cover
Contact Name
Arif Abadi, S.Kom.
Contact Email
penerbitan@isbi.ac.id
Phone
-
Journal Mail Official
penerbitan@isbi.ac.id
Editorial Address
-
Location
Kota bandung,
Jawa barat
INDONESIA
Panggung
ISSN : -     EISSN : 25023640     DOI : -
Core Subject : Education,
Panggung is online peer-review journal focusing on studies and researches in the areas related to performing arts and culture studies with various perspectives. The journal invites scholars, researchers, and students to contribute the result of their studies and researches in those areas mentioned above related to arts and culture in Indonesia and Southeast Asia in different perspectives.
Arjuna Subject : -
Articles 9 Documents
Search results for , issue "Vol 30, No 3 (2020): Pewarisan Seni Budaya: Konsepsi dan Ekspresi" : 9 Documents clear
Tradisi Bakaba Dalam Rabab Pasisia: Sebuah Adaptasi Menjadi Film Desmawardi Desmawardi; Hanefi Hanefi; maisaratun najmi
PANGGUNG Vol 30, No 3 (2020): Pewarisan Seni Budaya: Konsepsi dan Ekspresi
Publisher : LP2M ISBI Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1374.904 KB) | DOI: 10.26742/panggung.v30i3.961

Abstract

Tulisan ini berisi tentang ruang ekspresi penuturan kaba dan aspek musikal rabab Pasisia, pada bagian pasambahan kaba Gadih Basanai. Secara musikal pergerakan melodi rabab dan melodi dendang, cendrung mengisi introduction lagu, interlude, “antaran” dari satu suasana ke suasana lain, memperdalam kesan musikal kesedihan  yang disampaikan melalui teks atau syair; melodi dendang adalah melodi dari tuturan tukang rabab menyampaikan cerita. Metode yang digunakan dalam penelitian ini meliputi :1) pencatatan teks kaba Gadih Basanai; 2) Observasi penampilan kaba dan kultur masyarakat ; 3) Wawancara dengan penutur kaba dan masyarakat; 4) Studi Pustaka mengenai tulisan maupun format lain yang berhubungan dengan kaba Gadih Basanai. Bentuk garis melodi (contour) kaba Gadih Basanai dalam hal ini gerak melodi yang mengarah pada nada orientasi (nor) menjadi penting, karena kehadiran pergerakan melodi frase-frase melodis berorientasi pada nada-nada tertentu sebagai batas wilayah nada terpakai yang menuju pada nada orientasinya. Penelitian ini juga memperlihatkan kaba Gadih Basanai mengalami perbedaan atau perubahan sesuai dengan pengalaman hidup dan era hidup penuturnya. Hasil penelitian ini diharapkan menjadi bahan pemikiran mengenai pengembangan tradisi bakaba serta pengembangan film Indonesia. Key Woord: Tradisi Bakaba, Adaptasi, Film
Literasi Tubuh Virtual dalam Aplikasi Teknologi Augmented Reality PASUA PA Sri Rustiyanti; Wanda Listiani; Fani Dila Sari; Ida Bagus Gede Surya Peradantha
PANGGUNG Vol 30, No 3 (2020): Pewarisan Seni Budaya: Konsepsi dan Ekspresi
Publisher : LP2M ISBI Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26742/panggung.v30i3.1271

