cover
Contact Name
Trias Mahmudiono, SKM., MPH (Nutr), GCAS., PhD
Contact Email
amertanutr@fkm.unair.ac.id
Phone
-
Journal Mail Official
amertanutr@fkm.unair.ac.id
Editorial Address
-
Location
Kota surabaya,
Jawa timur
INDONESIA
Amerta Nutrition
Published by Universitas Airlangga
ISSN : 25801163     EISSN : 25809776     DOI : -
Core Subject : Health, Education,
Amerta Nutrition (p-ISSN:2580-1163; e-ISSN: 2580-9776) is a peer reviewed open access scientific journal published by Universitas Airlangga. The scope for Amerta Nutrition include: public health nutrition, community nutrition, clinical nutrition, dietetics, food science and food service management. Each volume of Amerta Nutrition is counted in each calendar year that consist of 4 issues. Amerta Nutrition is published four times per year every March, June, September, and December.
Arjuna Subject : -
Articles 14 Documents
Search results for , issue "Vol. 4 No. 2 (2020): AMERTA NUTRITION" : 14 Documents clear
Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Stunting pada Baduta di Kelurahan Ampel Kota Surabaya Rochana Tsaralatifah
Amerta Nutrition Vol. 4 No. 2 (2020): AMERTA NUTRITION
Publisher : Universitas Airlangga, Kampus C, Mulyorejo, Surabaya-60115, East Java, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (482.139 KB) | DOI: 10.20473/amnt.v4i2.2020.171-177

