cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
jpenataanruang@gmail.com
Editorial Address
Departemen Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik Sipil, Perencanaan dan Kebumian (FTSPK),Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Sukolilo, Surabaya 60111
Location
Kota surabaya,
Jawa timur
INDONESIA
Jurnal Penataan Ruang
ISSN : 19074972     EISSN : 2716179X     DOI : -
Core Subject : Engineering,
Jurnal Penataan Ruang (JPR) merupakan jurnal yang dikelola oleh Departemen Perencanaan Wilayah dan Kota yang diterbitkan oleh Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat (LPPM) Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS), Surabaya, Indonesia. Tujuan dari Jurnal Penataan Ruang adalah sebagai wadah diseminasi hasil-hasil penelitian pengabdian masyarakat pada bidang Perencanaan Wilayah dan Kota, baik di Indonesia maupun internasional.
Articles 5 Documents
Search results for , issue "Vol 12, No 1 (2017): Jurnal Penataan Ruang 2017" : 5 Documents clear
Arahan Pengembangan Infrastruktur Desa Wisata Talun Kecamatan Ngebel Kabupaten Ponorogo Arwi Yudhi Koswara; Valdy Kristianto; Irmawandari Irmawandari; Firsty Amalia
Jurnal Penataan Ruang Vol 12, No 1 (2017): Jurnal Penataan Ruang 2017
Publisher : Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota, ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (236.024 KB) | DOI: 10.12962/j2716179X.v12i1.5219

Abstract

Kabupaten Ponorogo merupakan wilayah yang memiliki potensi alami Telaga Ngebel untuk pengembangan pariwisata sebagai salah satu alternatif daerah tujuan wisata unggulan Jawa Timur. Desa desa di sekitar Telaga Ngebel mempunyai beberapa potensi seperti potensi hasil alam dan komoditas perkebunan. Desa Talun merupakan desa terluas di Kecamatan Ngebel seluas 16,72 Km2 atau 27,42 % dari luas seluruh kecamatan Ngebel (BPS dalam angka Kecamatan Ngebel, 2015), tetapi Desa Talun, Kecamatan Ngebel masih kurang mendukung untuk dijadikan desa wisata karena dari beberapa aspek aksesbilitas dan fasilitas yang tersedia belum lengkap. Dari data diatas diperlukan penelitian Arahan Pengembangan Infrastruktur Desa Wisata Talun Kecamatan Ngebel Kabupaten Ponorogo. Penelitian ini bertujuan mendapatkan arahan pengembangan infrastruktur yang dibutuhkan desa Talun Kecamatan Ngebel Ponorogo, tahapan penelitian ini ada 2, pertama identifikasi kondisi infrastruktur desa wisata Talun, kekuatan dan kelemahan desa wisata Talun dan arahan pengembangan. Hasil dari identifikasi menunjukan 4 komponen wisata desa Talun ada dengan kondisi beragam, obyek wisata berupa air terjun zig zag, akses menuju obyek wisata jalan tanah tanpa penanda, infrastrutur dasar sudah ada air bersih, listrik tanpa drainase. Fasilitas wisata desa belum ada gazebo, gardu pandang, restoran dan rest area yang memadai. Hospitality service memiliki potensi warga desa telah banyak yang bekerja di jasa pariwisata. Untuk arahan yang diusulkan penambahan sign gapura menuju desa wisata Talun untuk mempermudah akses.melengkapi restoran dan gazebo agar wisatawan dapat berlama lama di Talun. Agar konsumsi wisatawan banyak di desa Talun diengkapi wisata memancing dan petik buah, hinga lengkap aspek apa yang dilihat, apa yang dilakukan dan apa yang dibeli.Kata Kunci: Air Terjun Zigzag, Infrastruktur, Desa Wisata Talun 
Adaptasi Peningkatan Resiliensi Aspek Sosial Berdasarkan Konsep Climate and Disaster Resilience Initiative (CDRI) di Wilayah Perkotaan Benjeng dan Cerme, Gresik Mega Utami Ciptaningrum; Adjie Pamungkas
Jurnal Penataan Ruang Vol 12, No 1 (2017): Jurnal Penataan Ruang 2017
Publisher : Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota, ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (427.644 KB) | DOI: 10.12962/j2716179X.v12i1.5221

