cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota ternate,
Maluku utara
INDONESIA
AGRIKAN Jurnal Ilmiah Agribisnis dan Perikanan
ISSN : 19796072     EISSN : 26210193     DOI : -
Core Subject : Agriculture,
Bidang kajian dimuat meliputi agribisnis, teknologi budidaya, sumberdaya perikanan, kelautan, sosial ekonomi kelautan dan perikanan, bioteknologi perikanan. Sejak tahun 2017 mulai diterbitkan secara elektronik kerjasama Pusat Studi Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil, Sekolah Tinggi Ilmu Pertanian Wuna Raha.
Arjuna Subject : -
Articles 22 Documents
Search results for , issue "Vol 6, No 1 (2013)" : 22 Documents clear
Nisbah kelamin dan ukuran pertama matang gonad kerang lumpur (Anodontia edentula, Linnaeus 1758) di pesisir Lambiku, Kecamatan Napabalano Kabupaten Muna Rochmady Rochmady; Sharifuddin Bin Andy Omar; Lodewyck S Tandipayuk
Agrikan: Jurnal Agribisnis Perikanan Vol 6, No 1 (2013)
Publisher : Sangia Publishing

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (818.238 KB) | DOI: 10.29239/j.agrikan.6.1.1-9

Abstract

Penelitian dilakukan di pesisir Lambiku dengan tujuan untuk menganalisis nisbah kelamin dan ukuran pertama matang gonad kerang lumpur. Data dianalisis untuk mengetahui nisbah kelamin dan ukuran pertama matang gonad kerang lumpur Pulau Tobea dengan menggunakan analisis chisquare (χ2) dan Metode Spearmen-Karber (Udupa, 1986). Hasil analisis nisbah kelamin dengan menggunakan chi-square berdasarkan stasiun pengambilan sampel, waktu pengambilan dan tingkat kematangan gonad (TKG) menunjukkan nisbah kelamin jantan kerang lumpur cenderung sebanding dengan jenis kelamin betina. Hal ini ditunjukkan dengan nilai chi-square hitung=chi-square tabel baik berdasarkan waktu pengambilan sampel (0,6770), berdasarkan tingkat kematangan gonad (TKG) (2,7462), berdasarkan stasiun pengamatan (3,3673). Ukuran pertama matang gonad kerang lumpur, jenis kelamin jantan mencapai ukuran rata-rata panjang cangkang sebesar 55,03 mm, pada kisaran panjang cangkang sebesar 54,47-55,60 mm. Untuk jenis kelamin betina mencapai ukuran pertama matang gonad dengan rata-rata panjang cangkang sebesar 54,93 mm, pada kisaran panjang cangkang sebesar 54,48-55,38 mm. Kerang lumpur di pesisir Lambiku, ukuran pertama matang gonad sebenarnya untuk jenis kelamin jantan mencapai ukuran panjang cangkang sebesar 50,2 mm dan jenis kelamin betina mencapai ukuran panjang cangkang sebesar 51,0 mm.
Pengaruh konsentrasi garam dan lama fermentasi terhadap kadar histamin peda ikan kembung perempuan (Rastrelinger nelectus) Juharni Juharni
Agrikan: Jurnal Agribisnis Perikanan Vol 6, No 1 (2013)
Publisher : Sangia Publishing

