Claim Missing Document
Check
Articles

Found 10 Documents
Search
Journal : JOURNAL OF HEALTHCARE TECHNOLOGY AND MEDICINE

Faktor- Faktor yang Berhubungan dengan Minat Wanita Usia Subur dalam Penggunaan Alat Kontrasepsi dalam Rahim di Puskesmas Kuala Bhee Kecamatan Woyla Kabupaten Aceh Barat Tahun 2022 Meutia Paradhiba; Eva Flourentina Kusumawardani; Perry Boy Chandra Siahaan; Firman Firdauz Saputra; Mardi Fadillah; Rubi Rimonda
JOURNAL OF HEALTHCARE TECHNOLOGY AND MEDICINE Vol 8, No 2 (2022): OKTOBER 2022
Publisher : Universitas Ubudiyah Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33143/jhtm.v8i2.2515

Abstract

Menurut BKKBN, KB aktif di antara PUS tahun 2019 sebesar 62,5%, mengalami penurunan dari tahun sebelumnya yaitu sebesar 63,27%. Sementara target RPJMN yang ingin dicapai tahun 2019 sebesar 66%. Berdasarkan wawancara, data yang peneliti peroleh dari 10 ibu di puskesmas Kuala Bhee, 3 diantaranya mengatakan  tidak mengetahui dengan baik apa itu IUD keuntungan dan kerugiannya, 3 orang kurangnya dukungan suami dengan alasan karna mengganggu hubungan suami istri, dan 2 orang mengatakan karna baru sekali melahirkan atau baru memiliki satu anak, 2 orang lagi mengatakan agama tidak memperbolehkan menggunakan kontrasepsi, dikarenakan keluarga berencana dianggap menolak rezeki yang diberikan ( anak ). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor faktor yang berhubungan dengan minat wanita usia subur dalam penggunaan alat kontrasepsi dalam rahim di wilayah kerja Puskesmas Kuala Bhee Kecamatan Woyla Kabupaten Aceh Barat Tahun 2022. Jenis penelitian ini bersifat observasional analitik atau survei analitik dengan pendekatan cross sectional, bersifat kuantitatif, sampel dalam penelitian ini adalah 96 wanita usia subur, tehnik pengambilan sampel adalah dengan menggunakan rumus slovin dan cara pengumpulan data dengan membagikan kuisioner, Penelitian ini dilakukan pada tanggal 16 s/d 22 September 2022. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa pengetahuan wanita usia subur berada pada kategori cukup sebanyak 16 (21,6%) dengan hasil P value 0,502 >0,05,  paritas berada pada kategori tidak beresiko sebanyak 30 (81,1%) dengan hasil P value 0,341 >0,05, sikap berada pada kategori negatif sebanyak 20 (54,0%) dengan hasil P value 0,200 >0,05, dukungan suami pada kategori positif sebanyak 23 (62,2%) dengan hasil P value 0,000 <0,05, peran petugas kesehatan berada pada kategori negatif sebanyak 19 (51,3%) dengan hasil P value 0,390 >0,05. Dari hasil penelitian menunjukkan yang berhubungan adalah dukungan suami, sedangkan yang tidak berhungan adalah pengetahuan, paritas, sikap, peran petugas kesehatan. Diharapkan sebagai bahan masukan pada petugas kesehatan agar dilibatkan suami dalam memberikan konseling tentang alat kontrasepsi dalam rahim.Kata Kunci : Minat, Pengetahuan, Paritas, Sikap, Dukungan suami, Peran petugas kesehatan.According to the BKKBN, active family planning among PUS in 2019 amounted to 62.5%, a decrease from the previous year of 63.27%. Meanwhile, the RPJMN target to be achieved in 2019 is 66%. Based on the interviews, the data that the researcher obtained from 10 mothers at the Kuala Bhee health center, 3 of them could not speak properly about the advantages and disadvantages of an IUD, 3 people who supported the relationship on the grounds that it disturbed the relationship of the spouse, and 2 people who spoke because it was a new time. gave birth or just had one child, 2 more people said religion does not allow using contraception, because family planning rejects the provision given (children). This study aims to determine the factors related to the interest of women of childbearing age in using intrauterine contraceptives in the working area of the Kuala Bhee Public Health Center, Woyla District, West Aceh Regency, 2022. This type of research is observational analytic or analytic survey with cross sectional approach, quantitative in nature, the sample in this study was 96 women of childbearing age, the sampling technique was using the Slovin formula and the way of collecting data was by distributing questionnaires. This research was conducted on the 16th / d 22 September 2022. Results showed that the knowledge of women of childbearing age was in the sufficient category as much as 16 (21.6%) with a P value of 0.502> 0.05, parity was in the category of not at risk as much as 30 (81.1%) with a P value of 0.341. > 0.05, the attitude was in the negative category as much as 20 (54.0%) with a P value of 0.200> 0.05, husband's support in the positive category was 23 (62.2%) with a P value of 0.000 <0.05 , the role of health workers was in the negative category as many as 19 (51.3%) with a P value of 0.390> 0.05.  The results showed that what was related was husband's support, while what was not related was knowledge, parity, attitudes, and the role of health workers. It is hoped that as input for health workers, husbands will involve them in providing counseling about intrauterine contraceptives.Keywords: interests, knowledge, parity, attitudes, support from husbands, roles of health workers.
Hubungan Faktor Sosiodemografi dan Tingkat Konsumsi Suplement Multivitamin Pada Mahasiswa di Kabupaten Sumenep Firman Firdaus Saputra; Eva Flourentina Kusumawardani; Mardi Fadillah; Meutia Paradhiba; Onetusfifsi Putra; Rubi Rimonda; Perry Boy Chandra Siahaan; Lukman Nurhakim; Nasrianti Syam
JOURNAL OF HEALTHCARE TECHNOLOGY AND MEDICINE Vol 8, No 2 (2022): OKTOBER 2022
Publisher : Universitas Ubudiyah Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33143/jhtm.v8i2.2562

