cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kab. aceh besar,
Aceh
INDONESIA
Jurnal Ilmu Keperawatan
ISSN : 23386371     EISSN : 2550018X     DOI : -
Core Subject : Health,
Jurnal Ilmu Keperawatan (JIK) adalah suatu media yang dapat digunakan untuk, mendiseminasi, dan mengarsipkan karya perawat peneliti di Indonesia. Artikel yang diterbitkan antara lain meliputi sub bidang keperawatan dasar, keperawatan dewasa, keperawatan anak, keperawatan maternitas, keperawatan jiwa, keperawatan gerontik, keperawatan keluarga, keperawatan komunitas, manajemen keperawatan, dan pendidikan keperawatan.
Arjuna Subject : -
Articles 141 Documents
Cakupan Imunisasi Dasar Anak Ditinjau Dari Pendekatan Health Belief Model Ida Suryawati, Bakhtiar, Asnawi Abdullah
Jurnal Ilmu Keperawatan Vol 4, No 1 (2016): Jurnal Ilmu Keperawatan (JIK) Volume IV No.1 Januari-Juni 2016
Publisher : Jurnal Ilmu Keperawatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (473.262 KB)

Abstract

AbstrakImunisasi merupakan upaya pencegahan primer yang efektif untuk menghindari anak dari penyakit infeksi. Cakupan imunisasi dasar yang lengkap di Indonesia masih rendah yang diduga berdasarkan beberapa faktor seperti pengetahuan dan keyakinan ibu. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi pengetahuan dan keyakinan ibu tentang imunisasi yang berhubungan dengan cakupan imuisasi, melalui metode analitik dengan pendekatan case control. Responden dalam penelitian ini adalah 345 ibu yang memiliki anak usia 10-24 bulan terdiri dari 115 kelompok kasus dan 230 kelompok kontrol yang dipilih dengan Sistematic Random Sampling. Pengumpulan data dilakukan di 29 desa dengan menggunakan kuesioner. Hasil analisis menunjukkan Odd Ratio (OR) pengetahuan ibu (OR=8,4), perceived susceptibility (OR=7,3), perceived severity (OR=4), perceived benefits (OR=4,9), perceived barriers (OR=38,9), dan cues to action (OR=10,4). Penelitian ini juga menunjukkan terdapat hubungan antara variabel tersebut dengan cakupan imunisasi (p=0,000),. disimpulkan bahwa Perceived barriers merupakan faktor yang paling dominan mempengaruhi cakupan imunisasi (OR=38,9) artinya anak dari responden dengan perceived barriers tinggi lebih beresiko 38,9 kali tidak mendapatkan imunisasi lengkap dibandingkan anak dari ibu yang perceived barriers rendah.Kata Kunci: pengetahuan ibu, keyakinan ibu, imunisasi.AbstractImmunization is an effective primary prevention to prevent children from infectious diseases. Complete basic immunization coverage in Indonesia is still low, it can be caused by several factors such as the mothers’ knowledge and belief. This study aims to identify mothers’ knowledge and belief about immunization associated with the basic immunization coverage.This research using analytical methods with case control approach. Respondent in this study is 345 mothers who have children aged 10-24 months (115 cases and 230 controls) and using Sistematic random sampling technique. The data was collected in 29 villages using a questionnaire. The analysis results are also obtained Odd Ratio (OR): knowledge of mothers (OR = 8,4), perceived susceptibility (OR = 7,3), perceived severity (OR = 4), perceived benefits (OR = 4,9), perceived barriers (OR = 38,9), and cues to action (OR = 10,4). The results showed a correlation between all variables with immunization coverage (p = 0,000). Perceived barriers is the most dominant factor affecting immunization coverage (OR=38,9), where children with high perceived barriers were 38,9 times more likely at risk of incomplete immunization than those who had lower perceived barriers.Key Words : mothers’ knowledge, mothers’ belief, immunization
SPIRITUALITAS PADA PASIEN PENYAKIT KRONIK DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Dr. ZAINOEL ABIDIN, BANDA ACEH, 2012 Hilman Syarif
Jurnal Ilmu Keperawatan Vol 1, No 1 (2013): Jurnal Ilmu Keperawatan (JIK) Volume I No.1 Mei-Agustus
Publisher : Jurnal Ilmu Keperawatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

