cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota tangerang selatan,
Banten
INDONESIA
Jurnal Matematika Sains dan Teknologi
Published by Universitas Terbuka
ISSN : 14111934     EISSN : 24429147     DOI : -
Merupakan media informasi dan komunikasi para praktisi, peneliti, dan akademisi yang berkecimpung dan menaruh minat serta perhatian pada pengembangan Matematika, ilmu pengetahuan dan teknologi. Diterbitkan oleh Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Universitas Terbuka.
Arjuna Subject : -
Articles 7 Documents
Search results for , issue "Vol. 19 No. 2 (2018)" : 7 Documents clear
RESPON PERTUMBUHAN TANAMAN JAGUNG MANIS (Zea Mays L. Saccharata Sturt) TERHADAP PEMBERIAN KOTORAN AYAM DAN GUANO WALET PADA TANAH GAMBUT PEDALAMAN Hariyadi Hariyadi
Jurnal Matematika Sains dan Teknologi Vol. 19 No. 2 (2018)
Publisher : LPPM Universitas Terbuka

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (376.083 KB) | DOI: 10.33830/jmst.v19i2.105.2018

Abstract

The experiment aimed at investigating the effect of chicken manure and swallow guano and the interaction of both on sweet corn (Zea mays L. saccharata Sturt.) plated onraised-bog peatlend. The experiment used a group-randomized design (GRD) 2 factors: chicken dung and swallow guano having the same three levels (A1=5 t ha-1; A2=10 t ha-1; A3=15 t ha-1). Parameter to observe was the plant height and the plant leave area. The result showed that the single use of swallow guano and chicken manure had significant effect on the plant height and the plant leave area. The best use of swallow guano was at a dose of 15 t ha-1and the best use of chicken manure was at a dose of 10 t ha-1. The best combination was at a dose of 15 t ha-1of swallow guano and 10 t ha-1of chicken manure. Percobaan ini bertujuan mengetahui pengaruh pemberianpupuk kandang kotoran ayam dan guano walet serta interaksinya terhadapJagung Manis (Zea mays L. saccharata Sturt.) yang ditanam pada Tanah Gambut Pedalaman. Percobaan dilakukan denganrancangan acak kelompok (RAK) 2 faktor yaitu pupuk kandang kotoran ayam dan pupuk guano walet masing-masing dengan 3 taraf yang sama (A1/W1= 5 t ha-1; A2/W2=10 t ha-1; A3/W3=15 t ha-1). Peubahyang diamati adalah tinggi tanaman dan luas daun tanaman jagung manis. Hasilenunjukkan bahwa pemberian tunggal pupuk guano walet dan pupuk kotoran ayam berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman dan luas daun. Dosis terbaik pupuk guano walet tunggal adalah 15 t ha-1dan dosis pupuk kotoran ayam tunggal adalah 10 t ha-1. Kombinasi perlakuan terbaik didapat pada perlakuan 15 t ha-1pupuk guano walet dan 10 t ha-1 pupuk kotoran ayam.
EKSPLORASI MIKROORGANISME INDIGENUSINSEPTISOLS Nurmala Pangaribuan
Jurnal Matematika Sains dan Teknologi Vol. 19 No. 2 (2018)
Publisher : LPPM Universitas Terbuka

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (227.818 KB) | DOI: 10.33830/jmst.v19i2.109.2018

