Claim Missing Document
Check
Articles

Found 8 Documents
Search

ertumbuhan Bibit Kopi Liberika Tungkal Jambi (Coffea liberica W. Bull ex Hiern) pada Media Gambut yang Diberi Kapur Dolomit Yuyun Riyani; Y. G. Armando; Yatrofa Yatrofa
Jurnal Agroecotania : Publikasi Nasional Ilmu Budidaya Pertanian Vol. 3 No. 1 (2020): Jurnal Agroecotania: Publikasi Nasional Ilmu Budidaya Pertanian
Publisher : Jambi University, Fakultas Pertanian, Program Studi Agroekoteknologi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

offee is one of the leading commodities in the plantation sector which is widely cultivated in Indonesia. The aims of this research is to know the response of dolomite dosage for growth of liberica coffee seedlings in peat soil. Completely Randomized Design (RAL) were used in this research with a dolomite dose as a treatment factor. The treatment were without dolomite (control), dolomite 7.5 g / polybag, dolomite 11.25 g / polybag and dolomite 15 g / polybag. This research was conducted from June to September 2017. The results showed that giving of dolomite can increase the growth of coffee seedlings of liberica Tungkal Jambi and dolomite dosage of 7.5 g / polybag showed the best growth in performance of coffea seedlings of the whole aspect.
Functional Properties of Purple Water Yam Flour Modified by Lactobacillus plantarum Ulyarti, Ulyarti; Yulia, Ade; Nazarudin, Nazarudin; Armando, Yunta Gombang; Erawaty, Lela
Makara Journal of Science Vol. 25, No. 1
Publisher : UI Scholars Hub

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Purple water yam flour modified by Lactobacillus plantarum fermentation may be used as an ingredient in flour-based functional food. The purpose of this research is to determine the effect of fermentation time on the functional properties of purple water yam flour modified using L. plantarum. This research used a randomized block design with six treatments: without fermentation (control) and 12, 24, 36, 48, and 60 h of fermentation. Results showed that lactic acid bacteria initially grow well with increasing viability over 48 h of fermentation. Growth and viability rates began to decrease as the organisms entered the declining or dying phase. Statistical analysis showed that fermentation time affects the solubility at 75 °C, chromatic color values L* and b*, and antioxidant activity of flour. Fermentation for 36 h produced the best modified purple water yam flour with an antioxidant activity of 69.82%, bulk density of 0.817 g/mL, water absorption capacity of 3.31 g/g, oil absorption capacity of 1.20 g/g, solubility of 0.45%, L* of 80.33, a* of 16.33, and b* of −5.33. The results indicate that purple water yam flour modified by L. plantarum fermentation for 36 h could be developed as a functional food ingredient.
Aplikasi Vermikompos dalam Meningkatkan Pertumbuhan dan Hasil Melon (Cucumis melo L.) Budiyati Ichwan; Hajar Setiaji; Y.G Armando; Eliyanti Eliyanti; Zulkarnain Zulkarnain; Lily Ayuandriani
Jurnal Media Pertanian Vol 7, No 2 (2022): Oktober
Publisher : Universitas Batanghari

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33087/jagro.v7i2.145

Abstract

This study aimed to examine the effect of vermicompost in increasing melon growth and yield and to obtain a dose of vermicompost that was able to provide the best melon growth and yield. The research design used was a Randomized Block Design (RBD) with one factor, namely the dose of vermicompost consisting of: 0 tonha-1; 5 tonha-1; 15 tonha-1; 25 tonha-1; and 35 tonha-1. The results showed that the application of vermicompost increased plant length, number of leaves, leaf area, stem diameter, fruit diameter, and weight per fruit of melon plants. The dose of vermicompost that gave the best melon growth and yield was 25 tonha-1, with a weight per fruit of 1,8 kg, and productivity of 50 tonha-1, 1,2 times greater than the potential yield of melon
INTENDED CHANGE MASYARAKAT PELAKU INTEGRASI TERNAK HULTIKULTURA DALAM PENANGGULANGAN BENCANA ASAP DI LAHAN GAMBUT KECAMATAN KUMPEH ULU Adriani Adriani; Jul Andayani; Hamzah Hamzah; Yunta Gombang Armando; Sri Novianti
Jurnal Karya Abdi Masyarakat Vol. 1 No. 2 (2017): Jurnal Karya Abdi Masyarakat
Publisher : LPPM Universitas Jambi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (82.744 KB) | DOI: 10.22437/jkam.v1i2.4291