ABSTRAKBeberapa penyakit kronis seperti gagal ginjal, kanker dan juga ulkus diabetik dapat menyebabkan masalah-masalah yang berhubungan dengan makna dan tujuan hidup. Kesejahteraan spiritual adalah jawaban yang sesuai dengan masalah ini. Penurunan kualitas spiritual dapat menyebabkan gangguan-gangguan seperti depresi, stres, kecemasan serta kehilangan makna dan tujuan hidup. Kesejahteraan spiritual adalah salah satu sumber penting dalam upaya perbaikan kondisi pasien. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi spiritualitas pada pasien penyakit kronis seperti gagal ginjal kronik, kanker dan ulkus diabetik di Rumah Sakit Umum Zainoel Abidin Banda Aceh. Jenis penelitian adalah deskriptif. Sampel penelitian terdiri dari 50 pasien gagal ginjal kronik, 56 pasien kanker dan 30 pasien ulkus diabetikum dengan metode purposive sampling. Kuesioner yang digunakan adalah Kuesioner Spiritualitas dan Kuesioner Spiritualitas Pasien Kanker. Hasil penelitian menunjukkan 86% pasien gagal ginjal berada pada kategori spiritualitas tinggi, sebanyak 57,1% pasien kanker berada pada spiritualitas kategori tinggi, sementara 83,3% pasien ulkus diabetikum berada pada kategori spiritualitas tinggi. Diharapkan kepada perawat untuk meningkatkan dukungan mental dan spiritual pada pasien dengan penyakit kronis dan kepada manajemen rumah sakit agar dapat membuat standar operasional prosedur dalam rangka memenuhi kebutuhan spiritual pasien dengan penyakit kronis.Kata kunci: spiritualitas, penyakit kronis, gagal ginjal, kanker, ulkus, diabeticABSTRACTChronic diseases such as renal failure, cancer and foot ulcer leading problems about meaning and purpose of life. Spiritual well being is a possible answer to this problem. Loss of spiritual well being can lead abnormal conditions such as depression, stress, anxiety, lack of meaning and purpose of life. Although spiritual well being as important resource in repair condition of patients. The objective this research was to identify spirituality among patients with chronic diseases sech as renal failure ongoing haemodyalisis, cancer ongoing chemotherapy and foot ulcer at Zaionoel Abidin Hospital, Banda Aceh. Research design was descriptive. The sample consist of 50 patients of renal failure, 56 patients of cancer and 30 patients of ulcus diabetic. The sampling method used purposive sampling. The questionares used Spirituality questionnare and Spirituality questionnaire for Cancer Patients. The result show about 86% of renal failure pasient in high category spirituality, about 57,1% of cancer patients in high category spirituality and 83,3% of foot ulcer patients in high category spirituality. Its recommended to nurses in order to increasing mental and spiritual support to patients with chronic diseases and also to hospital management in order to create the standard operating procedure to answer spirituality need on patients with chronic diseases.Keywords: spirituality, chronic disease, renal failure, cancer, ulcus diabetic
Analisis Implementasi Program Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja (PKPR) Novi Afrianti; mudatsir Mudatsir; Teuku Tahlil
Jurnal Ilmu Keperawatan Vol 5, No 2 (2017): Jurnal Ilmu Keperawatan (JIK) Volume V No.2 Juli-Desember 2017
Publisher : Jurnal Ilmu Keperawatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (399.24 KB)

