cover
Contact Name
Amy Wadu
Contact Email
awd.ub15@gmail.com
Phone
+6281246527868
Journal Mail Official
juteks.pnk@gmail.com
Editorial Address
Kampus Penfui : Jalan Adisucipto P.O. BOX 139 Kupang
Location
Kota kupang,
Nusa tenggara timur
INDONESIA
JUTEKS - Jurnal Teknik Sipil
ISSN : 25275496     EISSN : 26219786     DOI : https://doi.org/10.32511/juteks
JUTEKS (Jurnal Teknik Sipil) merupakan merupakan publikasi online yang diterbitkan Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Kupang yang memuat tentang hasil penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang Teknik Sipil dengan lingkup Manajemen Konstruksi, Struktural, Transportasi, Sumber Daya Air dan Geoteknik. JUTEKS terbit 2 kali dalam setahun yaitu pada bulan April dan Oktober. Publikasi ilmiah ini terbuka para Akademisi, non-Akademisi dan masyarakat umum yang akan mempublikasikan hasil penelitiannya dalam bidang Teknik Sipil.
Articles 122 Documents
KAJIAN MATERIAL LOKAL GUNA MENDAPATKAN BAHAN TIMBUNAN PILIHAN UNTUK DITERAPKAN PADA RUAS JALAN PERBATASAN TTU-TIMOR LESTE Aloysius Gregorius Lake; Yosefus Conterius; Deasi A. A. Daud
JUTEKS : Jurnal Teknik Sipil Vol 2 No 1 (2017): JUTEKS (Jurnal Teknik Sipil)
Publisher : P3M- Politeknik Negeri Kupang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1210.479 KB) | DOI: 10.32511/juteks.v2i1.126

Abstract

Daerah perbatasan, adalah merupakan serambi depan suatu negara. Ketersediaan jalan raya penghubung yang layak adalah merupakan kewajiban negara untuk melaksanakannya. Jaringan jalan raya merupakan prasarana transportasi darat memegang peranan penting dalam sektor perhubungan untuk kesinambungan distribusi orang, barang dan jasa. Di kawasan perkotaan sering terjadi kemacetan yang disebabkan tingginya aktivitas masyarakat, oleh karena itu diperlukan suatu analisa jaringan jalan. Di pedesaan membutuhkan akses jalan baru dan perbaikan jalan untuk mendukung proses pengangkutan hasil bumi dan atau mendukung transportasi masyarakat desa ke kota. Ketersediaan bahan timbunan pilihan, harga dan kualitas yang memenuhi persyaratan menjadi pertimbangan dalam perencanaan pembangunan jalan. Bahan timbunan pilihan mempunyai peranan yang sangat penting dalam perkerasan jalan, dimana bahan timbunan pilihan menempati proporsi terbesar dalam pelaksanaan jalan perbatasan. Bahan timbunan pilihan yang berasal dari alam seperti batu dan pasir umumnya digunakan sebagai bahan untuk lapis pondasi jalan atau campuran beraspal. Sedangkan untuk menekan biaya konstruksi jalan yang besar maka pemakaian material lokal merupakan pilihan yang paling ekonomis. Namun tidak semua daerah memiliki cadangan material yang cukup atau mutu sesuai dengan standar yang berlaku, sehingga untuk memenuhi kebutuhan bahan jalan yang semakin meningkat dilakukan dengan cara mendatangkan material dari tempat lain atau melakukan perbaikan material lokal yang tidak memenuhi standar (substandar). Di lain sisi mendatangkan material dari luar untuk pekerjaan jalan akan menambah biaya pelaksanaan pekerjaan jalan. Berdasarkan inilah sehingga penelitian mengenai alternatif material lokal pada pekerjaan jalan, terutama jalan daerah perbatasan Inbate-di Kabupaten Timor Tengah Utara, dilakukan. Pada sampel dari Desa Inbate, agregat yang digunakan tidak layak untuk dijadikan sebagai bahan urugan pilihan pada pekerjaan jalan sebab nilai CBRnya = 42%. Spesifikasi meminta minimum 60%, selain itu dari sisi nilai gradasinya juga tidak masuk.
PENENTUAN KELAS KUAT KAYU LOKAL DI PULAU TIMOR SEBAGAI BAHAN KONSTRUKSI Koilal Alokabel; Yermias Elvis Lay; Tedy Wonlele
JUTEKS : Jurnal Teknik Sipil Vol 2 No 2 (2017): JUTEKS (Jurnal Teknik Sipil)
Publisher : P3M- Politeknik Negeri Kupang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (13317.274 KB) | DOI: 10.32511/juteks.v2i2.168

