Claim Missing Document
Check
Articles

Regenerative-Relational Tritangtu: Sundanese Triadic Transformation Model Listiani, Wanda; Ahimsa-Putra, Heddy Shri; LonoLastoroSimatupang, GR; Piliang, Yasraf Amir Piliang Amir
PANGGUNG Vol 23, No 2 (2013): Eksplorasi Gagasan, Identitas, dam Keberdayaan Seni
Publisher : LP2M ISBI Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26742/panggung.v23i2.91

Abstract

ABSTRACT Tritangtu or Trinity mindset is a Sundanese and Minang community cosmology that consists of three entities (three patterns). Tritangtu as the local wisdom is also underlying the creative actors mental structure on making their works either in the form of performance, artifacts philosophy value, or in other cultural products in Indonesian community. This study used ethnographic method with data collection techniques were participant observation in-depth interviews and documentation. The object of study is the creative actors practice at the design field in Bandung.The result of study pointed out the Sundanese Tritangtu transformation from the permanent struc- ture to dynamic structure. The change in the structure is determined by the relation between the de- sign elements forming structure with the global market segmentation. Lending Sundanese identity markers, especially the folk culture or the past traditions is regenerative efforts to harmonize the three patterns in encountering and winning the free-market competition in Indonesia. Keyword:  Tritangtu, Sundanese Triadic Transformation ModelAbstrak Tritangtu atau pola pikir tritunggal merupakan kosmologi masyarakat Sunda dan Minang yang terdiri dari tiga entitas (pola tiga). Tritangtu sebagai kearifan lokal juga melatarbelakangi struktur mental pelaku kreatif dalam membuat karya baik berupa pertunjukan, nilai filosofi artefak mau- pun produk budaya lainnya di masyarakat Indonesia. Penelitian ini menggunakan metode etnografi dengan teknik pengumpulan data observasi partisipasi, wawancara mendalam dan dokumentasi. Obyek penelitian ini adalah praktik pelaku kreatif di bidang desain di Bandung. Hasil penelitian ini menunjukkan adanya transformasi tritangtu Sunda dari struktur yang tetap menjadi struktur dinamis. Perubahan struktur ini ditentukan oleh relasi antar struktur pembentuk unsur desain de- ngan segmentasi pasar global. Peminjaman penanda identitas Sunda khususnya budaya rakyat atau tradisi masa lalu merupakan upaya regeneratif dalam usahanya untuk harmonisasi pola tiga dalam menghadapi dan memenangkan persaingan pasar bebas di Indonesia. Kata kunci : Tritangtu, Model Transformasi Triadic Sunda 
The Cultural Reconstruction Of Taboo Under Mama Uluk’s Leadership In Kampong Dukuh, A Sundanese Traditional Hamlet In Garut Regency West Java Indonesia Rochaeni, Ai Juju; Listiani, Wanda; Rachmaningsih, Irma
PANGGUNG Vol 24, No 2 (2014): Modifikasi, Rekonstruksi, Revitalisasi, dan Visualisasi Seni
Publisher : LP2M ISBI Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26742/panggung.v24i2.115

