cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota semarang,
Jawa tengah
INDONESIA
BULETIN OSEANOGRAFI MARINA
Published by Universitas Diponegoro
ISSN : 20893507     EISSN : 25500015     DOI : -
Core Subject : Science,
Buletin Oseanografi Marina (BULOMA) adalah jurnal yang menginformasikan hasil penelitian dan telaah pustaka tentang aspek Oseanografi, Ilmu Kelautan, Biologi Laut, Geologi Laut, Dinamika Laut dan Samudera, Estuari, Kajian Enerji Alternatif, Mitigasi Bencana, Sumberdaya Alam Pesisir, Laut dan Samudera.
Arjuna Subject : -
Articles 10 Documents
Search results for , issue "Vol 10, No 1 (2021): Buletin Oseanografi Marina" : 10 Documents clear
Potensi Penyimpanan Karbon Pada Vegetasi Padang Lamun di Perairan Pulau Besar Utara, Sikka, Maumere, Nusa Tenggara Timur Jan Ericson Wismar; Wilis Ari Setyati; Ita Riniatsih
Buletin Oseanografi Marina Vol 10, No 1 (2021): Buletin Oseanografi Marina
Publisher : Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/buloma.v10i1.27223

Abstract

Konsep blue carbon adalah salah satu upaya untuk mengurangi emisi gas karbon pemicu pemanasan global dengan cara memanfaatkan vegetasi pesisir sebagai penyerap karbon. Ekosistem lamun merupakan salah satu ekosistem pesisir yang dapat menyerap  karbon dalam jumlah besar. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kondisi lamun dan kandungan karbon pada lamun di Perairan Pulau Besar Utara, Maumere, Sikka.  Pengamatan lamun menggunakan transek kuadrat 50x50cm menurut panduan LIPI. Sampling lamun dilakukan acak menggunakan seagrass core berdiameter 15 cm di setiap lokasi. Perhitungan kandungan karbon menggunakan metode Loss On Ignition (LOI) yang kemudian dikonversikan dengan nilai biomassa pada setiap titiknya. Jenis lamun yang ditemukan sebanyak 4 spesies yaitu Enhalus acoroides, Thalassia hemprichii,, Cymodocea rotundata,dan Syringodium isoetifolium. Lokasi pengamatan memiliki tutupan lamun sangat padat. Nilai biomassa dibawah  dan diatas substrat pada lokasi pengamatan didapat nilai 424,60 gbk/m2  dan 79,67 gbk/m2. Total kandungan karbon pada lokasi pengamatan  adalah 41,95 gC/m2. Kandungan karbon terbesar disimpan pada jaringan lamun (akar dan rhizoma) dengan spesies E. acoroides sebagai penyumbang nilai biomassa  dan kandungan karbon tertinggi. Lokasi perairan Pulau Besar Utara, Maumere memiliki kondisi perairan yang baik dengan kerapatan lamun yang tinggi, secara umum kandungan karbon yang terdapat pada perairan tersebut memiliki kandungan yang tinggi. Kondisi lamun yang baik akan memiliki simpanan karbon yang baik dan hal ini merupakan salah satu upaya dalam mitigasi perubahan iklim sekaligus menjaga kelestarian laut.  The concept of blue carbon is one of the efforts to reduce carbon gas emissions that trigger global warming by utilizing coastal vegetation as a carbon sink. Seagrass ecosystems are one of the coastal ecosystems that can absorb large amounts of carbon. This study aims to find seagrass conditions and carbon content in seagrasses on the waters of Besar Utara Island, Maumere, Sikka. Seagrass observations used a 50x50cm quadrant transect according to the LIPI guideline, 2017. Seagrass sampling was using seagrass cores with 15cm diameter in each location. Calculation of carbon content using the Loss On Ignition (LOI) method which is then converted to biomass values at each point. Seagrass species found in location sampling were 4 species, namely Enhalus acoroides, Thalassia hemprichii, Cymodocea rotundata, and Syringodium isoetifolium. The Location  has very dense seagrass cover. Biomass values below and above the substrate at location sampling (424.60 gbk / m2 and 79.67 gbk / m2). The total carbon content in location sampling is 41.95 gC / m2. The largest carbon content is stored in seagrass tissues (roots and rhizomes) with E. acoroides as a contributor to the highest biomass and carbon content. The location of Besar North island, Maumere has good water conditions with high seagrass density, in general the carbon storage at the location of Besar North island is high condition. Seagrass with good condition will have good carbon storage and this is one of the efforts in mitigating climate change at once preserving the sea.
Particle Tracking Model Approach for Analyzing Crude Oil Spill (Palm Fatty Acid Distillate) in Bayur Bay Based on Navier Stokes Discrete Koko Ondara; Ulung Jantama Wisha; Serli Marlinda Panjaitan
Buletin Oseanografi Marina Vol 10, No 1 (2021): Buletin Oseanografi Marina
Publisher : Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/buloma.v10i1.29036

