Claim Missing Document
Check
Articles

Found 16 Documents
Search
Journal : Buletin Keslingmas

STUDI HYGIENE SANITASI DAN PEMERIKSAAN JUMLAH ANGKA KUMAN PADA PENJUAL CIMOL DI JALAN KAMPUS UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO TAHUN 2017 Reko Indra Khoirurrozaq; Asep Tata Gunawan
Buletin Keslingmas Vol 37, No 3 (2018): BULETIN KESLINGMAS VOL 37 NO 3 TAHUN 2018
Publisher : Poltekkes Kemenkes Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (116.472 KB) | DOI: 10.31983/keslingmas.v37i3.3904

Abstract

Hygiene Sanitasi makanan seperti jumlah angka kuman adalah hal kebersihan yang sangat penting. Seperti cimol, cimolmerupakan jajanan yang sangat di gemari banyak orang. Cimol yang tidak bersih dapat menyebabkan sakit perutmaupun keracunan baik dari cara pengolahan, bahan makanan dan penjamah. Tujuan dari penelitian ini adalah untukmengetahui angka kuman dan hygiene sanitasi yang terdapat pada pedagang cimol yang di jual di jalan kampusUniversitas Muhammadiyah Purwokerto.Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif.Pengumpulan data dilakukan melalui analisis laboratorium dengan metode Angka Lempeng Total ( ALT ) untukmenghitung angka kuman pada pedagang cimol yang di jual di jalan kampus Universitas Muhammadiyah Purwokerto.Hasil penelitian menunjukan bahwa angka kuman pada 8 sampel cimol. Pada sampel A adonan dan B adonan adalah 1,7x 102 koloni/gram dan 1 x 101 koloni/gram ; A1 dan B1 adalah 2,4 x 101 koloni/gram dan 9,3 x 101 koloni/gram ; A2dan B2 adalah 1 x 101 koloni/gram dan 2,3 x 102 koloni/gram; A3 dan B3 adalah 1 x 101 koloni/gram dan 1 x 101koloni/gram. Disimpulkan penelitian menunjukan bahwa semua hasil dari pemeriksaan laboratorium menunjukan angkakuman yang berada di bawah batas maksimum cemaran mikroba dalam pangan yaitu 1 x 104 Koloni/gram. Akan tetapidilihat dari sarana dan juga penjamah masih kurang. Disarankan kepada penjual untuk meningkatkan pengetahuantentang hygiene sanitasi sarana dan penjamah untuk memberikan hasil yang sehat dan bersih dari cimol yang dijual.Serta juga mengurangi potensi cemaran kuman oleh paparan udara dilingkungan sekitar.
AIR QUALITY CONTROL MODEL (DUST PARTICLE) WITH SPRAY TOWER Hari Rudijanto I.W; Asep Tata Gunawan; Zaeni Budiono
Buletin Keslingmas Vol 39, No 4 (2020): Edisi Spesial Seminar Internasional Jurusan Kesehatan Lingkungan Poltekkes Keme
Publisher : Poltekkes Kemenkes Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (322.423 KB) | DOI: 10.31983/keslingmas.v39i4.6586