Abstract

Inseptisols have various types and densities of microorganisms. Plants that are cultivated in Jatinangor inseptisol fields have a root system that contains a large number of microorganisms. This study aims to be able to provide precise information about the potential resources of microorganisms, bacteria, mycorrhizae from the location of planting corn and soybeans on Jatinangor and Ciparanje inseptisols, Sumedang, West Java. This research activity includes (1) soil sampling which was then isolated on oblique agar media observed with a microscope, (2) identification of spore types, identification of CMA using the Manual for The Identification of Mychorhiza Fungi, (3) calculating the number of spores using the Filter Method Wet Pacioni and Centrifugation Technique from Brunndret. The results showed the number of Bradyrhizobium sp.,was found in the former soil of soybean cropping in Jatinangor and Ciparanje, which was 7,75 x 108 cfu/g, higher than in the former corn crop, 1,80 x 107 cfu / g in Jatinagor and 1,41 x 107 cfu /g at Ciparanje. Inseptisols Jatinangor and Ciparanje also produce spores of Glomus sp. 14 spores /g of soil and 12 spores/g of soil, in the former maize cropland were higher than in the former soybean cropland, which was 10 spores/g of soil. Ekosistem inseptisols memiliki jenis dan kepadatan mikroorganisme yang beragam. Tanaman yang dibudidayakan di lahan inseptisol Jatinangor memiliki sistem perakaran yang mengandung berbagai jenis mikroorganisme dalam jumlah besar. Penelitian ini bertujuan untuk dapat memberikan informasi yang tepat tentang potensi sumberdaya mikroorganisme, bakteri, mikoriza dari lokasi penanaman jagung dan kedelai padalahan inseptisol Jatinangor dan Ciparanje, Sumedang, Jawa Barat. Kegiatan penelitian ini meliputi (1) pengambilan sampel tanah yang kemudian diisolasi pada media agar miring yang diamati dengan mikroskop, (2) identifikasi jenis spora, identifikasi CMA menggunakan Manual for The Identification of Mychorhiza Fungi, (3) penghitungan jumlah spora dengan menggunakan Metode Saring Basah Pacionidan Teknik Sentrifugasi dari Brunndret. Hasil penelitian menunjukkan jumlah bakteri Bradyrhizobium sp. Lebih banyak ditemukan pada tanah bekas pertanaman kedelai di Jatinangor dan Ciparanje, yaitu 7,75 x 108 cfu/g, sementara pada bekas pertanaman jagung, di Jatinangor 1,80 x 107 cfu/g dan 1,41 x 107 cfu/g di Ciparanje. Inseptisols Jatinangor dan Ciparanje mengandung Glomus sp., di Jatinangor dan Ciparanje berturut-turut 14 spora/g tanah dan 12 spora/g tanah, lebih tinggi pada tanah bekas pertanaman jagung, dibanding pada tanah bekas pertanaman kedelai, yaitu 10 spora/g tanah.
MODEL PERAN ANTAR KELEMBAGAAN DESA DALAM PENYEDIAAN AIR BAKU MELALUI PARADIGMA KEPEDULIAN AIR (Studi Kasus Desa Bendungan, Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor) Agus Susanto; M. Yanuar Joko Purwanto; Bambang Pramudya; Etty Riani
Jurnal Matematika Sains dan Teknologi Vol. 19 No. 2 (2018)
Publisher : LPPM Universitas Terbuka

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (753.091 KB) | DOI: 10.33830/jmst.v19i2.111.2018

