Claim Missing Document
Check
Articles

Found 18 Documents
Search

UPAYA MENINGKATKAN KESADARAN MASYARAKAT TERHADAP ANEMIA DAN PENCEGAHANNYA PADA KOMUNITAS LANJUT USIA Ernawati Ernawati; Alexander Halim Santoso; Joshua Kurniawan; William Gilbert Satyanegara; Daniel Goh; Andhini Ghina Syarifah; Brian Albert Gaofman; Timothy Satyo
Community Development Journal : Jurnal Pengabdian Masyarakat Vol. 4 No. 6 (2023): Volume 4 Nomor 6 Tahun 2023
Publisher : Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31004/cdj.v4i6.20840

Abstract

Anemia merupakan masalah kesehatan masyarakat yang utama. Negara berpenghasilan rendah dan menengah ke bawah menjadi penyumbang kejadian anemia terbesar, terutama memengaruhi populasi yang tinggal di pedesaan, di rumah tangga yang lebih miskin dan yang tidak mendapatkan pendidikan formal. Penelitian memperkirakan bahwa, pada orang berusia di atas 65 tahun, prevalensi anemia adalah 12% pada mereka yang tinggal di masyarakat, 40% pada mereka yang dirawat di rumah sakit, dan setinggi 47% pada lansia di panti jompo, dan lebih tinggi lagi pada lansia dengan diabetes, hipertensi dan hiperkolesterolemia. Penyebab anemia pada lansia dibagi menjadi tiga kelompok besar yaitu defisiensi gizi, anemia penyakit kronis dan anemia yang tidak dapat dijelaskan penyebabnya. Anemia pada lansia sangat penting karena mempunyai sejumlah konsekuensi serius. Upaya peningkatan kesadaran masyarakat terhadap anemia dan pencegahannya dalam (Pengabdian Kesehatan Masyarakat) PKM ini dilakukan melalui penyuluhan dan skrining atau deteksi dini penyakit pada kelompok lanjut usia. Pada PKM ini digunakan tahapan kegiatan (Plan-Do-Check-Action) PDCA sehingga kegiatan dapat berlangsung dengan baik dan efisien. Kegiatan pengabdian kepada masyarakat di Panti Lanjut Usia Santa Anna melibatkan 50 responden kelompok lanjut usia dengan rerata usia 75,92 (±11,14) tahun, dan 46% responden didapatkan memiliki anemia. Anemia pada lansia dapat dicegah dengan pemberian nutrisi yang cukup, intervensi yang sederhana dan tidak mahal. Terlaksananya program ini diharapkan terdapat meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap anemia dan pencegahannya pada lansia, sehingga kedepannya terjadi peningkatan kualitas hidup komunitas lansia dan mengurangi beban ekonomi akibat biaya perawatan akibat anemia.
PENYULUHAN DAN DETEKSI INFEKSI SALURAN KEMIH PADA ORANG LANJUT USIA Donatila Mano S; Alexander Halim Santoso; William Gilbert Satyanegara; Dean Ascha Wijaya; Fernando Nathaniel; Tosya Putri Alifa; Eric Raditya Kaminto; Pasuarja Jeranding Ezra; Agnes Marcella
Community Development Journal : Jurnal Pengabdian Masyarakat Vol. 4 No. 6 (2023): Volume 4 Nomor 6 Tahun 2023
Publisher : Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31004/cdj.v4i6.20828

