Claim Missing Document
Check
Articles

Found 14 Documents
Search

SI BULUS-BULUS SI RUMBUK-RUMBUK SEBAGAI TEKS YANG HEGEMONIK Harahap, Muharrina; Faruk, Faruk; Salam, Aprinus
ATAVISME Vol 22, No 1 (2019): ATAVISME
Publisher : Balai Bahasa Jawa Timur

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (40.305 KB) | DOI: 10.24257/atavisme.v22i1.549.88-100

Abstract

Artikel ini membahas tentang karya sastra Mandailing yang berjudul Si Bulus-Bulus Si Rumbuk-Rumbuk karya Willem Iskander pada era kolonial. Tinjauan ini dimulai dengan melihat fenomena yang terjadi dalam penciptaan dan penerbitan teks tersebut. Teks Si Bulus-Bulus Si Rumbuk-Rumbuk dan kehidupan pengarangnya sangat kontradiktif dan paradoks. Di satu sisi mewacanakan resistensi namun di sisi lain mewacanakan konstruksi kolonial. Untuk mengkaji fenomena tersebut, penulis menggunakan pendekatan pascakolonial dan metode diskursif. Penulis menggunakan diskursus yang dibangun oleh dua orang pakar yang fokus meneliti tentang teks Si Bulus-Bulus Si Rumbuk-Rumbuk dan Willem Iskander. Kedua pakar tersebut yaitu, Rodgers dan Harahap. Melalui metode diskursif ini, penulis mengkonstruksi ulang pendapat kedua pakar tersebut dengan menggunakan perspektif pascakolonial. Selain melihat teks, penulis juga melihat konteks sosial, politik, dan budaya orang Mandailing sebagai pendukungnya. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa Willem Iskander merupakan tokoh yang ambivalen. Tokoh yang menyuarakan resistensi dan tokoh yang patuh pada konstruksi kolonial.
Wanita Batak dalam Cerpen “Tiurmaida” Karya Hasan Al Banna: Perspektif Lacanian MUHARRINA HARAHAP
BAHAS No 86 TH 39 (2013): BAHAS
Publisher : BAHAS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24114/bhs.v0i86 TH 39.2403

Abstract

Melalui analisis citra diri dan identitas wanita Batak dalam cerpen “Tiurmaida” karya Hasan Al Banna melalui perspektif Lacan ini berhasil membangun konsepsi budaya dan konsepsi semantis terhadap konsep “wanita Batak”. Ternyata tidak jauh berbeda pemaknaan “wanita” dari makna asalinya dengan “wanita” dari persepsi budaya Batak. Cinta, nafsu, hasrat, kegilaan, dan penderitaan yang terdapat dalam cerpen Tiurmaida karya Hasan Al Banna tersebut hanya merupakan bagian kebudayaan dan satuan-satuan semantik yang membangun konsep bahasa yang direalisasikan terhadap cerpen tersebut secara metonimik. Kata kunci: wanita Batak dan perspektif Lacan
FILSAFAT JAWA DALAM NOVEL-NOVEL KUNTOWIJOYO Muharrina Harahap
BAHAS Vol 28, No 3 (2017): BAHAS
Publisher : BAHAS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24114/bhs.v28i3.10075