Abstract

Pandemi Covid-terjadi diseluruh dunia. Salah satu populasi yang memiliki risiko tinggi adalah remaja. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah paparan Covid-19 adalah dengan mengkonsumsi supplement multivitamin. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan antara faktor sosio demografi dan konsumsi supplement multivitamin pada mahasiswa di Kabupaten Sumenep. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan pendekatan cross sectional. Pengumpulan data dilakukan menggunakan google form dengan total responden yang mengisi kuesioner sebanyak 300 orang. Variable dependent yaitu konsumsi supplement multivitamin. Variable independent yaitu faktor sosio demografi (usia, jenis kelamin, Pendidikan terakhir orang tua, penghasilan bulanan keluarga, pekerjaan orang tua, lokasi tempat tinggal, sumber informasi). Data dianalisis menggunakan regresi logistic sederhana dan regresi logistic berganda. Faktor yang berhubungan dengan konsumsi supplement multivitamin yaitu usia (α 0.000; aOR 1.341), pekerjaan orang tua (α 0.100; aOR 0.729), Pendapatan bulanan keluarga (α 0.001; aOR 3.103) dan sumber informasi yang digunakan remaja untuk mencari informasi mengenai supplement multivitamin (α 0.009; aOR 2.585). Selama pandemic Covid-19 pemerintah perlu menjaga stabilitas harga dan menjaga stock multivitamin agar selalu tersedia dan dapat dijangkau oleh semua kalangan masyarakat, hal ini karena selama pandemic Covid-19 berlangsung ekonomi masyarakat mengalami dampak yang cukup buruk sehingga menurunkan daya beli masyarakat termasuk remaja.Kata Kunci : Remaja, Sosiodemografi, Konsumsi, Suplement, Covid-19The pandemic of COVID-19 is happening all over the world. One population that has a high risk is teenagers. One of the efforts that can prevent exposure to Covid-19 is taking multivitamin supplements. This study determined the relationship between sociodemographic factors and consumption of multivitamin supplements in students in the Sumenep Regency. This study used a quantitative method with a cross-sectional approach. Data was collected using a google form with 300 respondents who filled out the questionnaire. The dependent variable was the consumption of multivitamin supplements. The independent variables were sociodemographic factors (age, gender, parents' last education, family monthly income, parents' occupations, location of residence, and sources of information). Data were analyzed using simple logistic regression and multiple logistic regression. Factors related to the consumption of multivitamin supplements were age (α 0.000; aOR 1.341), parents' occupation (α 0.100; aOR 0.729), and family monthly income (α 0.001; aOR 3.103), and sources of information used by adolescents to seek information about multivitamin supplements. (α 0.009; aOR 2.585). During the Covid-19 pandemic, the government needs to maintain price stability and maintain a stock of multivitamins so that they are always available and accessible to all people; this is because, during the Covid-19 pandemic, the community's economy has had a bad enough impact, reducing people's purchasing power, including teenagers.Keywords: teenagers, sociodemographic, consumption, supplement, Covid-19
Evaluasi Sistem Surveilans HIV di Dinas Kesehatan Kabupaten Blitar Tahun 2018 Febriyanti Febriyanti; Eva Flourentina Kusumawardani; Meutia Paradhiba; Mardi Fadillah; Onetusfifsi Putra; Firman Firdauz Saputra; Perry Boy Chandra Siahaan; Rubi Rimonda; Nasrianti Syam
JOURNAL OF HEALTHCARE TECHNOLOGY AND MEDICINE Vol 8, No 2 (2022): OKTOBER 2022
Publisher : Universitas Ubudiyah Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33143/jhtm.v8i2.2516