Abstract

Infeksi Saluran Kemih (ISK) merupakan suatu peradangan pada sistem saluran kemih, yang dapat dialami oleh semua orang, yang kejadian lebih tinggi pada dewasa usia lanjut. Salah satu faktor risiko pada ISK adalah pertambahan usia, dimana dewasa usia lanjut memiliki banyak komorbid, memiliki kebiasaan menahan pipis, dan memiliki jadwal buang air kecil yang tidak teratur. Pentingnya edukasi mengenai infeksi saluran kemih bertujuan untuk mengurangi infeksi berulang baik itu pada anak maupun pada dewasa khususnya lansia. Penyuluhan dilakukan dengan memberikan informasi mengenai ISK, faktor yang mempengaruhi, gejala, dan pencegahan ISK, serta deteksi melalui pemeriksaan urine di Panti St. Anna. Terdapat 50 peserta, dan 35 diantara mengikuti skrining pemeriksaan urine. Pentingnya bagi masyarakat untuk mengenai cara pencegahan ISK, serta mau memeriksakan dirinya dengan pemeriksaan urine lengkap. Dengan melakukan hal ini, diharapkan dapat terdeteksi dini, mendapat pengobatan yang adekuat sehingga terhindar dari komplikasi. Diharapkan masyarakat, khususnya dewasa usia lanjut dapat lebih sadar mengenai pentingnya mengenai infeksi saluran kemih dan ikut mendukung pemeriksaan urine lengkap sebagai upaya skrining infeksi saluran kemih.
PENYULUHAN DAN DETEKSI DINI HIPERTRIGLISERIDEMIA DAN DAMPAKNYA TERHADAP KEJADIAN DEMENSIA Frisca Frisca; Alexander Halim Santoso; William Gilbert Satyanegara; Joshua Kurniawan; Fernando Nathaniel; Jonathan Hadi Warsito; Friliesa Averina; Rifi Nathaznya Syachputri; Ranindita Maulya Ismah Amimah
Community Development Journal : Jurnal Pengabdian Masyarakat Vol. 4 No. 6 (2023): Volume 4 Nomor 6 Tahun 2023
Publisher : Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31004/cdj.v4i6.20841

Abstract

Demensia merupakan suatu kondisi dimana terjadi penurunan fungsi kognitif, yang berdampak pada memori, prilaku yang dapat menurunkan kualitas hidup seseorang. Jumlah penderita demensia setiap tahunya terus bertambah, dan diperkirakan akan mencapai 152 juta pada tahun 2050. Pertambahan usia merupakan faktor risiko utama pada demensia, namun faktor lain seperti gaya hidup, obesitas, depresi, inaktivitas kognitif ikut memengaruhi. Dengan berkembangnya ilmu pengetahuan, hipertrigliseridemia tidak hanya menjadi faktor risiko kardiovaskular tetapi juga demensia. Pentingnya untuk memberikan edukasi mengenai hipertrigliseridemia serta dampaknya pada masyarakat. Kegiatan penyuluhan deteksi dini dilakukan di Panti Wreda St. Anna, dengan 31 responden yang mengikuti kegiatan tersebut. Terdapat 14 responden yang mengalami ganggan kognitif, dan 13 responden memiliki nilai trigliserida yang tinggi. Masyarakat penting untuk mengetahui pengendalian dan pencegahan trigliserida tinggi serta melakukan deteksi dini melalui pemeriksaan trigliserida di fasilitas kesehatan. Hal ini penting diketahui agar masyarat terhindar dari komplikasi yang timbul dari hipertrigliseridemia ini. Diharapkan pemberikan edukasi dan deteksi dini mengenai demensia dan hipertrigliseridemia dapat meningkatkan kualitas hidup dan meningkatan kesehatan masyarakat.
KEGIATAN PENGABDIAN MASYARAKAT BERUPA PENYULUHAN DAN SKRINING HBA1C DALAM RANGKA MENINGKATKAN KESADARAN MASYARAKAT TERHADAP DIABETES MELITUS TIPE 2 Siufui Hendrawan; Fernando Nathaniel; William Gilbert Satyanegara; Dean Ascha Wijaya Wijaya; Kanaya Fide Kusuma; Gracienne Gracienne; Anggita Tamaro; Alexander Halim Santoso
Community Development Journal : Jurnal Pengabdian Masyarakat Vol. 4 No. 6 (2023): Volume 4 Nomor 6 Tahun 2023
Publisher : Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31004/cdj.v4i6.20844