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29239/j.agrikan.6.1.73-80

Abstract

Peda merupakan salah satu produk hasil pengolahan secara tradisional yang digolongkan sebagai ikan asin basah.  Perinsip pengolahannya adalah dengan memberikan sejumlah garam dengan konsentrasi tertentu pada ikan segar, kemudian difermentasi, dijemur dan difermentasi kembali sampai tercium aroma khas ikan peda. Tujuan penelitian ini untuk mrngetahui pengaruh konsentrasi garam dan lama fermentasi terhadap kandungan histamine peda,  Penelitian ini dilakukan dalam dua tahap yaitu penelitian pendahuluan yang dimaksudkan untuk mengetahui proses pengolahan peda secara tradisional dan penelitian utama, dimana dilakukan pembuatan peda secara laboratoris dengan metode modifikasi dan hasil survey lapang dan kaji pustaka.  Produk yang dihasilkan selanjutnya dianalisa kadar histamine, kadar air, dan pHnya, dengan parameter perlakuan konsentrasi garam 20% dan 30% dengan lama masing-masing fermentasi 5 – 7 hari.  Hasil analisa produk peda tersebut menunjukkan bahwa dengan konsentrasi garam 30%  dengan lama fermentasi 5 hari memiliki kadar histamine (29,65 mg/100 gr), kadar air (53,44%), dan pH (5,4) yang lebih rendah dibandingkan dengan perlakuan konsentrasi garam 20% dengan fermentasi 5 hari dan 7 hari.
Estimasi biomassa dan karbon tegakan dipterocarpa pada ekosistem hutan primer dan LOA (Log Over Area) di PT. Sari Bumi Kusuma (SBK) Kalimantan Tengah Sabria Niapele
Agrikan: Jurnal Agribisnis Perikanan Vol 6, No 1 (2013)
Publisher : Sangia Publishing

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29239/j.agrikan.6.1.29-36

Abstract

Biomassa pohon dihutan merupakan tempat penyimpan cadangan karbon terbesar terdapat pada batang, cabang, ranting, daun dan akar.  Selain untuk menyimpan cadangan karbon, pohon juga  meyerap karbon dari atmosfer dalam bentuk karbondioksida (CO2)  melalui proses fotosintesis sehingga gas CO2 diatmosfer dapat berkurang.  Oleh karena itu perlu adanya pengukuran biomassa dan karbon pohon di hutan  untuk mengestimasi seberapa besarkah pohon dapat menyimpan biomassa dan karbon serta mampu menyerap CO2 dari atmosfer melalui pendekatan allometrik. Penelitian dilakukan di areal PT. SBK Kalimantan Tengah, Laboratorium THH Fakultas Kehutanan UGM dan Laboratorium BPTP Yogyakarta dengan tujuan membuat persamaan allometrik untuk menentukan potensi biomassa, potensi karbon, dan potensi penyerapan CO2 di PT. SBK.   Pohon dipilih berdasarkan kriteria variasi umur dan dbh. Kandungan biomassa diketahui melalui metode pengukuran secara destructive, selanjutnya dibuat persamaan allometrik biomassa dan karbon untuk mengetahui kandungan potensi biomassa dan karbon. Hasil penelitian menunjukan bahwa variabel dbh dapat digunakan untuk menaksir biomassa total pohon melalui model power dengan nilai koefisien determinasi sebesar 99,2%. Jumlah potensi biomassa total pohon yang tersimpan pada TPTI (tahun tanam 1995-2010) adalah 311,67 ton/ha. Jumlah potensi karbon pohon yang tersimpan pada TPTI (tahun tanam 1995-2010) adalah 143,31 ton/ha. Sedangkan potensi penyerapan CO2 pada TPTI (tahun tanam 1995-2010) adalah 525,96 ton/ha.
Karakteristik sistem pertanian alami (Natural Farming) padi ladang di Kecamatan Morotai Timur Ranita Rope
Agrikan: Jurnal Agribisnis Perikanan Vol 6, No 1 (2013)
Publisher : Sangia Publishing

