Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search
Journal : Jurnal Muara Medika dan Psikologi Klinis

UJI FITOKIMIA KAPASITAS ANTIOKSIDAN DAN PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN BERENUK CRESCENTIA CUJETE TERHADAP KADAR MDA OTAK DAN DARAH TIKUS SPRAGUE DAWLEY YANG DIINDUKSI HIPOKSIA NORMOBARIK SISTEMIK KRONIS Helmi Rizal Helmi; Grace Madeleine; David Limanan; Eny Yulianti; Frans Ferdinal
Jurnal Muara Medika dan Psikologi Klinis Vol. 1 No. 1 (2021): Jurnal Muara Medika dan Psikologi Klinis
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Tarumanagara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/jmmpk.v1i1.12063

Abstract

Hipoksia adalah suatu kondisi ketika konsentrasi oksigen dalam sel rendah. Kondisi ini dapat meningkatkan pembentukan radikal bebas yang mengarah ke keadaan stres oksidatif yang menghasilkan peroksidasi lipid yang mengakibatkan berbagai kerusakan makromolekul yang dapat merusak otak. Karena itu, tubuh membutuhkan antioksidan untuk mencegah kerusakan tersebut. Salah satu sumber antioksidan eksogen adalah daun Calabash. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan kapasitas antioksidan serta konstituen fitokimia daun Berenuk dan menentukan pengaruh ekstrak daun Berenuk dalam menurunkan kadar MDA total dalam darah dan otak tikus Sprague-Dawley yang diinduksi oleh sistemik kronis. hipoksia. Ekstraksi dilakukan dengan metode maserasi menggunakan pelarut etanol. Kapasitas antioksidan dievaluasi dengan uji radikal bebas DPPH. 32 tikus Sprague-Dawley dibagi menjadi 4 kelompok (normoksia, hipoksia 3 hari, 7 hari dan 14 hari (O2 8%; N2 92%)). Setiap kelompok kemudian dibagi lagi menjadi 2 subkelompok (diberikan ekstrak daun dan tidak pemberian). Ekstrak diberikan 400 mg / kg berat badan selama 14 hari. Evaluasi kadar MDA di otak dan darah dilakukan dengan menggunakan metode Wills. Kapasitas Antioksidan Berenuk dengan IC50 = 158,46 ?g/mL Semakin lama tikus diinduksi oleh hipoksia sistemik kronis, semakin tinggi kadar MDA dalam darah dan otak. Ada penurunan yang signifikan kadar MDA otak dan darah tikus yang diberi ekstrak daun dibandingkan dengan kelompok yang tidak diberi. Ekstrak Berenuk menurunkan kadar MDA dalam darah dan otak yang disebabkan oleh hipoksia sistemik kronis. Hypoxia is a condition when oxygen concentration in cell is low. This condition can increase free radical formation that leads to oxidative stress state and cause peroxidation of lipid resulting in various macromolecule damages that damage the brain. Thus, the body needs antioxidant to prevent those damage. One of the exogen antioxidant source is calabash leaf. This study aimed to determine the antioxidant capacity as well as the phytochemical constituent of Calabash leaves and determining the effect of Calabash leaves extract in decreasing total MDA levels in the blood and brain of the Sprague-Dawley rats that were induced by chronic systemic hypoxia. Extraction was performed by maceration method using ethanol solvent. Antioxidant capacity was evaluated by DPPH radical scavenging assay. 32 Sprague-Dawley rat were divided into 4 groups (normoxia, 3 days, 7 days and 14 days of hypoxia (O2 8%;N2 92%)). Each group then divided again into 2 subgroups (given leaves extract administration and not). The extract administrated 400 mg/kg body weight for 14 days. The evaluation of MDA levels in the brain and blood was performed by using Wills method. Antioxidant capacity Calabash with IC50 = 158,46 ?g/mL The longer the rats were induced by chronic systemic hypoxia, the higher MDA levels in the blood and brain. There was significant decreases in brain and blood MDA levels of rats given leaf compared with the group that was not given. The calabash leaves preventrise of MDA levels in the blood and brain induced by chronic systemic hypoxia
UJI TOKSISITAS, AKTIVITAS ANTIOKSIDAN DAN KADAR METABOLIT SEKUNDER DAUN KEMANGI (Ocimum X africanum lour) Timotius Timotius; David Limanan; Frans Ferdinal
Jurnal Muara Medika dan Psikologi Klinis Vol. 1 No. 2 (2021): Jurnal Muara Medika dan Psikologi Klinis
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Tarumanagara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/jmmpk.v1i2.15308