Abstract

Introduction:Air is a gas mixture that consists of several components and is spread throughout the area. Air pollution is the presence in the atmosphere in the form of solid particles, liquid droplets or gaseous components abnormally or in the presence in greater concentrations. There is an easy way to control air pollution by reducing the source of the pollution. However, control is part of air health as with the concept of water treatment. The purpose of this study was to design a device to defray the particles of spray tower dust at a low cost. Methods: This type of research used a pre experiment with the aim of testing the Spray Tower tool in reducing the levels of dust particles from the combustion process with coal briquettes, rice husks, and old tires. The pre test was coal briquettes, rice husk ash, and tires without being sprayed with water. The post test were coal, rice husks, and tires with sprayed water (with the help of 1 nozzle, 2 nozzles and 3 nozzles). The independent variable is the number of nozzles sprayed, the dependent variable includes a decrease in the level of dust particles while the disturbing variable consists of sprayed water discharge, weight of coal briquettes, rice husk ash and tires, air temperature, humidity, height of spraying tower, nozzle diameter. Result and discussion:  of the study the average air temperature was 20.17oC, humidity was 82%. The water discharge for 1 nozzle is 47.76 ml / second, 2 nozzles are 83.75 ml / second and 3 nozzles are 113.76 ml / second. The initial particle content of old tires was 3,020,000 μg / m3, coal briquettes (420,000 μg / m3) and rice husk ash (110,000 μg / m3). The average content of used tire dust particles with one nozzle (1,273.33.33 μg / m3), coal briquettes with one nozzle (361,666.67 μg / m3) and rice husk with one nozzle (23,333.33 μg / m3). The average dust particle content of old tires with two nozzles (16,666.67 μg / m3), coal briquettes with two nozzles (195,000 μg / m3) and rice husks with two husks (18,333.33 μg / m3). The average content of used tire dust particles with three nozzles (13,333.33 μg / m3), coal briquettes with three nozzles (13,333.33 μg / m3) and rice husks with three husks (13,333.33 μg / m3). Conclusion:When compared with Government regulation no. 41 of 1999 is still far from the standard 230 μg / m3 (24 hours), 90 μg / m3 (1 hour). Suggestion It is necessary to conduct other similar studies with a larger sample size, varying air pollution groups, modified models and diameters, controlled gross flow rates. 
HUBUNGAN ANTARA SANITASI KAPAL DAN PERILAKU ANAK BUAH KAPAL DENGAN KEBERADAAN TIKUS PADA KAPAL YANG BERSANDAR DI WILAYAH KERJA KANTOR KESEHATAN PELABUHAN KELAS I SURABAYA TAHUN 2017 GITA ARUMSARI; ARIF WIDYANTO; ASEP TATA GUNAWAN
Buletin Keslingmas Vol 37, No 4 (2018): BULETIN KESLINGMAS VOL 37 NO 4 TAHUN 2018
Publisher : Poltekkes Kemenkes Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (200.527 KB) | DOI: 10.31983/keslingmas.v37i4.3793

Abstract

AbstrakXVI+104 halaman : tabel, gambar,lampiranSanitasi kapal merupakan segala usaha yang ditujukan terhadap faktor lingkungan di kapal untuk memutuskanmata rantai penularan penyakit guna memelihara dan mempertinggi derajat kesehatan. Keberadaan vektor danbinatang pengganggu di atas kapal dapat mempengaruhi kondisi kesehatan masyarakat pelabuhan padakhususnya dan masyarakat lain yang berada diluar pelabuhan pada suatu wilayah tersebut, karena vektor danbinatang pengganggu dapat menularkan penyakit kepada manusia. Tujuan penelitian mengetahui hubungansanitasi kapal dan perilaku anak buah kapal pada kapal yang bersandar di wilayah kerja Kantor KesehatanPelabuhan Kelas I SurabayaJenis penelitian yang digunakan observasional dengan pendekatan crossectional.Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan sanitasi kapal dan perilaku anak buah kapal dengankeberadaan tikus. Sampel penelitian ini 37 kapal dalam negeri yang memperpanjang Ship Sanitation ControlExemption Certificate (SSCEC) . Hasil penelitian menggunakan uji chi-Square dengan Fisher Exact ρ = 0,000(ρ α) yang artinya Ho ditolak dan Ha diterima yang artinya ada hubungan sanitasi kapal dan perilaku anakbuah kapal dengan keberadaan tikus di kapal yang bersandar di wilayah kerja Kantor Kesehatan PelabuhanKelas I Surabaya. Kesimpulan penelitian ini adalah hubungan sanitasi kapal dan perilaku anak buah kapaldengan keberadaan tikus, disarankan bagi perusahaan pemilik kapal untuk memperbaiki memperhatikan sanitasikapal dan perilaku anak buah kapal agar kapal tidak mempunyai faktor risiko untuk mengundang keberadaantikus di kapal.
HUBUNGAN FAKTOR LINGKUNGAN FISIK RUMAH DAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT DENGAN KEJADIAN INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS 1 PURWOKERTO TIMUR TAHUN 2018 Rodina Asmar Raenti; Asep Tata Gunawan; Agus Subagiyo
Buletin Keslingmas Vol 38, No 1 (2019): BULETIN KESLINGMAS VOL 38 NO 1 TAHUN 2019
Publisher : Poltekkes Kemenkes Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (676.7 KB) | DOI: 10.31983/keslingmas.v38i1.4079