Abstract

Penggunaan kayu lokal sebagai bahan konstruksi di NTT umumnya dan Pulau Timor khususnya sering digunakan tidak hanya sebagai bangunan milik masyarakat tetapi juga pada bangunan negara atau proyek pemerintah. Jenis-jenis kayu lokal di Pulau Timor yang sering dipakai sebagai bahan konstruksi seperti Kayu Jambu Air, Kabesak, Johar, Mahoni, Ketapang Hutan, Jati Putih (Gamalina) dan beberapa jenis kayu lain yang banyak terdapat di Pulau Timor. Permasalahan yang sering timbul adalah klaim mutu kayu lokal yang tidak mudah dibuktikan oleh kontraktor karena sebagian besar kayu lokal belum masuk dalam daftar jenis mutu kayu dalam Peraturan Konstruksi Kayu Indonesia 1961 atau SNI Kayu Tahun 2002. Hal ini menyebabkan ketidakpastian hukum kontrak antara pengguna jasa (pemerintah) dan penyedia jasa (kontraktor) karena umumnya untuk konstruksi syarat kelas kuat kayu dan mutu kayu wajib dicantumkan. Disatu sisi pengguna jasa menginginkan kayu sebagai bahan konstruksinya harus dari kayu kelas II misalnya sedangkan disisi yang lain penyedia jasa atau kontraktor menggunakan kayu lokal yang menurutnya termasuk kayu kelas II, karena ketersediaan kayu kelas II di pasaran sulit diperoleh. Hasil penelitian menunjukan bahwa kuat tekan rata-rata kayu Gamalin adalah 30,39 Mpa, kayu Kabesak 34 Mpa, kayu Johar 62,18 Mpa, kayu Jambu Air 48,58 Mpa, kayu Ketapang Hutan 33, 07 Mpa, kayu Mahoni 30,49 Mpa. Kadar air kayu Gamalin adalah 18,30 %, kayu Kabesak 17,73 %, kayu Johar 18,83 %, kayu Jambu Air 19,90 %, kayu Ketapang Hutan 18,85 %, kayu Mahoni 18,73 %. Berat jenis kayu Gamalin adalah 0,54 kayu Kabesak 0,62, kayu Johar 0,85, kayu Jambu Air 0,67, kayu Ketapang Hutan 0,58, kayu Mahoni 0,54. Hasil ini menunjukkan bahwa kayu lokal Timor sangat kuat, mempunyai kadar air yang baik dan mempunyai berat jenis yang baik pula.
STUDI TIPOLOGI KARYA DESAIN ARSITEK REMMENT KOOLHAS Susana Maria Suratama; Dian Erlina Wati Johannis
JUTEKS : Jurnal Teknik Sipil Vol 2 No 2 (2017): JUTEKS (Jurnal Teknik Sipil)
Publisher : P3M- Politeknik Negeri Kupang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (13393.734 KB) | DOI: 10.32511/juteks.v2i2.173