Abstract

Oil spilled in the marine ecosystem may be induced by some sources which alter over time and location. Oil leakage from offshore oil drilling, underwater oil pipeline leakage, etc., are the possible source of oil spill pollution. Marine pollution generated by oil spilling occurred in Padang City in 2017. Palm Fatty Acid Distillate (PFAD) spilled within Bayur Bay Harbor due to a leaking storage tank. As much as 50 tons of PFAD overflowed and commenced to pollute Bayur coastal bay. This study aimed to determine the distribution pattern of oil spills throughout the Bayur Bay based on a hydrodynamical model. We employed some oceanographic data and PFAD characteristics obtained directly from survey results. We simulated the particle tracking model for 30 days since the PFAD spilled within the port.  The model developed applied the Least Square method to analyze tidal data and a flexible mesh as a model basis, while the governing equation used is Navier Stoke discrete. During a month of simulation, the dominant particles' distribution is still spinning around the Bayur Bay due to the weak current characteristics with the magnitude ranging from 0.02-0.06 m/s. The lighter PFAD particle mass tended to move faster throughout the bay and settled in the coastal area. It will pollute the coastal system even though it is going to be decomposed chemically in the sediment.
Studi Morfologi Dasar Laut dengan Survey Batimetri di Daerah Pantai Pasar Palik, Bengkulu Utara Ashar Muda Lubis; Nanda Sari; Juhendi Sinaga; M. Hasanudin; Edi Kusmanto
Buletin Oseanografi Marina Vol 10, No 1 (2021): Buletin Oseanografi Marina
Publisher : Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/buloma.v10i1.32691

Abstract

Daerah Pantai Pasir Palik, Bengkulu Utara merupakan salah satu daerah dengan tingkat abrasi yang tinggi. Salah satu faktor pemicu cepatnya laju abrasi adalah morfologi dasar laut yang mempengaruhi tinggi gelombang yang sampai ke pantai. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui bentuk morfologi dasar laut di daerah Pantai Pasar Palik dengan survey batimetri dan membandingkannya dengan data batimetri dari Badan Informasi Geospasial (BIG) resolusi 25 m, Earth Topography 1-Arc Minute Gird (ETOPO1) dengan resolusi 1850 m dan General Bathymetric Chart of the Ocean (GEBCO) resolusi 450 m dan 900 m. Pengambilan data dilakukan dengan pemeruman menggunakan Single Beam Echosounder danGlobal Positioning System (GPS). Koreksi pasang surut dilakukan dengan bantuan perangkat lunakwxtide4.7. Hasil penelitiaan menunjukkan pada pengukuran Echosounderkedalaman maksimum mencapai10 m, sedangkan data BIG maksimum 8 m, GEBCO 450 m mencapai 55 m, GEBCO 900 m mencapai 32 m sedangkan ETOPO1 hanya 2,67 m. Kemiringan morfologi dasar laut dikategorikan landai dengan nilai kemiringan 0,32˚. Morfologi bawah laut di daerah pantai dapat dipengaruhi oleh faktor hidrografi dan oseanografi, maka penelitian lanjutan sangat diperlukan untuk melihat dinamika perubahan morfologi dasar laut. The Palik Coast area, North Bengkulu, is one of the area with high level of abrasion. One of the factors triggering the rapid rate of abrasion is the seabed morphology which affects the height wave energy near the coast. The purpose of this study was to determine the seabed morphology based on slope of seabed in Pasar Palik coast area with bathymetry survey, and also to compare the result with other bathymetry data; the BIG with resolution of 25 m, ETOPO1 with resolution of 1850 m and GEBCO resolution of 450 m and 900 m. The research was carried out by measuring bathymetry using Single Beam Echosounder and GPS. Tidal correction was conducted by using wxtide4.7 software. The result shows that the maximum depth reaches 10 m while the BIG data has the maximum depth of 8 m.Maximum depth  from GEBCO, GEBCO 900 m, ETOPO1 data is 55 m, 32 m and 2.67 m respectively. The slope of the seabed morphology is categorized as as declivous with a slope value of 0.32˚. Morphology in coastal areas can be influenced hydrography dan oceanography factors, further research is needed to better understand the dynamics of morphology changes.
Pemanfaatan Kitosan untuk Menurunkan Kadar Logam Pb dalam Perairan yang Tercemar Minyak Bumi Rima Rosema; Endang Supriyantini; Sri Sedjati
Buletin Oseanografi Marina Vol 10, No 1 (2021): Buletin Oseanografi Marina
Publisher : Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/buloma.v10i1.31051

