Nafik Muthohirin
Universitas Muhammadiyah Malang

Published : 15 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 15 Documents
Search

Tradition and Resilience of Religious Moderation at Pesantren of Karangasem Muhammadiyah, Lamongan Nafik Muthohirin; Mohammad Kamaludin
Proceedings of Annual Conference for Muslim Scholars Vol 6 No 1 (2022): AnCoMS, APRIL 2022
Publisher : Koordinatorat Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Swasta Wilayah IV Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36835/ancoms.v6i1.389

Abstract

Pesantren memiliki tradisi dan resiliensi moderasi Islam dari infiltrasi ideologi radikalisme agama. Tradisi moderasi itu bersumber dari pengajaran agama yang inklusif, serta kharisma dan keluasan ilmu agama dari figur kiai. Berbagai tradisi moderasi tersebut sekaligus menjadi strategi resiliensi, ditambah dengan komitmen pesantren terhadap kedaulatan negara. Secara lebih terperinci, artikel ini membahas bentuk ketahanan Pesantren Karangasem Muhammadiyah Lamongan dari ideologi ekstremisme kekerasan agama. Artikel ini mengajukan dua pertanyaan, yaitu bagaimana bentuk ketahanan Pesantren Karangasem dari ideologi ekstremisme agama dan bagaimana bentuk ketahanan tersebut dapat berimplikasi mencegah masuknya aktor-aktor Islam radikal dalam aktifitas sosial-keagamaan pesantren dan warga sekitar. Penelitian ini menyimpulkan, Pesantren Karangasem merupakan lembaga pendidikan Islam yang berkontribusi dalam mendesiminasikan moderasi beragama melalui bentuk-bentuk resiliensi yang bersumber dari karisma kiai dan tradisi intelektual Islam pesantren. Kajian ini juga menegaskan, meski infiltrasi gerakan terorisme dan radikalisme agama masif terjadi, namun praktik kosmopolitanisme Islam yang menjadi watak kehidupan beragama masyarakat pesisir Lamongan senantiasa tetap terjaga.
Salafi Madrasas: Ideology, Transformation, and Implication for Multiculturalism in Indonesia Nafik Muthohirin; Muhammad Kamaludin; Fahrudin Mukhlis
FIKRAH Vol 10, No 1 (2022): June 2022
Publisher : Prodi Aqidah dan Filsafat Islam, Jurusan Ushuluddin, Institut Agama Islam Negeri Kudus

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (253.003 KB) | DOI: 10.21043/fikrah.v10i1.14380

Abstract

Suspicion of Salafi as  terrorist and extremist organization increased after 9/11. Many studies have found that the Salafi ideology contains an exclusive and harsh doctrine of Wahhabism. This article examines the Salafi madrasas which was initially exclusive, rigid, conservative, and anti-state symbols, then transformed into a formal Islamic school that is modern and professional in management, as well as integrating the national education curriculum with Islamic curriculum (diniyyah/boarding school) as a strategy to gain state recognition. Although it is not carried out in all Islamic educational institutions it manages, the transformation of the Salafi madrasas is intended to remove the suspicions of the people who consider them terrorist and extremist group. Therefore, this article also explains the Salafi typology which is divided into two based on the movement model, namely the Ideological Salafi (Purification) and the Jihadist Salafi. Through the multicultural education approach that was written by Bikhu Parekh, this research suggests the implications of the ideas of salafism that are disseminated to the multicultural Indonesian society. This research finds that the Salafi campaign in Indonesia has not completely failed. Salafi madrasas have succeeded in transforming through curriculum integration which aims to reject public suspicion that they are terrorist organizations, in fact this strategy actually attracts upper-middle class people to send their children to Salafi madrasas. 
Pendampingan Kegiatan Tahsin Al-Qur’an di Panti Asuhan Putri Aisyiyah Kecamatan Dau Kabupaten Malang Suherman Suherman; Nafik Muthohirin
Aksiologiya: Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat Vol 7, No 2 (2023): Mei
Publisher : Universitas Muhammadiyah Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30651/aks.v7i2.17114