Abstract

Proses seorang arsitek dalam merancang karya-karya desainnya, tentulah didasari teori atau konsep yang kuat. Dan dari teori, metode dan bagaimana mengaplikasikannya dalam rancangan itu dapat dilihat kekhususan atau keunikan si arsitek dibandingkan dengan arsitek lainnya. Remment Koolhaas, seorang theorist, urbanist, kritikus dan arsitek Belanda, seringkali berbicara mengenai perubahan budaya pada masyarakat kota. Pengaruh kapitalisme dan liberalisme terhadap kehidupan perkotaan secara implisit menjadi sasaran kritik-kritiknya. Kritiknya, melalui berbagai karya buku, menjadi sindiran terhadap kehidupan masyarakat kota itu sendiri. Koolhaas mendapat julukan sebagai seorang yang cynical. Kritik-kritik Koolhaas tidak hanya berhenti pada tulisan saja. Hal tersebut berlanjut dalam desain karya-karya arsitekturnya sebagai “content” yang terkamuflasekan, tetap sebagai sindiran terhadap kehidupan masyarakat kota itu sendiri. Penelitian ini betujuan untuk mendapatkan Tipologi dari Karya Desain Arsitek Remment Koolhaas berupa Teori/Konsep, Metode, dan Aplikasi Desain yang bermanfaat bagi Preseden untuk kegiatan pendidikan dan profesional bidang arsitektur. Penelitian ini mengggunakan metode content analysis dengan mempelajari pemikiran, teori/konsep, metode, dan aplikasi desain arsitek Remment Koolhas lewat literatur yang terbagi dalam : Kelompok I, berupa karya-karya teoritis dari Remment Koolhas dan Kelompok II, berupa karya-karya arsitektural. Hasil penelitian menunjukkan Koolhaas sendiri memasukkan dan melakukan kamuflase terhadap “prinsip-prinsip pemikirannya” dalam desain, yang disebut “content camouflage”. Dengan menggunakan 3 (tiga) metode yang sering digunakan yaitu : 1) Augmented space ; 2) Cross programming ; dan 3) Programmed-free programmed space. Metode-metode ini terlihat sangat konsisten digunakan Remment Koolhas dalam karya-karya desain arsitekturnya.
EVALUASI KINERJA JARINGAN IRIGASI AIR TANAH GUNA PENINGKATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN AIR IRIGASI PADA DAERAH IRIGASI DI KABUPATEN TIMOR TENGAH UTARA (STUDI KASUS DI KECAMATAN INSANA UTARA) Indradhi Lasmana; Yohana Milo
JUTEKS : Jurnal Teknik Sipil Vol 3 No 1 (2018): JUTEKS (Jurnal Teknik Sipil)
Publisher : P3M- Politeknik Negeri Kupang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (3558.266 KB) | DOI: 10.32511/juteks.v3i1.195

