cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota malang,
Jawa timur
INDONESIA
Majalah Kesehatan FKUB
Published by Universitas Brawijaya
ISSN : -     EISSN : -     DOI : -
Core Subject : Health,
This journal uses Open Journal Systems 2.4.7.1, which is open source journal management and publishing software developed, supported, and freely distributed by the Public Knowledge Project under the GNU General Public License.
Arjuna Subject : -
Articles 8 Documents
Search results for , issue "Vol 6, No 2 (2019): Majalah Kesehatan" : 8 Documents clear
PENGARUH PEMBERIAN PISANG AMBON (Musa accuminata Colla) TERHADAP TEKANAN DARAH PENDERITA HIPERTENSI DI ATAS 45 TAHUN DI PUSKESMAS WAWOTOBI TAHUN 2017 Tina, Lymbran; Ulfianti, Risma; Yunawati, Irma
Majalah Kesehatan FKUB Vol 6, No 2 (2019): Majalah Kesehatan
Publisher : Faculty of Medicine Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (352.063 KB) | DOI: 10.21776/ub.majalahkesehatan.006.02.4

Abstract

Hipertensi adalah salah satu penyakit pembuluh darah yang banyak menyerang lansia yang dikenal sebagai silent killer karena sering tidak menimbulkan gejala. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dampak pemberian buah pisang ambon (Musa accuminata Colla) terhadap penurunan tekanan darah sistolik dan diastolik penderita hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Wawotobi tahun 2017. Jenis penelitian ini adalah quasi eksperiment dengan desain pretest-posttest with control group. Jumlah subjek penelitian 30 penderita hipertensi yang memiliki tekanan darah sistolik ≥140 mmHg dan diastolik  ≥90 mmHg. Subjek dibagi menjadi 2 kelompok yaitu kelompok perlakuan dan kelompok kontrol dengan dosis ±280 g buah pisang ambon selama 7 hari. Hasil uji statistik menunjukkan ada perbedaan nilai tekanan darah sistolik dan diastolik sebelum dan sesudah perlakuan pemberian buah pisang ambon selama 7 hari pada kelompok perlakuan (p = 0,000; α = 0,05) dengan selisih penurunan tekanan darah sistolik sebesar 8,53 mmHg dan tekanan darah diastolik sebesar 7,06 mmHg. Pada kelompok kontrol menunjukkan ada perbedaan nilai tekanan darah sistolik dan diastolik sebelum dan sesudah perlakuan (p = 0,000; α = 0,05) dengan selisih penurunan tekanan darah sistolik sebesar 5,46 mmHg dan tekanan darah diastolik 2,13 mmHg. Jadi, dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh pemberian buah pisang ambon terhadap penurunan tekanan darah sistolik dan diastolik penderita hipertensi. Konsumsi buah pisang khususnya pada lansia menjadi alternatif untuk pencegahan penyakit hipertensi.  
HUBUNGAN ANTARA PARAMETER KLINIS DAN LABORATORIS DENGAN STATUS REMISI PENYAKIT PADA PASIEN ARTRITIS REUMATOID YANG MENDAPAT TERAPI METOTREKSAT Putra Suryana, Bagus Putu; Sari, Retty Kharisma; Tamayanti, Wahyu Dewi; Hasanah, Dian
Majalah Kesehatan FKUB Vol 6, No 2 (2019): Majalah Kesehatan
Publisher : Faculty of Medicine Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (390.49 KB) | DOI: 10.21776/ub.majalahkesehatan.006.02.5

