cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota manado,
Sulawesi utara
INDONESIA
JURNAL BIOMEDIK
ISSN : 20859481     EISSN : 2597999X     DOI : -
Core Subject : Health, Science,
JURNAL BIOMEDIK adalah JURNAL ILMIAH KEDOKTERAN yang diterbitkan tiga kali setahun pada bulan Maret, Juli, November. Tulisan yang dimuat dapat berupa artikel telaah (review article), hasil penelitian, dan laporan kasus dalam bidang ilmu kedokteran..
Arjuna Subject : -
Articles 30 Documents
Search results for , issue "Vol 5, No 1 (2013): JURNAL BIOMEDIK : JBM Suplemen" : 30 Documents clear
INDIKASI BEDAH KATARAK DI POLIKLINIK MATA BLU RSUP PROF. Dr. R.D. KANDOU MANADO Indra, Charles; Sumual, Harry J. G.; Rares, Laya M.
Jurnal Biomedik : JBM Vol 5, No 1 (2013): JURNAL BIOMEDIK : JBM Suplemen
Publisher : UNIVERSITAS SAM RATULANGI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/jbm.5.1.2013.2634

Abstract

Abstract: According to the World Health Organization (WHO), cataracts are the leading cause of blindness and visual impairment throughout the world. Cataract surgical indications are classified into three groups: 1) visual acuity rehabilitation, 2) medical indications, and 3) cosmetic indications. This study aimed to obtain the indications for cataract surgery at the Ophthalmology Department of Prof. Dr. R.D. Kandou Hospital Manado. This was a descriptive retrospective study. Data were collected from the medical records at the Ophthalmology Department of Prof. Dr. R.D. Kandou Hospital. The results showed that there were 84 cataract patients who underwent cataract surgery from January to June 2012. Based on the indications of cataracts surgery, visual acuity rehabilitation were found in 81 cases (96.43%) and medical indications in 3 cases (3.57%). Conclusion: In these results, it was found that the most cases requiring cataract surgery were in the group: visual acuity rehabilitation. Cosmetic indication was not found in this study. Keywords: cataract, surgery, indication.    Abstrak: Berdasarkan WHO, katarak merupakan penyebab utama kebutaan dan gangguan penglihatan di dunia. Terdapat tiga kelompok indikasi bedah katarak, yaitu: 1) rehabilitasi ketajaman penglihatan, 2) indikasi medis, dan 3) indikasi kosmetik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui indikasi yang mendorong dilakukannya bedah katarak di Poliklinik Mata BLU RSUP Prof. Dr. R.D. Kandou Manado. Penelitian ini bersifat deskriptif retrospektif dengan menggunakan data dari catatan medis di Poliklinik Mata BLU RSUP Prof. Dr. R.D. Kandou Manado. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa terdapat 84 kasus bedah katarak periode Januari-Juni 2012. Berdasarkan indikasi bedah katarak terdapat 81 kasus (96,43%) dengan indikasi rehabilitasi ketajaman penglihatan dan 3 kasus (3,57%) dengan indikasi medis. Simpulan: Indikasi bedah katarak yang paling sering ditemukan di Poliklinik Mata BLU RSUP Prof. Dr. R.D. Kandou Manado ialah rehabilitasi ketajaman penglihatan. Indikasi kosmetik tidak ditemukan dalam penelitian ini. Kata kunci: katarak, indikasi, bedah.
HUBUNGAN TINGGI BADAN DENGAN PANJANG KAKI PADA MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNSRAT Paluta, Reniwaty S.; Tanudjaja, George N.; Pasiak, Taufiq F.
Jurnal Biomedik : JBM Vol 5, No 1 (2013): JURNAL BIOMEDIK : JBM Suplemen
Publisher : UNIVERSITAS SAM RATULANGI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/jbm.5.1.2013.2611