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29239/j.agrikan.6.1.37-51

Abstract

Trand dunia dengan konsep back to nature, terutama negara maju dengan korbanan triliun nilainya, hanya ingin mengembalikan lahan-lahan pertanian yang telah tercemar akibat penggunaan teknologi revolusi hijau. Apabila secara alami di lestarikan Konsep pertanian alami, maka sistem pertanian alami memiliki karakteristik sangat ekonomis, karena meminimalkan penggunaan input (hanya terdirir dari benih dan tenaga kerja).   Motivasi petani untuk tetap melestarikan sistem pertanian alami padi ladang karena nilai yang melekat pada hasil panen (beras) yang disebut Tamo Majou. Tamo artinya beras, Majou adalah Tuhan, yang dipahami oleh petani bahwa Tuhan adalah Penguasa Segalanya tidak ada yang bisa Menyamai-Nya, sehingga nilai pangan yang dihasilkan dari hasil panen pertanian alami padi ladang adalah beras nomor satu yang tidak ada bandingnya. Istilah lain yang dikenal adalah Tamo Maloha yang artinya beras terbaik.  Nilai tradisi lainnya yang melekat pada produk (beras) yang dihasilkan oleh sistem pertanian alami padi ladang adalah merupakan bahan baku olahan untuk sajian adat seperti Waji, isi proco sigi, dll. Sehingga dapat disimpulkan bahwa sistem pertanian padi ladang yang dikembangkan oleh petani di desa Mira memiliki karakteristik sistem pertanian alami yang dijadikan model sistem pertanian masa depan.
Kajian beberapa disain alat tangkap bubu dasar di perairan Kepulauan Ternate Propinsi Maluku Utara Fikri R. Malik
Agrikan: Jurnal Agribisnis Perikanan Vol 6, No 1 (2013)
Publisher : Sangia Publishing

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29239/j.agrikan.6.1.52-57

Abstract

Alat tangkap bubu dasar di perairan kepulauan ternate provinsi Maluku Utara masih banyak digunakan. Penelitian ini bertujuan untuk mendisain bubu dasar sehingga dapat meningkatkan hasil tangkapan yang diinginkan, menentukan efektifitas disain bubu dasar untuk menangkap ikan target berdasarkan aspek biologis, aspek teknis, dan aspek ekonomis, kemudian menganalisis kelayakan usaha dari desain alat tangkap bubu dasar. Penelitian ini menggunakan tiga jenis alat tangkap bubu dasar yaitu bubu dasar hasil disain tipe ‘+’, bubu dasar hasil disain tipe Y, dan bubu dasar tradisional yang biasa dipakai nelayan di Kepulauan Ternate. Pengoperasian ketiga tipe bubu dasar dilaksanakan selama 30 kali secara bersamaan. Analisis dilakukan terhadap aspek biologis, aspek teknis dan aspek ekonomis. Penelitian ini menunjukkan bahwa disain alat tangkap bubu dasar tipe ‘+’ lebih efektif untuk menangkap ikan target berdasarkan aspek biologis, aspek teknis, dan aspek ekonomis dibandingkan alat tangkap bubu dasar tradisional. Penggunaan desain alat tangkap bubu “+” dapat meningkatkan hasil tangkapan ikan demersal ekonomis penting. Hasil analisis R/C rasio dan BEP, disain alat tangkap bubu dasar tipe ‘+’ layak secara ekonomis untuk dikembangkan oleh nelayan sebagai jenis alat tangkap bubu alternatif.
Pengaruh penambahan jenis tepung daun leguminosa yang berbeda terhadap konsumsi, pertambahan bobot badan dan konversi ransum ayam broiler Sulasmi Sulasmi; Yusri Sapsuha; Emy Saelan
Agrikan: Jurnal Agribisnis Perikanan Vol 6, No 1 (2013)
Publisher : Sangia Publishing