Abstract

Abstrak Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja (PKPR) merupakan  salah satu program pelayanan kesehatan yang ditujukan untuk remaja di puskesmas, untuk mewujudkan "remaja sehat". Tujuan Penelitian ini adalah untuk menganalisis implementasi Program Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja (PKPR) di Puskesmas. Jenis penelitian mixed Method (kuantitatif dan kualitatif) dengan subjek penelitian petugas PKPR di Puskesmas Kota Banda Aceh. Data dikumpulkan dengan kuesioner dan wawancara mendalam. Pengolahan dan analisis data menggunakan matriks rekapitulasi dan analisis isi.  Hasil penelitian menunjukkan bahwa kemampuan Puskesmas dalam pelaksanaan PKPR di Puskesmas kota Banda Aceh berada pada kategori minimal, dari lima standar nasional PKPR, standar jejaring dan manajemen kesehatan merupakan standar yang memiliki pencapaian terendah (minimal). Keberhasilan implementasi PKPR pada Puskesmas dengan kategori Paripurna dilatar belakangi oleh adanya kemauan dan kemampuan petugas PKPR dalam menjalankan program dengan niat membantu mengatasi permasalahan pada remaja. Diharapkan kepada pihak terkait agar lebih serius dan aktif dalam melaksanakan program PKPR dengan melakukan supervisi serta monitoring dan evaluasi terhadap program PKPR secara rutin dan berkesinambungan serta dapat mengalokasikan dana khusus untuk mendukung segala kegiatan yang ada dalam program PKPR.Kata kunci: Analisis Implementasi Program, Pelayanan Kesehatan, Peduli, Remaja AbstractAdolescent health care service  is intended to teenagers in public health center. It is expected to provide plenary services to teenagers to create  “healthy adolescents”. The objective of the study is to analyze the Implementation of Adolescent Health Care Service Program at  Public Health Centre in Banda Aceh. The study used mixed method desain (Quantitative and Qualitative) with the subject of research comprised officers of PKPR at Health Center in Banda Aceh.  Data were collected by using questionnaires and indepth interviews technique. Processing and data analysis used recapitulation matrix and content analysis technique.  The results show that the ability of public health center in the implementation of adolescent health care service program still in the category  of minimal or only 1 of 11 public health center  reaching the plenary category. From five national of standards, networking standard and health management standard has the lowest achievement (minimum).  The successful implementation of adolescent health care service program with the Plenary category is motivated by the willingness and ability of officers in running the program with the intention to help overcome the problems in adolescents.   It is expected that the City Health Office of Banda Aceh can be more serious and active in the implementation regularly and continuously supervise, monitor the evaluation of program, and can allocate special fund to support all activities in adolescent health care service program.Key Words: Program Implementation Analysis, Health Service, Care, Adolescent 
Komunikasi Dan Koordinasi Kader Dengan Pelaksanaan Posbindu Lansia Maulida, Hermansyah, Mudatsir
Jurnal Ilmu Keperawatan Vol 3, No 2 (2015): Jurnal Ilmu Keperawatan (JIK) Volume III No.2 Juli - Desember 2015
Publisher : Jurnal Ilmu Keperawatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (535.928 KB)

Abstract

TERAPI VISUAL TERHADAP PERKEMBANGAN BAHASA RESEPTIF DAN EKSPRESIF PADA ANAK AUTIS Faridah Hanum, Mutdasir, Rusli Yusuf
Jurnal Ilmu Keperawatan Vol 4, No 2 (2016): Jurnal Ilmu Keperawatan (JIK) Volume IV No.2 Juli-Desember 2016
Publisher : Jurnal Ilmu Keperawatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (234.935 KB)

Abstract

Analisis Penyalahgunaan Napza Dengan Pendekatan Health Belief Model Nurjanisah Nurjanisah; Teuku Tahlil; Kartini Hasballah
Jurnal Ilmu Keperawatan Vol 5, No 1 (2017): Jurnal Ilmu Keperawatan (JIK) Volume V No.1 Januari-Juni 2017
Publisher : Jurnal Ilmu Keperawatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (439.183 KB)