Abstract

ABSTRAK Kampung Dukuh yang terletak di Desa Ciroyom, Kecamatan Cikelet Kabupaten Garut merupa- kan salah satu kampung adat yang ada di Jawa Barat yang memiliki banyak keunikan. Pamali sebagai salah satu sistem pengetahuan masyarakat adat Sunda. Pamali masih dipertahankan dalam kebu- dayaan masyarakat adat Kampung Dukuh. Walaupun tidak ada resiko yang tertulis ketika melaku- kan hal yang melanggar pamali, namun masyarakat kampung adat masih merasa takut durhaka atau dosa jika pamali tidak dilaksanakan dalam keseharian hidupnya. Sekaitan dengan hal ini, penelitian ini bertujuan menggambarkan berbagai larangan atau pamali yang telah direkonstruksi di masa kepemimpinan Mama Uluk di kampung Adat Dukuh Kabupaten Garut. Penelitian ini mengguna- kan metode kualitatif dengan teknik pengumpulan data wawancara dan pengamatan langsung. Hasil penelitian ini menjelaskan cara penyampaian larangan pada waktu yang telah ditentukan dan jenis larangan atau pamali atau pamali yang dipelihara dan terus diwariskankan secara turun temurun sampai saat ini dalam kehidupan sehari-hari seperti larangan di Makom Syech Jalil, Hutan Lindung dan bagaimana ketua adat (mama uluk) dalam kepemimpinannya merekonstruksi budaya tersebut dalam kehidupan keseharian mereka di kampung Dukuh kabupaten Garut. Kata kunci: rekonstruksi budaya, mama uluk, kampung Dukuh, masyarakat adat    ABSTRACT Kampong Dukuh located in Ciroyom Village, Cikelet District, Garut Regency is one of traditional hamlets in West Java Province having many unique features. Pamali (taboo pro- hibition) as Sundanese peoples’ body of knowledge is still maintained in the traditions of kampong Dukuh. Although there is no written sanction for someone who violates pamali, members of traditional hamlet community are still afraid of being faithless or sinful if they do not comply with the cultural prohibitions in their daily activities. Thus, this research is aimed at describing some cultural prohibitions or pamali which have been reconstructed under Mama Uluk’s leadership in kampung Dukuh in Garut Regency. This research used qualitative method with interview and observation as data collection techniques. The result shows ways of delivering prohibitions at certain time and categories of prohibition or pa- mali maintained nowadays and has been passed down from generation to generation, such as prohibition of Syech Jalil’s grave and Protected Forest. It also describes how the custom- ary or traditional leader (Mama Uluk) under his leadership reconstructs the traditions of Kampong Dukuh in Garut regency. Keywords: cultural reconstruction, Mama Uluk, kampong Dukuh, traditional hamlet community
Rekontruksi pikukuh Tilu dalam Manajemen Babarit pada Upacara Serentaun Cigugur Kuningan Suhaenah, Euis; Rohaeni, Ai Juju; Listiani, Wanda
PANGGUNG Vol 27, No 2 (2017): The Revitalization of Tradition, Ritual and Tourism Arts
Publisher : LP2M ISBI Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26742/panggung.v27i2.258

Abstract

ABSTRAKPenelitian ini menemukan teori manajemen komunitas khususnya konsep pikukuh tilu dalam manajemen babarit dan model manajemen babarit dalam upacara adat. Luaran penelitian Fundamental ini berupa jurnal terakreditasi atau bereputasi internasional, laporan penelitian. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif analisis kualitatif, sebagai langkah awal pengumpulan data dilakukan dengan mengadakan obervasi lapangan. Hal ini menitikberatkan pada pengamatan yang didukung dengan wawancara dan perekaman kejadian. Wawancara dilakukan dengan pelaku, tokoh yang terlibat langsung, dan tokoh seniman yang terlibat didalamnya. Teknik wawancara yang mendalam dengan cara memilih informan kunci guna mendapatkan validitas data yang menghasilkan deskripsi yang lebih utuh dan menyeluruh. Hasil penelitian merujuk pada pola pikir masyarakat Sunda Wiwitan dengan konsep Pikukuh Tilu yakni ngaji badan, tuhu/mikukuh kana tanah, madep ka ratu-raja, dalam upacara adat ada 3 (tiga) tahapan dalam proses pengelolaan manajemen babarit yakni, ngajayak, babarit, nutu.Kata kunci :pikukuh tilu, manajemen komunitas, upacara adat, babarit, Cigugur Kuningan ABSTRACTThe research found the community management theory especially the babarit management with pikukuh tilu concept and the babarit management model in traditional ceremonies. Output this research are Accredited Scientific journal or international reputation.This research used the qualitative descriptive analysis. Field observation applied as the first step. The observation focuses on interview add event recording. The interview conducted with the informansuch as artists that involved in seren taun. Depth interview technique through the main informan get the valid data for the solid result and comprehensive desription. The research resultedrefer to the Sundanese mindset with the Pikukuh Tilu concept in traditional ceremonies through the tree steps of the Babarit management proses; ngajayak, babarit, nutu.Keywords:Pikukuh Tilu, Community Mangement, Tradisional ceremonies, Babarit, Cigugur Kuningan
Ekspresi dan Gestur Penari Tunggal dalam Budaya Media Visual Dua Dimensi Rustiyanti, Sri; Iskandar, Andang; Listiani, Wanda
PANGGUNG Vol 25, No 1 (2015): Kontribusi Seni Bagi Masyarakat
Publisher : LP2M ISBI Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26742/panggung.v25i1.18