Abstract

Kasus HIV/AIDS terdapat hampir di semua negara di dunia tak terkecuali Indonesia. Penyakit ini telah menulari seluruh lapisan masyarakat termasuk bayi dan anak-anak. Perlu adanya kegiatan surveilans rutin untuk melakukan pencatatan dan pelaporan sehingga dapat memonitoring jumlah kasus pada periode waktu tertentu. Kegiatan surveilans  HIV merupakan salah satu cara efektif untuk mengontrol penyebaran kasus HIV/AIDS. Tujuan penelitian: untuk memberikan gambaran evaluasi sistem surveilans HIV berdasarkan komponen sistem dan atribut surveilans di Puskesmas yang berada di wilayah kerja Dinas Kesehatan Kabupaten Blitar. Metode penelitian: jenis penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan rancangan studi evaluasi. Pengumpulan data dilakukan dengan metode wawancara kepada petugas surveilans HIV di Dinas Kesehatan Kabupaten Blitar dan Puskesmas sejumlah 24 Puskesmas menggunakan kuesioner. Hasil penelitian: berdasarkan komponen sistem surveilans 53,4% petugas surveilans HIV memiliki tingkat Pendidikan D-III Keperawatan dan 6,7% adalah D-I Keperawatan. Pengumpulan, pengisian formulir hingga alur pelaporan dianggap mudah, namun masih terdapat 66,7% terlambat dalam proses input data ke aplikasi SIHA. Proses analisis hanya dilakukan ditingkat Dinas Kesehatan, sedangkan ditingkat Puskesmas tidak. Sistem surveilans HIV di Kabupaten Blitar masih memerlukan perbaikan dalam pengumpulan data, analisis, ketersediaan pedoman surveilans HIV, dan perlunya peningkatan pengetahuan petugas terkait surveilans HIV.Kata Kunci: Surveilans, HIV/AIDS, Komponen, Sistem, PuskesmasCases of HIV/AIDS are found in almost all countries in the world, including Indonesia. This disease has infected all levels of society, including infants and children. There is a need for routine surveillance activities to record and report so that it can monitor the number of cases in a certain period of time. HIV surveillance is an effective way to control the spread of HIV/AIDS cases. The purpose of the study: to provide an overview of the evaluation of the HIV surveillance system based on the components of the surveillance system and attributes at the Puskesmas in the working area of the Blitar District Health Office. Research method: this type of research was a qualitative research with an evaluation study design. Data was collected by interviewing HIV surveillance officers at the Blitar District Health Office and 24 Puskesmas using a questionnaire. The results of the study: based on the components of the surveillance system, 53.4% of HIV surveillance officers had a D-III Nursing education level and 6.7% were D-I Nursing. Collection, filling out forms and reporting flow are considered easy, but there are still 66.7% late in the process of inputting data to the SIHA application. The analysis process is only carried out at the Health Office level, while at the Puskesmas level it is not. The HIV surveillance system in Blitar Regency still needs improvements in data collection, analysis, availability of HIV surveillance guidelines, and the need to increase staff knowledge regarding HIV surveillance. Keywords: Surveillance, HIV/AIDS, Components, Systems, Puskesmas
Evaluasi Sistem Surveilans HIV di Dinas Kesehatan Kabupaten Blitar Tahun 2018 Febriyanti Febriyanti; Eva Flourentina Kusumawardani; Meutia Paradhiba; Mardi Fadillah; Onetusfifsi Putra; Firman Firdauz Saputra; Perry Boy Chandra Siahaan; Rubi Rimonda; Nasrianti Syam
JOURNAL OF HEALTHCARE TECHNOLOGY AND MEDICINE Vol 8, No 2 (2022): OKTOBER 2022
Publisher : Universitas Ubudiyah Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33143/jhtm.v8i2.2563