Abstract

Artritis reumatoid (AR) adalah penyakit autoimun yang etiologinya belum diketahui. Metotreksat adalah DMARD (disease-modifying antirheumatic drug) yang paling sering digunakan pada AR, namun respons  terhadap metotreksat bervariasi di antara populasi. Data mengenai faktor klinis dan laboratoris yang berhubungan dengan remisi pada AR yang diterapi dengan metotreksat masih tidak konsisten. Penelitian inibertujuan untuk mengetahui faktor-faktor klinis dan laboratoris yang berhubungan dengan remisi pada pasien AR yang mendapat terapi metotreksat. Data diperoleh dari pasien AR yang memenuhi kriteria ACR-EULAR 2010 dengan desain penelitian observasional dan pendekatan potong lintang. Data meliputi jenis kelamin, usia onset penyakit, durasi penyakit, indeks masa tubuh (IMT), tender joint count (TJC), swollen joint count (SJC), visual analog scale (VAS) nyeri, disease activity score (DAS)-28 awal, laju endap darah (LED), anti-cyclic citrullinated protein (CCP), dan rheumatoid factor (RF). Variabel dianalisis secara statistik dengan uji chi square dilanjutkan regresi logistik multipel. Penelitian ini melibatkan 88 pasien AR, terdiri dari 85,2% wanita (n = 75) dan 14,8% pria (n = 13), rerata usia 54,78±11,34. Proporsi remisi pasien adalah 26,1%. Dari analisis bivariat dengan uji chi square didapatkan variabel yang berhubungan bermakna terhadap remisi, yaitu usia onset (p = 0,037), VAS nyeri (p = 0,030) dan LED (p = 0,038). Dapat disimpulkan bahwa usia onset, VAS nyeri, dan LED  berhubungan bermakna dengan remisi penyakit pasien AR yang diterapi dengan metotreksat.   
AKTIVITAS ANTIBIOFILM FRAKSI ETIL ASETAT EKSTRAK DAUN PUTRI MALU (Mimosa pudica) PADA BAKTERI METHICILIN-RESISTANT Staphylococcous aureus (MRSA) SECARA IN VITRO Winarsih, Sri; Khasanah, Uswatun; Alfatah, Abu Hasan
Majalah Kesehatan FKUB Vol 6, No 2 (2019): Majalah Kesehatan
Publisher : Faculty of Medicine Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (603.636 KB) | DOI: 10.21776/ub.majalahkesehatan.006.02.1

Abstract

Methicillin-Resistant Staphylococcus aureus (MRSA) merupakan salah satu bakteri yang dapat membentuk biofilm. Biofilm dapat menghambat kerja antibiotik sehingga dapat menyebabkan resistensi antibiotik. Daun putri malu (Mimosa pudica) memiliki senyawa metabolit sekunder di antaranya yaitu senyawa flavonoid. Senyawa flavonoid yang didapatkan dari fraksi etil asetat daun Mimosa kemungkinan dapat memberikan efek merusak biofilm sekaligus antibakteri bagi bakteri MRSA. Senyawa flavonoid dapat diperoleh melalui proses fraksinasi menggunakan pelarut etil asetat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian fraksi etil asetat terhadap kerusakan biofilm dan terhadap jumlah koloni bakteri, berdasarkan lama inkubasi. Dosis fraksi etil asetat yang digunakan yaitu 3 mg, 6 mg, 9 mg, 12 mg, 15 mg. Lama inkubasi yang digunakan yaitu satu jam dan dua jam. Jumlah koloni bakteri dihitung menggunakan skor. Skor tertinggi +6 untuk pertumbuhan koloni bakteri yang sangat padat dan skor terendah +1 untuk pertumbuhan koloni bakteri yang renggang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa besar kerusakan biofilm seiring dengan dosis fraksi etil asetat (Spearman, r = 0,426, p = 0,01), dan besar kerusakan perlakuan waktu 2 jam lebih tinggi dari pada perlakuan 1 jam (Paired t test, semua dosis menunjukkan p < 0,00). Jumlah koloni menunjukkan penurunan, namun tidak ada perbedaan bermakna antara waktu 1 jam dengan 2 jam (Paired t test, semua dosis p > 0,00). Kesimpulan pada penelitian ini adalah fraksi etil asetat dari ekstrak daun putri malu (Mimosa pudica) dapat merusak biofilm dari bakteri MRSA, dan perlakuan waktu 2 jam menunjukkan kerusakan yang lebih tinggi dari pada 1 jam, namun tidak ada perbedaaan dalam menurunkan jumlah koloni MRSA yang berada dalam lapisan biofilm antara waktu 1 jam dan 2 jam.  
PENGARUH FAKTOR RISIKO GANGGUAN GINJAL AKUT (GnGA) NEONATAL TERHADAP STADIUM PENYAKIT DAN MORTALITAS Masroer, Muchamad; Sulistijono, Eko
Majalah Kesehatan FKUB Vol 6, No 2 (2019): Majalah Kesehatan
Publisher : Faculty of Medicine Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (547.647 KB) | DOI: 10.21776/ub.majalahkesehatan.006.02.6