Abstract

Abstract: Identification of a dead body is important in determining the clarity of one’s identity. Height is an important parameter in the process of identification and is one of the fields of study of physical anthropology. It is expected that the height can be determined by using the measurements of long bones, such as metatarsal bones and phalanges. This study aimed to find out the relationship between the height and foot length in the students of Faculty of Medicine University of Sam Ratulangi, Manado. This was a descriptive analytic study with cross-sectional design. Samples were selected by using systematic sampling methods. As samples, we used 74 students (registered in 2010) comprising 37 males and 37 females. Data were analyzed with a Pearson correlation analysis as well as a simple linear regression analysis. The results showed that there was a strong correlation between height and foot length with the correlation coefficients (r) of 0.846 for all samples, 0.520 for male students, and 0.711 for female students. The simple linear regression analysis resulted in three formulas: male height = 112.930 + 2.361 × foot length; female height = 4.223 + 64.241 × foot length; and overall height = 4.717 + 54.729 × foot length. Conclusion: There was a strong relationship between the heights and the foot lengths of students at the Faculty of Medicine University of Sam Ratulangi University Manado. Keywords: identification, height, foot length.   Abstrak: Identifikasi ialah pemeriksaan penting dalam menentukan kejelasan identitas seseorang. Tinggi badan merupakan parameter penting dalam proses identifikasi dan bidang telaah antropologi ragawi. Tinggi badan diharapkan dapat ditentukan dengan menggunakan pengukuran tulang-tulang panjang, diantaranya tulang metatarsal dan falang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara tinggi badan dengan panjang kaki pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Manado. Penelitian ini bersifat deskriptif analitik dengan rancangan cross-sectional. Sampel berjumlah 74 mahasiswa yang terdaftar pada tahun 2010, terdiri dari 37 laki-laki dan 37 perempuan. Sampel dipilih menggunakan cara systematic sampling. Data dianalisis dengan uji korelasi Pearson dan analisis regresi linier sederhana.  Hasl penelitian memperlihatkan terdapatnya hubungan kuat antara tinggi badan dan panjang kaki dengan koefisien korelasi (r) keseluruhan 0,846, pada laki-laki 0,520, dan pada perempuan 0,711. Dari hasil analisis regresi linier sederhana didapatkan rumus Tinggi Badan (TB) laki-laki = 112,930 + 2,361 × panjang kaki, TB perempuan = 64,241 + 4,223 × panjang kaki, dan secara keseluruhan TB = 54,729 + 4,717 × panjang kaki. Simpulan: Terdapat hubungan antara tinggi badan dan panjang kaki pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Manado. Kata kunci: identifikasi, tinggi badan, panjang kaki.
PENDEKATAN BIOETIK TENTANG EUTANASIA Wakiran, Mutiara D. B. I.; Tomuka, Djemi Ch.; Kristanto, Erwin G.
Jurnal Biomedik : JBM Vol 5, No 1 (2013): JURNAL BIOMEDIK : JBM Suplemen
Publisher : UNIVERSITAS SAM RATULANGI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/jbm.5.1.2013.2602

Abstract

Abstract: Generally, a patient desires a ‘normal’ death free from pain and fear which is called in medical terms: euthanasia. Nowadays, euthanasia is a dilemmatic issue among doctors. Medical ethics has become a broader consideration which has developed quite rapidly in the last three decades; therefore, ethical considerations have become major concerns in the medical profession. They are often found in conflict especially between a doctor and a patient, and these can not be solved by using the traditional rules of medical ethics. In such cases, the rules of law, depending on region or nation, can be enforced, so that the problem under discussion (euthanasia) can not be separated from the issues of the rights and obligations of the involved parties. The rapid development in medical science and biology creates more complex problems which can not be solved by long-standing medical ethics; therefore, bioethics has been developed in the expectation of providing more available and logical solutions. Keywords: euthanasia, death, conflict.   Abstrak: Kematian yang diidamkan oleh para penderita ialah kematian yang normal, jauh dari rasa sakit dan mengerikan yang dalam istilah medis disebut eutanasia. Eutanasia merupakan suatu persoalan yang dilematik baik di kalangan dokter. Etika telah menjadi suatu bagian dari dunia kedokteran yang cukup pesat perkembanganya dalam tiga dekade terakhir dan pertimbangan etika menjadi perhatian utama dalam pelaksanaan profesi kedokteran. Dalam profesi ini seringkali dijumpai konflik antara dokter dan pasien yang tidak dapat dipecahkan oleh kaidah-kaidah etika. Dalam hal seperti ini maka kaidah-kaidah hukum dapat dapat diberlakukan, sehingga pembicaraan tidak dapat dilepaskan dari masalah hak dan kewajiban dari pihak-pihak yang yang terlibat dalam permasalahan tersebut. Perkembangan yang pesat dalam ilmu kedokteran dan biologi serta permasalahan yang mengiringinya semakin kompleks sehingga kajian tentang etika kedokteran yang membahas mengenai bidang medis dan profesi kedokteran saja tidak cukup; untuk itu dikembangkan bioetika (etika biomedis) yang diharapkan dapat menghasilkan solusi yang lebih dapat diterima dan logik. Kata kunci: euthanasia, etika, konflik.
DAYA HAMBAT OBAT KUMUR CETYLPYRIDINIUM CHLORIDE DAN OBAT KUMUR DAUN SIRIH TERHADAP PERTUMBUHAN STREPTOCOCCUS MUTANS Toar, Amelia I.; Posangi, Jimmy; Wowor, Vonny
Jurnal Biomedik : JBM Vol 5, No 1 (2013): JURNAL BIOMEDIK : JBM Suplemen
Publisher : UNIVERSITAS SAM RATULANGI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/jbm.5.1.2013.2639