Abstract

ABSTRACTBody language is a gesture that has meaning to express the expression of a dancer. The dancer’s body literacy is an empirical experience possessed in the ability to read choreography and do it continuously so that choreography becomes a body language literacy that is trained to become corporal acrobatic, corporal impulses, corporal instinc, and virtuosity as aesthetic experiences. This research reads and writes choreography of three dances namely Karwar Dance (Papua), Cikeruhan Dance (Sunda), and Guel Dance (Aceh) from dancer’s body language literacy to transform technology literacy by using augmented reality application media, combining reality and virtual in a form show. This study uses qualitative methods that focus more on the case study by involving problems and the purpose of viewing the performing arts from the visual culture of technology literacy. This paper is the result of a research by a consortium of Kemenristekdikti to redefine the identity of the dancer’s body, including a body shaped, well-controlled and well-established, patterned, there are standard movements and complete, occupying space well by applying and utilizing technology to produce findings from this research, namely AR Pasua PA (Augmented Reality Papua-Sunda-Aceh Performent Art). This finding is a new formula for the performance by utilizing the transfer from body language literacy to technology literacy.Keywords: body language literacy, technology literacy, augmented reality, digital art, AR Pasua PA.ABSTRAKBahasa tubuh adalah gesture yang mempunyai makna untuk mengungkapkan ekspresi dari seorang penari. Literasi tubuh penari merupakan pengalaman empirik yang dimiliki dalam kemampuan membaca koreografi dan melakukannya secara terus menerus sehingga koreografi yang dilakukan menjadi sebuah literasi bahasa tubuh yang terlatih menjadi corporal acrobatic, corporal impulses, corporal instinc, dan virtuisitas sebagai pengalaman estetis. Penelitian ini menganalisa koreografi tiga tarian yaitu Tari Karwar (Papua), Tari Cikeruhan (Sunda), dan Tari Guel (Aceh) dari literasi bahasa tubuh penari untuk ditransformasikan melalui teknologi Augmented Reality dengan menggabungkan realitas dan virtual dalam bentuk pertunjukan. Metode penelitian yang digunakan adalah kualitatif dengan memfokuskan diri pada seni pertunjukan, budaya visual dan literasi teknologi. Penelitian ini merupakan hasil penelitian konsorsium seni KRUPT ristekBRIN. Penelitian yang meredefinisikan kembali identitas tubuh penari, antara lain tubuh berbentuk, dikuasai dengan baik dan mapan, berpola, sesuai dengan standar gerak yang pakem dan selesai, menempati ruang dengan baik dan mengaplikasi dan memanfaatkan teknologi sehingga capaian literasi tubuh dengan penggunaan teknologi digital 4.0 dalam bentuk aplikasi AR PASUA PA. Hasil penelitian ini merupakan formula baru seni pertunjukan dengan memanfaatkan alih wahana dari literasi tubuh ke dalam teknologi virtual.Kata kunci: literasi bahasa tubuh, literasi teknologi, augmented reality, seni digital, AR Pasua PA.
Membangun Harmoni Sosial Melalui Musik dalam Ekspresi Budaya Orang Basudara di Maluku Dewi Tika Lestari
PANGGUNG Vol 30, No 3 (2020): Pewarisan Seni Budaya: Konsepsi dan Ekspresi
Publisher : LP2M ISBI Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (386.092 KB) | DOI: 10.26742/panggung.v30i3.1267

Abstract

ABSTRACTThis study aims to explain the importance of exploring and communicating the cultural values in the community that can contribute to build social harmony between communities through local music. The study will be conducted by using a qualitative approach that explores and analyzes data both ethic and emic approach to find a description of the culture hidop orang basudara as well as the knowledge, and experience of musicians to build social harmony. The main theory is ethnomusicologist which study relation between music and local culture. Local music of Maluku (such as song Jang Pisah Katong - do not separated us) that created in the cultural context and values hidop orang basudara (living as brotherhood) is an example of the role of music for building peace in the midst of the social conflicts in Maluku in 1999. The results of this study confirm that efforts to build social harmony and strive for peace in the community can be done with a creative diplomacy approach, through local music.Keywords: Harmony, Music, Local, Culture.ABSTRAKKajian ini bertujuan untuk menjelaskan pentingnya menggali dan mengomunikasikan nilai-nilai budaya masyarakat yang dapat berkontribusi membangun harmoni sosial dan perdamaian antar masyarakat melalui karya musik lokal. Kajian ini menggunakan metode penelitian kualitatif yang menganalisis data secara etik dan emik untuk menemukan deskripsi budaya hidup orang basudara, pengetahuan, dan pengalaman para musisi yang menggunakan musik sebagai media membangun perdamaian. Teori utamanya adalah etnomusikologis, yang menganalisis korelasi unsur budaya dengan musik dalam masyarakat. Musik lokal Maluku yang diciptakan di dalam konteks budaya hidop orang basudara, seperti musik jang pisah katong (jangan memisahkan kita) adalah contoh peran musik sebagai media perdamaian di tengah kenyataan konflik sosial di Maluku tahun 1999. Hasil kajian ini menunjukkan bahwa musik dapat menjadi kekuatan mengintegrasikan kembali masyarakat Maluku yang terpisah oleh karena konflik. Oleh karena itu, upaya mewujudkan harmoni sosial dan perdamaian di tengah masyarakat dapat dilakukan dengan pendekatan diplomasi kreatif, yaitu melalui karya musik.Kata Kunci: Harmoni, Musik, Lokal, Budaya
Konstruksi Konsep Ngocéh dalam Permainan Rebab Topeng Betawi Yanuar, Dani
PANGGUNG Vol 30, No 3 (2020): Pewarisan Seni Budaya: Konsepsi dan Ekspresi
Publisher : LP2M ISBI Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1779.608 KB) | DOI: 10.26742/panggung.v30i3.1266