Abstract

Setiap tahun wilayah kumpeh selalu mengalami kebakaran hutan yang berdapak pada banyaknya asap yang ditimbulkan, ditambah lagi kebiasaan masyarakat dalam pengolah lahan pertanian dengan membakar dengan alasan lebih mudah, murah dan sisa pembakaran bisa menjadi pupuk. Namun sebagian besar wilayahnya terdiri atas lahan gambut yang mudah terbakar jika terjadi kemarau dan api sulit dikendalikan. Tentunya ini menjadi masalah sekaligus tantangan untuk bisa merubah pola pengolahan lahan yang selama ini dilakukan kearah yang lebih baik (Intended-Change). Survei pendahuluan, wawancara dengan masyarakat dan kelompok tani di Kumpeh Ulu bahwa kebiasaan masyarakat sudah turun temurun dilakukan yaitu membakar lahan 1-3 minggu dengan cara menunpuk tanaman semak yang sudah ditebas, kemudian ditutup tanah dibagian atasnya dan dibakar sampai semua sisa tanaman habis. Namun karena lahanya berupa gambut, maka tanah bagian atas juga merupakan bahan yang siap terbakar. Padahal selama proses pebakaran ini terjadi pencemaran udara karena tingginya kandungan asap, sulit mengendalikan api jika sudah melebar. Potensi yang sangat menunjang dalam proses pengolahan lahan yang ramah lingkungan adalah melakukan pengolahan limbah kotoran ternak dan limbah tanaman yang ada menjadi pupuk organik. Karena selama ini petani peternak tidak mengetahui pengolahan kotoran ternak menjadi pupuk bahkan kotoran ternak yang ada dibuang begitu saja disekitar kandang yang juga mengakibatkan pencemaran udara dan air. Padahal jumlah ternak yang dimiliki kedua kelompok tani (sumber rezeki dan karya tani) tergolong banyak yaitu sapi 37 ekor dan kambing 66 ekor. Potensi kotoran dari ternak ini sekitar 851 kg per hari dalam bentuk basah dari sapi dan sebanyak ± 30 kg per hari dari kambing. Tentunya ini merupakan bahan baku yang bisa dimanfaatkan selain sisa atau limbah tanaman hultikutura yang ada. Kegiatan penyluhan dilakukan di rumah ketua kelompok sumber rezeki yang diikuti sebanyak 22 onggota kelompok tani. Materi yang diberikan pada kegiatan penyuluhan ada 3 yaitu karerateristik lahan gambut, proses pembuatan pupuk organik dari kotoran ternak dan hijauan serta materi dampak asap pembakaran terhadap kesehatan. Selain penyuluhan juga ada praktek pembuatan pupuk organik sebanyak 1 ton, dengan menggunakan 600 kg kotoran kambing, 400 kg rumput yang sudah dicacah, ditambah dengan 1 liter EM4, 5 kg dedak padi dan 2,5 kg urea. Semua bahan diaduk rata dan disimpan selama 21 hari dengan cara ditutup tarpal. Hasil evaluasi kegiatan pengabdian bahwa pupuk organik yang dihasilkan memperlihatkan bentuk fifik yang baik yaitu berwarna coklat sampai kehiataman, berbauk tanah dan bertektur gembur.
Pemberdayaan Usaha Homestay Dalam Menunjang Destinasi Ekowisata Dusun Lubuk Beringin Kecamatan Bathin III Ulu Kabupaten Bungo Provinsi Jambi Agus Syarif; Y. G. Armando; Upik Yelianti; Dwi Suryahartati; Urip Sulistiyo
Jurnal Karya Abdi Masyarakat Vol. 4 No. 1 (2020): Volume 4, Nomor 1, Juni 2020
Publisher : LPPM Universitas Jambi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (113.93 KB) | DOI: 10.22437/jkam.v4i1.9812