Abstract

AbstrakMasalah penggunaan Napza merupakan salah satu kontributor utama terhadap beban penyakit global yang berupa disabilitas dan mortalitas. Berbagai alasan yang menyebabkan seseorang melakukan penyalahgunaan Napza diantaranya sosial ekonomi, stresor , efek obat; relaks, peningkatan aktifitas, dan penghilangan mod depresi. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan desain fenomenologi untuk mengeksplorasi persepsi penyalahguna Napza berdasarkan pendekatan Health Belief Model. Populasi dalam penelitian ini adalah residen dari tempat rehabilitasi ketergantungan obat yang ada di Kota Banda. Sampel terdiri atas 21 partisipan yang direkrut dengan teknik purposive sampling. Pengumpulan data dilakukan dengan tehnik Fokus Group Discussion (FGD), mengeksplorasi persepsi penyalahguna Napza yang terdiri dari persepsi resiko, persepsi keparahan, persepsi manfaat, persepsi hambatan, tindakan, dan keyakinan diri. Hasil penelitian menunjukkan bahwa persepsi resiko; resiko penyalahgunaan Napza berdampak pada fisik, psikis, sosial, spiritual dan prilaku kriminal. Persepsi keparahan; tingkat keparahan yang paling dominan mengalami halusinasi, perilaku paranoid, depresi, dan emosi tidak stabil. Persepsi manfaat program rehab; mendapatkan informasi, motivasi, kegiatan positif, komitmen berhenti menggunakan Napza. Persepsi hambatan; hambatan untuk berhenti dipengaruhi oleh lingkungan terutama teman. Tindakan; mengikuti program rehab dan didukung oleh keluarga. Keyakinan diri ; tidak semua partisipan menunjukkan keyakinan diri yang kuat untuk berhenti menggunakan Napza.Kata Kunci: Penyalahgunaan  Napza,  Rehabilitasi,  Health Belief Model. AbstractDrug abuses are one of main contribution on global diseases burden in the form of disability and mortality. Various reasons  of why somebody using drug found. Some of them are economic social factor, stress, drug effect, relaxation, activity increasing, and losing depression mode. this is a qualitative research with descriptive phenomenology method to explore drug abuse perception based on Health Belief Model Approach. Population in this research are resident of Yakita, Tabina, and Rumoh Harapan Aceh, sampling used is purposive sampling consist of 21 participants. Data collecting is used Focus Group Discussion (FGD) technic that explore perception of drug abuser which contains risk perception, severe perception, benefit perception, obstacle perception, action and self confident. The result show that Risk perception; the risk of drug abuses have affected on physic, psychic, social, spiritual and criminal behavior. Severe Perception; the most dominant effect of severe is hallucination suffering, paranoid behavior, depression, and unstable emotion. Benefit perception: rehabilitation program; getting information, motivation, positive activities, commitment of stopping using drug. Obstacle perception: the barrier of stoping using drug are surrounding influences, friends in particular. Action: participating in rehabilitation programs and supported by family. Self-confident: not all participant showed strong commitment to terminating using drug. Keywords: Drug Abuse, Rehabilitation, Health Belief Model.
Peningkatan Pengetahuan, Sikap Dan Tindakan Ibu Dalam Memberikan Asi Eksklusif Melalui Edukasi Kelompok Ernawati, Bakhtiar, Teuku Tahlil
Jurnal Ilmu Keperawatan Vol 4, No 2 (2016): Jurnal Ilmu Keperawatan (JIK) Volume IV No.2 Juli-Desember 2016
Publisher : Jurnal Ilmu Keperawatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (459.332 KB)