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29239/j.agrikan.6.1.10-16

Abstract

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penambahan beberapa tepung daun leguminosa diantaranya kelor (Moringa oleifera), lamtoro (Leuchaena leucocephala), dan gamal (Gliricidia sepium) terhadap konsumsi, pertambahan bobot badan dan konversi ransum ayam broiler. Ayam yang digunakan adalah Day Old Chick (DOC) tipe pedaging sebanyak 80 ekor strain CP 707. Penelitian menggunakan metode experimental dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL). Terdapat 4 jenis perlakuan ransum (R0 = ransum kontrol, R1 = ransum + 5% tepung daun lamtoro, R2 = ransum + 5% tepung daun kelor dan R3 = ransum + 5% tepung daun gamal) dengan 4 ulangan. Apabila terdapat perbedaan pengaruh diantara perlakuan maka dilanjutkan dengan Uji Beda Nyata Terkecil (BNT) pada taraf 5%. Ransum dan air minum diberikan secara ad libitum. Parameter yang diamati pada penelitian ini adalah konsumsi, pertambahan bobot badan dan konversi ransum ayam broiler. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan 5% tepung daun kelor (R2) dalam ransum memberikan pengaruh yang nyata terhadap pertambahan bobot badan dan konversi ransum ayam broiler dibandingkan penambahan 5% tepung daun lamtoro (R1) dan gamal (R3). Berdasarkan hasil penelitian, disarankan agar dilakukan penelitian lebih lanjut tentang pengaruh penambahan tepung daun kelor (Moringa oleifera) terhadap konsumsi dengan penambahan lebih dari 5% dalam ransum ayam broiler.
Analisis usahatani bayam (Studi kasus di Kelurahan Sasa Kecamatan Ternate Selatan Kota Ternate) Haryati La Kamisi
Agrikan: Jurnal Agribisnis Perikanan Vol 6, No 1 (2013)
Publisher : Sangia Publishing

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29239/j.agrikan.6.1.58-63

Abstract

Penelitian dilakukan di Kelurahan Sasa Kecamatan Ternate Selatan Kota Ternate yang bertujuan untuk menganalisis biaya, penerimaan, pendapatan, R/C ratio, dan BEP dari usahatani tanaman bayam. Data dianalisis untuk menganalisis biaya, penerimaan, pendapatan, R/C ratio, dan BEP. Hasil analisis menunjukkan biaya total sekali produksi usahatani tanaman bayam yaitu sebesar Rp. 16.405.000,- yang terdiri dari biaya variabel sebesar Rp. 6.040.000,- dan biaya tetap sebesar Rp. 10.365.000,-. Penerimaan dari masing-masing jenis bayam dalam sekali produksi, antara lain : Bayam merah sebesar Rp. 18.000.000,- dan bayam hijau sebesar Rp. 22.500.000,-. Jadi penerimaan total dari produksi bayam secara keseluruhan adalah sebesar Rp. 40.500.000,-. Pendapatan  total  dari  usahatani  tanaman  bayam  dalam  sekali  produksi  yaitu sebesar Rp. 24.095.000,-. Nilai  R/C  rasio  usahatani  tanaman  bayam  sebesar  2,4687. Ini  menunjukkan usahatani tersebut efisien dan menguntungkan sehingga layak dikembangkan. Nilai Break Even Poin (BEP) penerimaan, produksi, dan harga lebih kecil dari total penerimaan, produksi, dan harga. Dengan demikian usahatani tanaman bayam dapat menguntungkan dan layak dikembangkan.
Efektifitas program pengembangan usaha agribisnis perdesaan pada GAPOKTAN bunga nilam di Desa Simau Kecamatan Galela Kabupaten Halmahera Utara Yonete Maya Tupamahu
Agrikan: Jurnal Agribisnis Perikanan Vol 6, No 1 (2013)
Publisher : Sangia Publishing