Abstract

Diabetes melitus adalah gangguan metabolik dengan hiperglikemia kronis sebagai ciri utama. Lebih dari 530 juta orang di dunia didiagnosis dengan diabetes, dan sebagian besar adalah diabetes tipe 2. Penyakit ini membawa beban global dengan komplikasi serius, seperti penyakit kardiovaskular dan mikrovaskular. Mengontrol glukosa darah dan mencegah terjadinya diabetes melitus dapat melalui gaya hidup sehat seperti mengatur pola makan yang seimbang, rutin berolahraga, menghindari merokok, dan memperhatikan berat badan. Selain itu, perlu melakukan pemeriksaan kesehatan secara rutin untuk mendeteksi dini adanya masalah kesehatan. Deteksi dini diabetes melitus yang seringkali muncul pada orang di atas 45 tahun adalah penting sehingga dapat mencegah terjadinya kondisi yang lebih serius. Salah satu pemeriksaan yang dilakukan yaitu skrining Glycated Hemoglobin (HbA1c), yang mencerminkan kadar glukosa darah rata-rata jangka panjang. Pengabdian kesehatan di Panti Lanjut Usia Santa Anna yang diikuti sebanyak 50 peserta dengan rerata usia 75,92 tahun. Berdasarkan pemeriksaan gula darah puasa, sebanyak 11 peserta (22%) tergolong prediabetes dan 3 peserta (6%) terdiagnosis diabetes. Sementara itu berdasarkan HbA1c, sebanyak 11 peserta (22%) terdiagnosis diabetes dan 18 peserta (36%) tergolong prediabetes. Melalui partisipasi dalam kegiatan ini, peserta dapat mendapatkan pemahaman tentang faktor risiko, upaya pencegahan, dan dampak jangka panjang dari diabetes. Selain itu, monitoring secara rutin juga perlu dilakukan. Harapannya, dengan meningkatnya pengetahuan dan pemahaman mereka, peserta dapat menerapkan metode perawatan yang sesuai dan memberikan kontribusi yang signifikan terhadap kesehatan secara keseluruhan dan kualitas hidup.
Korelasi Kadar Hemoglobin pada Ibu Hamil Trimester Tiga dengan Kejadian Bayi Berat Lahir Rendah di RSUD Ciawi Ajeng Normala; Fernando Nathaniel; William Gilbert Satyanegara; Bruce Edbert; Dean Ascha Wijaya; Yohanes Firmansyah
MAHESA : Malahayati Health Student Journal Vol 4, No 1 (2024): Volume 4 Nomor 1 (2024)
Publisher : Universitas Malahayati

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33024/mahesa.v4i1.11758

Abstract

ABSTRACT Anemia during pregnancy is generally considered a risk factor for preterm delivery, low birth weight (LBW) infants, and other poor pregnancy outcomes. This cross-sectional study aimed to determine the correlation between third-trimester maternal hemoglobin levels and the occurrence of LBW meeting the criteria, using non-random consecutive sampling based on medical records from Ciawi Regional General Hospital during the period of July 2023. The variables in this study were maternal third-trimester hemoglobin levels and the occurrence of LBW. Statistical analysis utilized the Spearman test. Out of 320 respondents, the mean age was 29.68 years. The mean hemoglobin level was 9.24 g/dL. The mean birth weight was 1,852.06 grams. The results of the analysis were not statistically significant, with a correlation between the two variables of rs=0.058, p=0.301. The cutoff value for hemoglobin levels at 9 g/dL was the highest risk for causing births with a weight <2500 grams in the anemia group. The results of this study indicated that hemoglobin levels below 9 g/dL posed the highest risk for LBW and very LBW occurrence. Keywords: Anemia, Haemoglobin Level, Low Birth Weight, Pregnancy  ABSTRAK Anemia selama kehamilan umumnya dianggap sebagai faktor risiko untuk persalinan prematur, bayi berat lahir rendah (BBLR), dan hasil kehamilan yang buruk lainnya. Penelitian potong lintang ini bertujuan untuk mengetahui korelasi kadar hemoglobin pada ibu hamil trimester 3 dengan kejadian BBLR yang memenuhi kriteria dengan non-random consecutive sampling menggunakan data rekam medis di Rumah Sakit Umum Daerah Ciawi pada periode Juli 2023. Variabel dalam penelitian ini yaitu kadar hemoglobin pada trimester ketiga ibu hamil dan kejadian BBLR. Analisis statistik menggunakan uji Spearman. Dari 320 responden, rata-rata usia adalah 29,68 tahun. Rerata kadar hemoglobin sebesar 9,24 g/dL. Rerata berat badan lahir sebesar 1.852,06 gram. Hasil analisis tidak signifikan secara statistik dengan korelasi antara kedua variabel, rs=0.058, p= 0,301. Nilai cut-off kadar hemoglobin sebesar 9 g/dL merupakan risiko tertinggi untuk menyebabkan kelahiran dengan berat <2500 gram pada kelompok anemia. Hasil penelitian ini menyatakan bahwa kadar hemoglobin kurang dari 9 g/dL merupakan risiko tertinggi terhadap kejadian BBLSR dan BBLASR. Kata Kunci: Anemia, Berat Bayi Lahir Rendah, Kadar Hemoglobin, Kehamilan
Hubungan Kadar Insulin Puasa dengan Tekanan Darah Pada Kelompok Lanjut Usia: Studi Potong Lintang di Panti Santa Anna Robert Kosasih; Frisca Frisca; Alexander Halim Santoso; Yohanes Firmansyah; William Gilbert Satyanegara; Fernando Nathaniel; Joshua Kurniawan; Friliesa Averina; Daniel Goh; Ribkha Anggeline Hariesti Sitorus; Brian Albert Gaofman
Malahayati Nursing Journal Vol 6, No 7 (2024): Volume 6 Nomor 7 2024
Publisher : Universitas Malahayati Lampung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33024/mnj.v6i7.13127