Abstract

AbstrakMenyusui eksklusif merupakan salah satu upaya dalam menurunkan angka kesakitan dan kematian bayi. Namun cakupan ASI eksklusif masih sangat rendah. Model intervensi dengan menggunakan edukasi kelompok dianggap lebih efektif dan efisien untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan tindakan ibu menyusui untuk meningkatkan pem-berian ASI eksklusif. Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh edukasi kelompok terhadap pengetahuan, sikap dan tindakan ibu dalam memberikan ASI eksklusif di Kecamatan Darussalam. Penelitian ini menggunakan pendekatan quasi eksperimental dengan desain penelitian non equivalent control group before after design. Sampel terdiri dari 74 orang responden yang dipilih secara simple random sampling (37 responden kelompok intervensi, 37 responden kelompok kontrol). Hasil penelitian menunjukkan mayoritas responden berumur 26-35 tahun (73% kelompok intervensi, 86,5% kelompok kontrol), status tidak bekerja (73% kelompok intervensi, 43,2% kelompok kontrol) berpenghasilan kurang dari Rp. 1.900.000,- (kelompok kontrol 67,6%. K56,9% kelompok kontrol), intervensi edukasi kelompok secara signifikan berpengaruh terhadap pengetahuan ibu (p=0.000), sikap (p=0.000), dan tindakan (p=0.008). Perawat sebagai penyedia layanan kesehatan masyarakat memiliki peran dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat melalui edukasi kelompok.Kata kunci: Ibu Menyusui, Pengetahuan, Sikap,Tindakan.AbstractExclusive breastfeeding is one of the efforts to reduced morbidity and mortality infant rate. But breastfeeding rates was still very low. Intervention model by used education group was considered more effective and efficient to improve the knowledge, attitude and mother’s action to provide exclusive breastfeeding. The purpose of this study was to examine the effect of group education on knowledge, attitude and mothers action to provide exclusive breastfeeding in Darussalam Distric. This study used a quasi-experimental approach with design non equivalent control group before after design. The sample consisted of 74 respondents selected by simple random sampling (37 respondents interven-tion group, 37 respondents control group). The results showed the majority of respondents aged 26-35 years (73% of the intervention group, 86.5% of the control group), the status is not working (73% of the intervention group, 43.2% of controls) earn less than Rp. 1.900.000, - ( 67.6% of the intervention group. 56,9% of controls), intervention education group significantly affected knowledge (p = 0.000), attitude (p = 0.000), and the action (p = 0.008). Nurse as a community health care provider have a role in improving community health status through group education.Keywords: Breastfeeding mothers, Knowledge, Attitude, Action
Pembiayaan pada Metode Pengobatan Patah Tulang Tradisional Fadhila Fadhila
Jurnal Ilmu Keperawatan Vol 3, No 1 (2015): Jurnal Ilmu Keperawatan (JIK) Volume III No.1. Januari - Juni
Publisher : Jurnal Ilmu Keperawatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (87.311 KB)