Abstract

Abstract: Dental caries and periodontal diseases are still the major problems of oral health among the community. The microbes Streptococcus mutans that accumulate in plaques have an important role in the occurences of these two diseases. The control of plaque forming can be done chemically by using mouthwash. Cetylpyridinium chloride (CPC) and betle leaf (Piper betle Linn.), among others, are active ingredients that are added in the preparation of alcohol-free mouthwash. This study aimed to determine whether there was a difference between the inhibition of alcohol-free mouthwash containing CPC, and betle-leaf mouthwash to the growth of S. mutans. This was an experimental study with a post-test-only control-group design. The technique for testing inhibition used the Kirby Baurer disc diffusion method with samples of cultures of S. mutans The trial materials were commercial alcohol-free mouthwash and betle-leaf mouthwash; and aquadest as the negative control.  There were nine repetitions for each trial material group. The results of the Kruskal Wallis test showed significant differences (P <0.05) between alcohol-free mouthwash containing CPC, alcohol-free mouthwash containing piper betle Linn extract, and aquadest. The result of the Mann Withney test showed that there was a significant difference (P <0.05) between alcohol-free mouthwash containing CPC and alcohol-free mouthwash containing piper betle Linn extract. Alcohol-free mouthwash containing CPC had a wider zone of inhibition than the alcohol-free mouthwash containing betle leaf extract. Conclusion: Inhibition of the alcohol-free mouthwash containing cetylpyridinium chloride on the growth of S.mutans was significantly better than the alcohol-free mouthwash containing piper betle Linn extract. Keywords: cetylpyridinium chloride, betle leaf, mouthwash, Streptococcus mutans.   Abstract: Karies gigi dan penyakit periodontal  merupakan masalah bagi kesehatan gigi dan mulut di masyarakat. Streptococcus mutans dalam plak berperan dalam terjadinya kedua penyakit ini. Pengontrolan plak dapat dilakukan secara kimiawi dengan menggunakan obat kumur. Cetylpyridinium chloride (CPC) dan daun sirih merupakan bahan aktif yang ditambahkan dalam  sediaan obat kumur bebas alkohol. Penelitian ini bertujuan untuk melihat apakah terdapat perbedaan daya hambat antara obat kumur bebas alkohol yang mengandung CPC dengan obat kumur daun sirih terhadap pertumbuhan S. mutans. Penelitian ini bersifat eksperimental dengan post-test only control group design. Teknik pengujian daya hambat menggunakan metode difusi cakram Kirby Baurer dengan sampel S. mutans. Bahan coba yang digunakan yaitu obat kumur bebas alkohol, dan akuades sebagai kontrol negatif. Jumlah pengulangan pada masing-masing kelompok bahan coba sebanyak 9 kali.  Uji Kruskal Wallis menunjukkan perbedaan bermakna (P <0,05) antara obat kumur CPC, obat kumur daun sirih, dan akuades terhadap pertumbuhan S. mutans. Uji Mann-Whitney menunjukkan perbedaan bermakna (P <0,05) antara obat kumur CPC dan obat kumur daun sirih terhadap pertumbuhan S. mutans. Obat kumur CPC memiliki zona hambat lebih besar dibandingkan obat kumur daun sirih. Simpulan: Sediaan obat kumur bebas alkohol yang mengandung cetylpyridinium chloride memilliki daya hambat terhadap pertumbuhan Streptococcus mutans yang lebih tinggi secara bermakna dibandingkan sediaan obat kumur bebas alkohol yang mengandung ekstrak daun sirih.
PROFIL CONTENT SCALES MINNESOTA MULTIPHASIC PERSONALITY INVENTORY-2 (MMPI-2) ADAPTASI INDONESIA PADA MAHASISWA SEMESTER 5 TA 2012/2013 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SAM RATULANGI MANADO Astuti, Dwi W. P.; Kairupan, Barnabas H. R.; Elim, Christofel
Jurnal Biomedik : JBM Vol 5, No 1 (2013): JURNAL BIOMEDIK : JBM Suplemen
Publisher : UNIVERSITAS SAM RATULANGI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/jbm.5.1.2013.2630