Abstract

High pollutant level has caused an increase in disease that is correlated to Reactive Oxygen Species through a condition that is oxidative stress. Oxidative stress can be stabilized with antioxidants by stabilizing active and unstable radicals to become inactive and stable. Basil leaves (Ocimum x africanum lour) are known to posses antioxidant composition. The aim of this study is to determine the antioxidant ability and toxicity level of basil leaves. The research was conducted through an in vitro experimental study design and bioassays. Extraction of this research was carried out by maceration method using methanol as solvent. The tests were carried out in the form of antioxidant capacity tests using the 1,1-diphenyl-2-picrylhydrazyl method, toxicity tests using the brine shrimph lethality test method on Basil Leaf extract. In basil leaf extract, the antioxidant capacity test obtained IC50 of 174.04 ?g/mL, phenolic level test was 10872,92 mg/mL, alkaloid level test was 8.15 ?g/mL, toxicity test obtained LC50 of 158.36 ?g/mL. This study concludes that basil leaves contain antioxidants not as much as vitamin C however basil leaves do not have an effect that triggers an increase in stomach acid, so it has potential as an alternative antioxidant for a patient with stomach acid disorder, in addition, basil leaves also have cytotoxicity activity that is possible to be used as anti-carsinogen.
GAMBARAN TINGKAT AKTIVITAS FISIK DAN POLA TIDUR PADA DEWASA MUDA SELAMA PANDEMI COVID-19 Susy Olivia Lontoh; David Limanan
Jurnal Muara Medika dan Psikologi Klinis Vol. 2 No. 1 (2022): Jurnal Muara Medika dan Psikologi Klinis
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Tarumanagara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/jmmpk.v2i1.18411

Abstract

Situasi pandemi berkepanjangan berdampak terhadap pola tidur dan aktivitas fisik. Parameter tidur serta hubungan antara tingkat aktivitas fisik dan tidur masih perlu diteliti terutama selama pandemi.  Tujuan penelitian untuk mengetahui gambaran tingkat aktivitas fisik, kualitas tidur dan pengaruh tingkat aktivitas fisik terhadap kualitas tidur terutama pada dewasa muda. Desian penelitian ini adalah  analitik menggunakan pendekatan potong lintang dengan variabel bebas aktivitas fisik dan pola tidur sebagai variabel tergantung. Pengambilan responden dilakukan dengan cara nonrandom jenis consecutive sampling, sebanyak 91 responden dengan kriteria inklusi adalah dewasa berusia 20-65 tahun, kondisi sehat, bersedia berpartisipasi menjadi responden penelitian serta   mengisi kuisioner serta  secara lengkap. Penelitian dilakukan melalui online dengan kuisioner melalui G-Form yang linknya dibagikan  kepada responden yang telah memenuhi kriteria inklusi dari periode  Februari sampai Maret 2022. Tingkat aktivitas fisik menggunakan kuisioner indeks Baecke dan  kuisioner PSQI untuk menilai kualitas tidur. Data penelitian terkait aktivitas fisik dan kualitas tidur terdiri dari data univariat yaitu karakteristik responden dan uji statistik Pearson Chi Square untuk  hubungan aktivitas fisik dengan kualitas tidur. Hasil penelitian ini  terdiri dari 51 (56,1%) orang perempuan dan 40 (43,9%) orang laki-laki. Rerata usia responden adalah 24 tahun dengan rentang usia 18-49 tahun. Berdasarkan tingkat pendidikan didapatkan 51 (55,4%) orang dengan tingkat pendidikan S1 dan 31 (33,7%) tingkat pendidikan SMA. Berdasarkan pekerjaan didapatkan 65 (71.4%) orang bekerja pada ojek online, magang dan freelance  sedangkan ibu rumahtangga sebanyak 2 (2.2%) orang dan  karyawan 17 (18.5%) orang. Berdasarkan tingkat penghasilan didapatkan 62(68,1%) orang berpenghasilan kurang dari Rp. 4.416.186,-. Responden dengan aktivitas fisik ringan  sebanyak 47 (51.7%) orang dan 44 (48,3%) orang dengan aktivitas fisik sedang. Berdasarkan kualitas tidur maka responden dengan kualitas tidur buruk sebanyak 76 (83,5%) orang dan kualitas tidur baik sebanyak 15(16,5%) orang. Hasil hubungan yang tidak bermakna antara aktivitas fisik dan kualitas tidur dengan nilai p-value adalah 0,0887 dan  nilai OR sebesar 0.92 memiliki makna bahwa reponden dengan aktivitas fisik ringan berpeluang mendapatkan kualitas tidur buruk sebesar 0.92 kali dibandingkan responden yang aktivitas sedang Kesimpulan Hasil responden dengan aktivitas fisik ringan  sebanyak 47 (51.7%) orang dan 44 (48,3%) orang dengan aktivitas fisik sedang dan  kualitas tidur responden dengan kualitas tidur buruk sebanyak 76 (83,5%) orang dan kualitas tidur baik sebanyak 15(16,5%) orang serta tidak terdapat hubungan antara aktivitas fisik dengan kualitas tidur