Abstract

AbstrakPengobatan patah tulang tradisional merupakan pengobatan yang telah lama dikenal oleh masyarakat dunia.Sekitar 80% penduduk dunia masih memilih untuk datang pada dukun patah saat mengalami patah tulang.Berdasarkan telaah beberapa literature, disebutkan bahwa salah satu alasan pasien memilih pengobatan patah tulang adalah biaya yang murah, namun tidak pernah disebutkan secara jelas berapa biaya yang harus dikeluarkan seorang pasien saat memutuskan untuk melakukan pengobatan pada dukun patah. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi biaya pengobatan pada metode pengobatan patah tulang tradisional di Kabupaten Bireuen.Penelitian ini menggunakan metode kualitatif, yang berlangsung sejak Juni hingga Oktober 2014.Penelitian dilakukan di 7 tempat pengobatan patah tulang terhadap 28 orang pasien patah tulang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa biaya yang harus dikeluarkan oleh seorang pasien yang akan menjalani rawat inap adalah antara Rp 2.500.000 – Rp 11.000.000, bergantung pada tingkat keparahan fraktur yang dialami pasien. Jika seorang pasien ingin melakukan pengobatan rawat jalan, maka biaya yang harus dikeluarkannya adalah Rp 800.000 – Rp.5.000.000. Berdasarkan hasil yang telah dipaparkan, diharapkan penelitian ini dapat menjadi salah satu referensi bagi pasien yang akan memilih tempat pengobatan tradisional patah tulang tentang biaya yang harus disiapkan oleh pasien maupun keluarga.Kata kunci :dukun patah, patah tulang, biaya pengobatanAbstractTraditional bone setting is a treatment that knowing for a long time ago in worldwide. About 80% patients with fractures in worldwide are managed by traditional bone setters. A review of available literature shown that one of the reason patient with fractures seeing the traditional bone setters because the cost more cheaper, but all literatures never shown the cost that must be spent when someone choose to seeing traditional bone setting specificly. The aim of this study is to identificate the cost and payment in traditional bone setting at Bireuen District. This study was a qualitative methode, carried out from June to October 2014. The research carried out in 7 traditional bone settings, and 28 patients with fractures. The result shows that each patients whose hospitalized in traditional bone seting must be spend about Rp 2.500.000 to Rp 11.000.000, depending on the severity of fracture. If someone make decision to choose be an outpatiens to get treatment in traditional bone setting, they must spend about Rp 800.000 to Rp 5.000.000. This study hopes the result can be a reference for patient and family about the cost and payment in traditional bone setting treatment to prepare their finance.Key words :traditional bone setter, fracture, financing of treatment
Perbandingan beban keluarga antara pendidikan psikologi (psychoeducation) keluarga tunggal dan keluarga lengkap (kelompok keluarga) Isna Isna; Endang Meutiawati; Rusli Yusuf
Jurnal Ilmu Keperawatan Vol 5, No 2 (2017): Jurnal Ilmu Keperawatan (JIK) Volume V No.2 Juli-Desember 2017
Publisher : Jurnal Ilmu Keperawatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (295.807 KB)

Abstract

AbstractPasien skizofrenia harus tinggal bersama keluarga mereka untuk mendapatkan bantuan dari keluarga untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari mereka. Keluarga memiliki/mengalami beban selama merawat pasien di rumah. Oleh karena itu, penelitian ini memberikan psikoedukasi melalui pendidikan kesehatan dan melakukan kunjungan ke rumah (home visit) keluarga yang merawat pasien skizofrenia untuk mengurangi beban keluarga. Penelitian psikoedukasi ini telah dibangun dari konsep (piramida psychoeducation hirarcy) hirarki piramida psikoedukasi oleh Yasaman, Annemaree. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk membandingkan beban keluarga antara keluarga yang mengikuti pendidikan kesehatan dan kunjungan rumah. Penelitian ini dilakukan dengan model design penelitian quasi-experimental dengan menggunakan pre dan post test tanpa grup control. Responden dibedakan menjadi dua grup dengan menggunakan cluster sampling. Selanjutnya, Purposive sampling digunakan untuk menentukan sample pada setiap grupnya. Questionnaire beban keluarga digunakan untuk mengukur beban keluarga. Hasil menunjukkan bahwa keluarga yang berada di kelompok kunjungan memiliki beban keluarga yang signifikan tinggi daripada kelompok pendidikan kesehatan (t = 3.56, p 0.01). Dapat disimpulkan bahwa pendidikan psikologi (Psychoeducation) melalui kunjungan rumah lebih efektif dalam mengurangi beban keluarga diantara keluarga daripada memberikan pendidikan kesehatanKata kunci : Beban Keluarga; psychoeducation; pendidikan kesehatan; kunjungan rumah; schizophrenia AbstractSchizophrenic patients need stay with their family in order to have helping from family to meet their daily function. Family experienced burden during take care the patient at home. Therefore, this study provided psychoeducation through health education and home visit for family who caring schizophrenic patient to reduce family burden. Psychoeducation was developed by researcher based on concept of pyramid psychoeducation hierarchy. The objective of this study is to compare family burden between the family who attended health education and home visit. This study employed a quasi-experimental research design. The research design used in this study is quasi experimental with pre and post test without control group. Respondents were assigned into health education and home visit group by using cluster sampling. Then, purposive sampling was used to choice sample for each group. The Family Burden Questionnaire (FBQ) was used to measure family burden. The result showed that the family in home visit group had significantly higher family burden than health education group (t = 3.56, p 0.01). In conclusion, psychoeducation through home visit was more effective in reducing family burden among family than health education. Key words:  family burden; psychoeducation; health education; home visit; schizophrenia
Peran Keluarga Sebagai Pengawas Minum Obat (Pmo) Dengan Tingkat Keberhasilan Pengobatan Penderita Tuberkulosis Paru Jufrizal Jufrizal; Hermansyah Hermansyah; Mulyadi Mulyadi
Jurnal Ilmu Keperawatan Vol 4, No 1 (2016): Jurnal Ilmu Keperawatan (JIK) Volume IV No.1 Januari-Juni 2016
Publisher : Jurnal Ilmu Keperawatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (505.118 KB)