Abstract

Abstract: Stress factors derived from academic and non-academic aspects can cause mental disorders in medical students. Mental disorders can lead to the impairment of student cognitive development and learning, as well as impact on the performance or functionality as a doctor later. This study aimed to determine the mental status profile of the fifth semester students of the Faculty of Medicine University of Sam Ratulangi, Manado, by using the content scales of MMPI-2 mental health tests. This was a descriptive study using a cross-sectional design. A hundred students who were randomly selected had to fill in the MMPI-2 questionnaires. A univariate analysis was conducted to analyze the data by using the SPSS version 20. The results showed that of the total respondents the majority (56%) were 20 years old; females were 53%; from outside of North Sulawesi were those from tribes (66%), and regions (56%).  The siblings (2 brothers) represented 38% while the second born 37%. Most parents worked as civil servants: 46% fathers, 49% mothers. All content scales showed a high profile with the greatest percentages on scales SOD (32%) and WRK (30%). Based on the high score of content scales, the most prominent content component scales were SOD₁ (84.4%) and TRT₁ (62.5%). Conclusion: The profile of mental disorders among the fifth semester students of the Faculty of Medicine, University of Sam Ratulangi Manado, was generally low. Keywords: Content Scales, students, MMPI-2.   Abstrak: Faktor-faktor stres yang berasal dari aspek akademik maupun non-akademik dapat menimbulkan gangguan mental pada mahasiswa kedokteran, yang berakibat lanjut berupa gangguan perkembangan kognitif dan belajar yang berdampak pada prestasi sekaligus fungsionalitas mereka sebagai dokter nanti. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui profil status mental mahasiswa semester 5 FK Universitas Sam Ratuilangi Manado berdasarkan content scales pada tes kesehatan mental MMPI-2. Penelitian ini bersifat deskriptif dengan cross-sectional design. Kuesioner MMPI-2 dibagikan pada 100 sampel mahasiswa yang dipilih secara acak. Analisis univariat dilakukan menggunakan program SPSS 20. Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar responden berusia 20 tahun (56%), jenis kelamin perempuan (53%), berasal dari suku dan daerah di luar Sulawesi Utara (66% dan 56%), 2 bersaudara dan anak ke-2 dalam keluarga (38% dan 37%), dengan pekerjaan orang tua terbanyak PNS (46% dan 49%). Semua content scales menunjukkan profil tinggi dengan presentase yang terbesar pada skala SOD (32%) dan WRK (30%). Berdasarkan skor tinggi content scales, content component scales yang paling menonjol ialah SOD₁ (84,4%) dan TRT₁ (62,5%). Simpulan: Profil gangguan mental pada mahasiswa semester 5 Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Manado secara umum rendah. Kata kunci: content scales, mahasiswa, MMPI-2.
PERBANDINGAN DAMPAK PENGGUNAAN HEADSET TERHADAP FUNGSI PENDENGARAN PADA PENYIAR RADIO DAN YANG BUKAN PENYIAR RADIO DI KOTA MANADO Wongso, Lily; Danes, Vennetia R.; Supit, Wenny
Jurnal Biomedik : JBM Vol 5, No 1 (2013): JURNAL BIOMEDIK : JBM Suplemen
Publisher : UNIVERSITAS SAM RATULANGI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/jbm.5.1.2013.2607