Abstract

Kasus HIV/AIDS terdapat hampir di semua negara di dunia tak terkecuali Indonesia. Penyakit ini telah menulari seluruh lapisan masyarakat termasuk bayi dan anak-anak. Perlu adanya kegiatan surveilans rutin untuk melakukan pencatatan dan pelaporan sehingga dapat memonitoring jumlah kasus pada periode waktu tertentu. Kegiatan surveilans  HIV merupakan salah satu cara efektif untuk mengontrol penyebaran kasus HIV/AIDS. Tujuan penelitian: untuk memberikan gambaran evaluasi sistem surveilans HIV berdasarkan komponen sistem dan atribut surveilans di Puskesmas yang berada di wilayah kerja Dinas Kesehatan Kabupaten Blitar. Metode penelitian: jenis penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan rancangan studi evaluasi. Pengumpulan data dilakukan dengan metode wawancara kepada petugas surveilans HIV di Dinas Kesehatan Kabupaten Blitar dan Puskesmas sejumlah 24 Puskesmas menggunakan kuesioner. Hasil penelitian: berdasarkan komponen sistem surveilans 53,4% petugas surveilans HIV memiliki tingkat Pendidikan D-III Keperawatan dan 6,7% adalah D-I Keperawatan. Pengumpulan, pengisian formulir hingga alur pelaporan dianggap mudah, namun masih terdapat 66,7% terlambat dalam proses input data ke aplikasi SIHA. Proses analisis hanya dilakukan ditingkat Dinas Kesehatan, sedangkan ditingkat Puskesmas tidak. Sistem surveilans HIV di Kabupaten Blitar masih memerlukan perbaikan dalam pengumpulan data, analisis, ketersediaan pedoman surveilans HIV, dan perlunya peningkatan pengetahuan petugas terkait surveilans HIV.Kata Kunci: Surveilans, HIV/AIDS, Komponen, Sistem, PuskesmasCases of HIV/AIDS are found in almost all countries in the world, including Indonesia. This disease has infected all levels of society, including infants and children. There is a need for routine surveillance activities to record and report so that it can monitor the number of cases in a certain period of time. HIV surveillance is an effective way to control the spread of HIV/AIDS cases. The purpose of the study: to provide an overview of the evaluation of the HIV surveillance system based on the components of the surveillance system and attributes at the Puskesmas in the working area of the Blitar District Health Office. Research method: this type of research was a qualitative research with an evaluation study design. Data was collected by interviewing HIV surveillance officers at the Blitar District Health Office and 24 Puskesmas using a questionnaire. The results of the study: based on the components of the surveillance system, 53.4% of HIV surveillance officers had a D-III Nursing education level and 6.7% were D-I Nursing. Collection, filling out forms and reporting flow are considered easy, but there are still 66.7% late in the process of inputting data to the SIHA application. The analysis process is only carried out at the Health Office level, while at the Puskesmas level it is not. The HIV surveillance system in Blitar Regency still needs improvements in data collection, analysis, availability of HIV surveillance guidelines, and the need to increase staff knowledge regarding HIV surveillance.Keywords: Surveillance, HIV/AIDS, Components, Systems, Puskesmas
Faktor Keluarga Ibu Terhadap Rerata Berat Bayi Lahir Berdasarkan Karakteristik Rumah Tangga di Indonesia (Analisis Data Ifls 5) Onetusfifsi Putra; Rubi Rimonda; Mardi Fadillah; Eva Flourentina Kusumawardani; Perry Boy Chandra Siahaan; Firman Firdauz Saputra; Meutia Paradhiba
JOURNAL OF HEALTHCARE TECHNOLOGY AND MEDICINE Vol 9, No 1 (2023): April 2023
Publisher : Universitas Ubudiyah Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33143/jhtm.v9i1.2800

Abstract

Salah satu indeks yang dapat menggambarkan maternal (ibu), kematian bayi dan tingkat kesejahteraan suatu masyarakat adalah Berat Bayi Lahir. Pada tahun 2013 UNICEF angka BBLR di Indonesia mencapai angka 10,2 persen. Penelitian ini bertujuan untuk efek interaksi antara karakteristik rumah tangga dengan lingkungan terhadap rata-rata berat bayi lahir di Indonesia. Sebuah study srossectional dilakukan dengan melakukan analisis data survei dari IFLS 5 di Indoensia. Variabel yang diukur adalah berat bayi lahir, kemiskinan, sanitasi, pekerjaan, dan pendidikan. Data di analisis secara univariat dan multivariat dengan regresi linear ganda. Hasil analsiis dalam penelitian ini didapatkan bahwa Pendidikan dan pekerjaan merupakan factor risiko terhadap rerata berat bayi lahir. Sedangkan pendidikan merupakan faktor dominan terhadap rata-rata berat bayi lahir pada keluarga. Oleh karena itu, perbaikan pendidikan merupakan salah satu upaya dalam memperbaiki dan mengoptimalkan bert bayi lahir di Indonesia.Kata Kunci: Berat badan lahir, pendidikan, status bekerja, faktor ibuOne of the indices that described of maternal mortality, infant mortality, and the welfare of a community was birth weight. In 2013, according to UNICEF that rate of low birth weight LBW in Indonesia was 10.2 percent. This study aimed to examine the effect of maternal factors like  household and neighborhood characteristics on average birth weight in Indonesia. A cross-sectional study was conducted by analyzing survey data from IFLS 5 in Indonesia. Variables measured were birth weight, poverty, sanitation, anemia, working status, and education. Data was analyzed univariately and multivariately with multiple linear regression. The results of the analysis in this study found that education and occupation are risk factors for average birth weight, while education was the dominant factor for average birth weight in families. Therefore, improving education is one of the efforts in improving and optimizing the birth weight of babies in IndonesiaKeywords: Birth weight, education, working status, maternal
Analisis Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kejadian Hipertensi Sistolik Terisolasi : SCOPING REVIEW Ridho Afriansyah P; Rafael Ginting; Herbert Wau; Perry Boy Chandra Siahaan; Onetusfifi Putra; Mardi Fadillah
JOURNAL OF HEALTHCARE TECHNOLOGY AND MEDICINE Vol 9, No 1 (2023): April 2023
Publisher : Universitas Ubudiyah Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33143/jhtm.v9i1.2782