Abstract

Gangguan ginjal akut (GnGA)/acute kidney injury (AKI) merupakan patologi kompleks yang ditandai oleh berbagai kondisi abnormal yang melibatkan ginjal baik primer atau sekunder. Insiden GnGA pada neonatus berkisar 2,6% sampai 25% dengan angka mortalitas 14% sampai 73%. Penelitian ini berjenis analitik observasional retrospektif dengan desain cross sectional, menggunakan data sekunder dari rekam medis pasien GnGA neonatal yang dirawat di ruang perinatologi RSUD. Dr. saiful Anwar Malang periode Januari 2014 sampai dengan Desember 2016. Pada 25 pasien yang terdiagnosis GnGA neonatal dilakukan penelusuran data berbagai karakteristik, faktor risiko GnGA, stadium GnGA, dan hasil akhir perawatan. Hubungan antara berbagai karakteristik maupun faktor risiko GnGA terhadap stadium GnGA sesuai kriteria nRIFLE dan mortalitas dianalisis secara statistik dengan uji korelasi dilanjutkan dengan uji regresi logistik berganda. Uji korelasi menunjukkan beberapa karakteristik dan faktor risiko yang berhubungan bermakna dengan stadium GnGA sesuai nRIFLE yaitu: 1). Tempat kelahiran, 2). Syok septik, 3). Lama perawatan,  4). Kadar kreatinin serum, 5). Kadar ureum serum, 6). Laju filtrasi glomerulus (LFG), dan 7). Produksi urin terendah. Sementara  karakteristik dan faktor risiko yang berhubungan bermakna dengan mortalitas yaitu: 1). Stadium GnGA nRIFLE, 2). Syok septik, 3). Gagal nafas, 4). Kadar kreatinin serum, 5). Kadar ureum serum, dan 6). LFG. Hasil uji regresi logistik berganda menunjukkan bahwa syok septik berpengaruh terhadap stadium GnGA sesuai kriteria nRIFLE (estimate = 2,364; Wald = 5,854; p = 0,016) dan LFG berpengaruh terhadap mortalitas (koefisien B = -0,473; p = 0,04; OR 0,623 (IK95% 0,397–0,978)).  Disimpulkan bahwa faktor risiko GnGA neonatal yang berpengaruh terhadap stadium GnGA sesuai dengan kriteria nRIFLE adalah syok septik dan faktor yang berpengaruh terhadap mortalitas pasien GnGA neonatal adalah laju filtrasi glomerulus.  
PENGARUH Nigella sativa TERHADAP CD4+IL5, CD8+IL5, DAN KADAR INTERLEUKIN 5 SERUM PADA ANAK ASMA RINGAN DAN SEDANG Wirawan, Tommy Nugroho; Barlianto, Wisnu; Kusuma, HMS Chandra
Majalah Kesehatan FKUB Vol 6, No 2 (2019): Majalah Kesehatan
Publisher : Faculty of Medicine Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (629.311 KB) | DOI: 10.21776/ub.majalahkesehatan.006.02.2

Abstract

Asma merupakan penyakit inflamasi kronis pada saluran napas yang menjadi masalah kesehatan di dunia. Respons inflamasi pada pasien asma melibatkan banyak reaksi yang saling terkait antara epitel organ respirasi, sistem imun alami dan adaptif yang ditunjukkan oleh aktivasi Th2. Salah satu sel efektor yang penting pada eksaserbasi asma eosinofil yang aktivasinya diperantarai sitokin IL-5. IL-5 dihasilkan oleh CD4+  dan CD8+. Nigella sativa mengandung thymoquinone yang berfungsi sebagai imunomodulator. Tujuan penelitian adalah mengkaji efek pemberian Nigella sativa terhadap IL-5 serum dan jumlah sel CD4+IL-5+ dan CD8+IL-5+pada anak asma ringan dan sedang.  Desain penelitian adalah pre-post controlled study. Sebanyak 28 anak dengan rentang usia 5-18 tahun yang dibagi menjadi empat kelompok perlakuan, yaitu kelompok A dan B: asma ringan dan sedang dengan terapi standar; Kelompok C dan D: asma ringan dan sedang dengan terapi standar + Nigella sativa dengan dosis 600 mg per hari (15-30 mg/kgBB/hari) dan diberikan selama 8 minggu. Kadar IL-5 serum tidak berbeda bermakna pada semua kelompok sebelum dan setelah perlakuan (p > 0,05),  serta jumlah sel CD4+IL-5+ dan CD8+IL-5+ tidak berbeda antara sebelum dan setelah perlakuan kecuali pada kelompok A (asma ringan + terapi standar). Nigella sativa tidak memberikan perbedaan signifikan terhadap kadar IL-5 serum, jumlah sel CD4+IL-5+ dan CD8+IL-5+ dibandingkan terapi standar baik pada asma ringan maupun sedang (p > 0,05). Uji korelasi menunjukkan tidak ada korelasi signifikan antara kadar IL-5 serum, jumlah sel CD4+IL-5+ dan CD8+IL-5+ pada kelompok asma ringan dan sedang. Pemberian Nigella sativa tidak menurunkan kadar IL-5 serum, jumlah sel CD4+IL-5+ dan CD8+IL-5+ darah secara signifikan serta tidak didapatkan korelasi antara kadar IL-5 serum, jumlah sel CD4+IL-5+ dan CD8+IL-5+ darah pada kelompok asma ringan dan sedang.
KORELASI ANTARA STATUS METASTATIK KELENJAR GETAH BENING AKSILA DENGAN EKSPRESI CD44 DAN CXCR4 PADA KARSINOMA PAYUDARA Trianto, Heru Fajar; Joewarini, Endang; Rahniayu, Alphania
Majalah Kesehatan FKUB Vol 6, No 2 (2019): Majalah Kesehatan
Publisher : Faculty of Medicine Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (620.673 KB) | DOI: 10.21776/ub.majalahkesehatan.006.02.7