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dan menguraikan filsafat Jawa dalam novel-novel Kuntowijoyo. Ketiga novel itu adalah  Pasar (P), Mantra Pejinak Ular (MPU), serta Wasripin dan Satinah (WdS).Novel-novel Kuntowijoyo ini merupakan gambaran bagi orang yang tidak mengenal  kenyataan “ada” dengan tidak menjalankan atau mencari pengetahuan, maka dari segi etikanya orang akan  memiliki budi pekerti rendah, demikian sebaliknya. Jadi,  jelaslah bahwa antara metafisika, epistemologi, dan aksiologi dalam  filsafat Jawa masing-masing tidak dapat berdiri sendiri. Ketiga  bidang itu merupakan segi yang tidak terpisahkan dalam gerak usaha manusia menuju kesempurnaan. Dapatlah dirumuskan, dengan memakai analogi filosofi Yunani, filsafat Jawa berarti cinta kesempurnaan (the love of perfection). 
PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED INSTRUCTION MELALUI MEDIA GOOGLE HANGOUTS MEET UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MATA KULIAH MANAJEMEN PERTUJUKAN PADA MAHASISWA SEMESTER V JURUSAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA TAHUN PEMBELAJARAN 2020/2021 Hera Chairunisa, Ita Khairan, Muharrina Harahap, Masta Marselina Sembiring
Jurnal Edukasi Kultura: Jurnal Bahasa, Sastra dan Budaya Vol 7, No 2 (2020): JURNAL EDUKASI KULTURA
Publisher : Universitas Negeri Medan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24114/edukasi kultura.v7i2.21996

Abstract

Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan Kemampuan Mata Kuliah Manajemen Pertujukan pada Mahasiswa Semester V Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia Tahun Pembelajaran 2020/2021 denggan menerapkan Model Problem Based Instruction Melalui Media Google Hangouts Meet. Subjek penelitian adalah mahasiswa program studi bahasa dan sastra Indonesia semester Lima (V) tahun ajaran 2020/2021 berjumlah 25 orang. Kegiatan ini akan dilakukan pada waktu dan tempat sesuai dengan perkuliahan mata kuliah Manajemen Pertunjukan di jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas dengan yang dikembangkan oleh Kemmis & Mc Taggart. Hasil penelitian adalah Pada siklus I, peningkatan Kemampuan Mata Kuliah Manajemen Pertujukan mahasiswa masih tergolong kategori rendah dengan rata-rata nilai 45,6 Pada siklus II, Peningkatan mahasiswa Kemampuan Mata Kuliah Manajemen Pertujukan sudah tergolong kategori tinggi dan ada peningkatan dari siklus I, dengan nilai rata-rata 77,2. Disimpulkan bahawa Penerapan Model Problem Based Instruction Melalui Media Google Hangouts Meet dapat Meningkatkan Kemampuan Mata Kuliah Manajemen Pertujukan pada Mahasiswa Semester V Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia Tahun Pembelajaran 2020/2021
PENGEMBANGAN BAHAN AJAR E-BOOK BERBASIS MODEL PROBLEM BASED INSTRUCTION MATA KULIAH MANAJEMEN PERTUJUKAN PADA MAHASISWA SASTRA INDONESIA UNIMED Hera Chairunisa; Ita Khairani; Muharrina Harahap
SCHOOL EDUCATION JOURNAL PGSD FIP UNIMED Vol 11, No 4 (2021): SCHOOL EDUCATION JOURNAL PGSD FIP UNIMED
Publisher : Universitas Negeri Medan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24114/sejpgsd.v11i4.31211

Abstract

This study aims to develop product development of E-Book Teaching Materials Based on Problem Based Instruction Models for Performance Management Courses for Indonesian Literature Students Unimed. The research method uses research and development (R&D) methods from the ADDIE R&D model (Analysis, Design, Development, Implementation, and Evaluation). The research sample was the entire population of 25 Indonesian language and literature study program students in the fifth semester (V) of the 2020/2021 academic year. The results of research conducted in the development of product development of E-Book Teaching Materials Based on the Problem Based Instruction Management Course Model. Based on the average Pre-Test results, it can be seen that 1 = 63.5 and the average Post-Test results can be seen that 2 = 80, indicating that the Post-Test results have increased by 16.5, so there is a significant difference in the mean. There is a significant difference between student learning outcomes before and after using E-Book Teaching Materials Based on Problem Based Instruction Models for Performance Management Courses. Thus, it can be concluded that the product of E-Book Teaching Materials Based on the Problem Based Instruction Model for the Performance Management Course is feasible, practical, and effective to be used for Unimed Indonesian Literature Students.Keywords: Teaching Materials, E-Book, Model, Problem Based Instruction, Management, Performance
EKSISTENSI PEREMPUAN DALAM NOVEL CERPEN “KETIKA MALAM MERAYAP LEBIH DALAM” KARYA WAHYU WIJI ASTUTI Muharrina Harahap; Ita Khairani; hera Chairunisa
Jurnal Bahastra Vol 5, No 2 (2021): Edisi Maret 2021
Publisher : Universitas Islam Sumatera Utara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30743/bahastra.v5i2.3889