Abstract

Kitosan telah banyak dimanfaatkan dalam berbagai bidang kehidupan manusia, salah satunya dijadikan sebagai adsorben logam berat. Logam berat timbal (Pb) merupakan polutan yang mencemari perairan dan bersifat toksik. Penelitian ini bertujuan untuk menguji kapasitas dan daya adsorpsi larutan kitosan komersial dan non komersial (produk sendiri) dalam konsentrasi berbeda terhadap logam Pb. Metode penelitian yang digunakan yaitu eksperimental laboratoris dengan rancangan percobaan Faktorial 2 Aras dengan menggunakan 1 kontrol (0 %) dan 4 perlakuan yaitu konsentrasi 0,5% (A), 1% (B), 1,5% (C) dan 2% (D). Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat interaksi antara sumber kitosan dengan konsentrasi kitosan untuk menurunkan kandungan Pb. Dosis terbaik yang mampu menurunkan logam Pb untuk kitosan komersial yaitu pada konsentrasi 1% dengan kapasitas penyerapan sebesar 0,228 mg/g dan kemampuan penyerapan sebesar 87,870 %. Sedangkan kitosan non komersial mampu menurunkan logam Pb pada konsentrasi 1,5% dengan kapasitas penyerapan sebesar 0,143 mg/g dan kemampuan penyerapan sebesar 82,660 %.  Chitosan has been widely used in various fields of human life, one of which is used as a heavy metal adsorbent. Lead heavy metals (Pb) is a pollutants that pollutes the waters and is toxic. This study aims to examine the capacity and adsorption capacity of commercial and non-commercial chitosan  solutions  (own products) in  different concentrations of Pb metal. The research method used is an experimental laboratories with chitosan from the isolation itself and commercial chitosan. The research method used is an experimental laboratory with 2 Aras factorial experimental design using 1 control  (0%) and 4 treatments namely a concentrations of 0.5% (A), 1% (B), 1.5% (C) and 2% (D). The results showed that there was an interaction between chitosan sources and chitosan concentration to reduce Pb content. The best dose that can reduce Pb metal for commercial chitosan is at a concentration of 1% with an adsorption capacity of 0.228 mg/g, and an adsorption ability of 87.870 %. while non-commercial chitosan can reduce Pb metal at a concentration of 1.5 % with an adsorption capacity of 0.143 mg/g and an adsorption ability of 82.660 %.  
Studi Penjalaran Gelombang Laut di Pulau Panjang, Kabupaten Jepara Tri Widya Laksana Putra; Muhammad Zainuri; Denny Nugroho Sugianto
Buletin Oseanografi Marina Vol 10, No 1 (2021): Buletin Oseanografi Marina
Publisher : Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/buloma.v10i1.34299