Abstract

ABSTRACT Hypertension is one of the most common causes of death in the world. Insulin is a hormone that has been studied for a long time, and hyperinsulinemia is a condition where the body requires large amounts of insulin to achieve normal sugar levels. It was found that hypertensive patients with metabolic syndrome disorders have higher insulin levels with or without obesity which makes it considered as a risk factor. Finding the correlation between fasting insulin and blood pressure in nuring home. Cross-sectional study research on the correlation of fasting insulin levels with blood pressure in the elderly group at Santa Anna Nursing house. Respondents who meet the inclusion criteria will follow a series of data collection according to applicable physical and laboratory examination standards. Statistical analysis using spearman correlation analysis. There were 30 respondents who met the inclusion criteria with an average age of 73 (56 - 88) years, systolic blood pressure (SBP) 120 (105-150) mmHg, diastolic blood pressure (DBP) 70 (55-80) mmHg, and fasting insulin levels 9.45 (5.4-29.5) μIU / ml. the results of the analysis did not find a significant correlation between fasting insulin levels and blood pressure (p-value = 0.590 and 0.898). In this study, it was found that the higher the fasting insulin level, the lower the systolic blood pressure (r-systolic = -0.102). Fasting insulin is one of the tests that can be carried out as an early detection of metabolic disease, especially as a prevention of hypertension. Keywords: Fasting Insulin, Elderly, Blood Presure  ABSTRAK Hipertensi merupakan salah satu penyebab kematian tersering di dunia. Insulin merupakan hormon yang telah dipelajari sejak lama, dan hiperinsulinemia merupakan suatu kondisi dimana tubuh membutuhkan jumlah insulin yang banyak untuk mencapai kadar gula darah yang normal. Ditemukan bahwa pada penderita hipertensi dengan gangguan sindroma metabolik memiliki kadar insulin yang lebih tinggi baik itu dengan atau tanpa obesitas yang membuatnya dipertimbangkan sebagai faktor risiko. Meneliti bagaimana korelasi kadar insulin puasa dengan tekanan darah di panti lansia. Penelitian studi potong lintang mengenai korelasi kadar insulin puasa dengan tekanan darah pada kelompok lanjut usia di Panti Lansia Santa Anna. Responden yang memenuhi kriteria inklusi akan mengikuti rangkaian pengambilan data sesuai standar pemeriksaan fisik dan labotorium yang berlaku. Analisis statistik menggunakan analisis korelasi spearman.  Terdapat 30 responden yang memenuhi kriteria inklusi dengan rerata usia 73 (56 – 88) tahun, tekanan darah sistolik (TDS) 120 (105-150) mmHg, tekanan darah diastolik (TDD) 70 (55-80) mmHg, dan kadar insulin puasa 9,45(5,4-29,5)μIU/ml. hasil analisis tidak didapatkan korelasi yang bermakna antara kadar insulin puasa dengan tekanan darah (p-value= 0,590 dan 0,898). Pada penelitian ini didapatkan semakin tinggi kadar insulin puasa maka akan semakin rendah tekanan darah sistolik (r-sistolik=-0,102). Insulin puasa merupakan salah satu pemeriksaan yang dapat dilakukan sebagai deteksi dini penyakit metabolik, khususnya sebagai pencegahan terhadap hipertensi.   Kata Kunci: Insulin Puasa, Lansia, Tekanan Darah
Hubungan Kadar Vitamin D Dengan Kadar Albumin Pada Kelompok Lanjut Usia di Panti Santa Anna Ernawati Ernawati; Olivia Charissa; Alexander Halim Santoso; Yohanes Firmansyah; Dean Ascha Wijaya; Fernando Nathaniel; William Gilbert Satyanegara; Hans Sugiarto; Jonathan Hadi Warsito; Valentino Gilbert Lumintang; Angel Sharon Suros
Malahayati Nursing Journal Vol 6, No 2 (2024): Volume 6 Nomor 2 2024
Publisher : Universitas Malahayati Lampung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33024/mnj.v6i2.13123