Abstract

Abstract: Excessive use of headsets for a long period of time may cause hearing loss. While using a headset, the ears receive sound waves which are converted into electrical pulses transmitted to the auditory cortex via the auditory nerve. Exposures to noises can damage the cochlea hair cells that worsen the degenerative process of the auditory nerve. Radio announcing is one of the professions with a frequent use of a headset. This study aimed to find  the difference of the auditory functions between people who used headsets frequently and those who did not use headsets. This was a case-control study consisting of a group of people frequently using headsets (radio announcers, the case group) and a group without using headsets (non-radio announcers, the control group). Each group consisted of 20 respondents aged 20-40 years. Hearing functions were measured by using an audiometer while the noise levels generated by the headsets were measured with a sound level meter. The results showed that by using the Fisher exact test, there was a highly significant relationship between the usage of headsets and the hearing loss of the respondents’ left ears  (P = 0.001 <0.01) and right ears (P = 0.010 <0.05). Conclusion: There was a difference of hearing in both ears between the radio announcers and non-radio announcers. Keywords: noise exposure, headset, hearing function, radio announcer.     Abstrak: Pemakaian headset berlebih dalam kurun waktu yang lama dapat menimbulkan gangguan pendengaran. Pada penggunaan headset, telinga menerima gelombang suara yang kemudian diubah menjadi pulsa listrik yang diteruskan ke korteks pendengaran melalui saraf pendengaran. Pada telinga yang terpapar bising untuk waktu lama dapat terjadi kerusakan sel-sel rambut di koklea saraf pendengaran yang memperburuk proses degenerasi saraf pendengaran. Penyiar radio merupakan salah satu profesi dengan tingkat pengunaan headset yang cukup tinggi. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan perbedaan fungsi pendengaran antara pengguna headset dan yang tidak menggunakan headset. Penelitian ini merupakan studi kasus-kontrol (case-control study) dengan melakukan perbandingan antara kelompok yang memakai headset (penyiar radio, kelompok kasus) dan kelompok lainnya yang tidak memakai headset (bukan penyiar radio, kelompok kontrol). Masing-masing kelompok terdiri dari 20 responden berusia 20-40 tahun. Fungsi pendengaran diukur dengan audiometer sedangkan tingkat kebisingan yang ditimbulkan oleh headset di ukur dengan sound level meter. Analisis statistik menggunakan uji Fisher exact menunjukkan terdapat hubungan yang sangat bermakna antara penggunaan headset dan gangguan pendengaran pada telinga kiri (P = 0,001 <0,01) dan telinga kanan (P = 0,010 <0,05). Simpulan: Terdapat perbedaan fungsi pendengaran kedua telinga antara penyiar radio dan yag bukan penyiar radio. Kata kunci: paparan bising, headset, fungsi pendengaran, penyiar radio.
FIBRILASI ATRIAL DARI SUDUT PANDANG BIOFISIKA Ruray, Indra N. S.; Danes, Vennetia R.; Lintong, Fransiska
Jurnal Biomedik : JBM Vol 5, No 1 (2013): JURNAL BIOMEDIK : JBM Suplemen
Publisher : UNIVERSITAS SAM RATULANGI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/jbm.5.1.2013.2598

Abstract

Abstract: Atrial fibrillation (AF) is the most common type of arrhythmia found in daily practices. Moreover, AF is one of the risk factors of emboli stroke and myocardial ischemia in patients with coronary heart diseases. From the biophysics perspective, alterations in ion currents (especially K+) that play some important role in the occurence of action potential can lead to an arrhythmia state. Mutations of genes S140G and V141M that create slow activation of ion channels can participate in the occurence of AF. Keywords: atrial fibrillation, arrhythmia, biophysics, heart disease.     Abstrak: Fibrilasi atrial (FA) merupakan bentuk aritmia yang paling sering dijumpai dalam praktek sehari-hari. FA merupakan salah satu faktor risiko yang menyebabkan stroke emboli, dan dapat mencetuskan gejala iskemik pada kasus dengan dasar penyakit jantung koroner. Ditinjau dari sudut biofisika, gangguan terhadap arus ion (terutama ion K+) yang berperan penting dalam menimbulkan potensial aksi bagi jantung, dapat memicu terjadinya aritmia jantung. Mutasi gen S140G dan V141M yang menyebabkan pengaktifan lambat dari saluran ion turut berperan dalam terjadinya FA. Kata kunci: fibrilasi atrial, aritmia, biofisika,  penyakit jantung.
GAMBARAN FUNGSI KOGNITIF PADA PASIEN RAWAT JALAN DENGAN RIWAYAT STROKE DI POLIKLINIK SARAF RSUP PROF. DR. R.D. KANDOU MANADO Paparang, Tirzha N.; Mahama, Corry N.; Ngantung, Denny J.
Jurnal Biomedik : JBM Vol 5, No 1 (2013): JURNAL BIOMEDIK : JBM Suplemen
Publisher : UNIVERSITAS SAM RATULANGI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/jbm.5.1.2013.2635