Abstract

Dalam mencapai ketahanan dan kemandirian pangan melalui peningkatan produksi pangan khususnya beras di Propinsi Nusa Tenggara Timur, pemanfaatan air tanah dapat digunakan sebagai air irigasi di daerah-daerah yang kekurangan air. Seiring dengan waktu pemanfaatannya dan usia guna pada beberapa sumur bor untuk Jaringan irigasi air tanah (JIAT) di Kecamatan Insana Utara kabupaten Timor Tengah Utara, mesin pompa maupun jaringannya mengalami penurunan. Bahkan dibeberapa titik lokasi (banyak sistem jaringan Air Tanah tersebut tidak berfungsi. Perlu dilakukannya evaluasi kinerja jaringan irigasi air tanah guna meningkatkan pemenuhan kebutuhan airi irigasi di Kabupaten Timor Tengah Utara umumnya dan kecamatan Insana Utara khususnya. Penelitian evaluasi kinerja jaringan irigasi air tanah di kabupaten Timor Tengah Utara di lakukan di kecamatan Insana Utara. Terdapat 5 Sumur bor di Kecamatan Insana Utara Kabupaten Timor Tengah Utara yang pemanfaatan untuk Jaringan irigasi air tanah (JIAT) yaitu Sumur POI-90, POI-91, POI-92,POI-93 dan sumur POI-95 dengan total daerah layanan sawah seluas +49 Ha. Dari hasil identifikasi masing-masing sumur tersebut menunjukan 2 sumur (POI-90, POI-92) Rumah pompa dalam kondisi rusak berat, 5 Sumur menunjukkan mesin dan pompa mengalami kerusakan, 3 Sumur (POI-90, POI-91, POI-92) system jaringan pipa mengalami kerusakan termasuk asesoriesnya. Hasil evaluasi penilaian Kinerja jaringan irigasi air tanah (JIAT) yang meliputi komponen (1) prasarana fisik, (2) Produktifitas tanaman, (3) Sarana penunjang, (4) Organisasi personalia, (5) Dokumentasi JIAT (6) Petani Pemakai Air Tanah (P3AT) masing diperoleh : Sumur POI-90 = 35% , POI-91 = 30%, Sumur POI- 92 = 10%, Sumur POI-93 = 31% dan Sumur POI-95 = 32 %. Kriteria yang diperoleh dari 5 sumur bor tersebut menunjukkan kinerja jaringan irigasi air tanah (JIAT) adalah kinerja Buruk/jelek dan perlu perhatian (< 50%). Untuk memenuhi kebutuhan air irigasi pada lahan di masing lokasi perlu dilakukan perbaikan.
KONSEP PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR TRANPORTASI KAWASAN PERBATASAN DI PROPINSI NUSA TENGGARA TIMUR DENGAN MENGACU PADA KEBIJAKAN MP3EI 1 Kusa Nope
JUTEKS : Jurnal Teknik Sipil Vol 1 No 1 (2016): JUTEKS (Jurnal Teknik Sipil)
Publisher : P3M- Politeknik Negeri Kupang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (703.146 KB) | DOI: 10.32511/juteks.v1i1.79

Abstract

Data menunjukkan bahwa pergerakan laju pertumbuhan ekonomi Indonesia dalam 5 tahun terakhir (tahun 2008-2012) berturut-turut: 5,3%; 5,4%; 6,9%; 6,5%; dan 6,4% relatif stabil di kisaran angka 5-6% namun ada kecenderungan menurun. Penurunan ini selain karena pengaruh krisis di Amerika, Eropa dan Timur Tengah, juga akibat RPJMN maupun RPJPN yang belum diimplementasikan secara baik. Menyadari hal ini, Pemerintah mengeluarkan Perpres No. 32 Tahun 2011 tentang Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) Tahun 2011-2025, untuk mempercepat capaian target pertumbuhan ekonomi Indonesia di kisaran angka 8-10% per tahun. Dokumen ini harus dipahami oleh 3 pilar pelaku MP3EI (pemerintah dan pemerintah daerah, pelaku bisnis, dan akademisi) sebagai dokumen kerja yang komplemen dari dokumen RPJPN Tahun 2005-2025. Dalam penerapannya, kebijakan MP3EI nampaknya akan dihadapkan pada lima tantangan kebijakan lainnya yakni Otonomi Daerah, Sistem Transportasi Wilayah Kawasan, RTRWN dan Sistranas, RTRW Propinsi/Kabupaten/Kota, serta Pengembangan Sarana dan Prasarana Multimoda (infrastruktur transportasi). Makalah ini hanya akan membahas secara konsep pengembangan infrasruktur transportasi di Propinsi NTT. Permasalahan yang akan dibahas adalah sejauhmana kebutuhan pengembangan jaringan jalan di NTT, didasarkan pada Standar Pelayanan Minimal (SPM) Jalan, khususnya aspek aksesibilitas dan mobilitas. Hasil analisa menunjukkan bahwa indeks aksesibilitas maupun indeks mobilitas jaringan jalan eksisting untuk seluruh Kabupaten/Kota di NTT telah mencukupi nilai minimum yang ditetapkan dalam SPM jalan, namun belum terhubungkan antara satu wilayah dengan wilayah lainnnya. Selain itu, pada dasarnya PDRB perkapita di Propinsi NTT masih cukup rendah yakni hanya sekitar 35% dibandingkan dengan kondisi di Indonesia. Hal ini mengingat jaringan jalan tidak terhubung antar satu wilayah dengan wilayah lain akibat hambatan geografis (kepulauan). Perlu adanya pengembangan sarana dan prasarana multimoda sesuai kondisi geografis NTT sebagai wilayah kepulauan. Khusus untuk daerah perbatasan, maka perlu dipertimbangkan untuk pengembangan kawasan di Morotaing, Apui, Wini, Oelolok dan Betun sebagai kota dengan Hirarki/Jenjang III.
KAJIAN KOEFISIEN ANALISA HARGA SATUAN PEKERJAAN BETON K350 DAN K400 SESUAI KARAKTERISTIK DENGAN MENGGUNAKAN MATERIAL BATU, PASIR EX TAKARI DAN PORTLAND CEMENT (PC) EX KUPANG Rachmad Djoko Siswoyo; Stefen Ndun; Ambrosius Raha Lelang Wayan
JUTEKS : Jurnal Teknik Sipil Vol 1 No 2 (2016): JUTEKS JURNAL TEKNIK SIPILJUTEKS (Jurnal Teknik Sipil)
Publisher : P3M- Politeknik Negeri Kupang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (3541.943 KB) | DOI: 10.32511/juteks.v1i2.110