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29239/j.agrikan.6.1.17-21

Abstract

Program PUAP akan berjalan secara efektif bilamana pelaksana di tingkat kecamatan dan desa menjalankan tugasnya secara efektif. Tujuan penelitian yaitu untuk mengetahui apakah pelaksanaan Program PUAP pada Gapoktan  Bunga Nilam di Desa Simau efektif atau tidak. Indikator penelitian ini adalah pelaksanaan tugas: (1) Pengurus Gapoktan; (2) Penyuluh Pendamping; (3) Penyelia Mitra Tani. Data dianalisis secara deskriptif menggunakan sistem pemberian skor. Penentuan skor menggunakan skala Likert, skor terbesar adalah tiga (3) untuk jawaban selalu, dua (2) untuk jawaban sering, dan satu (1) untuk jawaban tidak pernah. Berdasarkan perolehan skor dari responden, lalu ditentukan rentang skala atau selang untuk menentukan efektifitas pelaksanaan Program PUAP. Penilaian tanggapan responden terhadap efektifitas pelaksanaan PUAP dibagi ke dalam tiga kategori, yaitu efektif, cukup efektif, dan tidak efektif.  Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelaksanaan program Pengembangan Usaha Agribisnis Pedesaan (PUAP) pada Gapoktan Bunga Nilam di Desa Simau tidak efektif.  Hal ini disebabkan pelaksana program PUAP di tingkat kecamatan dan desa yang menjalankan tugasnya hanya Pengurus Gapoktan, sedangkan Penyuluh Pendamping dan Penyelia Mitra Tani tidaklah melaksanakan tugasnya. Disarankan perlu dilakukan evaluasi mengenai kompetensi petugas pelaksana PUAP sehingga pelaksana di lapangan harus diganti. Serta perlu dilakukan pendampingan secara kontinu oleh petugas pendamping Gapoktan, sehingga efektifitas pelaksanaan program PUAP dapat tercapai.
Pengaruh perbedaan suhu awal air rendaman dan lama perendaman terhadap perkecambahan benih gmelina (Gmelina arborea Roxb.) Miranda H. Hadijah
Agrikan: Jurnal Agribisnis Perikanan Vol 6, No 1 (2013)
Publisher : Sangia Publishing

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29239/j.agrikan.6.1.64-72

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh faktor suhu, lama perendaman dan interaksinya terhadap perkecambahan benih Gmelina arborea Roxb. Penelitian dilakukan dengan percobaan faktorial 3 x 3 dalam RAL. Faktor pertama adalah suhu (50, 60 dan70oC) dan faktor kedua adalah lama perendaman (6, 12 dan 24 jam) dengan 3 kali ulangan dan setiap unit percobaan berisi 20 butir benih. Hasil menunjukkan bahwa perlakuan yang diberikan tidak berpegaruh nyata terhadap persen berkecambah, masa berkecambah dan kecepatan berkecambah.
Evaluasi aspek teknis terhadap kegiatan penangkapan ikan kakap merah (Lutjanus sp) dan pengembangannya di sekitar perairan Sinjai Teluk Bone Erika Lukman
Agrikan: Jurnal Agribisnis Perikanan Vol 6, No 1 (2013)
Publisher : Sangia Publishing

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29239/j.agrikan.6.1.22-28

Abstract

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengevaluasi kegiatan penangkapan ikan Kakap (Lutjanus) di sekitar perairan Sinjai Teluk Bone dan kemungkinan pengembangannya berdasarkan kelimpahan sumberdaya dan performa alat tangkap Pancing Tangan, Jaring Insang Tetap, dan Bubu. Pengambilan sampel diambil secara keseluruhan dengan jumlah responden sebanyak 30 nelayan yang menangkap ikan kakap. Analisis untuk aspek teknis menggunakan analisis kualitatif dan kuantitatif yang didasarkan pada kriteria-kriteria teknis dengan menggunakan pendapat responden, Berdasarkan hasil penelitian, Usaha penangkapan ikan kakap dengan menggunakan alat tangkap pancing tangan, dan jaring insang tidak mengganggu kelestarian lingkungan dan sumberdaya perairan sehingga usaha penangkapan ikan kakap dengan alat tangkap jaring insang dan pancing tangan telah efektif dan efisien dilakukan. Berdasarkan tinjauan dari aspek teknis, alat tangkap terbaik untuk dikembangkan di perairan Sinjai Teluk Bone untuk penangkapan ikan kakap adalah alat tangkap pancing tangan.

Page 1 of 3 | Total Record : 22