Abstract

Kejadian hipertensi sistolik terisolasi dan faktor-faktor yang mempengaruhinya masih menjadi kajian riset yang perlu ditangani dengan cepat untuk menekan angka kejadiannya yang saat ini terus meningkat. Tujuan dari studi ini adalah untuk mengkaji faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian hipertensi sistolik terisolasi. Penelitian ini menggunakan metode scoping review untuk melihat, mengakumulasi dan mensitesis hasil penelitian terdahulu tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian hipertensi sistolik terisolasi. Kriteria inklusi pada studi ini adalah artikel yang terbit pada journal database terindeks PubMed, Google Scholar, Elsevier dalam Bahasa Inggris, dengan desain Cross-sectional, Case control, dan Cohort. Jurnal terbit dalam rentang tahun 2018 – 2022 dan 16 artikel yang memenuhi kriteria inklusi tersebut. Dari hasil pencarian 637 artikel dari 3 database (Google scholar, elsevier dan pubmed ) dimana 108 diantaranya merupakan artikel terduplikat dan dikeluarkan. Sebanyak 529 artikel yang tersisa dikeluarkan artikel yang tidak sesuai dengan inklusi sebanyak 517 artikel sehingga terdapat 12 artikel yang relevan dan dilakukan review serta dianalisis menggunakan aplikasi NVIVO-12 Plus. Analisis menunjukkan bahwa umur, merokok, konsumsi alkohol, diet rendah garam, aktivitas fisik dan indeks massa tubuh merupakan faktor- faktor dominan yang berpengaruh terhadap kejadian hipertensi sistolik terisolasi. Tingginya faktor resiko kejadian hipertensi sistolik terisolasi dikarenakan peningkatan tekanan darah sistolik yang terjadi sejalan dengan proses penuaan, kebiasaan merokok ≥5 bungkus/tahun, konsumsi alkohol ≥100 gram/hari, konsumsi garam yang melebihi 6 gram/hari, kurangnya aktivitas fisik dan indeks massa tubuh yang berlebih. Penderita hipertensi sistolik terisolasi sangat rentan terkena penyakit kardiovaskular. Kejadian hipertensi sistolik dapat dicegah dengan melakukan aktivitas fisik seperti melakukan pekerjaan rumah, berolahraga seperti lari pagi atau sore, senam aerobik dan berenang dengan intensitas 21 menit/hari dapat menurunkan tekanan darah hingga 4-9 mmHg. Unutk pencegahan selanjutnya ialah dengan menghindari konsumsi alkohol serta merokok, menjaga asupan konsumsi garam tidak melebihi 6 gram dalam sehari dan menjaga indeks massa tubuh.Kata Kunci: faktor risiko, hipertensi sistolik terisolasi, tekanan darah sistolik The incidence of isolated systolic hypertension and the factors influence still a research study that needs to be addressed quickly to reduce the incidence rate which is currenly increasing. The purpose of this study was to examine the factors that influence incidence of isolated systolic hypertension. This study uses the scoping review method to view, accumulate and synthesize the results of previous studies on the factors incidence of isolated systolic hypertension. Inclusion criteria in this study were articles published in indexed journal databases PubMed, Google Scholar, Elsevier in English, with a cross-sectional design, case control and cohort. Journal published in the range of 2018 – 2022 and 16 articles that meet the inclusion criteria. The search results 637 articles from 3 databases (Google Scholar, Elsevier and Pubmed) of which 108 are duplicate articles and were removed. The remaining 529 articles were excluded from the inclusion of 517 articles, so there were 12 relevant articles which were reviewed and analyzed using the NVIVO-12 Plus application. The analysis shows that age, smoking, alcohol consumption, low salt diet, physical activity and body mass index are the dominant factors that influence the incidence of isolated systolic hypertension. The high risk factors for isolated systolic hypertension are due to an increase in systolic blood pressure that occurs in line with the aging process, smoking habits 5 packs/year, alcohol consumption ≥100 grams/day, salt consumption that exceeds 6 grams/day, lack of physical activity and mass index excess body. Patients with isolated systolic hypertension are very susceptible to cardiovascular disease. The incidence of systolic hypertension can be prevented by doing physical activities such as doing homework, exercising such as running in the morning or evening, aerobic exercise and swimming with an intensity of 21 minutes/day can reduce blood pressure by 4-9 mmHg. For further prevention is to avoid alcohol consumption and smoking, maintain salt intake not to exceed 6 grams a day and maintain body mass index.Keywords: risk factor, isolated systolic hypertension, systolic blood pleasur
Faktor yang Berhubungan dengan Praktik Pemberian Vaksin Rabies dalam Upaya Pengendalian Penyakit Rabies di Kabupaten Limapuluh Kota Mardi Fadillah; Meutia Paradhiba; Onetusfifsi Putra; Eva Flourentina Kusumawardani; Firman Firdauz Saputra; Perry Boy Chandra Siahaan; Rubi Rimonda
JOURNAL OF HEALTHCARE TECHNOLOGY AND MEDICINE Vol 9, No 1 (2023): April 2023
Publisher : Universitas Ubudiyah Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33143/jhtm.v9i1.2796