Abstract

Tujuan dari pengabdian memberi pengetahuan dan keterampilan dalam manajemen usaha serta pengelolaan homestay kawasan ekowisata di dusun Lubuk Beringin Kecamatan Bathin III Ulu Kabupaten Bungo Provinsi Bungo. Standar Pengelolaan berdasarkan Peraturan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Nomor 9 Tahun 2014 tentang Standar Usaha Pondok Wisata. Pemberdayaan kepada pemilik Homestay bertujuan untuk menjamin kualitas produk, pelayanan dan pengelolaan dalam rangka memenuhi kebutuhan dan kepuasan tamu; dan memberikan perlindungan kepada tamu, pengusaha hotel, tenaga kerja, dan masyarakat, baik untuk keselamatan, kesehatan, kenyamanan, keamanan, dan kemudahan dan pelestarian lingkungan hidup. Homestay di kawasan Ekowisata Dusun Lubuk Beringin memiliki potensi yang dapat dikelola untuk lebih berkembang dengan menerapkan manajemen usaha wisata secara profesional, namun masih menghadapi permasalahan dalam hal sumberdaya manusia yang dimiliki. Oleh karenanya pemerintah dapat mengambil peran dalam upaya peningkatan kapasitas Sumberdaya Manusia (SDM) harus dilakukan secara rutin dan berkesinambungan melalui program pendidikan dan pelatihan kepariwisataan.
Penerapan Manajemen Pohon Buah Asuh Untuk Kemandirian Ekonomi Masyarakat Dusun Lubuk Beringin Kecamatan Bathin III Ulu Kabupaten Bungo Provinsi Jambi Agus Syarif; Armando Armando; Upik Yelianti; Dwi Suryahartati; Urip Sulistiyo
Jurnal Karya Abdi Masyarakat Vol. 5 No. 3 (2021): Volume 5, Issue 3, Desember 2021
Publisher : LPPM Universitas Jambi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1392.806 KB)

Abstract

Pengabdian ini bertujuan untuk mempersiapkan kemandirian ekonomi masyarakat melalui pelatihan manajemen usaha untuk program pohon buah asuh dan persiapan legalitas kemitraan, guna mempertemukan masyarakat yang memiliki tanah dan belum menanam (memanfaatkan) dengan pengurus pohon buah-buahan sebagai mitra, melalui perjanjian kontrak yang disepakati secara hukum oleh para pihak. Rencana Kerja Hutan Desa (RKHD) dan Rencana Tahunan Hutan Desa (RTHD) Desa Lubuk Beringin telah memasuki tahun ke-10, namun belum ada kegiatan untuk merealisasikan rencana tersebut, yaitu penanaman buah di kiri kanan jalan menuju kawasan hutan desa. Bantuan pemerintah untuk penyediaan bibit sudah diberikan kepada warga, namun program tersebut belum berhasil. Oleh karena itu, warga yang memiliki tanah harus dilibatkan dalam program pendampingan dan pelatihan manajemen usaha. Pengabdian masyarakat penerapan manajemen pohon buah asuh diharapkan dapat untuk mewujudkan kemandirian ekonomi dan kesejahteraan masyarakat Lubuk Beringin. Program buah asuh menjadi prioritas untuk dilakukan dalam upaya meningkatkan kesejahteraan dan kemandirian masyarakat Lubuk Beringin. Selanjutnya untuk kesinambungan usaha yang berkemampulabaan (profitable), diadakan juga pelatihan pembuatan Standar Operasional Prosedur dan penggunaan media sosial. Metode pelaksanaan pengabdian masyarakat menggunakan metode ceramah/penyuluhan, diskusi dan praktek langsung mengelola usaha ekowisata dan ekonomi kreatif. Peserta adalah anggota masyarakat yang ditunjuk oleh koordinator lapangan sebagai wakil mitra.
Efektivitas Koagulan Deo Rubber Pada Beberapa Tingkat Konsentrasi Dan Dosis Terhadap Mutu Bahan Olah Karet Rakyat Y. G. Armando; Anis Tatik Maryani
Jurnal Ilmiah Ilmu Terapan Universitas Jambi|JIITUJ| Vol. 3 No. 2 (2019): Volume 3, Nomor 2, Desember 2019
Publisher : LPPM Universitas Jambi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (90.535 KB) | DOI: 10.22437/jiituj.v3i2.8201