Abstract

Sampai saat ini perhitungan harga satuan pekerjaan beton yang di pakai sebagai dasar acuan di kalangan jasa konstruksi masih memakai dasar perhitungan BOW dan SNI, tanpa mengetahui komposisi campuran yang sebenarnya. Sedangkan dari pihak konsultan perencana pelaksanaan pengecoran beton harus sesuai hasil perhitungan struktur salah satunya penetapan karakterik beton (K) sesuai persyaratan hasil perhitungan perencanaan. Sedangkan para pelaksana fisik pekerjaan (kontraktor) harus mengadakan uji laboraorium untuk mengetahui komposisi campuran sesuai material yang akan dipakai dimana pekerjaan tersebut dilaksanakan dengan harus mencapai karakteristik beton yang diinginkan. Hal ini akan sangat berpengaruh terhadap masing-masing material yang tersedia, dengan demikian sangat mempengaruhi terhadap indeks koefisen analisa untuk menghitung harga satuan pekerjaan beton. Hasil analisis sesuai uji material di laboratorium sesuai Karakteristik Beton K350 material Pasir Takari dan Portland Cement ( PC) Ex Kupang perbandingannya adalah 1.14 Portland Cement : 1,66 Pasir : 1,94 Batu Pecah dan untuk mutu beton sesuai Karakteristik Beton K400 material Pasir Takari dan Portland Cement ( PC) Ex Kupang perbandingannya adalah 1,19 Portland Cement : 1,29 Pasir : 2,10 Batu Pecah. Sedangkan nilai indeks koefisien analisa pekerjaan harga satuan beton sesuai Karakteristik Beton Mutu K400 dengan memakai material Pasir Takari dan Portland Cement (PC) Ex Kupang adalah Semen = 9,640 Zak, Pasir =1,585M3, Batu Pecah =1,624 M3,Pekerja = 7,200 Orang /Hari, Tukang = 1,200 Orang/Hari, Mandor = 0,360 Orang/Hari, Kepala Tukang = 0,120 Orang /Hari. Adapun nilai indeks koefisien untuk pekerjaan Beton Mutu K400 dengan memakai material Pasir Takari dan Portland Cement ( PC) Ex Kupang adalah Semen = 9,690 Zak, Pasir =1,352M3, Batu Pecah = 1,758 M3, Pekerja = 7,200 Orang/Hari, Tukang= 1,200 Orang/Hari, Mandor=0,360 Orang/Hari. Dengan demikian hasil penelitian ini sebagai acuan perhitungan satuan pekerjaan beton sesuai ketersediaan material yang tersedia di Kabupaten Kupang dan Kota Kupang Provinsi Nusa Tenggara Timur. Selain itu sebagai masukan kepada Pabrik Semen Kupang untuk menjaga mutu dan kualitas produk yang dihasilkan. Hal ini untuk mempertahankan mutu karena semen Kupang merupakan aset daerah salah satunya yang berada di Propinsi Nusa Tenggara Timur.
KAJIAN PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN MUTU PADA PROYEK KONSTRUKSI Melchior Bria; Anastasia H Muda; Yermias Elvis Lay
JUTEKS : Jurnal Teknik Sipil Vol 1 No 2 (2016): JUTEKS JURNAL TEKNIK SIPILJUTEKS (Jurnal Teknik Sipil)
Publisher : P3M- Politeknik Negeri Kupang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1239.233 KB) | DOI: 10.32511/juteks.v1i2.115

