat; mengasah keterampilan berpikir dalam bekerja bersama baik dengan guru, maupun dengan mahasiswa lintas bidang ilmu dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi, mengembangkan wawasan, karakter dan Soft Skills mahasiswa, sehingga dengan kolaborasi akan mencapai tujuan yang ada dalam program kampus mengajar tercapai.
ANALISIS KANDUNGAN KAFEIN PADA MAKANAN COKELAT BATANGAN YANG BEREDAR DI SWALAYAN X KOTA KLATEN Choiril Hana Mustofa; Anita Agustina Setyawan; Meiyi Putri
CERATA Jurnal Ilmu Farmasi Vol 13 No 1 (2022): Cerata Jurnal Ilmu Farmasi
Publisher : UNIVRSITAS MUHAMMADIYAH KLATEN

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Makanan cokelat batangan mengandung senyawa alkaloid. Kafein adalah jenis alkaloid yang banyak terdapat dalam biji kopi, daun teh dan biji kakao. Senyawa kafein dalam cokelat dapat bermanfaat dan merugikan dalam tubuh. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis ada atau tidaknya kafein pada cokelat batangan. Metode penelitian yang digunakan adalah observasional. Populasi dalam penelitian ini adalah makanan cokelat batangan yang dijual di Swalayan X Kota Klaten. Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakaan total sampling. Sampel diuji secara kualitatif menggunakan reaksi parry. Dianalisis kuantitatif menggunakan Titrasi Bebas Air. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara kualitatif terdapat 2 sampel positif mengandung kafein ditandai dengan perubahan warna menjadi hijau. Secara kuantitatif, kadar kafein pada cokelat batangan sampel G sebesar 53,86 mg/g, dan kadar sampel H sebesar 30,26 mg/g. Kesimpulan dari penelitian ini adalah dua sampel mengandung kafein dengan nilai kadar yang masih memenuhi syarat SNI adalah 150 mg/hari.
ANALISIS KANDUNGAN KAFEIN PADA MAKANAN COKELAT BATANGAN YANG BEREDAR DI SWALAYAN X KOTA KLATEN Choiril Hana Mustofa; Anita Agustina Setyawan; Meiyi Putri
CERATA Jurnal Ilmu Farmasi Vol 13 No 1 (2022): Cerata Jurnal Ilmu Farmasi
Publisher : UNIVRSITAS MUHAMMADIYAH KLATEN

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Makanan cokelat batangan mengandung senyawa alkaloid. Kafein adalah jenis alkaloid yang banyak terdapat dalam biji kopi, daun teh dan biji kakao. Senyawa kafein dalam cokelat dapat bermanfaat dan merugikan dalam tubuh. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis ada atau tidaknya kafein pada cokelat batangan. Metode penelitian yang digunakan adalah observasional. Populasi dalam penelitian ini adalah makanan cokelat batangan yang dijual di Swalayan X Kota Klaten. Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakaan total sampling. Sampel diuji secara kualitatif menggunakan reaksi parry. Dianalisis kuantitatif menggunakan Titrasi Bebas Air. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara kualitatif terdapat 2 sampel positif mengandung kafein ditandai dengan perubahan warna menjadi hijau. Secara kuantitatif, kadar kafein pada cokelat batangan sampel G sebesar 53,86 mg/g, dan kadar sampel H sebesar 30,26 mg/g. Kesimpulan dari penelitian ini adalah dua sampel mengandung kafein dengan nilai kadar yang masih memenuhi syarat SNI adalah 150 mg/hari.