Abstract

Based on water balance and temporal water sufficiency analysis in Ciliwung Hulu watershed, it shows that Ciseuseupan sub watershed belongs toinsufficient water category. Of the 8 villages in the Ciseuseupan sub watershed, there is a Bendungan village that is not enough water category in the provision of raw water, because in the provision of raw water is still dependent on natural reliability such as rivers, springs, wells, and others. This research discusses insufficient water solutions at the village level with one of them is institutional analysis through concern of water paradigm. The method used is ISM (Interpretative Structural Model), with emphasis on 4 (four) elements structured in relation to the provision of raw water ie: (1) needs of the program, (2) the main obstacle, (3) purpose program, and (4) institutions involved in program implementation. Therefore, it is required an independent water provision expert, involving various parties. The purpose of this research is to build an institutional role model in the provision of concern of water paradigm. The results show that: to realize a new paradigm in the provision of raw water, the main constraint is quality of human resources (village officials, communities, and NGOs), which must be resolved first, so that they can participate together to build the infrastructure by adequate socialization. Berdasarkan analisis neraca air dan ketercukupan air temporal DAS Ciliwung Hulu menunjukkan bahwa Sub DAS Ciseuseupan termasuk ke dalam kategori kurang cukup air dalam penyediaan air baku. Dari delapan desa yang ada di Sub DAS tersebut, Desa Bendungan merupakan salah satu desa yang ketercukupan airnya termasuk dalam kategori tidak cukup, sebab dalam penyediaan airnya masih mengandalkan alam, seperti sungai, air tanah melalui sumur, mata air, dan lain-lain. Penelitian ini menjelaskan solusi ketidak cukupan di tingkat desa, dimana salah satunya adalah dengan analisis peran antar kelembagaan melalui paradigma kepedulian air. Metode yang digunakan adalah ISM (Interpretative Structural Model), yang menekankan pada empat elemen yang berhubungan dengan penyediaan air baku, yaitu: (1) kebutuhan program, (2) kendala utama, (3) tujuan program, dan (4) lembaga yang terkait dengan program. Oleh karena itu, diperlukan ahli penyediaan air mandiri, yang melibatkan berbagai pihak. Tujuan dari penelitian ini adalah membangun struktur model kelembagaan penyediaan air baku melalui paradigma kepedulian air. Hasil analisis menunjukkan bahwa: untuk merealisasikan paradigma baru di dalam penyediaan air baku,kendala utamanya adalah kualitas sumber daya manusia (aparat desa, masyarakat, dan LSM) yang harus diatasi terlebih dahulu agar mereka dapat berpartisipasi bersama-sama untuk membangun infrastruktur air melalui sosialisasi yang memadai.
KONSENTRAT PROTEIN IKAN LELE DUMBO (Clarias Gariepenus) AFKIR DALAM KERUPUK MELARAT UNTUK MENCAPAI SUSTAINABLE DEVELOPMENT GOALS Sri Listyarini; Asriani Asriani; Joko Santoso
Jurnal Matematika Sains dan Teknologi Vol. 19 No. 2 (2018)
Publisher : LPPM Universitas Terbuka

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (369.653 KB) | DOI: 10.33830/jmst.v19i2.113.2018

Abstract

At present the world is required to realize sustainable development, as outlined in the Sustainable Development Goals (SDGs). SDGs are 17 goals determined by the United Nations as a world development agenda for the benefit of humans and planet earth and are expected to be achieved in 2030. The first three SDGs are: first (poverty), second (hunger), and third (healthy and prosperous life). To achieve the 3 first goals of SDGs, a study on the production of fish protein concentrate (KPI) made from dumbo rejected catfish was conducted, and added the KPI catfish rejected concentrate to improve the quality of destitute crackers. The results of the study were: (1) the best KPI was made by extraction using 75% isopropyl alcohol (IPA) solvent, with 4 repetitions, the highest protein content was 78,71%, the lowest fat content was 0,69%, and the organoleptic value highest (4,37); and (2) the best destitute crackers are crackers with the addition of 10% KPI with quality: 12,41% protein content, 28,5% florality, organoleptic value crispy texture, very weak savory taste, bright cream cracker color. The addition of KPIs derived from dumbo reject catfish in destitute crackers is expected to be used to achieve the objectives of the first SDGs up to the third, but further research is needed in the production scale with an analysis focus on economic aspects. Saat ini dunia dituntut untuk mewujudkan pembangunan berkelanjutan, yang dituangkan dalam Sustainable Development Goals (SDGs). SDGs merupakan 17 tujuan yang ditentukan oleh PBB sebagai agenda dunia pembangunan untuk kemaslahatan manusia dan planet bumi dan diharapkan dapat dicapai pada tahun 2030. Tiga tujuan pertama SDGs adalah: pertama (kemiskinan), kedua (kelaparan), dan ketiga (Kehidupan sehat dan sejahtera). Untuk mecapai 3 tujuan SDGs ini dilakukan penelitian pembuatan konsentrat protein ikan (KPI) berbahan baku ikan lele dumbo afkir, dan menambahkan KPI lele dumbo afkir untuk meningkatkan kualitas kerupuk melarat. Hasil penelitian adalah: (1) KPI terbaik dibuat dengan ekstraksi menggunakan pelarut isopropil alkohol (IPA) konsentrasi 75%, dengan 4 kali pengulangan, memiliki kadar protein yang paling tinggi 78,71 %, kadar lemak terendah 0,69%, dan nilai organoleptik tertinggi (4,37); dan (2) Kerupuk melarat terbaik adalah kerupuk dengan penambahan KPI 10% dengan kualitas: kadar protein 12,41%, tingkat kemekaran 28,5%, nilai organoleptik tekstur renyah, rasa gurih sangat lemah, warna kerupuk krem keputihan cemerlang. Penambahan KPI yang berasal dari lele dumbo afkir pada kerupuk melarat diharapkan dapat digunakan untuk mencapai tujuan SDGs pertama sampai dengan ketiga, namun diperlukan penelitian lebih lanjut dalam skala produksi dengan fokus analisis pada aspek ekonomi.
METODE ANALISIS KOMPONEN INDEPENDEN DAN PENGGUNAANNYA PADA DEKOMPOSISI SINYAL ELEKTROENSEFALOGRAFI Ignatius Danny Pattirajawane; Erfen G Suwangto
Jurnal Matematika Sains dan Teknologi Vol. 19 No. 2 (2018)
Publisher : LPPM Universitas Terbuka