Abstract

ABSTRACTNgocéh is a series of rebab melodies that are played quickly with infense intensity of tone production. Ngocéh is a measure of beauty in the Topeng Betawi rebab performance. The study aims to: (1) reveal the constraction of the ngocéh concept in the Topeng Betawi rebab performance; (2) explain about ngocéh practice in Topeng Betawi rebab performance. To answer these problems, the ethnoart approach is used. This study uses qualitative methods, with a description strategy in the form an emic and ethical perspective. The result of this study shows: (1) the strength of Topeng Betawi show lies in the composition of the rebab performance; (2) there are six components that underlie the formation of the concept of ngocéh, that is: jengér, akur, tandes, sébet, kerep, apal, sautan, and rasa; (3) the most important thing in ngocéh in Topeng Betawi rebab performance is the finger segment skill called utikan. Utikan greatly influences the level of flexibility of finger movement, to optimize aspects of tone speed and density. Keywords: Rebab Topeng Betawi, Ngocéh, Ethnoart.ABSTRAKNgocéh merupakan rangkaian melodi permainan rebab yang disajikan secara cepat dengan intensitas produksi nada yang rapat. Ngocéh menjadi ukuran capaian keindahan dalam permainan rebab Topeng Betawi. Studi ini bertujuan untuk: (1) mengungkap konstruksi konsep ngocéh dalam permainan rebab Topeng Betawi, (2) menjelaskan tentang praktik ngocéh dalam permainan rebab Topeng Betawi. Pendekatan ethnoart digunakan untuk menjawab permasalahan tersebut. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan strategi pendeskripsian digunakan perspektif emik dan etik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) kekuatan karakter musikal dari sajian kesenian Topeng Betawi terletak pada komposisi permainan instrumen rebab; (2) terdapat enam komponen yang mendasari terbentuknya konsep ngocéh, yaitu: jengér, akur, tandes, sébet, kerep, apal, sautan, dan rasa; dan (3) yang ditekankan pada praktik perwujudan ngocéh pada permainan rebab Topeng Betawi adalah keterampilan utikan ruas jari. Utikan ini berpengaruh sangat besar terhadap tingkat fleksibilitas gerak jari untuk memenuhi aspek kecepatan dan kerapatan nada secara optimal. Kata Kunci: Rebab Topeng Betawi, Ngocéh, Ethnoart
Pertunjukan Seni Talawengkar sebagai Atraksi Seni Budaya di Desa Sitiwinangun Kabupaten Cirebon Turyati Turyati; Nani Sriwardani
PANGGUNG Vol 30, No 3 (2020): Pewarisan Seni Budaya: Konsepsi dan Ekspresi
Publisher : LP2M ISBI Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1359.96 KB) | DOI: 10.26742/panggung.v30i3.1270