Abstract

Banjir luapan Kali Lamong Kabupaten Gresik berdampak pada dua wilayah perkotaan Benjeng dan Cerme. Dalam menghadapi bencana, saat ini konsep resiliensi menjadi tren untuk mengurangi dampak kerugian yang ditimbulkan karena lebih menghemat biaya. Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa wilayah perkotaan Benjeng dan Cerme memiliki resiliensi yang tinggi terhadap banjir, namun masih perlu adanya penguatan dan peningkatan pada beberapa aspek sosial. Sehingga dibutuhkan arahan adaptasi peningkatan resiliensi sosial di wilayah perkotaan Benjeng dan Cerme. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Content Analysis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat 43 arahan adaptasi peningkatan resiliensi untuk wilayah perkotaan Benjeng dan 19 arahan untuk wilayah perkotaan Cerme. Fase mitigasi dan learning adaptation menjadi titik berat dalam meningkatkan risiliensi kedua wilayah perkotaan.Kata Kunci: Adaptasi, Dimensi sosial, Perkotaan, Resiliensi.
Transformasi Dampak Krisis Ekonomi ke Krisis Lingkungan Binaan oleh Sektor Informal Sardjito Sardjito
Jurnal Penataan Ruang Vol 12, No 1 (2017): Jurnal Penataan Ruang 2017
Publisher : Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota, ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (449.307 KB) | DOI: 10.12962/j2716179X.v12i1.5222

Abstract

Keberadaan Pedagang Kaki Lima (PKL) cenderung diassumsikan sebagai bentuk manifestasi dari “kemiskinan” dalam kawasan perkotaan. Keberadaan Pedagang Kaki Lima (PKL) memiliki dampak negatif sekaligus dampak positif yang relatif seimbang pengaruhnya terhadap kehidupan perkotaan, hal ini menjadi suatu justifikasi bahwa eksistensi PKL perlu dipertahankan. Untuk itu perlu pemahaman karakteristik PKL guna menata para PKL. Dalam studi identifikasi karakteristik PKL, penulis mencoba mengeksploitasi permasalahan kota yang dibangkitkan (generated) oleh sektor informal khususnya Pedagang Kaki Lima, bahwa telah terjadi suatu pergeseran “paradigma” pandangan terhadap keberadaan PKL, dimana perspektif “dulu” berpandangan bahwa keberadaan PKL sebagai reaksi dari keterpurukan dalam aspek ekonomi yang berbuntut menjamurnya “Sektor Informal”, anggapan yang tumbuh “sekarang” ini adalah bahwa sektor informal telah dianggap sebagai “katup penyelamat” Akan tetapi anggapan tersebut masih perlu dilakukan pengkajian ulang (redifine) dalam memandang PKL, untuk itu tujuan penulisan ini adalah melakukan identifikasi terhadap perubahan sudut pandang para pelaku sektor informal, khususnya PKL dari kegiatan yang sifatnya sementara (temporary) menjadi kegiatan yang menjanjikan keberadaannya (permanent) yang akhirnya berpengaruh terhadap lingkungan binaan di perkotaan. Dalam melakukan identifikasi karakteristik PKL, menggunakan metode pendekatan kualitatif. Data diperoleh melalui teknik wawancara terhadap stakeholders PKL, khususnya terhadap pelaku (pedagang) PKL, kemudian diinterpretasikan untuk dipaparkan secara kualitatif, guna memahami karakteristik kegiatan PKL di wilayah penelitian Hasil studi teridentifikasikan bahwa PKL sebagai suatu “proses” yang dapat menyebabkan terjadinya krisis baru, dimana perubahan (transformasi) PKL sebagai pekerjaan yang bersifat sementara untuk bertahan hidup (survive), beralih ke pembentukan komunitas PKL yang mempunyai kekuatan bersifat latent (hidden power) yang kemudian melakukan “pembenaran” (justification) eksistensi mereka kedalam bentuk “permanen” yang pada akhirnya berimplikasi kepada krisis lingkungan binaan di dalam kawasan kota. Krisis lingkungan antara lain terhadap estetika kota, lingkungan binaan, hak atas lahan, kemacetan lalu lintas sebagai dampak yang ditimbulkan (eksternalitas) dari keberadaan PKL. Oleh karena itu dalam memandang kegiatan PKL, perlu dilihat lebih arif dan bijaksana, bahwa keberadaan PKL sebagai sektor informal perlu penanganan yang khusus, bukan hanya dipandang sebagai sekedar sektor “Informal” tetapi juga sebagai bentuk kegiatan “Formal” yang mampu berpengaruh pada lingkungan binaan.Kata Kunci: PKL, Krisis Lingkungan
Arahan Pengembangan Perumahan dan Kawasan Permukiman di Kabupaten Probolinggo, berdasarkan Kesesuaian Lahan Kusuma, Surya Hadi
Jurnal Penataan Ruang Vol 12, No 1 (2017): Jurnal Penataan Ruang 2017
Publisher : Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota, ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (225.101 KB) | DOI: 10.12962/j2716179X.v12i1.5223

