Claim Missing Document
Check
Articles

Found 26 Documents
Search

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI NILAI TUKAR PETANI SUBSEKTOR HORTIKULTURA DI INDONESIA TAHUN 2014-2018 Shelly Oktaviani; Betty Rofatin; Hendar Nuryaman
Jurnal Agristan Vol 3, No 1 (2021)
Publisher : Jurusan Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Siliwangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (112.929 KB) | DOI: 10.37058/ja.v3i1.3075

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi nilai tukar petani subsektor hortikultura di Indonesia tahun 2014-2018. Metode penelitian menggunakan studi literatur dengan data yang digunakan berupa data sekunder. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan November 2020 sampai dengan April 2021. Analisis deskriptif digunakan untuk melihat perkembangan nilai tukar petani dan analisis data panel untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi nilai tukar petani subsektor hortikultura di Indonesia tahun 2014-2018. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perkembangan nilai tukar petani subsektor hortikultura di Indonesia tahun 2014- 2018 cenderung fluktuatif bahkan mengalami penurunan. Faktor produktivitas cabai, produktivitas jeruk, harga produsen cabai, harga produsen bawang merah dan indeks harga konsumen berpengaruh siginifikan terhadap nilai tukar petani subsektor hortikultura di Indonesia tahun 2014-2018. Sedangkan factor produktivitas bawang merah dan harga produsen jeruk tidak berpengaruh signifikan terhadap nilai tukar petani subsektor hortikultura di Indonesia tahun 2014-2018.
Hubungan Persepsi Petani Terhadap Pembentukan Kelompok Tani dengan Minat Berkelompok Dede Aulia Rahma; Suyudi Suyudi; Hendar Nuryaman
Jurnal Agristan Vol 2, No 2 (2020): Jurnal Agristan
Publisher : Jurusan Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Siliwangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (130.028 KB) | DOI: 10.37058/ja.v2i2.2356

Abstract

Penguatan kelembagaan petani dengan membentuk kelompok tani menjadi salah satu solusi untuk mengatasi permasalahan yang ada dalam upaya pengembangan usaha tambak udang vaname. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui persepsi petani tambak udang vaname terhadap pembentukan kelompok tani, minat berkelompok petani tambak udang vaname, dan hubungan persepsi petani terhadap pembentukan kelompok tani dengan minat berkelompok. Metode penelitian menggunakan survei dengan penentuan responden secara sensus terhadap 11 petani tambak udang vaname di Desa Ciandum Kecamatan Cipatujah Kabupaten Tasikmalaya. Untuk persepsi terhadap pembentukkan kelompok tani dan minat berkelompok dianalisis secara deskriptif kuantitatif. Sedangkan untuk hubungan antara persepsi dengan minat digunakan uji korelasi Rank Spearman. Hasil penelitian menunjukkan bahwa persepsi petani tambak udang terhadap pembentukan kelompok tani termasuk kategori persepsi baik. Minat petani tambak udang untuk berkelompok termasuk kategori berminat. Hasil analisis hubungan menunjukkan bahwa persepsi petani tambak udang vaname terhadap pembentukan kelompok tani sangat berhubungan dengan minat berkelompok  dengan derajat keeratan sebesar 0,765 yang termasuk kategori kuat.
FAKTOR-FAKTOR PENDORONG ALIH FUNGSI LAHAN SAWAH DI KOTA TASIKMALAYA Suprianto Suprianto; Eri Cahrial; Hendar Nuryaman
Jurnal Agristan Vol 1, No 1 (2019): Jurnal Agristan
Publisher : Jurusan Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Siliwangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (603.264 KB) | DOI: 10.37058/ja.v1i1.1364

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi faktor pendorong dan menyusun rekomendasi pengendalian alih fungsi lahan sawah di Kota Tasikmalaya. Metode yang digunakan adalah deskriptif survey. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa Luas lahan pertanian Kota Tasikmalaya 12.519 hektar, terdiri dari lahan sawah 5.993 hektar dan lahan pertanian bukan sawah 6.526 hektar. Berdasarkan sistem pengairannnya terdiri dari sawah irigasi 5.055 hektar dan sawah tadah hujan 938 hektar. Selama tahun 2008-2015 tercatat alih fungsi lahan sawah seluas 222 hektar. Fakta dilapangan luas sawah yang beralih fungsi lebih luas dari yang tercatat, karena cukup banyak lahan sawah yang tidak tercatat resmi beralih fungsi. Faktor pendorong terjadinya alih fungsi lahan sawah terdiri dari faktor internal dan eksternal. Faktor internal meliputi Faktor Teknis, Ekonomis dan Sosial. Sementara faktor eksternal meliputi laju pertumbuhan penduduk, kebijakan pembangunan pemerintah daerah yang secara spasial termuat dalam Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW). Rekomendasi pengendalian alih fungsi lahan sawah disusun berbasiskan pada faktor-faktor yang menyebabkan alih fungsi lahan sawah tersebut.
Hubungan Karakteristik Petani dengan Tingkat Penerapan Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) Padi Sawah Almira Giovanni; Hendar Nuryaman; Unang Atmaja; Dedi Darusman
Jurnal Agristan Vol 4, No 1 (2022): Jurnal Agristan
Publisher : Jurusan Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Siliwangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37058/agristan.v4i1.3674