Abstract

Karsinoma payudara merupakan salah satu keganasan terbanyak yang menyerang wanita di dunia.  Salah satu faktor prognosis karsinoma payudara adalah metastasis pada  kelenjar getah bening aksila. CD44 merupakan protein transmembran dan penanda sel punca kanker yang memiliki pengaruh pada pertumbuhan tumor, metastasis, dan rekurensi. CXCR4 merupakan reseptor kemokin yang terekspresi pada beberapa sel tumor salah satunya karsinoma payudara. Penelitian ini bertujuan membuktikan adanya korelasi antara status metastatik kelenjar getah bening aksila dengan ekspresi CD44 dan CXCR4 pada karsinoma payudara. Sebanyak 46 sampel  blok parafin pasien karsinoma payudara diperoleh dari Instalasi Patologi Anatomik RSUD Dr.Soetomo Surabaya periode Januari- Desember 2017. Blok parafin dipotong dan dilakukan pulasan immunohistokimia dengan antibodi monoklonal CD44 dan CXCR4. Ekspresi CD44 dan CXCR4 dinilai menggunakan skor imunoreaktif (Immunoreactive score (IRS)). Hasil menunjukkan ekspresi CD44 dan CXCR lebih kuat pada karsinoma payudara dengan metastasis kelenjar getah bening aksila dibandingkan tanpa metastasis kelenjar getah bening aksila (p = 0,001 dan  p = 0,005). Terdapat korelasi positif yang signifikan antara status metastatik kelenjar getah bening aksila dengan ekspresi CD44 dan CXCR4 (p = 0,001 dan p = 0,004). Kesimpulannya adalah terdapat korelasi yang signifikan antara ekspresi CD44 dan CXCR4 dengan kejadian metastasis kelenjar getah bening pada karsinoma payudara. Hal ini menunjukkan bahwa CD44 dan CXCR4  memiliki peran penting dalam kejadian metastasis kelenjar getah bening pada karsinoma payudara. 
PENGARUH PEMBERIAN VITAMIN D3 TERHADAP KADAR OSTEOKALSIN, 25(OH)D DAN DURASI SAKIT PADA DIABETES MELLITUS TIPE 1 PADA ANAK Setia, Daendy Nova; Tjahjono, Harjoedi Adji
Majalah Kesehatan FKUB Vol 6, No 2 (2019): Majalah Kesehatan
Publisher : Faculty of Medicine Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (375.505 KB) | DOI: 10.21776/ub.majalahkesehatan.006.02.3