Abstract

Tubuh penari digunakan sebagai media   pengungkap perasaan, pikiran, dan imajinasi; pengungkap bahasa verbal dan nonverbal; media ungkap gerak nonverbal dan kecerdasan otot; berjalan dan ‘berjalan’ sebagai fenomena metaforik-figural; serta sebagai hubungan antara tubuh-gerak-kultur-zaman. Gerak yang dilakukan oleh penari merupakan gerak-gerak ekspre- sif, gerak yang distilasi mengandung ritme, sehingga mampu menggetarkan perasaan penon- ton. Penari menyajikan gerak yang halus dan lembut mengalir, juga gerak yang kasar, keras, kuat bahkan dalam diam diam sekali pun. Ekspresi dan irama mewujudkan ungkapan gerak, sehingga akan tampak keindahannya. Keindahan dapat juga dinikmati melalui teknologi pho- tomotion yang canggih, sehingga gestur dan mimik dari para penari bisa terekam begitu detail dan halus, melalui media visual dua dimensi yang hanya mengandalkan indra penglihatan. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Hasil penelitian ini berupa model gerak tubuh penari tunggal dengan teknik photomotion. Kata kunci: penari tunggal, budaya visual, dua dimensi, photomotion
Rekontruksi Model Manajemen Rurukan dalam Upacara Adat Suhaenah, Euis; Rochaeni, Ai Juju; Listiani, Wanda
PANGGUNG Vol 26, No 1 (2016): Nilai dan Identitas Seni Tradisi dalam Penguatan Budaya Bangsa
Publisher : LP2M ISBI Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26742/panggung.v26i1.158

Abstract

ABSTRACT The research  found the community  management  theory especially  the rurukan  manage- ment  and  the  model of rurukan  management  in the ritual. Accredited Scientific  journal or international   reputation,  memoir  and  the  textbook for the cultural and  art student  are the output  of this  fundamental research.This  research use the qualitative descriptive analysis, field observation  is applied  as the  first  step.The  observation  focuses  on  interview  and  event recording.The  interview conducted with the performers, the prominent figures,  and the artists that involved in the ritual.Depth  interview  technique through the main informan  to get the valid  data for the solid result  and comprehend description.The  results  of this research made reference to the Sundanese social-mindset in the manner  of the Tritangtu concept in ritual tra- dition  through  the three steps of the Rurukan  discipline-management;  Musyawarah  (Confer- ence),  Ngalaksanakeun  (Implementation),  and Wawarian  (evaluation)also  called MNW. Keywords: Community  management,  ritual tradition,  rurukan   management in Sumedang  ABSTRAK Penelitian ini menemukan teori manajemen komunitas khususnya manajemen rurukan dan model manajemen rurukan dalam upacara adat. Luaran penelitian Fundamental ini berupa jurnal ilmiah terakreditasi atau bereputasi internasional, laporan penelitian dan buku ajar bagi mahasiswa seni budaya. Penelitian ini menggunakan metode diskriptif analisis kualitatif, sebagai langkah awal pengumpulan data dilakukan dengan mengadakan observasi lapangan. Hal ini menitikberatkan pada pengamatan yang didukung dengan wawancara dan perekaman kejadian.Wawancara dilakukan dengan pelaku, tokoh yang terlibat langsung, dan tokoh seniman yang terlibat didalamnya.Teknik wawancara yang mendalam dengan cara memilih informan kunci guna mendapatkan validitas data yang menghasilkan deskripsi yang lebih utuh dan menyeluruh. Hasil penelitian merujuk pada pola pikir masyarakat Sunda dengan konsep Tritangtu. Dalam upacara adat ada 3 (tiga) tahapan dalam proses pengolaan manajemen rurukan; yakni musawarah, ngalaksana-keun, wawarian yang disebut MNW. Kata kunci: manajemen komunitas, upacara adat, manajemen rurukan, Sumedang
Analisis Kebijakan Pengembangan Industri Kreatif di Kota Bandung Simatupang, Togar Mangihut; Yudoko, Gatot; Handayati, Yuanita; Pascasuseno, Agung; Permadi, Krishna; Listiani, Wanda
Jurnal Manajemen Teknologi Vol 8, No 1 2009
Publisher : SBM ITB

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (5385.274 KB)