Abstract

Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) padi sawah merupakan salah satu inovasi teknologi pertanian yang bertujuan meningkatkan kuantitas dan kualitas beras, menjaga kesehatan dan kelestarian lingkungan tumbuh tanaman padi dan lingkungan kehidupan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik petani padi sawah, tingkat penerapan teknologi PTT padi sawah, dan mengetahui hubungan antara karakteristik petani dengan tingkat penerapan PTT padi sawah. Metode penelitian menggunakan survei, analisis data secara deskriptif-kuantitatif untuk karakteristik petani dan tingkat penerapan PTT padi sawah, sedangkan untuk hubungan antara karakteristik petani dengan tingkat penerapan PTT padi sawah menggunakan uji konkordansi Kendall W dan uji korelasi Rank Spearman. Penelitian dilakukan di Desa Pamarican, Kecamatan Pamarican, Kabupaten Ciamis pada 31 petani dari 312 petani yang menerapkan PTT. Hasil penelitian menunjukkan bahwa karakteristik petani berada pada kategori cukup baik, aspek umur dikategorikan produktif, aspek pendidikan formal dikategorikan rendah, aspek pendidikan non formal dikategorikan sedang, aspek pengalaman usahatani dikategorikan cukup berpengalaman, aspek luas lahan dikategorikan sedang. Tingkat penerapan PTT padi sawah berada pada kategori sedang, komponen teknologi dasar dikategorikan cukup sesuai, sedangkan komponen teknologi penunjang dikategorikan sesuai. Secara simultan terdapat hubungan yang signifikan antara karakteristik petani dengan tingkat penerapan PTT padi sawah dengan derajat keeratan 0,660 artinya hubungannya tinggi atau kuat. Terdapat hubungan yang signifikan antara pendidikan non formal, luas lahan dan pengalaman usahatani dengan tingkat penerapan PTT padi sawah. Sedangkan umur dan pendidikan formal tidak terdapat hubungan dengan tingkat penerapan PTT padi sawah.
Pola pemenuhan kebutuhan konsumsi pangan hewani Dari jenis ikan di indonesia Yenyen Husnayaen; Eri Cahrial; Hendar Nuryaman; Enok Sumarsih
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Agroinfo Galuh Vol 8, No 3 (2021): September 2021
Publisher : Universitas Galuh

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25157/jimag.v8i3.6200

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi pola konsumsi serta menganalisis tingkat keragaman dan keseimbangan konsumsi pangan hewani penduduk Indonesia menurut wilayah perkotaan dan perdesaan, kemudian mengidentifikasi peranan ikan dalam pemenuhan kebutuhan konsumsi pangan hewaninya. Metode penelitian menggunakan studi kasus yang merupakan bagian dari studi deskriptif dengan teknik studi literatur berdasarkan data Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) tahun 2019-2020. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa pola konsumsi pangan hewani di Indonesia pada tahun 2019-2020 adalah ikan-daging-telur-susu baik di wilayah perkotaan maupun perdesaan. Tingkat keragaman dan keseimbangan konsumsi pangan hewani di Indonesia masih belum ideal (PPH pangan hewani <24), dimana kelompok kategori rendah mendominasi masyarakat perdesaan sedangkan kelompok kategori cukup mendominasi masyarakat perkotaan. Pangan ikan berperan dalam upaya pemenuhan kebutuhan konsumsi pangan hewani di Indonesia baik di wilayah perkotaan maupun di wilayah perdesaan, dimana tingkat konsumsi ikan merupakan yang tertinggi dibandingkan konsumsi pangan hewani lainnya.
Edukasi Budidaya Black Soldier Fly (BSF) dalam Rangka Menciptakan Lapangan Kerja Baru dan Solusi Permasalahan Sampah di Area Pasar Manis Ciamis Hendar Nuryaman; Suprianto; Suyudi; Nur Arifah Qurota A’yunin
Dinamisia : Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat Vol. 4 No. 4 (2020): Dinamisia: Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat
Publisher : Universitas Lancang Kuning