Abstract

Abstrak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran perempuan di dalam kehidupan sosial, budaya, dan ekonomi. Hal ini didasari oleh masalah bahwa perempuan selalu dijadikan sebagai objek untuk pemuas nafsu laki-laki. Perempuan dikonstruksi untuk menjadi apa yang diinginkan oleh masyarakat. Padahal, perempuan memiliki hak atas dirinya untuk melakukan apa yang diinginkannya. Perempuan ‘ada’ karena kemauan dirinya sendiri. Akan tetapi, perempuan dipaksa untuk mengikuti tradisi yang telah dikonstruksi untuk dirinya. Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif yang merujuk kepada analisis isi, yaitu menggunakan kajian eksistensialisme Sartre. Cerpen “Ketika Malam Merayap Lebih Dalam” karya Wahyu Wiji Astuti menunjukkan bahwa tokoh “aku” melakukan sesuatu atas kemauan dirinya, yaitu menjadi pelacur, walaupun hal ini didasari oleh kebutuhan ekonomi. Keputusannya untuk menjadi pelacur menunjukkan bahwa ia tidak peduli dengan konstruksi dan budaya yang dibentuk oleh masyarakat bahwa pelacur adalah pekerjaan yang hina.Kata Kunci: Eksistensialisme Sartre, Perempuan, Konstruksi                      Budaya MasyarakatAbstract. This study aims to determine the role of women in social, cultural, political, and economic life. This is based on the problem that women are always used as objects to satisfy male lust. Women are constructed to be what society wants them to be. In fact, women have the right to do what they want. Women 'exist' of their own accord. However, women are forced to follow the traditions that have been constructed for themselves. This study uses a descriptive qualitative research method that refers to content analysis, which uses the study of Sartre's existentialism. The short story “Ketika Malam Merayap Lebih Dalam” by Wahyu Wiji Astuti shows that the character “I” does something of his own volition, namely becoming a prostitute, even though this is based on economic needs. Her decision to become a prostitute shows that she does not care about the construction and culture formed by society that prostitution is a despicable job.Keywords: Sartre's existentialism, Women, Cultural                    Construction of Society
EKSISTENSI PEREMPUAN DALAM NOVEL CERPEN “KETIKA MALAM MERAYAP LEBIH DALAM” KARYA WAHYU WIJI ASTUTI Muharrina Harahap
Jurnal Bahastra Vol 1, No 2 (2017): Edisi Maret 2017
Publisher : Universitas Islam Sumatera Utara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30743/bahastra.v1i2.3908