Abstract

ABSTRACT Low albumin and vitamin D levels in the elderly are often due to factors such as malnutrition, inflammation, and illness. A deficiency in albumin can affect the availability of vitamin D because it binds to albumin. Maintaining normal levels of albumin and vitamin D in the elderly has positive impacts on nutrition, healing, infection prevention, and metabolic function. This cross-sectional study aimed to investigate the relationship between vitamin D levels and albumin levels in the elderly. It was conducted at Santa Anna Elderly Care Home in November 2023. The variables in this study were vitamin D levels and albumin levels. Statistical analysis was performed using the Mann-Whitney test. Out of 47 respondents, the average age was 77.55 years. Mann-Whitney test results indicated no significant relationship between 25-hydroxyvitamin D levels and albumin levels in blood serum (p-value: 0.770). The correlation between these two variables showed a negative correlation, meaning that lower levels of 25-hydroxyvitamin D were associated with higher albumin levels. This is interesting because it contradicts the research hypothesis, suggesting that albumin levels may be influenced by factors outside the variables being studied. The correlation result of 0.044 falls into the category of very weak and cannot be considered a determining variable between two variables. Further analysis using the Mann-Whitney test revealed that there was no significant relationship or difference in mean values between 25-hydroxyvitamin D levels in the hypoalbuminemia and normal groups (p-value: 0.919), and there was no significant relationship or difference in mean values between albumin levels in the vitamin D deficiency and normal groups. Keywords: Albumin, Elderly, Vitamin D  ABSTRAK Albumin dan vitamin D yang rendah pada lanjut usia dapat terjadi karena faktor malnutrisi, inflamasi, dan penyakit. Kekurangan albumin dapat memengaruhi ketersediaan vitamin D, hal ini disebabkan vitamin D terikat pada albumin. Memiliki kadar albumin dan kadar vitamin D yang normal pada lanjut usia berdampak positif pada status nutrisi, penyembuhan, pencegahan infeksi, dan fungsi metabolik. Penelitian potong lintang ini bertujuan mengetahui hubungan kadar vitamin D dengan kadar albumin pada lanjut usia yang dilakukan di Panti Lansia Santa Anna pada November 2023. Variabel dalam penelitian ini adalah kadar vitamin D dan kadar albumin. Analisis statistik menggunakan uji Mann Whitney. Dari 47 responden, rata-rata usia adalah 77,55 tahun. Hasil uji Mann Whitney menyatakan tidak terdapat hubungan yang bermakna antara kadar 25-hidroksi vitamin D dengan kadar albumin dalam serum darah (p-value: 0,770). Hasil korelasi antara kedua variabel tersebut menunjukan korelasi negatif yang berarti semakin rendah kadar 25-hidroksi vitamin D maka akan semakin tinggi kadar albumin. Hal ini cukup menarik dikarenakan berlawanan dengan hipotesis penelitian yang berarti pula sebenarnya kadar albumin disebabkan oleh banyak faktor di luar variabel yang diteliti. Hasil korelasi 0,044 masuk dalam kategori sangat lemah dan tidak dapat diperhitungkan sebagai variabel penentu antara kedua variabel. Hasil analisis lanjutan dengan uji Mann Whitney didapatkan hasil bahwa tidak terdapat hubungan atau perbedaan rerata yang bermakna antara kadar 25-hidroksi vitamin D pada kelompok hipoalbumin maupun kelompok yang normal (p-value: 0,919) serta tidak terdapat hubungan atau perbedaan rerata yang bermakna antara kadar albumin pada kelompok defisiensi vitamin D dan kelompok normal. Kata Kunci: Albumin, Lanjut Usia, Vitamin D
Hubungan Kadar Vitamin D dengan Kejadian Insomnia Pada Kelompok Lanjut Usia di Panti Santa Anna Anastasia Ratnawati Biromo; Noer Saelan Tadjudin; Alexander Halim Santoso; Yohanes Firmansyah; William Gilbert Satyanegara; Dean Ascha Wijaya; Joshua Kurniawan; Ayleen Nathalie Jap; Fladys Jashinta Mashadi; Melkior Michael Fransisco; Linginda Soebrata
Malahayati Nursing Journal Vol 6, No 7 (2024): Volume 6 Nomor 7 2024
Publisher : Universitas Malahayati Lampung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33024/mnj.v6i7.13516