Abstract

Industri kreatif didefinisikan sebagai industri yang berfokus pada kreasi dan eksploitasi karya kepemilikan intelektual seperti seni, film, permainan atau desain fashion, dan termasuk layanan kreatif antar perusahaan seperti iklan. Industri kreatif ini bersumber dari ide, seni dan teknologi yang dikelola untuk menciptakan kemakmuran. Sedangkan ekonomi yang bersumber pada kegiatan ekonomi dari industry kreatif dinamakan ekonomi kreatif. Dalam ekonomi kreatif, pemerintah (regulator) dan perusahaan (operator) memerlukan suatu paradigm tersendiri dalam penentuan kebijakan dan manajemen. Kota bandung dikenal sebagai kota seni yang masyarakatnya memiliki kreativitas yang tinggi, baik dalam hal rancangan busana yang unik, hingga kreasi makanan yang selalu mengalami perkembangan terbaru. Oleh karena itu terdapat keinginan untuk menjadikan Kota Bandung sebagai ikon kota kreatif di Indonesia. Dari hasil metode wawancara yang dilakukan kepada seluruh informan kunci, semua informan mempunyai kesamaan pandangan bahwa Bandung memiliki potensi sebagai kota kreatif. Umumnya potensi ini dilihat dari potensi sumber daya manusia di Bandung yang ditunjang oleh banyaknya institusi pendidikan dan tempat untuk menimba ilmu. Usulan perangkat kebijakan mengenai pengembangan Bandung sebagai kota kreatif yang ditemukan dari hasil analisis dan pengumpulan data menunjukan bahwa semua sebenarnya sudah terdapat instrumen-instrumen kebijakan yang bisa digunakan untuk menyokong industri kreatif. Hanya saja penerapan dari kebijakan tersebutlah yang sering kali tidak memuaskan. Salah satu usulan yang perlu dicermati adalah program jangka panjang yang membutuhkan komitmen dari semua pihak agar program berkesinambungan penegakan hokum dan sosialisasi juga menjadi kebijakan yang dapat mengefektifkan kebijakan lain. Kebijakan yang hampir selalu disebutkan oleh informan adalah penyediaan ruang public, infrastruktur dan hak paten. Katakunci:industri kreatif, kebijakan, kota kreatif, Kota Bandung
DESAIN DAN PROSES PRODUKSI CINDERAMATA IKON PANGERAN ARIA SOERIA ATMADJA SUMEDANG Rohaeni, Ai Juju; Listiani, Wanda; Mustaqin, Khairul
ATRAT: Jurnal Seni Rupa Vol 6, No 2 (2018): REFLEKSI TRADISI DALAM ESTETIKA RUPA
Publisher : Jurusan Seni Rupa STSI Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Numerous cultural potencies in Sumedang regency scattered all over the region include historical landmark, heirloom, sites and artefact. Historical landmarks inspiring distinct souvenir from Sumedang are (1) Museum of Prabu Geusan Ulun that keeps copious royal articles and heirloom belonging to King of Sumedang and Regent of Sumedang. It is located in the site of Sumedang Regency Pendopo (a large covered porch or veranda in front of a house) established in 1705; (2) Loji Tower built in 1800s located in the rubber plantation owned by a German man; (3) Lingga Monument on Sumedang square, built in 1922, was officially inaugurated by Governor-General of the Dutch East Indies, Dirk Fock, and Tumenggung Kusumadilaga on July 22nd, 1922; (4) Prince Aria Soeria Atmadja was the last reputable Sumedang Regent contributed greatly to development and people prosperity in Sumedang. The methods used in the creation of a product are iconography and experiment. The product is a souvenir design of the icon Prince Aria Soeria Atmadja.Keywords: Iconography, Merchandise, Sumedang________________________________________________________________ Beragam potensi budaya di kabupaten Sumedang tersebar di berbagai daerah  seperti bangunan bersejarah, benda pusaka, situs dan artefak. Salah satu bangunan sejarah yang menjadi inspirasi cinderamata khas Sumedang adalah (1) Museum Prabu Geusan Ulun misalnya memiliki berbagai benda dan barang pusaka raja Sumedang dan bupati kabupaten Sumedang. Museum Prabu Geusan Uun terletak di kompleks Pendopo Kabupaten Sumedang yang berdiri sejak tahun 1705; (2) Menara Loji berdiri sejak tahun 1800an yang berdiri di kawasan perkebunan karet milik orang Jerman; (3) Monumen Lingga yang terletak di alun-alun Sumedang. Monumen ini berdiri sejak tahun 1922 yang diresmikan oleh Gubernur Jenderal Hindia Belanda Dirk Fock dan Tumenggung Kusumadilaga pada tanggal 22 Juli 1922. 4) Pangeran Aria Soeria Atmadja adalah bupati Sumedang terakhir yang banyak berjasa pada pembangunan dan kesejahteraan masyarakat Sumedang. Metode penciptaan yang digunakan adalah ikonografi dan eksperimen. Hasil penciptaan berupa desain cinderamata ikon Pangeran Aria Soeria Atmadja.Kata Kunci: Ikonografi, Cinderamata, Sumedang
STRUKTUR MODAL PIERRE BOURDIEU PADA PELAKU KREATIF GRAFIS FASHION BANDUNG Listiani, Wanda; Ahimsa-Putra, Heddy Shri; Simatupang, G. R. Lono Lastoro; Piliang, Yasraf Amir
ATRAT: Jurnal Seni Rupa Vol 1, No 1 (2013): MEDIA DALAM BUDAYA RUPA
Publisher : Jurusan Seni Rupa STSI Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Modal biasanya dipahami dalam term ekonomi, padahal menurut teori Modal Pierre Bourdieu terdapat 4 jenis modal yaitu modal sosial, modal ekonomi, modal budaya dan modal simbolik. Hubungan kepemilikan modal antar pelaku kreatif maupun relasinya dengan pelaku yang lain menentukan posisi pelaku kreatif di arena tertentu dan menjelaskan hubungan kekuasaan pelaku. Penelitian ini menggunakan metode etnografi dan teknik pengumpulan data dengan wawancara mendalam dan observasi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa struktur modal ditentukan oleh 6 arena yaitu arena industri fashion, arena fashion show, arena pameran/ instalasi, arena pertunjukan, arena perlombaan desain dan arena komunitas. Struktur modal menjadi pembentuk diferensiasi dan arena menjadi tempat atau lokasi terjadinya praktik diferensiasi grafis fashion.Kata Kunci: Pierre Bourdieu, Modal, Grafis Fashion, Bandung
Seni Tradisi Nusantara Gondang Buhun Sebagai Media Pendidikan Karakter Remaja di Kabupaten Pangandaran Emilda, Nia; Rohaeni, Ai Juju; Listiani, Wanda
Jurnal Budaya Nusantara Vol 1 No 1 (2017): NUSANTARA & KONTEMPORER
Publisher : LPPM Universitas PGRI Adi Buana Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36456/b.nusantara.vol1.no1.a987