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (780.256 KB) | DOI: 10.33830/jmst.v19i2.116.2018

Abstract

Independent component analysis (ICA) is a multivariate statistical method that is used to find factors or independent component from the data. ICA is a further development of factor analysis (FA). The different of ICA to FA is that in FA the distribution of the data is assumed to be normal (gaussian) while it is non-gaussian in ICA. In this paper we will elucidate ICA shortly from the formulation of the problem, the linear modeling of the problem, the solution of the problem through maximum likelihood method and information theory approach, to the formulation of computational algorithm through neural network optimalization of weight matrix. Since one of the common application of ICA is in analysis of biomedical signal, in this paper we will give an illustration of decomposition of electroencephalographic signals in to independent components. This action could help researchers or cliniciansto differentiate brain activities from artifact such as mucles of heart activities. The data samples are taken from open source EEG dataset and would be analyze with EEGLAB which is an open source extension module to Matlab. Analisis komponen independen (AKI) merupakan metode statistik multivariat yang digunakan untuk menemukan faktor atau komponen independen dari suatu data. AKI merupakan pengembangan lebih lanjut dari analisis faktor (AF). Perbedaannya AKI dengan AF ialah komponen diasumsikan berdistribusi normal (gaussian) pada AF, sedangkan pada AKI komponen diasumsikan berdistribusi non-gaussian. Pada makalah ini akan dipaparkan secara singkat AKI mulai dari perumusan masalah yang memunculkan metode AKI serta permodelan linear yang dihasilkan, pemecahan masalah linear tersebut melalui metode maximum likelihood (ML) dan pendekatan teori informasi, hingga formulasi algoritma komputasi melalui pendekatan optimalisasi matriks beban pada model jaringan syaraf. Karena salah satu penerapan AKI adalah pada analisis sinyal biomedis, dalam makalah ini akan disajikan ilustrasi dekomposisi sinyal elektroensefalografi (EEG) ke dalam komponen independen. Tindakan ini dapat membantu peneliti atau tenaga medis dalam membedakan mana sinyal dari otak dan mana yang merupakan artefak seperti sinyal dari aktivitas otot atau jantung. Data yang digunakan berupa data set EEG sumber terbuka dari daring yang kemudian dianalisis dengan menggunakan perangkat lunak EEGLAB yang merupakan modul tambahan atas perangkat lunak Matlab.
STRATEGI BUDIDAYA IKAN KOKI BASTER (Carasius Auratus) RAMAH LINGKUNGAN DALAM UPAYAMENINGKATAN PRODUKSI Susanti Mariam; Eddy Supriyono; Lina Warlina
Jurnal Matematika Sains dan Teknologi Vol. 19 No. 2 (2018)
Publisher : LPPM Universitas Terbuka

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (740.589 KB) | DOI: 10.33830/jmst.v19i2.118.2018