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31849/dinamisia.v4i4.4369

Abstract

Waste becomes a problems if not managed properly, moreover comes from market activities whose are always there every day. Youth of Al Hilal live near "Pasar Manis" in Ciamis District, West Java, which some of the members do not have jobs. One of the activities in an effort to bring income is to cultivate the BSF (Black Soldier Fly), as a new breakthrough in providing cheap protein sources for animal feed and fish. This community service activity aims to provide education and management services for BSF cultivation in order to be able to utilize the economic potential of organic waste management and cultivation results. The method of activity is in the form of community education and BSF cultivation iptek with 34 participants. Generally, the results provide a new alternative to get income and improve skills in BSF cultivation so that is better in its management. Then an increase in understanding of the prospects, economic, social and environmental benefits so that it becomes an alternative solution in obtaining income and reducing the problem of organic waste in the surrounding area. The response of activities obtained by 88.2% greatly increases knowledge; 8.8% enough to add knowledge; and 2.9% are mediocre.
Strategi Dan Model Pengembangan Usaha Peternakan Sapi Rancah Suyudi Suyudi; Hendar Nuryaman; Erfan Erfan
Jurnal Riset Agribisnis dan Peternakan Vol. 1 No. 2 (2016)
Publisher : Universitas Muhammadiyah Purworejo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (281.027 KB)

Abstract

The development of the livestock sector is focused on the business of livestock farmers with an agribusiness perspective in an effort to increase the economy in rural areas. Local livestock that becomes germplasm in each region certainly have their respective advantages and potential. one of them is Cattle Ranch which is the native local livestock of West Java. The purpose of this research is to identify the strengths, weaknesses, opportunities, threats, and strategies as well as models in the development of the Ranch cattle business. The method used is a case study and developmental research. The Al Hidayah Livestock Group was selected purposively and is one of the pilot groups of Ranch Cattle in Ciamis Regency with a livestock population of 49 heads and group membership of 30 people, and the land owned by this livestock group is still very large so that it is still very potential to be developed. The results of research using SWOT analysis show a total score of Internal Factors Analysis Summary (strengths and weaknesses) and a score of External Factors Analysis Summary (opportunities and threats) of 3.060. and 3,143. Alternative strategies that can be applied include increasing the knowledge and ability of farmers by optimizing the availability of natural resources around; develop breeders' skills in collaboration with various related institutions in order to increase effectiveness and efficiency in raising livestock with the aim of increasing livestock productivity; absorb and apply a variety of information regarding the use of technology for optimal utilization of agricultural waste, and participate actively in various government programs such as the development of the People's Animal Husbandry Center (SPR). The development model consists of three main components, namely breeders/livestock groups, agribusiness systems, and institutions which are largely determined by the roles of breeders, extension agents, and institutions related to the development of scaffolding. Keywords: Scaffolding, SWOT, Strategy, Mode
PERSEPSI PETANI MUDA TERHADAP WIRAUSAHA DI SEKTOR PERTANIAN (Kasus pada Petani Muda di Desa Tenjonagara, Kecamatan Cigalontang, Kabupaten Tasikmalaya) Heru Mukhamad Qudrotulloh; Enok Sumarsih; Hendar Nuryaman; Nurul Risti Mutiarasari; Tito Hardiyanto
AGRITEKH (Jurnal Agribisnis dan Teknologi Pangan) Vol. 2 No. 2 (2022)
Publisher : Ma'soem University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (458.748 KB) | DOI: 10.32627/agritekh.v2i2.426

Abstract

Young generation is a productive workforce who plays an important role in developing agriculture in order to develop Indonesia. This study aims to describe young farmers based on their characteristics and perceptions of entrepreneurship in the agricultural sector, young farmers based on their business background or family livelihood, and analyze the relationship between the characteristics of young farmers and their perceptions of entrepreneurship in the agricultural sector, and the influence of livelihood backgrounds. their families on young farmers' perceptions of entrepreneurship in the agricultural sector. The research method used a survey method with the number of respondents as many as 20 young farmers. The research was conducted in Tenjonagara Village, Cigalontang District, Tasikmalaya Regency. The data used consists of primary data and secondary data. Data were analyzed using Rank Spearman Correlation and Mann Whitney U Test. The results showed that the characteristics of young farmers were in the medium category. Young farmers' perceptions of entrepreneurship in the agricultural sector are included in the sufficient category. The results also show that there is no relationship between characteristics and perceptions of entrepreneurship in the agricultural sector and there is no influence between family livelihood background and perceptions of entrepreneurship in the agricultural sector.
RISIKO PRODUKSI USAHATANI CABAI RAWIT (Capsicum frutescenes L.) PANEN HIJAU DAN PANEN MERAH Rismayanti Rismayanti; Enok Sumarsih; Hendar Nuryaman; Dedi Djuliansah
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Agroinfo Galuh Vol 9, No 3 (2022): September 2022
Publisher : Universitas Galuh