Abstract

Rabies merupakan salah satu permasalahan kesehatan secara global yang bersifat zoonosis dengan Case Fatality Rate (CFR) 100%. Pada umumnya rabies ditemukan di negara-negara berkembang terutama di Asia dan Afrika. Upaya pengendalian rabies dapat dilaksanakan jika cakupan vaksinasi tercukupi khususnya di daerah endemik rabies. Pemberian vaksin rabies terhadap Hewan Penular Rabies (HPR) merupakan salah satu upaya yang sangat penting dilakukan masyarakat khususnya pemilik HPR. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan praktik pemberian vaksin rabies terhadap HPR. Penelitian ini menggunakan pendekatan cross sectional. Pengumpulan data dilakukan menggunakan kuesioner terstruktur serta wawancara langsung dengan total responden sebanyak 90 orang. Variabel dependent pada penelitian ini yaitu praktik pemberian vaksin pada HPR. Variabel independent yaitu usia, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, lokasi tempat tinggal, kegunaan HPR, jumlah dan jenis HPR, pengetahuan, status pemeriksaan kesehatan HPR, himbauan dinas kesehatan/kepala desa, dan mengikuti penyuluhan. Data dianalisis menggunakan uji regresi logistik sederhana dan regresi logistik berganda. Faktor yang berhubungan dengan praktik pemberian vaksin rabies yaitu lokasi tempat tinggal (α=0.013; OR=4.05; 95%CI=1.34-12.30) dan status pemeriksaan kesehatan HPR (α=0.000; OR=10.29; 95%CI=3.09-34.65). Dalam penelitian ini tidak ditemukan hubungan yang bermakna terhadap variabel usia, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, pengetahuan, jenis HPR, dan himbauan petugas kesehatan/kepala desa dan mengikuti penyuluhan.Kata Kunci: Rabies, Vaksinasi, Praktik, Kab. Limapuluh KotaRabies is a global health problem and zoonotic with case fatality rate (CFR) of 100%. Rabies is commonly found in developing countries, especially in Asia and Africa. Rabies control efforts can be implemented if vaccination coverage is sufficient, especially in rabies endemic areas. Rabies vaccination for rabies-transmitting animals is one of the most important measures taken by the public, especially rabies-transmitting animals owners. The aim of this study was to determine the factors associated with the practice of rabies vaccination for rabies-transmitting animals. This study used a cross sectional approach. Data were collected using structured questionnaires and direct interviews with a total of 90 respondents. The dependent variable in this study was the practice of vaccination for rabies-transmitting animals. The independent variables were age, gender, education, occupation, location of residence, use of rabies-transmitting animals, number and type of rabies-transmitting animals, knowledge, rabies-transmitting animals health checks status, appeals from the health office/village head, and attending counseling. Data were analyzed using simple logistic regression and multiple logistic regression tests. Factors associated with rabies vaccination were location of residence (α=0.013; OR=4.05; 95%CI=1.34-12.30) and rabies-transmitting animals health check status (α=0.000; OR=10.29; 95%CI=3.09-34.65). In this study, there was no significant association between the variables of age, gender, education, occupation, knowledge, type of rabies-transmitting animals, appeal of health workers/village head, and attending counseling.Keywords: Rabies, Vaccination, Practice, Limapuluh Kota District
Evaluasi Program Bulan Imunisasi Anak Sekolah (BIAS) di Dinas Kesehatan Kota Surabaya Berdasarkan Pendekatan Sistem Eva Flourentina Kusumawardani; Mardi Fadillah; Laila Apriani Hasanah Harahap; Firman Firdauz Saputra; Meutia Paradhiba; Onetusfifsi Putra; Nasrianti Syam; Perry Boy Chandra Siahaan; Rubi Rimonda
JOURNAL OF HEALTHCARE TECHNOLOGY AND MEDICINE Vol 9, No 1 (2023): April 2023
Publisher : Universitas Ubudiyah Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33143/jhtm.v9i1.2978