Abstract

Pulau Panjang terletak di sebelah barat pantai Kota Jepara memiliki luas wilayah teritorial 30 Ha dan dimanfaatan sebagai wisata pulau, wisata ziarah, dan lokasi penangkapan ikan. Kombinasi kondisi gelombang ekstrim dan air pasang mengakibatkan tekanan kuat di pesisir Pulau Panjang sehingga menimbulkan kerusakan pada fasilitas wisata. Berdasarkan hal tersebut, diperlukan adanya analisis mengenai karakteristik penjalaran gelombang laut untuk menunjang segala jenis kegiatan masyarakat. Analisis penjalaran gelombang dilakukan melalui pendekatan pemodelan numerik hidrodinamika dua dimensi (two-dimensional hydrodynamic model). Data primer yang digunakan adalah data pengukuran langsung nilai gelombang menggunakan instrument Acoustic Doppler Current Profiler dan pengukuran langsung data batimetri menggunakan instrument single-beam echosounder. Data sekunder meliputi data angin (1999 – 2019) yang didapatkan dari portal unduh data di www.ogimet.com, data pasang surut BMKG dan data batimetri dari Badan Informasi Geospasial. Tinggi gelombang signifikan (Hs) dan periode signifikan (Ts) didapatkan dari konversi data angin menjadi nilai Hs dan Ts dengan metode DNS. Nilai Hs dan Ts maksimal setiap arah mata angin mmenjadi input perhitungan model hidrdodinamika. Hasil spasial penjalaran gelombang tertinggi terjadi pada arah datang gelombang dari arah timur laut, tenggara dan barat.  Penjalaran gelombang di Pulau Panjang menciptakan daerah terlindung di sisi seberang dari arah datang gelombang dan saat gelombang endekati pantai penjalaran gelombang mengikuti kontur garis pantai diikuti dengan melemahnya kecepatan rambat gelombang. Panjang Island is located on the west coast of Jepara City and has a territorial area of 30 hectares and is used as island tourism, pilgrimage tours, and fishing locations. The combination of extreme wave conditions and high tide resulted in strong force on the coast of Panjang Island causing damage to tourist facilities. Based on this, it is necessary to have an characteristics analysis of the sea waves propagation to support all types of community activities. Analysis of the propagation of the waves was carried out using a two-dimensional hydrodynamic model approach. The primary data used are direct measurement data of wave values using the Acoustic Doppler Current Profiler instrument and direct measurement of bathymetric data using a single-beam echosounder instrument. Secondary data includes wind data (1999 - 2019) obtained from the data download portal at www.ogimet.com, BMKG tidal data and bathymetry data from the Geospatial Information Agency. Significant wave height (Hs) and significant period (Ts) are obtained from the conversion of wind data into Hs and Ts values using the DNS method. The maximum Hs and Ts values for each cardinal direction are the input for calculating the hydrodynamic model. The highest spatial results of wave propagation occur in the coming direction of waves from the northeast, southeast and west. The wave propagation in Panjang Island creates a protected area on the opposite side from the direction of the waves coming and when the waves approach the coast the propagation of the waves follow the contours of the coastline followed by a weakening of the wave propagation speed.
Valuasi Ekonomi Ekosistem Mangrove di Desa Timbulsloko Kecamatan Sayung Kabupaten Demak Vita Fitriana Mayasari; Rudhi Pribadi; Nirwani Soenardjo
Buletin Oseanografi Marina Vol 10, No 1 (2021): Buletin Oseanografi Marina
Publisher : Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/buloma.v10i1.31359