Abstract

Koki baster fish (Carasius auratus) or goldfish, besides as ornamental fish are also used as fish feed and fishing bait which demand tends to increase from year to year. However, from 2012 to 2015, the production of koki baster fish has decreased. This study aims to analyze the application of the management of koki baster fish in Cisaat Subdistrict, Sukabumi Regency, so that a management strategy can be formulated in developing environmentally friendly koki baster in Sukabumi Regency. Data collection was conducted through interviews, observations, questionnaires and documentation. The questionnaires were distributed to 100 respondents who were conducting hatchery for koki baster that scattered in 13 villages in Cisaat Subdistrict. As comparative data, the hatchery of koki baster fish was conducted in the research pond. The variables used are the aquaculture stage (x) consisting of lime dosage, organic fertilizer, anorganic fertilizer, water height, female parent, parent feed, comparison of male and female parent, parent age, larvae feed and duration to number of larvae (y). The variables were analyzed by validity, reliability, multiple regression analysis and principal component analysis using SPSS and Minitab application. Based on the results of multiple regression analysis obtained the relationship between variables in the seeding stage with the number of larvae. Correlation test showed that the variable use of fertilizers had a positive correlation of 69,5% to the number of larvae. Conversely, the variable water height has a negative value on the number of larvae, which is -3.5%. The principal component analysis showed that the variable use of organic fertilizer, anorganic fertilizer and larvae feed was in the first component area. It means that the variable has a large correlation to the number of larvae. The conclusion of there search is the community does not yet have standard in managing fish hatching of koki baster fish, they only rely on experience and habits so that the obtained production is still low. Strategies to increase the production of koki baster fish are need to be standardized on how to farm koki baster fish, standarized koki baster fish and community coaching on the need to carry out the stages of koki baster fish breeding in accordance with the good and environmentally friendly method of fish hatchery. Ikan koki baster (Carasius auratus) selain sebagai ikan hias juga digunakan sebagai pakan ikan dan umpan pancing yang permintaannnya cenderung meningkat dari tahun ke tahun. Namun demikian dari tahun 2012 hingga 2015, produksi ikan baster mengalami penurunan. Penelitian ini bertujuan menganalisa penerapan manajemen usaha budidaya ikan koki baster di Kecamatan Cisaat Kabupaten Sukabumi sehingga dapat dirumuskan strategi pengelolaan dalam pengembangan budidaya ikan koki baster di Kabupaten Sukabumi yang ramah lingkungan. Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara, pengamatan, kuesioner dan dokumentasi. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner yang dibagikan kepada 100 orang responden yang melakukan kegiatan pembenihan ikan koki baster di 13 desa yang tersebar di Kecamatan Cisaat. Sebagai data pembanding dilakukan kegiatan pembenihan ikan koki baster di kolam penelitian. Variabel yang digunakan dalam analisis keterkaitan produksi adalah tahapan budidaya (x) yang terdiri atas dosis kapur, pupuk organik, pupuk anorganik, tinggi air, induk betina, pakan induk, perbandingan induk jantan dan betina, umur induk, pakan larva, dan lama pemeliharaan terhadap jumlah larva (y). Variabel-variabel tersebut dianalisis dengan regresi berganda dan analisa komponen utama menggunakan aplikasi SPSS dan Minitab yang sebelumnya dilakukan uji validitas dan reliabilitas. Berdasarkan hasil analisa regresi berganda diperoleh keterkaitan antara varibael-variabel dalam tahapan pembenihan dengan jumlah larva. Uji korelasi menunjukan variabel penggunaan pupuk berkorelasi positif sebesar 69,5% terhadap jumlah larva. Sebaliknya variabel tinggi air memiliki nilai korelasi negatif terhadap jumlah larva yaitu sebesar -3,5%. Analisa komponen utama menunjukan bahwa variabel penggunaan pupuk organik, pupuk anorganik dan pakan larva berada pada wilayah first component artinya variabel tersebut memiliki korelasi yang besar terhadap jumlah larva. Kesimpulan dari penelitian ini adalah masyarakat belum memiliki standar dalam melaksanakan pengelolaan pembenihan ikan koki baster, hanya mengandalkan pengalaman dan kebiasaan saja sehingga produksi yang diperoleh masih rendah. Strategi untuk meningkatkan produksi ikan koki baster di masyarakat, perlu adanya standar tentang cara budidaya ikan koki baster, standardisasi ikan koki baster dan pembinaan kepada masyarakat tentang perlunya melaksanakan tahapan-tahapan budidaya ikan koki baster sesuai dengan cara pembenihan ikan yang baik dan ramah lingkungan.
MODEL SPASIAL TEMPORAL DAMPAK KENAIKAN MUKA AIR LAUT TERHADAP PERMUKIMAN PENDUDUK DI PULAU KECIL (KASUS: PULAU KARIMUNJAWA DAN PULAU KEMUJAN, KABUPATEN JEPARA) Ati Rahadiati; Ernik Yuliana; Rani Hafsaridewi; Benny Khairuddin; Luh Putu Ayu Savitri Citra Kusuma; Robet Perangin Angin; Hasan Eldin Adimu; Jotham S.R. Ninef; Muliani Galib; Sudirman Adibrata
Jurnal Matematika Sains dan Teknologi Vol. 19 No. 2 (2018)
Publisher : LPPM Universitas Terbuka