Abstract

Pemerintah menyelenggarakan Bulan Imunisasi Anak Sekolah (BIAS) dengan tujuan untuk melindungi terhadap penyakit Penyakit Yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I) sampai usia anak sekolah. Latar belakangnya adalah ketika anak memasuki usia sekolah dasar terjadi penurunan terhadap tingkat kekebalan yang diperoleh saat imunisasi ketika bayi. Berdasarkan hasil evaluasi pelaksanaan BIAS di Sekolah Dasar (SD/MI sederajat) di Kota Surabaya, menunjukkan masih ada sekolah yang belum mengikuti pelaksanaan BIAS. Tujuan penelitian yaitu deskripsi program BIAS di Dinas Kesehatan Kota Surbaya. Rancang bangun penelitian ini adalah penelitian evaluasi berdasarkan pendekatan sistem yang terdiri dari input, proses dan output. Pengumpulan data primer dilakukan dengan cara wawancara kepada responden menggunakan kuisioner dan observasi. Sedangkan pengumpulan data sekunder diperoleh melalui studi dokumen atau arsip data surveilans imunisasi yang ada di Dinas Kesehatan Kota Surabaya. Laporan kegiatan BIAS dilaporkan secara berjenjang sesuai sumber data (dari Puskesmas) ke Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, kemudian Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota melakukan analisis dan interpretasi data untuk kebutuhan program imunisasi. Dinas Kesehatan Kota Surabaya melalui unit Sistem Informasi Kesehatan (SIK) merupakan pintu pertama dalam alur pengolahan dan analisa data. Adapun prioritas masalah yang dianggap harus segera selesaikan adalah ketersediaan Buku Rapor Kesehatan Anak Sekolah, sebagai media pencatatan hasil skrining kesehatan pada anak sekolah yang didalamnya terdapat variabel imunisasi. serta edukasi tentang status kesehatan anak sekolah. Adanya perubahan jadwal serta penambahan jenis imunisasi dalam program BIAS, maka diperlukan pencatatan dan pelaporan status imunisasi anak sekolah yang tertata.  Komitmen kuat lintas program dan lintas sektor dalam semua lini masyarakat agar angka kematian akibat penyakit PD31 menurun.Kata kunci: bulan imunisasi anak sekolah, buku rapor kesehatan anak sekolah, pencatatan, pelaporan, imunisasiThe government organizes School  Immunization Month (BIAS) to protect against immunization-preventable diseases  (PD3I) up to school age. The background is that when children reach primary school age,  the level of immunity acquired in childhood decreases. Based on the results of the evaluation of the implementation of BIAS in primary schools (SD/MI equivalent) in the city of Surabaya, it showed that there are still schools that have not observed the implementation of BIAS. The purpose of the study was to describe the BIAS program in Surabaya City Health Office. The design of this study was an evaluation study based on a systems approach, consisting of input, process and output. Primary data  was collected by interviewing the respondents through questionnaires and observation. At the same time, secondary data collection was obtained from Surabaya City Health Office document surveys or blood surveillance data archive. BIAS activity reports were submitted according to the data source (from  Puskesmas) to the district/municipal health committee, after which the district/municipal health committee analyzes and interprets the data for the needs of the expenditure program. Surabaya City Health Office  Health Information System and#40;SIKand#41; the unit was the first door to the flow of data processing and analysis. The main problem, which was considered  immediately solvable, was the availability of the health report book of schoolchildren as a means of recording the results of the health examinations of schoolchildren, which contained certain variables. and education about the health status of school children. There were changes in the schedule and the addition of sports to the BIAS program,  the status of  caregivers in the school had to be fixed and reflected appropriately. Strong commitment to programs and  sectors in all sectors of society to reduce PD31 mortality.Key Word: school child immunization month, school children health report card book, recording, reporting, immunizations
Gambaran Pelaksanaan Surveilans HIV di Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur Tahun 2017 Eva Flourentina Kusumawardani; Meutia Paradhiba; Mardi Fadillah; Onetusfifsi Putra; Firman Firdauz Saputra; Perry Boy Chandra Siahaan; Rubi Rimonda; Laila Apriani Hasanah Harahap; Nasrianti Syam
JOURNAL OF HEALTHCARE TECHNOLOGY AND MEDICINE Vol 9, No 1 (2023): April 2023
Publisher : Universitas Ubudiyah Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33143/jhtm.v9i1.2977