Abstract

Abstract: Stroke is a major cause of cognitive dysfunction. The incidences of cognitive dysfunction increase three-fold after strokes, usually involving impairement of abilities in visuo-spacial, memory, orientation, speech, attention, and performance functions. The rapid, practical, and approved examinations used to evaluate and confirm the decline in cognitive functions are the Mini Mental State Examination (MMSE), the Clock Drawing Test (CDT), and the Trail Making Test (TMT). This study aimed to reveal the cognitive functions of outpatients with stroke histories in the Neurology Polyclinic, Prof. Dr. R.D. Kandou Hospital Manado by using the above mentioned examinations. This was a descriptive study with a cross-sectional design conducted in November 2012. The results showed that there were 51 respondents who fulfilled the inclusion criteria consisting of 32 males and 19 females. The highest decline of cognitive function by age, the educational level, and employment was 60-79 years, more than 9 years of education, and retired workers, respectively. The results of the MMSE, CDT, and TMT examinations for cognitive impairment evaluation were as follow: MMSE 62.75%, CDT 56.86%, TMT A 96.08%, and TMT B 84.31%. Conclusion: Most of the outpatients with stroke histories in the Neurology Polyclinic, Prof. Dr. R.D. Kandou Hospital Manado showed cognitive impairments. Keywords: CDT, cognitive function, MMSE, stroke, TMT-A and B.   Abstrak: Stroke merupakan penyebab utama gangguan fungsi kognitif. Insiden gangguan kognitif meningkat tiga kali lipat setelah stroke, dan biasanya melibatkan kemampuan visuospasial, memori, orientasi, bahasa, perhatian dan fungsi eksekutif. Pemeriksaan yang digunakan untuk mengevaluasi dan mengonfirmasi penurunan  fungsi kognitif yang cepat dan praktis namun bernilai tinggi ialah Mini Mental State Examination (MMSE), Clock Drawing Test (CDT), dan Trail Making Test (TMT). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran fungsi kognitif pada pasien rawat jalan dengan riwayat stroke di Poliklinik Saraf RSUP Prof. Dr. R.D. Kandou Manado. Penelitian ini bersifat deskriptif dengan cross-sectional design dan dilaksanakan selama bulan November 2012. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa 51 responden memenuhi kriteria inklusi, terdiri dari 32 laki-laki dan 19 perempuan. Berdasarkan usia, tingkat pendidikan, dan pekerjaan, penurunan fungsi kognitif terbanyak pada usia 60-79 tahun, tingkat pendidikan terakhir >9 tahun, dan pekerjaan pensiunan. Hasil pemeriksaan MMSE, CDT, dan TMT terhadap fungsi kognitif responden ialah: MMSE 62,75%, CDT 56,86%, TMT A 96,08%, dan TMT B 84,31%. Simpulan: Sebagian besar pasien rawat jalan dengan riwayat stroke di Poliklinik Saraf RSUP Prof. Dr. R.D. Kandou Manado telah memperlihatkan gagguan fungsi kognitif.Kata kunci: stroke, fungsi kognitif, MMSE, CDT, TMT-A dan B.
PENGARUH LATIHAN FISIK AKUT TERHADAP KADAR GULA DARAH PADA MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SAM RATULANGI MANADO Matindas, Willem R.; Supit, Siantan; Engka, Joice N. A.
JURNAL BIOMEDIK : JBM Vol 5, No 1 (2013): JURNAL BIOMEDIK : JBM Suplemen
Publisher : UNIVERSITAS SAM RATULANGI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/jbm.5.1.2013.2612