Abstract

ABSTRACTPottery is a tool or device made of clay and is usually used in everyday life. Pottery is one of the works that was born from the past and still survives today. In the past, pottery was a container for storing crops, foodstuffs, and other consumables. Apart from having functional and historical value, the pottery also has aesthetic value. This pottery is the inspiration for the creation of Talawengkar performance art. Talawengker is defined as shards of pottery, from which the fragments are reused as a medium for children’s play. The object of study is in Sitiwinangun because this area is a location for pottery handicrafts. This article describes the collaborative creative process in research participatory action research. The purpose of creating this artwork is an effort to empower the people of Sitiwinangun Village. The results of the research are in the form of works of art through the Talawengkar performance art attraction pattern using floor patterns and dynamic motion.Keywords: Talawengkar Performance, Pottery, Attractions, Cultural ArtsABSTRAKGerabah merupakan alat atau perangkat yang terbuat dari tanah liat dan biasanya digunakan di kehidupan sehari-hari. Gerabah salah satu karya yang lahir dari masa lalu dan masih bertahan sampai sekarang. Di masa lampau, gerabah merupakan perabotan wadah penyimpanan hasil tanam, bahan makanan, hingga barang pakai lainnya. Selain memiliki nilai fungsi dan sejarah, gerabah juga memiliki nilai estetika. Gerabah inilah yang menjadi latar belakang inspirasi sebagai penciptaan seni pertunjukan Talawengkar. Talawengker diartikan sebagai pecahanpecahan gerabah, dari pecahan itulah yang dimanfaatkan kembali menjadi media permainan anak. Objek studi berada di Sitiwinangun, karena daerah ini merupakan lokasi kerajinan gerabah. Artikel ini memaparkan proses kreatif kolaboratif dalam penelitian participation action reseach. Tujuan penciptaan karya seni ini adalah sebagai upaya pemberdayaan masyarakat Desa Sitiwinangun. Hasil penelitian berupa karya seni melalui pola atraksi seni pertunjukan Talawengkar mengunakan pola lantai dan gerak dinamis.Kata kunci: Pertunjukan Talawengkar, Gerabah, Atraksi, Seni Budaya
Transmisi, Musik Lokal-Tradisional, dan Musik Populer Eli - Irawati
PANGGUNG Vol 30, No 3 (2020): Pewarisan Seni Budaya: Konsepsi dan Ekspresi
Publisher : LP2M ISBI Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (76.056 KB) | DOI: 10.26742/panggung.v30i3.893

Abstract

 Popular music, like popular culture, is considered to reflect the tastes of ordinary people or the masses, produced for and through the modern mass media. One of the characteristics that distinguish between local-traditional music with popular music is its transmission. This paper is intended as a preliminary attempt to show the transmission between the two musics, which is then expected to trigger ideas about the possibilities of musical transmission in relation to the development of recent information and communication technology, the existence of popular music whose transmissions depend on this technology, as well as the benefits of information technology to the transmission of local-traditional music. The development of information and communication technology today has provided an alternative to the transmission of music, both local-traditional and popular, which may even be very effective and efficient.Keywords: local-traditional music, popular music, transmission, information technology.ABSTRAKMusik populer, seperti halnya budaya populer, merupakan musik yang dianggap mencerminkan-memuat selera rakyat kebanyakan atau rakyat jelata, diproduksi untuk, dan melalui, media massa modern. Salah satu karakteristik yang membedakan antara musik-musik lokal-tradisional dengan musik populer adalah transmisinya. Tulisan ini ditujukan sebagai upaya awal untuk mencoba memperlihatkan perbedaan transmisi antara kedua musik tersebut, yang kemudian diharapkan menggugah gagasan-gagasan bersama soal kemungkinan-kemungkinan transmisi musik dengan dukungan perkembangan teknologi komunikasi dan informasi dewasa ini, eksistensi musik populer yang transmisinya bergantung pada teknologi ini, serta manfaat yang bisa diperoleh oleh musik-musik lokal-tradisional agar transmisinya tetap dan semakin terjaga. Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi dewasa ini telah memberikan alternatif bagi transmisi musik, baik lokal-tradisional maupun populer, yang bahkan mungkin justru sangat efektif dan efisien.Kata kunci: Musik lokal-tradisional, musik populer, transmisi, teknologi informasi. 
Pelurusan Istilah Kawih, Tembang, dan Cianjuran Dian Hendrayana; Reiza Dienaputra; Teddi Muhtadin; Widyo Nugrahanto
PANGGUNG Vol 30, No 3 (2020): Pewarisan Seni Budaya: Konsepsi dan Ekspresi
Publisher : LP2M ISBI Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (378.426 KB) | DOI: 10.26742/panggung.v30i3.1268