Abstract

Dalam pembangunan infrastruktur, mutu konstruksi kita masih jauh dari harapan. Hal ini disebabkan salah satunya adalah belum membudayanya penerapan sistem manajemen mutu pada proses/tahapan siklus proyek. Untuk itu perlu dikaji kriteria-kriteria yang dapat dipakai untuk menerapkan SMM dan bagaimana penerapan SMM pada Proyek Konstruksi? Untuk itu, dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah metode survey dimana responden adalah beberapa perusahan jasa konstruksi yang ada di wilayah Kupang dan sekitarnya, Kefamenanu dan Soe. Hasil identifikasi diuji validitas dan reliabilitas sehingga diperoleh ranking faktor sub kriteria dalam kriteria. Selanjutnya dengan menggunakan teknik zero one akan diperoleh suatu gambaran tentang penerapan system manajemen mutu. Dari hasil analisis diperoleh kriteria dan subkriteria yang valid dan reliable adalah Identifikasi standar mutu; Penentuan cara memenuhi standar mutu; Pelaksanaan Rencana Mutu; Kegiatan sistemik dalam melaksanakan mutu untuk memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan; Memantau hasil?hasil spesifik Proyek, Menentukan penyimpangan terhadap standar, Mengidentifikasi tindakan untuk menghilangkan penyebab kinerja yang tidak memuaskan. Sedangkan penerapan dari kriteria di atas sebagai manifestasi penerapan system manajemen mutu dalam industri jasa konstruksi pada ketiga wilayah penelitian adalah belum berjalan sebagaimana mestinya, yang ditunjukan dari jumlah bobot 13,79 lebih tinggi dari penerapan SMM secara sistematis (bobot 12,07).
PENERAPAN PRINSIP GREEN BUILDING COUNCIL DITINJAU DARI ASPEK MATERIAL DAN PENENTUAN KRITERIA PEMILIHAN MATERIAL KONSTRUKSI Melchior Bria; Mathelda CH. Mauta; Theresia Avila Bria
JUTEKS : Jurnal Teknik Sipil Vol 2 No 1 (2017): JUTEKS (Jurnal Teknik Sipil)
Publisher : P3M- Politeknik Negeri Kupang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (839.994 KB) | DOI: 10.32511/juteks.v2i1.122