Abstract

Abstract: Physical exercise can influence body metabolism. The Harvard test is  a simple method used in determining physical fitness. This test is performed by stepping up and down on a bench for certain periods of times. This study aimed to compare the levels of blood glucose of medical students of Sam Ratulangi University aged 20-22 years before and after performing the Harvard test. This was a field experimental study with One Group Pre-Post Test Design. The respondents were 35 students consisting of 22 males and 13 females who met the inclusion criteria. They were instructed to perform the Harvard test for five minutes and then were examined for blood glucose levels. The data were analyzed by using a t-test. The results showed an increase of the mean blood glucose levels from 75.80 mg/dL (before acute physical exercise) to 77.71 mg/dL (after acute physical exercise), but it was not statistically significant (P > 0.05). Conclusion: The acute physical exercise (the Harvard test) had no effect on before or after-exercise blood sugar levels. Keywords: acute physical exercise, Harvard test, blood sugar level    Abstrak: Latihan fisik dapat mempengaruhi metabolisme tubuh. Harvard test merupakan latihan fisik berupa naik turun bangku yang dilakukan dalam kurun waktu tertentu. Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan kadar gula darah sebelum dan sesudah diberikan latihan fisik akut (Harvard test) pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Unsrat dengan kisaran usia 20-22 tahun. Jenis penelitian ini bersifat eksperimental lapangan dengan rancangan One Group Pre-Post Test Design. Subyek penelitian sebanyak 35 mahasiswa, terdiri dari 22 laki-laki dan 13 perempuan yang memenuhi kriteria inklusi. Semua subyek diberikan latihan fisik akut (Harvard test) selama lima menit dan kemudian dilakukan pemeriksaan kadar gula darah. Data statistik di analisis mengunakan uji-t. Hasil penelitian memperlihatkan terjadinya peningkatan rerata kadar gula darah dari 75,80 mmHg (sebelum latihan fisik akut) menjadi 77,71 mmHg (sesudah latihan fisik akut) yang secara statistik tidak bermakna (P > 0,05). Simpulan:  Latihan fisik akut (Harvard test) tidak memengaruhi kadar gula darah  sebelum dan sesudah latihan. Kata kunci: latihan fisik akut, Harvard test, kadar gula darah.
MANFAAT HELM DALAM MENCEGAH KEMATIAN AKIBAT CEDERA KEPALA PADA KECELAKAAN LALU LINTAS Antou, Stefie W.; Siwu, James F.; Mallo, Johannis F.
JURNAL BIOMEDIK : JBM Vol 5, No 1 (2013): JURNAL BIOMEDIK : JBM Suplemen
Publisher : UNIVERSITAS SAM RATULANGI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/jbm.5.1.2013.2603

Abstract

Abstract: Nowadays, the occurence of traffic accidents is not uncommon, especially among two-wheeled-vehicle riders. There are four causes of traffic accidents: human being, vehicle, road, and environment. From the human factor, the main cause is the riders’ disregard for traffic rules and traffic signs. The most common cause of deaths is head injuries due to not wearing a helmet or wearing a non-standardized helmet. In addition to the mis-use of helmets, related head injuries should be accurately identified from the aspects of causes and types of injuries. This will also affect management and prevention. It is suggested the benefit of helmets and the impacts of head injuries be made known. Keywords: helmet, head injuries, traffic accidents.     Abstrak: Dewasa ini kecelakaan lalu lintas (KLL) merupakan peristiwa yang sudah tidak jarang terjadi, terutama pada pengendara kendaraan bermotor roda dua. Penyebab KLL disebabkan oleh empat faktor utama yaitu: faktor manusia, kendaraan, jalan, dan lingkungan. Faktor manusia yang tersering ialah para pengendara yang tidak mematuhi peraturan dan rambu-rambu lalu lintas. Penyebab terbanyak kematian akibat KLL ialah cedera kepala yang diakibatkan pengendara tidak memakai helm atau memakai helm yang tidak sesuai dengan standar nasional Indonesia. Selain penggunaan helm, pengetahuan terhadap bahaya cedera kepala harus dipahami lebih jelas dari sisi penyebab, jenis cedera kepala, penatalaksanaan, dan pecegahannya. Disarankan untuk mengadakan penyuluhan mengenai manfaat helm dan bahaya cedera kepala. Kata kunci: helm, cedera kepala, kecelakaan lalu lintas.