Abstract

AbstrakPenelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran perempuan di dalam kehidupan sosial, budaya, dan ekonomi. Hal ini didasari oleh masalah bahwa perempuan selalu dijadikan sebagai objek untuk pemuas nafsu laki-laki. Perempuan dikonstruksi untuk menjadi apa yang diinginkan oleh masyarakat. Padahal, perempuan memiliki hak atas dirinya untuk melakukan apa yang diinginkannya. Perempuan ‘ada’ karena kemauan dirinya sendiri. Akan tetapi, perempuan dipaksa untuk mengikuti tradisi yang telah dikonstruksi untuk dirinya. Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif yang merujuk kepada analisis isi, yaitu menggunakan kajian eksistensialisme Sartre. Cerpen “Ketika Malam Merayap Lebih Dalam” karya Wahyu Wiji Astuti menunjukkan bahwa tokoh “aku” melakukan sesuatu atas kemauan dirinya, yaitu menjadi pelacur, walaupun hal ini didasari oleh kebutuhan ekonomi. Keputusannya untuk menjadi pelacur menunjukkan bahwa ia tidak peduli dengan konstruksi dan budaya yang dibentuk oleh masyarakat bahwa pelacur adalah pekerjaan yang hina.Kata-kata kunci: eksistensialisme Sartre, perempuan, konstruksi budaya masyarakat  AbstractThis study aims to determine the role of women in social, cultural, political, and economic life. This is based on the problem that women are always used as objects to satisfy male lust. Women are constructed to be what society wants them to be. In fact, women have the right to do what they want. Women 'exist' of their own accord. However, women are forced to follow the traditions that have been constructed for themselves. This study uses a descriptive qualitative research method that refers to content analysis, which uses the study of Sartre's existentialism. The short story “Ketika Malam Merayap Lebih Dalam” by Wahyu Wiji Astuti shows that the character “I” does something of his own volition, namely becoming a prostitute, even though this is based on economic needs. Her decision to become a prostitute shows that she does not care about the construction and culture formed by society that prostitution is a despicable job.Keywords: Sartre's existentialism, women, cultural construction of society
KETIDAKADILAN GENDER DALAM KUMPULAN CERITA PENDEK ALIF KARYA DHEA PUSPITA dkk. (KAJIAN FEMINISME) Dani Sukma Agus Setiawan; Muharrina Harahap
Bahterasia : Jurnal Ilmiah Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Vol 1, No 2 (2020): Agustus
Publisher : Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (323.123 KB) | DOI: 10.30596/jpbsi.v1i2.5139

Abstract

Literasi sastra di Medan semakin berkembang. Penulis sastra khususnya cerita pendek kini tidak hanya didominasi oleh orang-orang dari komunitas-komunitas yang sudah sejak lama lahir, melainkan dari individu-individu tanpa komunitas.Tulisan bertujuan ini mendeskripsikan ketidakadilan gender dalam buku kumpulan cerita pendek Alif karya Dhea Puspita dkk. dengan metode kualitatif deskriptif. Sedangkan metode pengumpulan data menggunakan metode simak dan analisis data secara induktif. Hasil kajian menemukan bahwa terdapat lima bentuk ketidakadilan gender dalam buku tersebut, yaitu 1) Subordinasi pada cerita pendek Bubur Basi, Lestari, dan Sujud Cinta Di Atas Sajadah; 2) Marginalisasi pada cerita pendek Bubur Basi, dan Lestari; 3) Beban Ganda pada cerita pendek Terbesit Dendam Yang Tertinggal; 4) Stereotipe pada cerita pendek Ujian Hati, Alif, Ambisi Sandra, dan Mimpi Indah; dan 5) Kekerasan pada cerita pendek Terbesit Dendam, Cintaku Hanya Sebatas Impian, Menanti Di Kotaku, Lestari, dan Sujud Cinta Di Atas Sajadah. Kata kunci: ketidakadilan gender, kumpulan cerita pendek Alif , feminisme
NEGOSIASI IDEOLOGI PUISI “KAU INI BAGAIMANA ATAU AKU HARUS BAGAIMANA” KARYA K.H. A. MUSTOFA BISRI: KAJIAN HEGEMONI GRAMSCI (The Ideological Negotiation of The Poet “Kau Ini Bagaimana atau Aku Harus Bagaimana” Works K.H. A. Mustofa Bisri: Gramsci Hegemony Study) Heny Anggreini; Muharrina Harahap; NFN Jakaria
Kandai Vol 16, No 2 (2020): KANDAI
Publisher : Kantor Bahasa Sulawesi Tenggara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26499/jk.v16i2.2329