Abstract

ABSTRACT Vitamin D deficiency is a public health problem that affects everyone regardless of their age. It is linked to various health problems, and one of them is sleep problem. Nearly 60% of elderly have sleep problems, with insomnia being the most frequently reported symptom. Insomnia can lead to physical, mental, behaviour problems, and increasing risk of having diabetes and cardiovascular disease. To find the association between vitamin D and insomnia in elderly. This research uses cross sectional study to find association between vitamin D and insomnia in elderly who live in Santa Anna’s nursing home. Respondents who met the inclusion criterias were measured for vitamin D and then filling out Insomnia Severity Index (ISI) questionnaire. Statistical analysis used is the Mann-Whitney test. Twenty-seven participants met the inclusion criteria, with the mean age of 75,59 (SD 7,42) years and vitamin D level 19,93 (SD 6,87) ng/ml. There was no significant difference in vitamin D level between non-insomnia and insomnia (p-value 0,979). However, from this study we found that lower vitamin D serum was associated with the increasing risk of insomnia. Vitamin D deficiency should be taken into account when treating elderly with sleep disorder. Health practitioners should consider Vitamin D supplementation as adjunctive treatment in sleep problems. Keywords: Insomnia, Elderly, Vitamin D  ABSTRAK Defisiensi vitamin D merupakan masalah kesehatan umum yang dapat terjadi pada semua orang tanpa memandang usia. Defisiensi vitamin D dihubungkan dengan berbagai macam masalah kesehatan, salah satunya adalah gangguan tidur. Gangguan tidur pada lansia merupakan masalah yang sering ditemui, dimana hampir 60% lansia mengalami gangguan tidur. Insomnia dapat menyebabkan gangguan fisik, mental, perilaku, dan meningkatkan risiko penyakit diabetes serta kardiovaskular. Meneliti hubungan vitamin D dengan kejadian insomnia pada lansia. Penelitian ini merupakan studi potong lintang yang mencari hubungan antara kadar vitamin D dengan kejadian insomnia pada orang lanjut usia di Panti Lansia Santa Anna. Responden yang memenuhi kriteria inklusi dilakukan pengukuran kadar vitamin D dan pengisian kuesioner Insomnia Severity Index (ISI) untuk insomnia. Analisis statistik dilakukan dengan menggunakan uji Mann-Whitney. Sebanyak 27 responden memenuhi kriteria inklusi dengan rerata usia 75,59 (SD 7,42) tahun, dengan kadar vitamin D 19,93 (SD 6,87) ng/ml. Hasil analisis statistik tidak mendapatkan perbedaan rerata kadar vitamin D yang bermakna antara kelompok dengan atau tanpa insomnia (p-value 0,979), meski demikian pada penelitian ini didapatkan bahwa defisiensi vitamin D berisiko meningkatkan terjadinya insomnia. Defisiensi vitamin D harus dipertimbangkan dalam manajemen lanjut usia dengan gangguan tidur. Suplementasi vitamin D dapat dipertimbangkan sebagai terapi tambahan pada lanjut usia yang mengalami gangguan tidur. Kata Kunci: Insomnia, Lansia, Vitamin D