Abstract

Salah satu agenda yang diusulkan dalam penerapan green construction adalah promosi sustainable construction untuk penghematan bahan dan pengurangan limbah (bahan sisa) serta kemudahan pemeliharaan bangunan pasca konstruksi (LPJKN, 2007). Untuk itu dalam penelitian ini bermaksud mengkaji kesesuaian penggunaan material konstruksi pada bangunan gedung bertingkat di Kota Kupang dan sekitarnya dengan standar green BUILDING COUNCIL serta mengidentifikasi kriteria yang digunakan untuk pengambilan keputusan penentuan jenis material. Penelitian dilakukan terhadap bangunan bertingkat di Kota Kupang, Ruko, Sekolah, Perkantoran dan Hotel. Hasil menunjukkan secara umum, penerapan prinsip green building council Indonesia dalam penggunaan material konstruksi pada bangunan gedung di Kota Kupang masih belum dilakukan secara baik. Hal ini ditunjukkan dengan hasil survey menunjukkan bahwa 55% dari bangunan gedung di Kota Kupang belum optimal dalam penggunaan material berdasarkan Green Building Council Indonesia. Sedangkan kriteria yang dapat digunakan sebagai dasar penentuan jenis material konstruksi adalah Gambar rencana dan spesifikasi teknis sesuai peruntukan; Metode kerja; Penggunaan material lama; Penggunaan material terbarukan; Penggunaan kayu bersertifikat; Penggunaan material off site (prefabrikasi); dan Penggunaan material dari radius 1000 km dan berasal dari lokal.
ANALISIS KEBUTUHAN RUANG TERBUKA HIJAU (RTH) DI KAWASAN KOTA LAMA KOTA KUPANG Aplimon Jerobisonif; Ariency Manu
JUTEKS : Jurnal Teknik Sipil Vol 2 No 1 (2017): JUTEKS (Jurnal Teknik Sipil)
Publisher : P3M- Politeknik Negeri Kupang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2379.048 KB) | DOI: 10.32511/juteks.v2i1.128

Abstract

Perkembangan kota yang terjadi di Kota Kupang terlihat dengan semakin berkembangnya perekonomian di segala sektor. Perdagangan dan jasa juga memegang peranan penting dalam meningkatkan pertumbuhan perekonomian. Bertambahnya tingkat pertumbuhan penduduk juga merupakan dampak dari suatu perubahan kota yang menunjukkan banyaknya aktivitas yang terjadi di dalam kota tersebut yang pada akhirnya membutuhkan lahan yang banyak untuk permukiman. Perkembangan kota juga akan mengakibatkan konversi terhadap lahan-lahan hijau, sehingga peran lahan hijau tersebut menjadi prioritas. Penelitian ini betujuan untuk : 1). Menganalisis luas dan sebaran ruang terbuka hijau di Kota Lama Kota Kupang; 2). Menganalisis jumlah kebutuhan ruang terbuka hijau di Kota Lama Kota Kupang berdasarkan luas kawasan, jumlah penduduk, dan karbon dioksida yang dihasilkan; 3). Mengidentifikasi apakah luas dan sebaran RTH di Kota Lama Kota Kupang telah sesuai terhadap kebutuhan luas kawasan hijau berdasarkan: (a). persentase luas (Permendagri No. 1 tahun 2007 dan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.05/PRT/M/2008); (b). luasan perkapita (Simonds,1983); dan (c). isu penting pada suatu kota; 4) Mengidentifikasi kesesuaian jumlah dan sebaran RTH berdasarkan Masterplan RTH Kota Kupang terhadap Kondisi RTH di Kota Lama; 5) Model Pengembangan ruang terbuka hijau untuk memenuhi kebutuhan RTH di Kota Lama Kota Kupang, Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif dengan menganalisis data-data biofisik berupa luas wilayah, data jumlah penduduk, dan jumlah kendaraan di Kota Kupang untuk merumuskan model pengembangan RTH. Kondisi Eksisting RTH yang terdapat di Kelurahan LLBK hanya terdiri dari : a) RTH Publik berupa : Taman kota pantai Kopan, Taman Tugu- Terminal, Halaman Gereja Kota Kupang, Parkiran terbuka Jalan Siliwangi, Sempadan Pantai, Sempadan Sungai. Luasan RTH Publik mencapai 0,14 Ha atau sebesar 11,29 % dari luas Kawasan Kota Lama. Sedangkan berdasarkan pedoman dari UU no. 26 tahun 2007 maka luas RTH Publik yang dibutuhkan sebesar 20% adalah 0,24 Ha ; b). RTH Privat : Pekarangan seluas 745 m2 dan Taman Atap sebesar 200 m2 = 945 m2 atau 0,091 Ha atau sebesar 7,25% dari luas Kawasan Kota Lama. Sedangkan berdasarkan pedoman dari UU no. 26 tahun 2007 maka luas RTH Privat yang dibutuhkan sebesar 10% adalah seluas 0,12 Ha. Hasil Analisis kebutuhan luasan RTH Kawasan Kota Lama didapat kebutuhan RTH berdasarkan Luas wilayah adalah sebesar 0,37 Ha, berdasarkan Jumlah Penduduk adalah sebesar 0,18 Ha, berdasarkan Kebutuhan Oksigen adalah sebesar 0,38 Ha, berdasarkan Netralisasi Karbon Dioksida adalah sebesar 1,05 Ha.
MODEL PRIORITAS PENANGANAN JALAN (STUDI KASUS DI KABUPATEN TIMOR TENGAH SELATAN, NTT) Fabianus J. S. Nope; Ludfi Djakfar; M. Ruslin Anwar
JUTEKS : Jurnal Teknik Sipil Vol 2 No 2 (2017): JUTEKS (Jurnal Teknik Sipil)
Publisher : P3M- Politeknik Negeri Kupang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (13459.949 KB) | DOI: 10.32511/juteks.v2i2.169