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25157/jimag.v9i3.8513

Abstract

Cabai rawit dapat menjadi komoditas potensial sebagai produk unggulan daerah jika didukung oleh kebijakan pembangunan pertanian berkelanjutan, dalam prakteknya usahatani cabai seringkali dihadapkan pada berbagai risiko usaha dimana salahsatunya adalah risiko produksi. Tujuan penelitian ini untuk 1) menganalisis besarnya produksi dan penerimaan, 2) menganalisis besarnya risiko produksi dan sumber risiko produksi serta 3) mengetahui strategi penanganan risiko produksi yang dilakukan petani pada usahatani cabai rawit panen hijau dan panen merah di Desa Ciandum Kecamatan Cipatujah. Metode penelitian menggunakan survey pada 21 orang petani cabai rawit yang melakukan panen hijau dan panen merah. Analisis risiko menggunakan Coefficient Variation (CV) dan Analisis deskriptif untuk mengidentifikasi sumber-sumber risiko dan strategi penanganannya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa besarnya produksi panen hijau sebanyak 1,54 ton/ha dan panen merah sebanyak 0,98 ton/ha untuk satu kali musim panen, penerimaan panen hijau sebesar Rp. 44.860.047,- dan panen merah sebesar Rp. 65.078.714,-. Selanjutnya risiko produksi yang mempunyai risiko paling tinggi adalah panen hijau sebesar 0,30 dan penen merah sebesar 0,27. Untuk sumber risiko produksi cabai rawit panen hijau dan panen merah terdiri dari risiko cuaca dan hama penyakit, Adapun strategi penanganan risiko produksi yang dilakukan petani yaitu dengan pembuatan drainase pada bedengan untuk menjaga kelembapan tanah, melakukan metode penanaman yang sesuai anjuran seperti benih yang digunakan tahan terhadap penyakit, penggunaan mulsa untuk menghambat pertumbuhan gulma dan pengendalian hama dan penyakit menggunakan pestisida.
Nilai Tambah Sale Pisang dan Keripik Pisang Pada Industri Rumah Tangga Annisa Putri Perdani; Hendar Nuryaman; Suprianto Suprianto; Dedi Djuliansah
Jurnal Agristan Vol 4, No 2 (2022): Jurnal Agristan
Publisher : Jurusan Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Siliwangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37058/agristan.v4i2.5865

Abstract

Agroindustri merupakansistempengolahansecaraterpaduantara area pertaniandengan area industrisehinggadiperolehnilaitambah. Pisang merupakan salah satukomoditasunggulan yang dimilikiKabupatenCiamis, akantetapibuah pisang memilikisifat yang tidaktahan lama dan mudahbusuk, sangatdibutuhkansuatupenindakanpascapanen yang sanggupmemberinilaitambah. Penelitianinimenggunakanduajenis pisang yang berbeda, yaitu pisang ambon dan nangka. Tujuanpenelitianiniuntukmengetahuikeragaanagroindustri pisang menjadi sale pisang ambon dan keripik pisang nangkasertamengetahuibesarnyanilaitambah, dan keuntunganpengolahan pisang menjadi sale pisang ambon dan keripik pisang nangka. Metodepenelitianmenggunakanmetodestudikasus. Pengambilanlokasipenelitiandilakukansecarasengaja (purposive), Metodeanalisis yang digunakanadalahmetodeanalisis Hayami. Hasil penelitianmenunjukankeragaanagroindustri sale dan keripik pisang respondenterdiridaripengadaanbahanbaku pisang hinggapengolahan pisang masihdilakukansecaratradisional. Nilai tambahpengolahan sale pisang ambonadalah Rp. 3.820 per kg denganrasio 31,83 persen dan keripik pisang nangkamemilikinilaitambahsebesar Rp. 9.350 per kg denganrasio 51,94 persen. Sedangkankeuntunganpengolahan sale pisang ambonsebesar Rp. 2,320 per kg denganrasio 19,33 persen dan keripik pisang nangkamemilikikeuntungansebesar Rp. 7.351 per kg denganrasio 40,83 persen