Abstract

ABSTRACTLately, people are often confused with the definition of kawih, tembang, and cianjuran. Quite often the term kawih is dichotomized by the term tembang, or the term tembang is equated with cianjuran. This mistake even applies to educational institutions, both in high schools and in universities. Likewise with the media. This study aims to describe the meaning of kawih, tembang, and cianjuran. The method used is descriptive qualitative through an epistemological approach, which examines the exposure of the meanings of the three terms from several sources, as well as comparing from other sources who also describe the three terms to obtain meaning that is considered ideal. The results obtained are, kawih is a vocal art owned by the Sundanese people and has been around for a long time, long before the sixteenth century. Kawih is also interpreted as all kinds of songs that exist in Sundanese society. Tembang is a type of kawih or song that uses lyrics from the dangding and only emerged and was known in Sundanese society around the XVIII century as an influence of Mataram; cianjuran is a part of Sundanese kawih originating from Cianjur Regency.Keywords: Kawih, Tembang, Tembang Sunda, Cianjuran, Tembang Sunda CianjuranABSTRAKAkhir-akhir ini masyarakat kerap dikelirukan dengan definisi kawih, tembang, dan cianjuran. Tak jarang istilah kawih didikotomikan dengan istilah tembang, atau istilah tembang disamakan artinya dengan cianjuran. Kekeliruan ini bahkan berlaku pada dunia pendidikan, baik di sekolah menengah maupun di perguruan tinggi. Demikian pula pada dunia pers. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan makna dari kawih, tembang, dan cianjuran. Metode yang digunakan adalah deskriptif kualitatif melalui pendekatan epistimologi, yakni menelaah dari paparan makna ketiga istilah dari beberapa sumber, serta membandingkan dari sumber-sumber lain yang juga memaparkan ketiga istilah tadi untuk memperoleh makna yang dianggap ideal. Hasil yang diperoleh adalah, kedudukan kawih merupakan seni suara atau nyanyian yang dimiliki masyarakat Sunda, serta sudah ada sejak lama, jauh sebelum abad XVI. Kawih dimaknai pula sebagai segala jenis nyanyian yang ada pada masyarakat Sunda. Tembang adalah jenis kawih atau nyanyian yang menggunakan lirik dari dangding dan baru muncul serta dikenal di masyarakat Sunda sekitar abad XVIII sebagai pengaruh dari Mataram; sedangkan cianjuran merupakan bagian dari kawih Sunda yang berasal dari daerah Cianjur.Kata kunci: Kawih, Tembang, Tembang Sunda, Cianjuran, Tembang Sunda Cianjuran
Theatre Excursion: Circuit of Culture of Production and Consumption of Traditional Theatre Afri Wita; Apip Apip
PANGGUNG Vol 30, No 3 (2020): Pewarisan Seni Budaya: Konsepsi dan Ekspresi
Publisher : LP2M ISBI Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1727.773 KB) | DOI: 10.26742/panggung.v30i3.1176

Abstract

This paper is aimed at studying the production and consumption of traditional theatre. The study is conducted within cultural studies perspective using Circuit of Culture. In the production layer the focus of the analysis will be on how the traditional theatre is produced either technically or culturally. While on the consumption, the analysis will be on the audience involving in this cultural product. The object of the study is the traditional theatre performed in Rumentang Siang Bandung. The study reveals that the practice of theatre excursion perpetuates production of traditional theatre and presents the consumption space for the audience of traditional theatre.  The herds of school students organized by their teachers are having theatre excursion under the program of Taman Budaya to arouse appreciation toward tradition. The circuit of culture of traditional theatre in the context of production and consumption is articulated through the theatre excursion
Pewarisan Seni Rapa’i dabo’ih sebagai Reproduksi Budaya di Perkampungan Bekas Evakuasi Pascatsunami Aceh Fani Dila Sari; Beni Andika
PANGGUNG Vol 30, No 3 (2020): Pewarisan Seni Budaya: Konsepsi dan Ekspresi
Publisher : LP2M ISBI Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (753.01 KB) | DOI: 10.26742/panggung.v30i3.1269