Abstract

Salah satu permasalahan bahan olah karet saat ini adalah rendahnya mutu bahan olah karet. Untuk menghasilkan bahan olah karet yang bermutu baik maka lateks dapat dibekukan dengan bahan pembeku/koagulan anjuran. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh dari aplikasi Deorub pada beberapa kombinasi konsentrasi dan dosis terhadap mutu bahan olah karet rakyat dan mendapatkan konsentrasi dan dosis Deorub yang menghasilkan mutu bahan olah karet rakyat terbaik khususnya pada klon yang banyak digunakan oleh masyarakat petani karet (BPM 1). Penelitian ini dilaksanakan di lahan milik petani karet di Desa Pondok Meja, Kecamatan Mestong, Kabupaten Muara Jambi, Provinsi Jambi. Penelitian ini menggunakan perancangan lapangan dengan menempatkan perlakuan secara acak dalam satuan-satuan percobaan yang terdiri dari 10 perlakuan yaitu : Tanpa menggunakan deorub (asam semut/K0), Deorub konsentrasi 2,0% dengan dosis 50 ml (K1), Deorub konsentrasi 2,0% dengan dosis 100 ml (K2), Deorub konsentrasi 2,0% dengan dosis 150 ml (K3), Deorub konsentrasi 2,0% dengan dosis 200 ml (K4), Deorub konsentrasi 3,0% dengan dosis 50 ml (K5), Deorub konsentrasi 3,0% dengan dosis 100 ml (K6), Deorub konsentrasi 3,0% dengan dosis 150 ml (K7), Deorub konsentrasi 3,0% dengan dosis 200 ml (K8), Deorub konsentrasi 3,5% dengan dosis 150 ml (K9) masing-masing diberikan pada 1 liter lateks. Dilakukan beberapa tahapan analisis data seperti uji normalitas, uji homogenitas, uji anova dan uji lanjut DMRT 5%. Jika data tidak teruji normal dan homogen maka dilakukan analisis data kruskal wallis dan uji lanjut paired T test. Hasil penelitian menunjukkan bahwa aplikasi Deurob pada beberapa kombinasi konsentrasi dan dosis berpengaruh nyata terhadap mutu bahan olah karet rakyat klon BPM 1. Perlakuan Deurob konsentrasi 3,5% dengan dosis 150 ml merupakan kombinasi konsentrasi dan dosis yang menghasilkan mutu bahan olah karet rakyat terbaik dalam mempercepat koagulasi, meningkatkan KKK, kadar kotoran yang rendah dan nilai PRI yang tinggi pada tanaman karet klon BPM 1.
The Effectiveness Of Providing Vulanic Ash (Tuff Vulcan) And Dolomite As Amelioran Materials On The Growth Of Immature Liberica Coffee Plants In Peat Land Of Mekar Jaya Village Y. G. Armando; Anis Tatik Maryani; M. Syarif
Jurnal Ilmiah Ilmu Terapan Universitas Jambi|JIITUJ| Vol. 4 No. 2 (2020): Volume 4, Nomor 2, Desember 2020
Publisher : LPPM Universitas Jambi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (309.983 KB) | DOI: 10.22437/jiituj.v4i2.11608

Abstract

Liberika coffee is one type of coffee that is widely cultivated by people in wetland areas (peat) precisely in Betara District, Tanjung Jabung Barat Regency. In recent years, this district has become a development center and provider of Liberika coffee seeds for coffee plantation farmers from various regions such as Palembang, Kalimantan and Riau. Liberika coffee is a type of coffee that is able to adapt and produce quite well in peatlands with areca nut as a cover crop. The productivity of coffee in this area is still low at an average of 715 / kg when compared to the potential yield of Liberika coffee which can reach 950 kg / ha. Increasing production and productivity can be done through intensification and extensification. One of the efforts to improve the physical and chemical properties of peat soils so as to increase the growth and production of coffee plants is the use of ameliorants (soil enhancers). This study aims to develop a technology for using ameliorant to improve the chemical properties of peat soil. Specifically, through this study, the dosage combination of vulcan tuff ash and dolomite can be identified. which can substitute the use of artificial fertilizers (inorganic) so that it can increase the growth and production of immature liberica coffee plants on peatlands. especially the coffee plantation of farmers in the village of mekar jaya, betara district, tanjung jabung west district. From the results of this study it can be concluded that the treatment of volcanic ash and dolomite did not show significant differences in plant height parameters and, stem diameter. but it gives a real difference to the growth of live area, the number of flowers per bunch and the number of flowers in each bunch. treatment of volcanic ash 500 / gr / tree and dolomite 500 / gr / tree and a combination of volcanic ash 250 / gr / tree + dolomite 250 / gr / tree after 7 weeks of application can significantly spur on the initiation of flowering an average of 7 bunches of branch flowers if compare with control (no treatment). Likewise, observations 8 weeks after application showed the same thing, there was an increase in the number of flowers formed an average of 11 flower clumps branching. From the results of this study, it can be concluded that the provision of ameliorant from vulcan tuff ash and dolomite can improve the chemical properties of peat soil so as to increase nutrient availability for growth and production of the Liberika coffee plant. From the results of this study, it can also be suggested that the use of volcanic ash and dolomite at a dose of 250-500 gr / tree to accelerate the productive phase of immature liberica coffee plants (young plants) in peatlands.