Abstract

Permasalahan yang dihadapi penyelenggara di Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS) adalah ketidakseimbangan alokasi dana dengan tingkat kerusakan jaringan jalan kabupaten. Realisasi Penanganan jalan di Kabupaten TTS sejak tahun 2011 hingga tahun 2014 terjadi peningkatan panjang jalan pada kondisi baik dan kondisi sedang, untuk kondisi rusak ringan dan rusak berat mengalami penurunan. Tujuan penelitian ini yaitu mengetahui kebutuhan biaya penanganan jaringan jalan, mendapatkan model optimasi biaya penanganan jalan, dan juga mendapatkan urutan prioritas penanganan jalan. Penelitian ini menggunakan Metode Simpleks untuk menyusun model optimasi biaya penanganan jalan berdasarkan kondisi jalan dan biaya penanganan jalan, Metode Metode Analitic Hierarchy Process (AHP) untuk mengetahui urutan prioritas penanganan jalan. Hasil penelitian menunjukan bahwa total kebutuhan anggaran penanganan jalan tanpa peningkatan lapis permukaan jalan sebesar Rp. 90.097.135.000, penanganan jalan dengan peningkatan lapis permukaan jalan menjadi Lapis penetrasi macadam sebesar Rp. 195.940.825.000. Model optimasi biaya untuk skenario penanganan jalan tanpa peningkatan lapis permukaan jalan adalah Y = 42713,955 + 499,299 ΔX4 dimana X4 adalah pekerjaan rekonstruksi perkerasan beraspal, sedangkan untuk model optimasi biaya peningkatan lapis permukaan jalan menjadi lapis penetrasi macadam adalah Y = 46266,005 + 623,165 ΔX7 dengan X7 adalah pekerjaan peningkatan perkerasan tanpa pengikat aspal. Urutan prioritas penanganan jalan dengan metode (AHP) ditinjau berdasarkan persepsi stakeholder’s adalah, Ruas jalan dalam kota Soe, ruas jalan oe’oh – Wanibesak, ruas jalan Tumu – Kolbano, ruas jalan Neonmat – Kolbano, ruas jalan Oinlasi – Menu, ruas jalan Oinlasi – Kotolin, ruas jalan Pope – Panite, ruas jalan Sp. Mnelaanen – Fatuatoni, ruas jalan Kaeneno – Nasi, ruas jalan Naususu – Noebesi, ruas jalan Benlutu – Bati, ruas jalan Sp. Kilobesa – Oenino.

Page 4 of 13 | Total Record : 122