Abstract

ABSTRACTThe evacuation of victims of the Aceh tsunami in 2004 in the CARE refugee camps formed sociology as a new community despite having different ethnographic backgrounds from various parts of the Aceh coast. Interestingly, the cultural arts practices that exist in CARE village to date are the performing arts that developed in Pulo Aceh before the tsunami, namely Rapa’iDabo’ih. Seeing the symptoms of cultural reproduction is interesting to study because the refugees came from various regions in Aceh. The purpose of this study was to determine the factors of cultural reproduction and how to implement them in the art work of Rapa’i dabo’ih by the Bungong Sitangkee group. The research is qualitative research. Cultural reproduction in traditional arts through the presentation of the Rapa’i Daboih performance of the Sitangkee Group is the focus of this research. The theoretical basis used is the thought of cultural reproduction put forward by Pierre Bourdieu. The cultural reproduction of Rapa’i dabo’ih by the Bungong Sitangkee group is a system of cultural inheritance, namely the maintenance of knowledge and experience from one generation to the next.Keywords: Cultural Reproduction, Post-Tsunami, Rapa’i dabo’ih, Bungong Sitangkee Group, and CARE Evacuation.ABSTRAKEvakuasi korban tsunami Aceh tahun 2004 di pengungsian CARE membentuk sosiologi sebagai komunitas masyarakat baru meski memiliki latar belakang etnografi yang berbeda dari berbagai penjuru pesisir Aceh. Menariknya, praktik-praktik seni budaya yang eksis di perkampungan CARE hingga saat ini adalah seni pertunjukan yang berkembang di Pulo Aceh sebelum masa tsunami, yakni Rapa’i dabo’ih. Melihat gejala reproduksi budaya tersebut menjadi menarik untuk diteliti sebab para pengungsi berasal dari berbagai daerah di Aceh. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor terjadinya reproduksi budaya dan bagaimana implementasinya dalam garapan seni Rapa’i dabo’ih oleh grup Bungong Sitangkee. Penelitian adalah penelitian kualitatif. Reproduksi budaya dalam kesenian tradisional melalui penyajian pertunjukan Rapa’i daboih Grup Sitangkee adalah fokus dalam penelitian ini. Landasan teoritis yang digunakan adalah pemikiran reproduksi budaya yang dikemukakan oleh Pierre Bourdieu. Reproduksi budaya Rapa’i dabo’ih oleh grup Bungong Sitangkee adalah sistem pewarisan budaya yaitu sebagai pemeliharaan pengetahuan dan pengalaman dari satu generasi ke generasi berikutnya.Kata kunci: Reproduksi budaya, Pascatsunami, Rapa’i dabo’ih, Grup Bungong Sitangkee, dan Pengungsian CARE.