Abstract

Puisi “Kau ini Bagaimana atau Aku Harus Bagaimana” adalah bentuk perlawanan kelompok subordinat terhadap kelompok dominan (penguasa) yang melakukan penindasan dan tidak memberikan kemerdekaan (kesejahteraan) walau rakyat telah merdeka. Kelompok penguasa memberikan kebebasan kepada rakyat, tetapi juga mengekang rakyat untuk tunduk kepada perintah penguasa. Oleh karena itu, kaum intelektual (penyair) melakukan resistensi untuk keluar dari ketertindasan yang dialami oleh kaum subordinat karena sikap otoriter penguasa. Tujuan dari penelitian ini, yaitu untuk mengetahui formasi dan negosiasi ideologi puisi sehingga terjelaskan bahwa kontestasi dan negosiasi ideologi yang dilakukan penyair dalam puisinya sebagai bentuk keinginan kaum intelektual (mahasiswa, penyair, dan peneliti) untuk menjadikan rakyat kritis dan bermoral dengan memengaruhi pola pikir (cara pandang) dan pola perilakunya melalui karya sastra. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif yang berfokus pada analisis isi dengan menggunakan teori hegemoni Gramsci. Hasil penelitian ini adalah tokoh “aku” adalah kelompok subordinat yang juga sebagai konter hegemonik (pembawa hegemoni tandingan) atas militerisme yang dipegang oleh kelompok dominan. Gus Mus mencoba untuk menegosiasikan nasionalisme-humanis yang religius kepada rakyat melalui puisinya karena manusia memerlukan ideologi religius dalam membentuk pola pikir dan perilakunya. Namun di samping itu, Gus Mus secara tersirat menegosiasikan ideologi Pancasila yang harus dipegang kembali oleh negara dan mulai meluluhkan militerisme yang otoriter karena Pancasila merupakan dasar negara Indonesia.The poem “Kau ini Bagaimana atau Aku Harus Bagaimana” is a form of struggle by the subordinate group to the dominant (authority holder) that suppresses freedom (wealth) despite the status of independence as a nation. The authority seems to give freedom however at the same time controlling the people for absolute obedience. In that circumstance, the intellectuals (poets) do act of resistance to escape from the oppression by the authoritarian. This research aims to see ideology formation and negotiation of the poem to explain the contestation and negotiation by the poet, as a reflection of the intellectuals (college students, poets, researchers) to stimulate a shifting point of view through literature. This research applies a descriptive qualitative method focusing on concepts of hegemony by Gramsci. The result shows that the character of “Aku” represents the subordinates and as a counter of hegemony (conveyor of counter-hegemony) against militarism by the dominant. Gus Mus tried to negotiate religious nationalist-humanism ideology to people through his poem arguing that people need religious ideology to form thoughts and behavior. Nonetheless, Gus Mus implicitly negotiated Pancasila as a state ideology to be re-embraced and shattered the authoritarian militarism because Pancasila is the foundation of Indonesia.
Penguatan Nilai Karakter dalam Cerita Anak “Little Abid Balita Cerdas & Saleh” Karya Tim Cordoba Kids Muharrina Harahap
Diglosia: Jurnal Kajian Bahasa, Sastra, dan Pengajarannya Vol 5 No 1s (2022)
Publisher : Universitas Mulawarman

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (796.528 KB) | DOI: 10.30872/diglosia.v5i1s.391

Abstract

This article examines the character values ​​contained in the children's story series "Little Abid Balita Cerdas & Saleh" by the Cordoba Kids Team. This children's story series consists of seven stories that tell the commendable behavior of a child named Abid. This character can be a role model for children, especially toddlers in planting character in a family. By using a qualitative descriptive method, the character values ​​contained in this children's story can be found, in relation to their representation in everyday life. The approach used in this study is the objective approach proposed by Abrams. Through this approach, the character values ​​contained in the seven series of children's stories will be seen through text structure analysis. Through the structure of the text, the character values ​​of the characters can be revealed. These values ​​include: divinity (religion), tolerance, honesty, compassion, generosity, respect for parents, courtesy, and cooperation. These character values ​​are very important in the pillars of children's character formation. These character values ​​are also a form of strengthening children's literacy in the family, especially at the age of toddlers.