Abstract

Latar Belakang Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) erat kaitannya dengan kondisi fisik rumah dan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) yang kurang baik dapat menyebabkan balita terinfeksi karena balita sangat rentan terhadap berbagai macam penyakit. Jenis Penelitain observasi analitik dengan pendekatan case control jumlah responden sebanyak 70 orang, 35 sebagai kasus dan 35 sebagai kontrol. Variabel yang diteliti adalah ventilasi, pencahayaan, jenis lantai, jenis dinding, kepadatan penghuni, kelembaban, suhu, kebiasaan merokok, penggunaan bahan bakar memasak dan penggunaan obat nyamuk. Hasil analisis menunjukan faktor lingkungan fisik rumah yang memiliki hubungan adalah ventilasi (p=0,000 , OR=14,222), kepadatan penghuni (p=0,000, OR=15,000), kelembaban (p=0,026 , OR=5,053), suhu (p=0,026 , OR=3,574). Untuk analisis multivariate yang paling signifikan adalah kepadatan penghuni (p=0,000 , OR=17,297) dan ventilasi (p=0,000 , OR=9,611). Pada variabel pencahayaan, jenis lantai, jenis dinding, kebiasaan merokok, bahan bakar memasak dan penggunaan obat nyamuk tidak memiliki hubungan yang signifikan akan tetapi beresiko. Kesimpulan dari penelitian ini adalah faktor lingkungan fisik rumah dan PHBS dapat menjadi faktor resiko terjadinya penyakit ISPA. Faktor yang memiliki hubungan signifikan yaitu ventilasi, kepadatan penghuni, kelembaban, suhu. Disarankan agar meningkatkan perilaku hidup bersih dan sehat agar terhindar dari penyakit.
HUBUNGAN HYGIENE SANITASI DENGAN KONTAMINASI ESCHERICHIA COLI PADA MAKANAN PECEL Fatikhah Nabila Azzahroh; Asep Tata Gunawan; Budi Triyantoro
Buletin Keslingmas Vol 40, No 4 (2021): BULETIN KESLINGMAS VOL.40 NO.4 TAHUN 2021
Publisher : Poltekkes Kemenkes Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (833.578 KB) | DOI: 10.31983/keslingmas.v40i4.4600