Abstract

Diabetes mellitus tipe 1 (DM tipe 1) adalah salah satu penyakit kronik yang sampai saat ini belum dapat disembuhkan. Anak dan remaja dengan T1D (type 1 diabetes) mempunyai risiko osteoporosis dan komplikasi jangka panjang lainnya lebih tinggi daripada anak dan remaja nondiabetik. Kadar 25(OH)D ditemukan lebih rendah pada anak dengan DM tipe 1. Penelitian ini ingin membuktikan bahwa suplementasi vitamin D3 pada anak dengan DM tipe 1 dapat meningkatkan kadar 25(OH)D dan osteokalsin, serta ingin mengetahui hubungan antara durasi sakit terhadap kadar osteokalsin dan 25(OH)D serum. Desain penelitian ini adalah double-blinded randomized controlled trial suplementasi vitamin D3 pada anak dengan DM tipe 1. Sebanyak 26 pasien rawat jalan dengan DM tipe 1 berusia 1-18 tahun berpartisipasi dalam penelitian ini. Pasien kemudian dibagi menjadi 2 kelompok, kelompok kontrol dan kelompok perlakuan, sedangkan durasi sakit dibagi menjadi 2, yaitu kurang dan lebih dari lima tahun. Pasien diberikan vitamin D3 2000 IU tiap hari selama 6 bulan. Hasil penelitian mendapatkan bahwa kadar osteokalsin pada kelompok perlakuan lebih tiggi namun tidak berbeda bermakna dibandingkan dengan kelompok kontrol (p=0,663). Namun, kadar 25(OH)D pada kelompok perlakukan lebih tinggi secara signifikan dibanding dengan kelompok kontrol (p=0,000). Tidak ada korelasi antara durasi penyakit, baik dengan kadar osteokalsin maupun kadar 25(OH)D (p=0,955 dan p=0,203 secara berurutan). Pemberian vitamin D3 selama 6 bulan pada anak dengan DM tipe 1 dapat meningkatkan kadar osteokalsin dan 25(OH)D serum. Durasi penyakit tidak berhubungan dengan kadar osteokalsin dan 25(OH)D setelah suplementasi vitamin D3 selama 6 bulan. 
Laporan Kasus : EKSISI ELLIPS NEVUS MELANOSITIK INTRADERMAL PADA AREA WAJAH: SERIAL KASUS Boco Pranowo, Tri Pradesa; Widiatmoko, Arif; Retnani, Diah Prabawati
Majalah Kesehatan FKUB Vol 6, No 2 (2019): Majalah Kesehatan
Publisher : Faculty of Medicine Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (912.668 KB) | DOI: 10.21776/ub.majalahkesehatan.006.02.8

Abstract

Nevus melanositik intradermal merupakan varian nevus melanositik yang paling umum. Metode terbaik untuk terapinya adalah tindakan eksisi ellips. Bekas luka pasca operasi eksisi nevus memerlukan perhatian ekstra terutama pada area wajah karena pasien mengharapkan bekas luka yang minimal. Eksisi elips diorientasikan searah dengan relaxed skin tension line (RSTL) untuk mencapai hasil kosmetik yang optimal. Kasus pertama melaporkan seorang perempuan 23 tahun dengan tahi lalat di area dagu yang membesar mulai 15 tahun yang lalu. Keluhan gatal, nyeri, mudah berdarah pada tahi lalat disangkal. Pemeriksaan dermatologis pada regio mentalis didapatkan nodul hiperpigmentasi, soliter, oval, diameter ±6 mm, batas tegas, homogen, permukaan mengkilat dengan terdapat rambut, pada palpasi teraba keras dan solid. Kasus kedua melaporkan seorang perempuan 33 tahun dengan beberapa tahi lalat berwarna kehitaman di area hidung yang membesar sejak 27 tahun yang lalu. Keluhan gatal, nyeri, dan mudah berdarah pada tahi lalat disangkal. Pemeriksaan dermatologis pada regio nasal didapatkan papul hiperpigmentasi, multipel, solid, bulat, diameter ±2-4 mm, batas tegas, homogen, pada palpasi teraba kenyal. Histopatologis kedua kasus menunjukkan nevus intradermal. Pengangkatan nevus pada kedua kasus dengan bedah eksisi ellips pada  pasien diikuti sampai 1 tahun pertama pasca operasi, dan didapatkan bekas luka yang minimal. Dapat disimpulkan bahwa pengangkatan nevus melanositik intradermal dengan bedah eksisi ellips merupakan salah satu modalitas terapi terbaik dalam pemeriksaan histopatologis untuk penegakan diagnosis. Pencegahan pembentukan bekas luka pasca operasi dapat diminimalisir dengan memperhatikan teknik  eksisi, relaxed tension skin line, tehnik undermining, penjahitan, dan perawatan luka. 

Page 1 of 1 | Total Record : 8