Abstract

Kasus HIV/AIDS terdapat hampir di semua negara di dunia tak terkecuali Indonesia. Penyakit ini telah menulari seluruh lapisan masyarakat termasuk bayi dan anak-anak. Perlu adanya kegiatan surveilans rutin untuk melakukan pencatatan dan pelaporan sehingga dapat memonitoring jumlah kasus pada periode waktu tertentu. Kegiatan surveilans  HIV merupakan salah satu cara efektif untuk mengontrol penyebaran kasus HIV/AIDS. Tujuan penelitian: untuk memberikan gambaran evaluasi sistem surveilans HIV berdasarkan komponen sistem dan atribut surveilans di Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur. Metode penelitian: jenis penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan rancangan studi evaluasi. Pengumpulan data dilakukan dengan metode wawancara kepada petugas surveilans HIV di Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur sejumlah 3 orang menggunakan kuesioner. Hasil penelitian: berdasarkan komponen sistem surveilans 66,7% petugas surveilans HIV memiliki tingkat Pendidikan S1 Kesehatan Masyarakat peminatan epidemiologi dan 33,3% adalah S2 Kesehatan Masyarakat. Pengumpulan, pengisian formulir hingga alur pelaporan dianggap mudah, dan tidak mengalami keterlambatan dalam proses input data ke aplikasi SIHA. Proses analisis hanya dilakukan ditingkat Dinas Kesehatan, sedangkan ditingkat Puskesmas tidak. Sistem surveilans HIV di Kabupaten/Kota di wilayah kerja Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur masih memerlukan perbaikan dalam analisis, ketersediaan pedoman surveilans HIV, dan perlunya peningkatan pengetahuan petugas terkait surveilans HIV.Kata Kunci: Surveilans, HIV/AIDS, Komponen, SistemHIV/AIDS cases exist in almost every country worldwide, including Indonesia. This disease has affected all segments of society, including infants and children. Regular surveillance activities are needed to record and report cases, enabling the monitoring of the number of cases over specific periods of time. HIV surveillance is an effective method to control the spread of HIV/AIDS cases. The aim of this study was to provide an evaluation of the HIV surveillance system based on its components and surveillance attributes in the East Java Provincial Health Office. This qualitative study employed an evaluation study design. Data collection involved interviews with three HIV surveillance officers in the East Java Provincial Health Office, using a questionnaire. The results of the study revealed that 66.7% of the HIV surveillance officers possessed a bachelor's degree in Public Health with a specialization in epidemiology, while 33.3% held a master's degree in Public Health. The data collection, form completion, and reporting processes were considered easy, with no delays in inputting data into the SIHA application. The analysis process was only conducted at the Provincial Health Office level and not at the Primary Health Center level. The HIV surveillance system in the districts and cities within the jurisdiction of the East Java Provincial Health Office still requires improvement in terms of analysis, availability of HIV surveillance guidelines, and the need for increased knowledge among surveillance officers regarding HIV surveillance..Keywords: Surveillance, HIV/AIDS, Components, Systems
Analisis Masalah Kesehatan Program Pencegahan Penyakit HIV/AIDS Di Dinas Kesehatan Kabupaten Blitar Tahun 2018 Febriyanti Febriyanti; Eva Flourentina Kusumawardani; Agung Nugroho; Meutia Paradhiba; Mardi Fadillah; Onetusfifsi Putra; Laila Apriani Hasanah Harahap; Firman Firdauz Saputra; Perry Boy Chandra Siahaan; Rubi Rimonda; Nasrianti Syam
JOURNAL OF HEALTHCARE TECHNOLOGY AND MEDICINE Vol 9, No 2 (2023): Oktober 2023
Publisher : Universitas Ubudiyah Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33143/jhtm.v9i2.3334

Abstract

HIV/AIDS adalah masalah serius di Kabupaten Blitar dengan lonjakan kasus AIDS pada tahun 2017 (120 kasus) dibandingkan 2016 (160 kasus). Meski HIV mengalami penurunan, cakupan pengobatan ARV rendah (33,75% pada 2016 dan 50% pada 2017) karena kejenuhan dan persepsi kesembuhan. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan data dari Dinas Kesehatan Blitar (2014-2017) dan wawancara pemegang program HIV. Temuan menunjukkan prioritas kesehatan lain seperti hipertensi, diabetes, gangguan mental, kanker serviks, tuberkulosis dan demam berdarah. Demam berdarah dan HIV/AIDS adalah masalah utama menurut kriteria Urgency, Seriousness, Growth (USG). Diperlukan komitmen dalam memberikan konseling sebelum ARV, melibatkan Pengawas Minum Obat dan tenaga kesehatan untuk memperbaiki pengendalian ARV.Kata kunci: HIV/AIDS, Blitar, ARV, StigmaHIV/AIDS was a significant concern in Blitar District, with a surge in AIDS cases in 2017 (120 cases) compared to 2016 (160 cases). Although HIV experienced a decline, the ARV treatment coverage remained low (33.75% in 2016 and 50% in 2017) due to both treatment fatigue and the perception of recovery. This research utilized a descriptive method with data obtained from Blitar District Health Office (2014-2017) documents and interviews with HIV program managers. Findings revealed other health priorities such as hypertension, diabetes, mental disorders, cervical cancer, tuberculosis, and dengue fever. Dengue fever and HIV/AIDS were identified as the primary concerns based on Urgency, Seriousness, Growth (USG) criteria. Commitment to counseling before ARV treatment is necessary, involving Drug Adherence Supervisors and healthcare professionals to enhance ARV treatment control.Keywords: HIV/AIDS, Blitar, ARV, Stigma