Page 1 of 3 | Total Record : 30


Filter by Year

2013 2013


Filter By Issues
All Issue Vol. 14 No. 2 (2022): JURNAL BIOMEDIK : JBM Vol 13, No 3 (2021): JURNAL BIOMEDIK : JBM Vol 13, No 2 (2021): JURNAL BIOMEDIK : JBM Vol 13, No 1 (2021): JURNAL BIOMEDIK : JBM Vol 12, No 3 (2020): JURNAL BIOMEDIK : JBM Vol 12, No 2 (2020): JURNAL BIOMEDIK : JBM Vol 12, No 1 (2020): JURNAL BIOMEDIK : JBM Vol 11, No 3 (2019): JURNAL BIOMEDIK : JBM Vol 11, No 2 (2019): JURNAL BIOMEDIK : JBM Vol 11, No 1 (2019): JURNAL BIOMEDIK : JBM Vol 10, No 3 (2018): JURNAL BIOMEDIK : JBM Vol 10, No 2 (2018): JURNAL BIOMEDIK : JBM Vol 10, No 1 (2018): JURNAL BIOMEDIK : JBM Vol 9, No 3 (2017): JURNAL BIOMEDIK : JBM Vol 9, No 2 (2017): JURNAL BIOMEDIK : JBM Vol 9, No 1 (2017): JURNAL BIOMEDIK : JBM Suplemen Vol 9, No 1 (2017): JURNAL BIOMEDIK : JBM Vol 8, No 3 (2016): JURNAL BIOMEDIK : JBM Vol 8, No 2 (2016): JURNAL BIOMEDIK : JBM Suplemen Vol 8, No 2 (2016): JURNAL BIOMEDIK : JBM Vol 8, No 1 (2016): JURNAL BIOMEDIK : JBM Vol 7, No 3 (2015): JURNAL BIOMEDIK : JBM Vol 7, No 3 (2015): JURNAL BIOMEDIK : JBM Suplemen Vol 7, No 2 (2015): JURNAL BIOMEDIK : JBM Vol 7, No 1 (2015): JURNAL BIOMEDIK : JBM Vol 6, No 2 (2014): JURNAL BIOMEDIK : JBM Juli 2014 Vol 6, No 1 (2014): JURNAL BIOMEDIK : JBM Maret 2014 Vol 6, No 3 (2014): JURNAL BIOMEDIK : JBM Suplemen Vol 6, No 3 (2014): JURNAL BIOMEDIK : JBM Vol 5, No 3 (2013): JURNAL BIOMEDIK : JBM Vol 5, No 3 (2013): JURNAL BIOMEDIK : JBM Suplemen Vol 5, No 2 (2013): JURNAL BIOMEDIK : JBM Vol 5, No 1 (2013): JURNAL BIOMEDIK : JBM Suplemen Vol 5, No 1 (2013): JURNAL BIOMEDIK : JBM Vol 4, No 3 (2012): JURNAL BIOMEDIK : JBM Vol 4, No 3 (2012): JURNAL BIOMEDIK : JBM Suplemen Vol 4, No 2 (2012): JURNAL BIOMEDIK : JBM Vol 4, No 1 (2012): JURNAL BIOMEDIK : JBM Vol 3, No 3 (2011): JURNAL BIOMEDIK : JBM Vol 3, No 2 (2011): JURNAL BIOMEDIK : JBM Vol 3, No 1 (2011): JURNAL BIOMEDIK : JBM Vol 2, No 3 (2010): JURNAL BIOMEDIK : JBM Vol 2, No 2 (2010): JURNAL BIOMEDIK : JBM Vol 2, No 1 (2010): JURNAL BIOMEDIK : JBM Vol 1, No 3 (2009): JURNAL BIOMEDIK : JBM Vol 1, No 2 (2009): JURNAL BIOMEDIK : JBM Vol 1, No 1 (2009): JURNAL BIOMEDIK : JBM More Issue