Abstract

Kemampuan generasi Muslim membaca Al-Qur’an sangat penting di dalam memahami ajaran Islam. Al-Qur’an adalah pedoman dan petunjuk bagi seorang Muslim tidak cukup untuk dibaca, tetapi juga sangat penting untuk dipahami secara mendalam dan dipraktikkan ajarannya dalam kehidupan sehari-hari. Dengan tujuan agar kemampuan membaca dan memahami ayat-ayat Al-Qur’an semakin baik, maka pembacaan terhadap Kitab Suci tersebut harus dipelajari secara terus menerus dengan berbagai bentuk kegiatan seperti kegiatan belajar Tahsin Al-Qur’an. Tujuan kegiatan ini adalah untuk mendampingi anak asuh Panti Asuhan putri ‘Aisyiah kecamatan Dau dalam pembelajaran Al-Qur’an dengan tahsin. Hasil dari kegiatan ini sudah berjalan dengan baik, sebagaimana yang sudah direncanakan pengabdi sebelumnya. Walaupun ada sedikit kendala karena Covid-19 dan pemerintah menerapkan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) darurat pada Juli 2021, Namun kegiatan tahsin di Panti Asuhan ‘Aisyiyah Putri mendapat respons yang sangat baik dari para santri di panti asuhan tersebut karena hampir setiap kegiatan mereka selalu hadir dan menhikuti kegiatan dengan antusias. Materi makhorijul huruf dan tajwid yang pengabdi ajarkan mencapai 85% sudah dikuasai oleh anak-anak Panti Asuhan Putri ‘Aisyiah.
Education with local wisdom paradigm: Teaching patterns of religious tolerance in Mbawa Village Donggo District, Bima Regency, West Nusa Tenggara Iin Kurniati; Nafik Muthohirin
Journal of Social Studies (JSS) Vol 19, No 2 (2023): Journal of Social Studies (JSS)
Publisher : Universitas Negeri Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21831/jss.v19i2.63553

Abstract

This study aims to explore information related to the teaching pattern of religious tolerance, especially at the traditional Raju ceremony of the Mbawa Village community, Donggo District, Bima Regency. Mbawa residents are a diverse entity, both from religious and ethnic backgrounds.  There are three different religions believed by the local community, namely Islam (78%),  Catholicism (20%),  and Protestantism (2%); and there are three ethnicities they profess namely Donggo, Flores, and Ambon. This article uses qualitative research methods with a descriptive analytical approach that aims to explain field data systematically and accurately, especially regarding the pattern of teaching religious tolerance values at the Raju traditional ceremony of the Mbawa community. This article uses Yusuf Al-Qaradawi's thesis in his thought which emphasizes the importance of teaching the values of religious tolerance for a pluralistic society. According to him, the teaching of the value of religious tolerance needs to be given to the community intensively, without discrimination towards certain religions or ethnicities. This study also wants to explain the traditions and cultural heritage of the Mbawa people through Emile Durkheim's thoughts on the role of socio-culture in bonding the relationship between religious communities. Durkheim said that to unite a plural community there needs to be a social role in the unity of rituals and common beliefs held by all citizens.  This study concluded that the awareness of the Mbawa community to disseminate the values of tolerance in Raju traditional ceremonies through teaching patterns within families, educational institutions, and village and tribal government structures, succeeded in knitting positive relations between religious communities. Through the ceremony, residents also have a common awareness to coexist peacefully and nonviolently.
PEMBENTUKAN SIKAP TOLERANSI BERAGAMA MELALUI PROGRAM RABU IBADAH DI SMP TAMAN HARAPAN MALANG Qonita Farhana Akmalia; Hadi Nur Taufiq; Nafik Muthohirin
Kuttab : Jurnal Ilmu Pendidikan Islam Vol 7, No 2 (2023): Kuttab : Jurnal Ilmu Pendidikan Islam
Publisher : Universitas Islam Lamongan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30736/ktb.v7i2.1633

Abstract

Indonesia memiliki berbagai perbedaan baik dari suku, ras, dan agama. Pada satu sisi keberagamaan tersebut bisa mendatangkan keberkahan, Tetapi pada sisi yang lain dapat memunculkan bencana jika terjadi persinggungan antar golongan yang berbeda.  Pendidikan multikultural dapat menjadi cara pandang untuk melihat realitas majemuk yang merupakan respons terhadap perkembangan keragaman populasi tersebut melalui sekolah. Sekolah melalui Pendidikan Agama Islam dapat menjadi tempat penanaman nilai – nilai toleransi. SMP Taman Harapan Malang memiliki berbagaiiimacam pesertaiididik dari beragamiiagama, latar belakang seperti agama Islam, Kristen, dan Budha. Dari adanya beragam agama, Sekolah tersebut mengadakan progam “Rabu Ibadah” sebagai upaya dalam pembentukan sikap toleransi beragama peserta didik. Program “Rabu Ibadah” bertujuan untuk membentuk sikap toleransi para peserta didik agar menghormati perbedaan keyakinan yang diperoleh peserta didik yang lain. Metodeiipenelitian yang digunakaniidalam penelitian ini adalah pendekataniikualitatifiidengan penyajianidata, observasi, iwawancara dan kajian pustaka. Penelitianiiiniiisecara khusus ingin mengkaji srategi SMP Taman Harapan Malang dalam mengupayahkan pemebentukan sikap toleransi beragama peserta didiknya. Riset ini menyimpulkan bahwa pembentukan sikap toleransi beragama di SMP Taman Harapan Malang diwujudkan dalam dua hal yaitu: sekolah memfasilitasi beberapa guru agama (Islam, Kristen, dan Budha), serta sekolah menyediakan program Rabu Ibadah , di mana  setiap rabu pagi para siswa diwajibkan ritual keagamaannya masing-masing di sekolah.