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (726.382 KB) | DOI: 10.33830/jmst.v19i2.121.2018

Abstract

Coastal areas (especially small islands) are vulnerable to impact from sea level rise (SLR). The submergence of areas that are economic centers will impactin huge losses. To avoid such losses it is necessary to manage small islands by using temporal spatial models. The aim of this article is to describe the development of a temporal spatial model to assess the vulnerability of settlements in small islands. The method used is dynamic system modeling combined with Geographic Information System (GIS) based on identification of environmental issues and conditions in small island, in this case Karimunjawa Island and Kemujan Island, Jepara Regency. The assumption used in the modeling is that there is no natural disaster or calamity that reduces the population, the death is considered normal death by referring to the average life expectancy of the Indonesian population (69 years), no coastal reclamation activities, no significant changes in ecosystem. The modeling results indicate that if the fraction of SLR 10 cm per year, will have an impact on the decreasing availability of settlement land. The height of SLR ranges from 0,5 meters in the 10th year, to 5,0 meters in the 100th year. As a result there will be puddle in the residential area of ​​13,02 ha in the 10th year and in the 100th year to 226,5 ha. Required environmental engineering efforts,such as develop coastal dike and reform plan of building, to reduce impact on the availability of settlement land. SLR that is affecting populations and settlements on Karimunjawa and Kemujan Island, require adaptation as an impact mitigation effort. Wilayah pesisir (terutama pulau kecil) sangat rentan terkena dampak dari peningkatan muka air laut. Terendamnya wilayah-wilayah yang merupakan sentra ekonomi akan mengakibatkan kerugian yang sangat besar. Untuk menghindari kerugian tersebut perlu pengelolaan pulau-pulau kecil dengan memanfaatkan model spasial dinamik/temporal. Tujuan studi adalah mengembangkan model spasial dinamik/temporal untuk mengkaji kerentanan permukiman penduduk di pulau-pulau kecil. Metode yang digunakan adalah pemodelan sistem dinamik/temporal (SD) dipadukan dengan Sistem Informasi Geografis (SIG) berdasarkan identifikasi isu dan kondisi lingkungan di pulau kecil, yaitu Pulau Karimunjawa dan Pulau Kemujan, Kabupaten Jepara. Data yang digunakan adalah data pertumbuhan penduduk (data sekunder) dan peta dasar Pulau Karimunjawa dan Kemujan. Asumsi yang digunakan pada pemodelan adalah tidak terjadi bencana alam atau musibah yang mengurangi jumlah penduduk, kematian dianggap sebagai kematian normal dengan mengacu umur rata-rata harapan hidup penduduk Indonesia (69 tahun), tidak ada kegiatan reklamasi pantai, tidak ada perubahan ekosistem secara signifikan. Pemodelan spasial dinamik/temporal mengikuti tahapan sesuai dengan prosedur pemodelan. Hasil pemodelan menunjukkan bahwa bila fraksi sea level rise (SLR) 10 cm per tahun, akan berdampak pada penurunan ketersediaan lahan permukiman. Tinggi kenaikan muka air laut berkisar antara 0,5 meter pada tahun ke-10, hingga mencapai ketinggian kenaikan 5,0 meter pada tahun ke-100. Akibatnya akan terjadi genangan air laut di permukiman penduduk seluas 13,02 ha pada tahun ke-10 danpada tahun ke-100 menjadi 226,5 ha. Diperlukan upaya rekayasa lingkungan, seperti membangun tanggul pantai dan memperbaiki rancangan konstruksi bangunan permukiman, agar dapat mengurangi dampak terhadap ketersediaan lahan permukiman. Kenaikan muka air laut yang berdampak terhadap penduduk dan permukiman di Pulau Karimunjawa dan Kemujan membutuhkan adanya adaptasi sebagai upaya mitigasi dampak.