Abstract

Ekosistem mangrove memiliki fungsi fisik, ekologi, dan ekonomi bagi manusia. Pemanfaatan mangrove yang tidak konservatif dapat menimbulkan kerusakan mangrove dan abrasi. Pemulihan ekosistem mangrove dengan rehabilitasi dan konservasi dapat meningkatkan pendapatan masyarakat. Peningkatan pendapatan masyarakat ini mendorong diperlukannya perhitungan valuasi ekonomi terhadap ekosistem mangrove. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui total use value dan non use value ekosistem mangrove di Desa Timbulsloko, Kecamatan Sayung, Kabupaten Demak. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif untuk menghimpun data monografi terkait ekosistem mangrove dan metode eksploratif untuk penentuan use value dan non use value ekosistem mangrove. Responden penelitian adalah 30 orang terdiri dari 29 masyarakat dan 1 orang perangkat desa yang berkaitan dengan keberadaan ekosistem mangrove secara langsung dan tidak langsung. Penelitian dilakukan pada Bulan September – Desember 2017. Hasil penelitian menunjukan nilai total ekonomi ekosistem mangrove di Desa Timbulsloko adalah Rp 164.897.377,1/ha/tahun atau Rp 12.703.693.939/ tahun dengan luasan ekosistem mangrove 77,04 ha. Nilai tersebut terdiri dari total use value dan non use value dari sektor perikanan dan kelautan yang terkait dengan ekosistem mangrove. Use value sebesar Rp 11.095.403.189/tahun atau Rp 144.021.329/ha/tahun. Use value meliputi nilai guna langsung, nilai guna tidak langsung, dan nilai pilihan. Sedangkan non use value sebesar Rp 1.608.290.750/tahun atau Rp 20.876.048,16/ha/tahun. Non use value meliputi nilai keberadaan dan nilai warisan.   Mangrove ecosystem has physical, ecological and economical functions for humans. Non conservative use of mangrove can cause mangrove damage and abrasion. Restoration of mangrove ecosystems with rehabilitation and conservation can increase community income. The increasing of community income can cause the need of economic valuation calculations for the mangrove ecosystem. The purpose of this study was to determine the total of use value and non-use value of the mangrove ecosystem in Timbulsloko Village, Sayung District, Demak Regency. The method used in this study was a descriptive method to collect monograph data related to mangrove ecosystems and an exploratory method for determining use value and non-use value of the mangrove ecosystem. The research respondents were 30 residents consisting of 29 communities and 1 village officer who were directly and indirectly related to the existence of the mangrove ecosystem. This researched was conducted in September – December 2017. The result showed that the total economic value of the mangrove ecosystem in Timbulsloko Village was Rp. 164,897,377.1 / ha / year or Rp. 12,703,693,939 / year in 77.04ha of mangrove ecosystem area range. This value consists of the total use value and non-use value from the fisheries and marine sector which associated with the mangrove ecosystem. The use value of IDR 11,095,403,189 / year or IDR 144,021,329 / ha / year. The use values include direct use value, indirect use value, and option value. Meanwhile, the non-use value is IDR 1,608,290,750 / year or IDR 20,876,048.16 / ha / year. The non-use values include existence value and bequest value.  
Analisis Nitrat dan Fosfat Terhadap Sebaran Fitoplankton Sebagai Bioindikator Kesuburan Perairan Muara Sungai Bodri Imam Mishbach; Muhammad Zainuri; Widianingsih Widianingsih; Hermin Pancasakti Kusumaningrum; Denny Nugroho Sugianto; Rudhi Pribadi
Buletin Oseanografi Marina Vol 10, No 1 (2021): Buletin Oseanografi Marina
Publisher : Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/buloma.v10i1.34645

Abstract

Nitrat dan fosfat adalah unsur nutrien yang menjadi pembatas kelimpahan fitoplankton. Kandungan nitrat dan fosfat di perairan muara akan dipengaruhi oleh faktor biologi, fisika dan kimia perairan, yang menyebabkan timbulnya suatu persebaran. Hal tersebut menjadi permasalahan di Muara Sungai Bodri, Kendal. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengkaji kandungan nitrat dan fosfat beserta pola persebarannya, serta keterkaitannya dengan struktur populasi fitoplankton sebagai bioindikator kesuburan perairan di Perairan Muara Sungai Bodri, Kabupaten Kendal. Penelitian dilaksanakan berdasarkan metoda observasi dengan pendekatan spatio-temporal. Sejumlah 9 stasiun penelitian dan 3 kali waktu sampling yaitu 30 Juni, 1 September dan 27 Oktober 2018. Kandungan nitrat dan fosfat serta kelimpahan fitoplankton ditetapkan sebagai variabel terikat. Sedangkan parameter fisika dan kimia perairan seperti suhu, salinitas, derajat keasaman (pH), oksigen terlarut, kecerahan dan arus ditetapkan sebagai variabel kontrol. Hasil penelitian menunjukan bahwa kandungan nitrat berkisar 0,49-0,9 mg/l serta kandungan fosfat berkisar 0,01-0,29 mg/l yang menunjukkan bahwa perairan Muara Sungai Bodri, Kabupaten Kendal dalam kondisi subur/eutrofik. Kelimpahan fitoplankton menunjukkan nilai kisaran diantara 2.356 sampai dengan 162.626 sel/l, yang tersusun oleh 5 kelas dan 45 jenis/species dengan pola persebaran berbentuk konvergen yang bertumpu pada stasiun 3 dan 5. Perairan Muara Sungai Bodri, Kabupaten Kendal menunjukkan tingkat kesuburan yang tinggi atau eutrofik.   Nitrate and Phosphate are the nutrient element which influence as limiting factor to the phytoplankton population. Nitrate and Phosphate in the water were influence by physical and chemical factors, and will affect to the distribution. The distribution of nitrate and phosphate will affect the distribution of phytoplankton population. The purpose of the research is to analyze the distribution of phytoplankton population due to the influence of nitrate and phosphate contents at Bodri Estuary, Kendal. The research was apllied based on the spatio-temporel approach. There are 9 stations and triple sampling of 30 June, 1st Septembre and 27 Octobre, 2018. The nitrate and phosphate contents and phytoplankton abundance was set as dependent variables. The parameters temperature, salinity, pH, Dissolved Oxygen, transparency and current were used as variable control. The research result show the nitrate content range between 0,49-0,9 mgr./l and the phosphate content range between 0,01-0,29 mgr./l, which indicate that the Bodri Estuary, Kendal is eutrophic. The distribution of nitrate and phosphate contens show a model of convergen on west area of sampling and tend to along the coastline in the east part. The phytoplankton abundance show a range of 2.356 - 162.626 cell /l, which composed of 5 Class and 45 species.
Potensi Kualitatif Produksi Garam dari Perairan Pantai Lubuk dan Pantai Takari, Bangka Belitung Sudirman Adibrata; Fajar Indah Puspita Sari; Andriyadi Andriyadi; Budi Harto
Buletin Oseanografi Marina Vol 10, No 1 (2021): Buletin Oseanografi Marina
Publisher : Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/buloma.v10i1.31797