Abstract

Makanan pecel di Lokawisata Baturraden menjadi makanan favorite para pengunjung disana apabila hygiene sanitasi makanan tidak memenuhi syarat dapat menimbulkan penyakit sesuai Kepmenkes RI No. 942/MENKES/SK/VII/2003 tentang Pedoman Persyaratan Hygiene Sanitasi Makanan Jajanan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui adanya hubungan hygiene sanitasi dengan kontaminasi Escherichia coli pada makanan pecel di Lokawisata Baturraden tahun 2019.Jenis penelitian adalah observasional dengan pendekatan cross sectional untukmelihat gambaran kondisi hygiene sanitasi dan kontaminasi Escherichia coli yang terdapat dalam makanan pecel. Populasi penelitian ini menggunakan total sampling yang berjumlah 30 sampel makanan pecel dari pedagang pecel di Lokawisata Baturraden. Variabel yang diteliti meliputi pengetahuan penjamah, personal hygiene, pengangkutan makanan, penyimpanan makanan, penyajian makanan, pencucian alat, penyimpanan alat dan tempat berjualan dengan uji chi square dengan ρ 0,05.Hasil analisis bivariate menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan dari seluruh variabel, pengetahuan penjamah (ρ value = 1,000), personal hygiene (ρ value = 0,719), pengangkutan makanan (ρ value = 1,000), penyimpanan makanan (ρ value = 1,000), penyajian makanan tidak dapat diuji dengan SPSS, pencucian alat (ρ value = 0,175), penyimpanan alat (ρ value = 1,000), tempat berjualan (ρ value = 1,000).Kesimpulan dari penelitian ini adalah dari 30 sampel makanan pecel yang diperiksa, 29 sampel positif Escherichia coli dan semua variabel tidak ada hubungan yang signifikan dengan kontaminasi Escherichia coli. Peneliti menyarankan agar  Dinas Kesehatan Kabupaten Banyumas dan Puskesmas Baturraden wajib melakukan pengawasan terhadap hygiene sanitasi makanan  pedagang agar memperoleh makanan dengan kualitas yang baik dan diharapkan para pedagang lebih memperhatikan personal hygiene, penyimpanan makanan, penyajian makanan, pencucian alat, penyimpanan alat agar meningkatkan dan menerapkan prinsip hygiene sanitasi makanan untuk mendapatkan kualitas makanan yang baik sehingga tidak terjadi kontaminasi pada makanan pecel. Selain itu menyediakan tempat cuci tangan seperti galon yang memiliki kran dan disediakan sabun cuci tangan atau menggunakan sarung tangan plastik sekali pakai.
Survey Terhadap Keberadaan Bakteri Staphylococcus Aureus di Industri Rumah Tangga Makanan Jajanan Cireng Asep Tata Gunawan; Teguh Widiyanto; Bahri Bahri; Lilis Suryani
Buletin Keslingmas Vol 41, No 4 (2022): BULETIN KESLINGMAS VOL.41 NO.4 TAHUN 2022
Publisher : Poltekkes Kemenkes Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31983/keslingmas.v41i4.9416

Abstract

Pangan yang dikonsumsi oleh masyarakat harus memenuhi standar kesehatan. Ketentuan pada peraturan Kepala BPOM No. 13 tahun 2019 tentang batas maksimal cemaran mikroba dalam pangan olahan digunakan sebagai acuan dalam penelittian ini. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui keberadaan mikroorganisme patogen dalam makanan dan faktor hygiene sanitasi pangan yang berhubungan dengan keberadaan bakteri Staphylococcus aureus yang dalam penelitian ini dilakukan pengujian terhadap makanan cireng di lokus pengujian wilayah penjualan Kecamatan Baturraden Banyumas. Jenis penelitian yang digunakan adalah observasional analitik dengan pendekatan crossectional study. Populasi dalam penelitian ini sebanyak 15 industri rumah tangga yang seluruhnya dijadikan lokasi pengambilan sampel. Pengumpulan data dilakukan dengan observasi dengan instrumen, pengukuran dan wawancara. Data yang diperoleh dianalisis secara deskriptif dan uji Chi Square untuk analisis bivariat dengan menggunakan aplikasi pengolah data. Hasil pengujian menunjukan dari 15 sampel industri rumah tangga makanan jajanan cireng yang diperiksa menunjukan bahwa 4 sampel atau 26,7% sampel positif mengandung bakteri Staphylococcus aureus yang tidak sesuai dengan ketentuan sehingga masuk dalam kategori tidak memenuhi syarat. Staphylococcus aureus terus menjadi patogen penting di masyarakat dan di rumah sakit, menyebabkan morbiditas dan mortalitas yang tinggi. Hasil analisis variabel penelitian menunjukan bahwa suhu makanan dengan p-value 0,004 dan Rasio Prevalensi (RP) 3,000 berpengaruh terhadap keberadaan bakteri Staphylococcus aureus pada makanan jajanan cireng.