Page 1 of 1 | Total Record : 9


Filter by Year

2020 2020


Filter By Issues
All Issue Vol 33, No 3 (2023): Resiliensi Budaya sebagai Ketahanan dalam Menjaga Tradisi hingga Ekonomi Kreati Vol 33, No 2 (2023): Ideologi, Identitas, dan Kontekstualitas Seni Budaya Media Vol 33, No 1 (2023): Nilai-Nilai Seni Indonesia: Rekonstruksi, Implementasi, dan Inovasi Vol 32, No 4 (2022): Keragaman Budaya, Kajian Seni, dan Media Vol 32, No 3 (2022): Komodifikasi dan Komoditas Seni Budaya di Era industri Kreatif Vol 32, No 2 (2022): Ragam Fenomena Budaya dan Konsep Seni Vol 32, No 1 (2022): Varian Model Proses Kreatif dalam Cipta Karya Seni Vol 31, No 4 (2021): Implementasi Revitalisasi Identitas Seni Tradisi Vol 31, No 3 (2021): Budaya Ritual, Tradisi, dan Kreativitas Vol 31, No 2 (2021): Estetika Dalam Keberagaman Fungsi, Makna, dan Nilai Seni Vol 31, No 1 (2021): Eksistensi Seni Budaya di Masa Pandemi Vol 30, No 4 (2020): Kearifan Lokal dalam Metode, Model dan Inovasi Seni Vol 30, No 3 (2020): Pewarisan Seni Budaya: Konsepsi dan Ekspresi Vol 30, No 2 (2020): Identitas Sosial Budaya dan Ekonomi Kreatif Vol 30, No 1 (2020): Polisemi dalam Interpretasi Tradisi Kreatif Vol 29, No 4 (2019): Keragaman Seni dan Inovasi Estetik Vol 29, No 3 (2019): Transformasi Bentuk dan Nilai dalam Seni Budaya Tradisi Vol 29, No 2 (2019): Konstruksi Identitas Budaya dalam Seni dan Sastra Vol 29, No 1 (2019): Pegeseran Estetik Dalam Seni Budaya Tradisi Masa Kini Vol 28, No 4 (2018): Dinamika Seni Tradisi dan Modern: Kontinuitas dan Perubahan Vol 28, No 3 (2018): Identitas Kelokalan dalam Keragaman Seni Budaya Nusantara Vol 28, No 2 (2018): Dinamika Keilmuan Seni Budaya dalam Inovasi Bentuk dan Fungsi Vol 28, No 2 (2018): Dinamika Keilmuan Seni Budaya dalam Inovasi Bentuk dan Fungsi Vol 28, No 1 (2018): Kontestasi Tradisi: Seni dalam Visualisasi Estetik, Naskah, dan Pertunjukan Vol 28, No 1 (2018): Kontestasi Tradisi: Seni dalam Visualisasi Estetik, Naskah, dan Pertunjukan Vol 27, No 4 (2017): Comparison and Development in Visual Arts, Performing Arts, and Education in Co Vol 27, No 4 (2017): Comparison and Development in Visual Arts, Performing Arts, and Education in C Vol 27, No 3 (2017): Education, Creation, and Cultural Expression in Art Vol 27, No 3 (2017): Education, Creation, and Cultural Expression in Art Vol 27, No 2 (2017): The Revitalization of Tradition, Ritual and Tourism Arts Vol 27, No 2 (2017): The Revitalization of Tradition, Ritual and Tourism Arts Vol 27, No 1 (2017): Pergeseran Dimensi Estetik dalam Teknik, Pragmatik, Filsafat, dan Imagi Vol 27, No 1 (2017): Pergeseran Dimensi Estetik dalam Teknik, Pragmatik, Filsafat, dan Imagi Vol 26, No 4 (2016): Orientalisme & Oksidentalisme Sebagai Relasi, Dominasi, dan Batasan dalam Este Vol 26, No 4 (2016): Orientalisme & Oksidentalisme Sebagai Relasi, Dominasi, dan Batasan dalam Estet Vol 26, No 3 (2016): Visualisasi Nilai, Konsep, Narasi, Reputasi Seni Rupa dan Seni Pertunjukan Vol 26, No 3 (2016): Visualisasi Nilai, Konsep, Narasi, Reputasi Seni Rupa dan Seni Pertunjukan Vol 26, No 2 (2016): Semiotika, Estetika, dan Kreativitas Visual Budaya Vol 26, No 2 (2016): Semiotika, Estetika, dan Kreativitas