Abstract

Garam-garaman tersedia di air laut sebagai sumberdaya alam yang melimpah, garam ini diekstraksi untuk memenuhi kebutuhan manusia sehari-hari. Penelitian bertujuan untuk mengetahui potensi kualitatif produksi garam dari Pantai Lubuk dan Pantai Takari, Bangka Belitung. Dua metode sebagai perbandingan yaitu metode perebusan di Pantai Lubuk Desa Lubuk, dan metode penjemuran konvensional air laut yang dilanjutkan rekristalisasi di Pantai Takari Desa Rebo. Analisis potensi kualitatif garam krosok ini membandingkan dengan lokasi lain dan standar SNI. Hasil penelitian menunjukan bahwa potensi kualitastif produksi garam dari Pantai Lubuk dan Pantai Takari cukup menjanjikan karena mampu bersaing dengan produksi dari wilayah lain dan kualitasnya masih dapat ditingkatkan. Berdasarkan metode perebusan tradisional diperoleh kadar NaCl bernilai 89,98%, sementara dengan cara dijemur konvensional dan direkristalisasi bernilai 90,94%, nilai ini menunjukan bahwa kadar NaCl masih di bawah standar SNI yang bernilai 94,0%. Namun demikian, hasil garam ini masih dapat dipergunakan untuk pengasinan ikan, campuran pakan, dan pupuk. Kualitas garam dari Pantai Lubuk dan Pantai Takari untuk Kadar KIO3 tidak terdeteksi, Kadar Bagian yang Tidak Larut dalam Air bernilai 8,98% dan (-); Kadar Air bernilai 2,23% dan 13,10%; Unsur zat pencemar Cd, Pb, Hg, As (dari Pantai Lubuk tidak terdeteksi dan dari Pantai Takari <0,0108, <0,0077, <0,0002, <0,0001). Dengan demikian, penelitian lanjutan diperlukan untuk meningkatkan kualitas garam menjadi lebih baik menuju kualitas standar. Kualitas garam yang baik secara ekonomi dapat menguntungkan sebagai alternatif mata pencaharian masyarakat pesisir di Desa Rebo dan Desa Lubuk. Various salt minerals are available in sea water as an abundant natural resource. This salt can be extracted to meet everyday human needs. This study aims to determine the qualitative potential of salt production from Lubuk Beach and Takari Beach, Bangka Belitung. Two methods were compared: the boiling method (at Lubuk Beach, Lubuk Village) and the conventional seawater drying method followed by recrystallization (at Takari Beach, Rebo Village). the quality of krosok salt analysis was compared with the salt quality from other locations and SNI standards. The results showed that the qualitative potential of salt production from Lubuk Beach and Takari Beach is quite promising because it can compete with production from other regions and its quality can still be improved. Based on the traditional boiling method, the NaCl content in salt was 89.98%, while conventional and recrystallized drying method was 90.94%, this value indicates that the NaCl content was still below the SNI standard (94.0%). However, this salt can still be used for fish salting, feed mixtures and fertilizers. The salt from Lubuk Beach and Takari Beach did not show KIO3 levels, the water-insoluble portion content was 8.98% and (-); Water content was 2.23% and 13.10%; Pollutant elements Cd, Pb, Hg, As (undetectable from Lubuk Beach and from Takari Beach <0.0108, <0.0077, <0.0002, <0.0001). Further research is needed to improve the quality of salt to be better towards standard quality. Economically good quality salt can be beneficial as an alternative livelihood for coastal communities in Rebo and Lubuk villages.
Identifikasi Kondisi Kesehatan Ekosistem Terumbu Karang di Pulau Sepa, Kepulauan Seribu Ankiq Taofiqurohman; Ibnu Faizal; Kholid Agil Rizkia
Buletin Oseanografi Marina Vol 10, No 1 (2021): Buletin Oseanografi Marina
Publisher : Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/buloma.v10i1.32169