Abstract

Tuberkulosis (TB) merupakan suatu epidemik global dengan hampir 9 juta kasus baru pada tahun 2013 dan 1,5 juta kematian; 360.000 kematian akibat TB. Salah satu komponen dari strategi penanggulangan TB Paru adalah menggunakan Directly Observed Treatment Shortcourse (DOTS) melalui Pengawas Minum Obat (PMO). Keluarga dapat dijadikan PMO yang akan memantau dan mengingatkan penderita TB Paru untuk meminum obat sesuai program. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi hubungan peran keluarga sebagai pengawas minum obat (PMO) dengan tingkat keberhasilan pengobatan penderita TB Paru di wilayah kerja Puskesmas Banda Sakti Kota Lhokseumawe. Penelitian bersifat deskriptif korelatif dengan pendekatan retrospektif ini dilakukan pada 31 Agustus s/d 23 Oktober 2015 dengan metode wawancara terhadap 63 keluarga yang memiliki penderita TB Paru. Hasil penelitian menunjukkan peran keluarga sebagai PMO dalam katagori baik (79,4%) dan tingkat keberhasilan pengobatan (73%). Terdapat hubungan antara peran keluarga sebagai PMO dengan tingkat keberhasilan pengobatan (p=0,000 ; OR=20,476). Peran keluarga sebagai PMO berhubungan dengan pemeriksaan BTA (p=0,000 ; OR=18,278), peningkatan berat badan (p=0,000 ; OR=25,067), kelengkapan minum obat (p=0,001 ; OR=13,417). Peran keluarga sebagai PMO sangat menentukan dalam keberhasilan pengobatan TB. Diharapkan kepada keluarga untuk lebih peduli pada penderita TB melalui kartu kendali keluarga sehingga pengawasan lebih terkontrol.Kata Kunci: Peran keluarga, PMO, pengobatan, TB Paru.AbstractTuberculosis (TB) is a global epidemic with almost 9 million of new cases in 2013 and from 1.5 million death; 360,000 of them were caused by TB. One component of strategies for overcoming pulmonary TB is by using Directly Observed Treatment Shortcourse (DOTS) through tuberculosis treatment observer (PMO). Family can be a PMO to control and remind the family member with pulmonary TB to take drug according to the program. This study aimed to identify association of the family role as tuberculosis treatment observer with tuberculosis treatment success level of pulmonary tuberculosis patients at banda sakti public health center coverage area in lhokseumawe city. This study was a descriptive correlational study with retrospective approach conducted on August 31st to October 23rd 2015 with interview method 63 families that had the family member with pulmonary TB. The result of the study showed that the role of family as PMO was in good category (79,4%), and the level of treatment success (73%). There was relationship between the role of family as PMO and the level of treatment success (p=0,000 ; OR=20,476). The role of family as PMO also related to the examination of BTA test (p=0,000 ; OR=18,278), weight gain (p=0,000 ; OR=25,067); and completeness of drugs taking (p=0,001 ; OR=13,417). The role of family as PMO is very determining in the success of TB treatment. It is expected to family to care the family member with TB more by having family control card so that the oversight can be more controlled.Keywords: Role of Family, PMO, treatment, pulmonary TB.

Page 3 of 15 | Total Record : 141