Abstract

Perumahan merupakan salah satu kebutuhan dasar bagi kehidupan manusia yang berfungsi sebagai tempat tinggal untuk berlindung dan bersosialisasi. Rumah tidak hanya dipandang sebagai kebutuhan untuk tempat tinggal saja, tapi lebih bagaimana menciptakan suasana yang layak huni (livible), aman (safe), nyaman (comfortable), damai (peaceful) dan sejahtera (prosperous) serta berkelanjutan (sustainable). Kebutuhan akan perumahan dari tahun ke tahun terus mengalami peningkatan dikarenakan jumlah penduduk yang terus meningkat. Kabupaten Probolinggo memiliki tingkat pertumbuhan penduduk rata-rata 0,73% pertahun dengan kepadatan penduduk tertinggi di kecamatan Sumberasih, Kraksaan dan Dringu. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan kawasan permukiman baru yang sesuai dengan konsep layak huni, aman dan berkelanjutan. Kesesuaian lahan untuk pengembangan perumahan dan kawasan permukiman menggunakan pedoman dan ketetapan dari peraturan pemerintah. Metode analisis dengan menggunakan metode tumpang tindih (overlay) dengan teknik intersect overlay, yang terdapat pada software ArcGIS. Berdasarkan hasil analisis didapatkan 3 area/zona kesesuaian lahan pengembangan perumahan dan kawasan permukiman di Kabupaten Probolinggo, yaitu zona S1 (sangat sesuai) dengan luas sekitar 155,46 km2 dan dapat dikembangkan sampai tingkat kepadatan bangunan tinggi, area/zona S2 (cukup sesuai) dengan luas sekitar 105,05 km2 dan arahan sampai tingkat kepadatan sedang, dan area/zona S3 (hampir sesuai) dengan luasan sekitar 29,12 km2 dengan arahan hanya tingkat kepadatan rendah. Untuk area/zona S2 dan S3 membutuhkan rekayasa lahan dalam pengembangannya.Kata Kunci: Perumahan, kawasan permukiman, kesesuaian lahan, intersect overlay
Urban Morphology of European and Asian Cities : A Descriptive Case Study Ardy Maulidy Navastara
Jurnal Penataan Ruang Vol 12, No 1 (2017): Jurnal Penataan Ruang 2017
Publisher : Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota, ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (511.124 KB) | DOI: 10.12962/j2716179X.v12i1.5218

Abstract

According to Larkham (2002), urban morphology is an important assessment method in determining the transformation processes of urban contexture, making sense of the historical roots of spatial and functional structure and bringing them to the present day. The purpose of this study is to explore various urban forms in European and Asian cities from its morphological aspects, and construe the distinction between them. To be able construe them based on their city representatives from each continent (Europe and Asia), this study begins with a discussion toward the city of Rome and London as the representative of European city, and city of Singapore and Tokyo as the representative of Asian city. Exploratory approach is used for descriptive case study to deliberate decision in figure out the comparison between two urban form in European and Asian cities based on its morphological aspects. The result of this study shows that history, road patterns, and city’s architecture strongly influence the morphological changes of the cities that discussed in this paper. Lastly, this paper also discuss the main comparation between european and asian cities based on the morphological characteristic. Keyword: European and asian cities, urban form, urban morphology

Page 1 of 1 | Total Record : 5