Abstract

Kepulauan Seribu merupakan gugusan pulau di perairan utara Jakarta yang memiliki daya tarik wisata terutama untuk snorkeling dan diving dengan adanya terumbu karang, salah satunya adalah Pulau Sepa. Ekosistem terumbu karang merupakan ekosistem yang rentan mengalami degradasi oleh berbagai faktor. Kegiatan snorkeling menjadi salah satu  ancaman yang terjadi pada terumbu karang, oleh karena itu diperlukan pengukuran mengenai kondisi kesehatan ekosistem terumbu karang, khususnya Pulau Sepa kepulauan Seribu, sebagai bentuk integrasi konservasi ekosistem dan pengelolaan wisata. Riset ini dilakukan di Pulau Sepa, Taman Nasional Kepulauan Seribu pada Bulan Maret-Agustus 2020. Wilayah yang diamati merupakan spot snorkeling pada kedalaman 1-5 m pada 10 stasiun penelitian  , dengan mengklasifikasikan warna kesehatan dan juga tipe karang menggunakan klasifikasi dari Coral Watch.  Skor warna kesehatan terumbu karang pada zona snorkeling Pulau Sepa, didominasi dengan kondisi kurang sehat pada skor warna 4, dengan dominasi tipe karang branching dan boulder dan sedikit tipe pertumbuhan plate dan soft. Kriteria kesehatan terumbu karang mayoritas berada pada kurang sehat, sedikit sehat dan tidak ditemukan yang tidak sehat. Rincian kriteria kesehatan terumbu karang kurang sehat di temui pada stasiun 1-10 dengan masing masing persentase 92%, 72%, 100%, 94%, 78%, 94%, 100%, 100%, 67%, dan 89%, untuk rincian kriteria kesehatan terumbu karang sehat pada stasiun 1-10 dengan masing-masing persentase 8%, 28%, 0%, 6%, 22%, 6%, 0%, 0%, 33%, 11%. Faktor lingkungan seperti kecerahan yang dipengaruhi oleh sedimentasi serta tekanan antropogenik dari aktivitas manusia mempengaruhi kondisi tutupan karang di pulau ini. The Thousand Islands are a group of islands in the northern waters of Jakarta which have tourist attractions, especially for snorkeling and diving with the presence of coral reefs, one of which is Sepa Island. Coral reef ecosystem is an ecosystem that is prone to degradation by various factors. Snorkeling activities are one of the threats that occur on coral reefs, therefore it is necessary to measure the health condition of coral reef ecosystems, especially Sepa Island, the Thousand Islands, as a form of integration of ecosystem conservation and tourism management. This research was conducted on Sepa Island, Thousand Islands National Park on March - August 2020. The area observed is a snorkeling spot at a depth of 1-5 m at 10 research stations, by classifying the color of health and also the type of coral using the classification from Coral Watch. The coral reef health color score in the Sepa Island snorkeling zone, was dominated by unhealthy conditions at a color score of 4, with a dominance of branching and boulder coral types and few plate and soft growth types. The majority of coral reef health criteria are unhealthy, slightly healthy and not found unhealthy. Details of the health criteria for unhealthy coral reefs were found at stations 1-10 with each percentage of 92%, 72%, 100%, 94%, 78%, 94%, 100%, 100%, 67%, and 89%, respectively. details of health criteria for healthy coral reefs at stations 1-10 with each percentage of 8%, 28%, 0%, 6%, 22%, 6%, 0%, 0%, 33%, 11%. Environmental factors such as clarity which influenced by sedimentation and anthropogenic factors from human activities affect the condition of coral cover on this island.
Kondisi Makrozoobentos (Gastropoda dan Bivalvia) Pada Ekosistem Mangrove, Pulau Pari, Kepulauan Seribu, Jakarta Meutia Shibaa Nadaa; Nur Taufiq-Spj; Sri Redjeki
Buletin Oseanografi Marina Vol 10, No 1 (2021): Buletin Oseanografi Marina
Publisher : Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/buloma.v10i1.26095