Visual Budaya Vol 26, No 1 (2016): Nilai dan Identitas Seni Tradisi dalam Penguatan Budaya Bangsa Vol 26, No 1 (2016): Nilai dan Identitas Seni Tradisi dalam Penguatan Budaya Bangsa Vol 25, No 4 (2015): Representasi, Transformasi, Identitas dan Tanda Dalam Karya Seni Vol 25, No 4 (2015): Representasi, Transformasi, Identitas dan Tanda Dalam Karya Seni Vol 25, No 3 (2015): Ekspresi, Makna dan Fungsi Seni Vol 25, No 3 (2015): Ekspresi, Makna dan Fungsi Seni Vol 25, No 2 (2015): Pendidikan, Metode, dan Aplikasi Seni Vol 25, No 2 (2015): Pendidikan, Metode, dan Aplikasi Seni Vol 25, No 1 (2015): Kontribusi Seni Bagi Masyarakat Vol 25, No 1 (2015): Kontribusi Seni Bagi Masyarakat Vol 24, No 4 (2014): Dinamika Seni Tari, Rupa dan Desain Vol 24, No 4 (2014): Dinamika Seni Tari, Rupa dan Desain Vol 24, No 3 (2014): Identitas dalam Bingkai Seni Vol 24, No 3 (2014): Identitas dalam Bingkai Seni Vol 24, No 2 (2014): Modifikasi, Rekonstruksi, Revitalisasi, dan Visualisasi Seni Vol 24, No 2 (2014): Modifikasi, Rekonstruksi, Revitalisasi, dan Visualisasi Seni Vol 24, No 1 (2014): Fenomena dan Estetika Seni Vol 24, No 1 (2014): Fenomena dan Estetika Seni Vol 23, No 4 (2013): Membaca Tradisi Kreatif, Menelisik Ruang Transendental Vol 23, No 4 (2013): Membaca Tradisi Kreatif, Menelisik Ruang Transendental Vol 23, No 3 (2013): Sejarah, Konseptualisasi, dan Praksis Tradisi Kreatif Seni Vol 23, No 3 (2013): Sejarah, Konseptualisasi, dan Praksis Tradisi Kreatif Seni Vol 23, No 2 (2013): Eksplorasi Gagasan, Identitas, dam Keberdayaan Seni Vol 23, No 2 (2013): Eksplorasi Gagasan, Identitas, dam Keberdayaan Seni Vol 23, No 1 (2013): Strategi dan Transformasi Tradisi Kreatif: Pembacaan, Pemaknaan, dan Pembelajar Vol 23, No 1 (2013): Strategi dan Transformasi Tradisi Kreatif: Pembacaan, Pemaknaan, dan Pembelaja Vol 22, No 4 (2012): Dimensi Sejarah, Transformasi, dan Diseminasi Seni Vol 22, No 4 (2012): Dimensi Sejarah, Transformasi, dan Diseminasi Seni Vol 22, No 3 (2012): Manifestasi Konsep, Estetika, dan Makna Seni dalam Keberbagaian Ekspresi Vol 22, No 3 (2012): Manifestasi Konsep, Estetika, dan Makna Seni dalam Keberbagaian Ekspresi Vol 22, No 2 (2012): Signifikasi Makna Seni Dalam Berbagai Dimensi Vol 22, No 2 (2012): Signifikasi Makna Seni Dalam Berbagai Dimensi Vol 22, No 1 (2012): Menggali KEkayaan Bentuk dan Makna Seni Vol 22, No 1 (2012): Menggali KEkayaan Bentuk dan Makna Seni Vol 21, No 3 (2011): Narasi Metaforik. Strategi, dan Elanvital Vol 21, No 3 (2011): Narasi Metaforik. Strategi, dan Elanvital Vol 21, No 2 (2011): Simbol, Dokumentasi, dan Pengaruh Eksternal Seni Vol 21, No 2 (2011): Simbol, Dokumentasi, dan Pengaruh Eksternal Seni Vol 21, No 1 (2011): Seni, Lokalitas, Vitalitas, dan Pemaknaan Vol 18, No 1 (2008): Komunikasi, Makna Tekstual dan Kontekstual dalam Seni Pertunjukan Vol 18, No 1 (2008): Komunikasi, Makna Tekstual dan Kontekstual dalam Seni Pertunjukan Vol 15, No 36 (2005): JURNAL PANGGUNG: JURNAL SENI STSI BANDUNG Vol 1, No 31 (2004): Aksi Parsons Dalam Bajidor: Sistem Mata Pencaharian Komunitas Seni Tradisional Vol 1, No 31 (2004): Aksi Parsons Dalam Bajidor: Sistem Mata Pencaharian Komunitas Seni Tradision More Issue