Abstract

Pangandaran regency is one of the regencies in West Java province which has a diversity of art and culturethat is continuously maintained its sustainability. One of the art traditions is Gondang Buhun. It is a traditional artthat is maintained by the local community hereditary and has noble values that can be used as a medium of educationcharacters for adolescents in Pangandaran Regency. This research uses qualitative method with case study approachwhich describes the process of art of Gondang Buhun tradition as a medium of adolescent education characters. Theresult of this research is Gondang Buhun art process as a media of educational characters; The supporting andinhibiting factors of Gondang Buhun tradition are as media of educational characters; and educational efforts ofadolescent characters through the art of Gondang Buhun tradition.
DESAIN MODEL PURWARUPA AUGMENTED REALITY PATUNG KARWAR 4.0 SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN SENI TRADISI BIAK PAPUA wanda listiani; Sri Rustiyanti; Fani Dila Sari; IBG Surya Peradantha
Jurnal Budaya Nusantara Vol 3 No 2 (2020): Nusantara & Media
Publisher : LPPM Universitas PGRI Adi Buana Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36456/b.nusantara.vol3.no2.a2529

Abstract

One of the cultural arts of the Papua Biak tribe that is still maintained in traditional ceremonies is the wor tradition and the making of karwar or korwar statues. Karwar statue as a shadow of the spirit and where Nin lives. The spirit of karwar or arawah gives the strength to look after the family, the garden, bring rain, keep away diseases and so on. The re-introduction of the karwar statue using AR technology is one way for young people to be interested in the existence of Biak tribal arts and culture. This study used a static visualization method that shows phenomena or processes in the form of a representation of the design path of the AR PASUA PA prototype model specifically the spatial and temporary entities of the AR Karwar Biak Papua Statue. The results of this study illustrate the modeling concept and procedure model developed in the design of the AR Karwar 4.0 prototype model by considering the needs of users and the problems of artists, connoisseurs and pedagogic of cultural arts learners, especially the cultural arts of Biak Papua