Abstract

Makrozoobentos merupakan indikator biologi perairan, disamping sebagai organisme sesil mereka juga mempunyai daur hidup yang relatif lama. Klass Gastropoda dan Bivalvia secara umum mempunyai kelimpahan dan keanekaragaman yang tinggi, dan senantiasa merespon kondisi kualitas air di tempat hidupnya. Penelitian ini bertujuan menganalisis struktur komunitas makrozoobenthos dan hubungannya dengan ekosistem mangrove di Pulau Pari. Purposive random sampling digunakan pada pengambilan sample dengan melihat kerapatan dan jenis vegetasi mangrove. Square plot 10 x 10 and 5 x 5 m digunakan untuk menghitung kelimpahan mangrove dan makrozoobentos (gastropoda dan bivalvia), sementara identifikasi moluska dilakukan di Lab LIPI Cibinong. Hasil menunjukkan kelimpahan mangrove dari keempat stasiun berkisar 1,200–2,700 pohon/Ha, sementara kelimpahan molusca antara 5.500-55.600 ind/Ha, dengan komposisi makrozoobentos terdapat 10 spesies gastropoda dan 1 spesies bivalvia. Keanekaragaman kedua klass termasuk pada kategori sedang (1,20-2,67), dengan keseragaman sedang (0,59-0,84) dan indeks dominansi antara 0,20-0,47. Analisis regresi hubungan kelimpahan mangrove dan makrozoobentos menunjukkan nilai 0,6498. Hal ini dapat disimpulkan bahwa pada kawasan mangrove P. Pari tidak ada jenis gastropoda ataupun bivalvia yang mendominasi, namun hubungan keduanya mengikuti kerapatan mangrove yang ada dengan nilai korelasi keduanya sebesar 0,8061.Jenis yang lebih beragam dan kelimpahan jenisnya lebih dipengaruhi oleh kerapatan mangrove sebagai tempat hidupnya. Macrozoobethos as a biological indicators aside as a sessile organisms, its also have relatively long life cycle. Gastropod and bivalvia class, are commonly have a high abundance and diversity, its always responds to the water quality conditions in their habitat. The aim of study is to analized macrozoobenthic community structure and their relationship to mangrove ecosystem at Pari Island. Purposive random sampling was used for sampling the organisms by comparing to the density and species of mangrove vegetation. Square plots of 10 x 10 and 5 x 5 m were used to calculate macrozoobenthos abundance (gastropods and bivalvia) meanwhile the identification of Gastropods and Bivalvia is in LIPI laboratory at Cibinong. The results shows that mangrove density is in between 1,200 to 2,700 inds/Ha, while composition of macrozoobenthos at Pari Island have 10 species of gastropods and one species of bivalvia. The diversity of the two classes is included into the medium category (1.20-2.67), with moderate uniformity (0.59-0.84) and the dominance index is between 0.20-0.47. The regression analysis of the relationship between mangrove and macrozoobenthic abundance is about 0.6498. It can be concluded that in the Pari Island’s mangrove area, there are no gastropods or bivalves that much dominate, but the relationship between of Gastropoda and Bivalvia is following the mangrove density with a correlation about 0.8061. More diverse types and abundance of species are affected by the density of mangroves as a place for its live.

Page 1 of 1 | Total Record : 10