Page 1 of 1 | Total Record : 7


Filter by Year

2018 2018


Filter By Issues
All Issue Vol. 24 No. 2 (2023) Vol. 24 No. 1 (2023) Vol. 23 No. 2 (2022) Vol. 23 No. 1 (2022) Vol. 22 No. 2 (2021) Vol. 22 No. 1 (2021) Vol. 21 No. 2 (2020) Vol. 21 No. 1 (2020) Vol 20 No 2 (2019) Vol. 20 No. 2 (2019) Vol. 20 No. 1 (2019) Vol 20 No 1 (2019) Vol 20 No 1 (2019) Vol 19 No 2 (2018) Vol. 19 No. 2 (2018) Vol 19 No 1 (2018) Vol. 19 No. 1 (2018) Vol. 18 No. 2 (2017) Vol 18 No 2 (2017) Vol 18 No 1 (2017) Vol. 18 No. 1 (2017) Vol. 17 No. 2 (2016) Vol 17 No 2 (2016) Vol 17 No 1 (2016) Vol. 17 No. 1 (2016) Vol. 16 No. 2 (2015) Vol 16 No 2 (2015) Vol 16 No 1 (2015) Vol. 16 No. 1 (2015) Vol 15 No 2 (2014) Vol. 15 No. 2 (2014) Vol. 15 No. 1 (2014) Vol 15 No 1 (2014) Vol 14 No 2 (2013) Vol. 14 No. 2 (2013) Vol. 14 No. 1 (2013) Vol 14 No 1 (2013) Vol 13 No 2 (2012) Vol. 13 No. 2 (2012) Vol. 13 No. 1 (2012) Vol 13 No 1 (2012) Vol. 12 No. 2 (2011) Vol 12 No 2 (2011) Vol. 12 No. 1 (2011) Vol 12 No 1 (2011) Vol 11 No 2 (2010) Vol. 11 No. 2 (2010) Vol. 11 No. 1 (2010) Vol 11 No 1 (2010) Vol. 10 No. 2 (2009) Vol 10 No 2 (2009) Vol. 10 No. 1 (2009) Vol. 9 No. 2 (2008) Vol 9 No 2 (2008) Vol 9 No 1 (2008) Vol. 9 No. 1 (2008) Vol 8 No 2 (2007) Vol. 8 No. 2 (2007) Vol 8 No 1 (2007) Vol. 8 No. 1 (2007) Vol. 7 No. 2 (2006) Vol 7 No 2 (2006) Vol 7 No 1 (2006) Vol. 7 No. 1 (2006) Vol. 6 No. 2 (2005) Vol 6 No 2 (2005) Vol 6 No 1 (2005) Vol. 6 No. 1 (2005) Vol 5 No 2 (2004) Vol. 5 No. 2 (2004) Vol 5 No 1 (2004) Vol. 5 No. 1 (2004) Vol. 4 No. 2 (2003) Vol 4 No 1 (2003) Vol. 4 No. 1 (2003) More Issue