Abstract

Background: Stunting is a condition of a child’s growth disorder where the child's height does not match his age. Stunting is a problem caused by multifactorial. Children who grow stunting before the age of 6 months, will experience growth that is distrupted so that stunted more than severe by the age of two years. East Java province based on the result of Riskesdas in 2018 was recorded at 32,81% of toddelrs severe stunted and short. It is still a health problem because it still exceeds the standars set by WHO, where an area experiences acute nutritional problems if the prevalence of stunting babies is the same or more than 20%. While the percentage of  short babies in Indonesia is still more than 29% and is targeted to 19% in 2024. To reduce the number of stunting need to know what factors are associated with the incident. Such as the low frequency of maternal attendance at the neighborhood health services (Posyandu) which has an impact on the low level of maternal knowledge regarding child health. Objectives: To determine the relationship between family characteristics and the characteristics of respondents with the incidence of stunting in children under two years old in RW 06 Kelurahan Ampel Kota Surabaya.Methods: This research was conducted in RW 06 Ampel sub-district Semampir sub-district starting from December 2018-January 2019. This research was an observational analytic study with cross sectional study design and sampling using a simple random sampling technique. The population used in this study were all children under two years old living in RW 06, Ampel, Surabaya. Data collection methods were interview using structured questionnaire. Data was analyzed using the fisher exact test with a confidence level of 95% (α=0.05)Results: The results showed that the level of maternal knowledge (p=0.046) and the frequency of attendance at the neighborhood health services (Posyandu) (p=0.01) were factors related to stunting. While the variable family characteristics (number of family members, household income level, mother's education level) and respondent characteristics (gender, birth weight, birth length, birth history of exclusive breastfeeding) have no relationship with the incidence of stunting (p>0,05).Conclusions: Knowledge and frequency of attendance at the neighborhood health services (Posyandu) by Children Under Two Years Old mothers were related to stunting incidence. Therefore, health workers need to disseminate information to the public about the importance of PosyanduABSTRAKLatar Belakang: Stunting adalah kondisi pertumbuhan tinggi badan anak mengalami gangguan dimana tinggi badan tidak sesuai dengan usianya. Stunting merupakan permasalahan yang disebabkan karena multifaktor. Anak yang mengalami stunting sebelum usia 6 bulan, akan mengalami pertumbuhan yang terganggu sehingga terjadi kekerdilan lebih berat menjelang usia dua tahun. Data stunting di provinsi Jawa Timur berdasarkan hasil Riskesdas  tahun 2018 tercatat sebesar 32,81% balita dengan gizi sangat pendek dan pendek. Hal tersebut masih menjadi masalah kesehatan karena masih melebihi standar yang ditetapkan oleh WHO, dimana suatu wilayah dikatakan mengalami masalah gizi akut bila prevalensi bayi stunting sama atau lebih dari 20%. Sementara prosentase bayi pendek di Indonesia saat ini masih lebih dari 29% dan ditargetkan turun mencapai 19% pada tahun 2024. Untuk menurunkan angka stunting perlu diketahui faktor apa saja yang berhubungan dengan kejadian tersebut. Seperti rendahnya frekuensi kunjungan ibu ke posyandu yang berdampak pada rendahnya pengetahuan ibu terkait kesehatan anak.Tujuan: Mengetahui hubungan antara karakteristik keluarga dan karakteristik responden dengan kejadian stunting pada baduta di RW 06 kelurahan Ampel kota Surabaya.Metode: Penelitian ini dilakukan di RW 06 kelurahan Ampel kecamatan Semampir mulai dari bulan Desember 2019-Januari 2019. Penelitian ini menggunakan metode observasional analitik dengan desain studi cross sectional dan penarikan sampelnya menggunakan teknik simple random sampling. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh baduta yang bertempat tingggal di RW 06 kelurahan Ampel kota Surabaya. Metode pengumpulan data dengan melakukan pengukuran, wawancara dan analisis data menggunakan uji fisher exact dengan tingkat kepercayaan 95% (α=0,05)Hasil: Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan ibu (p=0,046) dan frekuensi datang ke posyandu (p=0,01) merupakan faktor yang berhubungan dengan kejadian stunting. Sedangkan variabel karakteristik keluarga (jumlah anggota keluarga, tingkat pendapatan rumah tangga, tingkat pendidikan ibu) dan karakteristik responden(jenis kelamin, BB lahir, PB lahir, riwayat ASI eksklusif) tidak terdapat hubungan dengan kejadian stunting (p>0,05).Kesimpulan: : Hasil penelitian menunjukkan pengetahuan dan frekuensi kunjungan posyandu ibu baduta berhubungan dengan kejadian stunting sehingga petugas  kesehatan perlu melakukan sosialisasi kepada masyarakat tentang pentingnya kegiatan posyandu dengan adanya sosialisasi tersebut diharapkan dapat menambah pengetahuan ibu terkait kesehatan anak, sehingga dapat meningkatkan frekuensi kunjungan baduta keposyandu. 
“Diberi air gula… awalnya nangis menjadi diam, karena kenyang, gak lemas, daya tahan tubuhnya meningkat”; Studi Pola Asupan pada Bayi Mila Syahriyatul Maghfiroh; Agung Dwi Laksono
Amerta Nutrition Vol. 4 No. 2 (2020): AMERTA NUTRITION
Publisher : Universitas Airlangga, Kampus C, Mulyorejo, Surabaya-60115, East Java, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (482.023 KB) | DOI: 10.20473/amnt.v4i2.2020.116-122

Abstract

Background: Babies were vulnerable to health and nutrition problems. WHO states that 60% of deaths of children under five were caused by malnutrition. Of these, two-thirds of them were caused by improper feeding of babies. Objective: to describe patterns of food intake in infants in Kepung Village, Kediri District.Methods: The study was designed qualitatively with an ethnographic approach. Data collection was performed using in-depth interviews and participatory observation. The study was conducted in Kepung Village, Kediri, East Java. The process of collecting data was done by researchers by staying with the target for 6 months. Results: The pattern of intake in infants aged 0-6 months in Kepung Village was not only given breast milk but was given food in the form of formula milk, sugar water and ‘kepok’ banana. When the mother or caregiver feels that the baby was still hungry, it will be given food intake other than the milk. The practice of feeding was inseparable from the influence of hereditary belief, where sugar water was believed to make the baby not fussy because the baby becomes full and healthy. Conclusion: The pattern of intake in infants in Kepung Village was very varied. Not only breast milk, babies have also been given mashed up adult food. People in Kepung Village also have a habit of giving their babies sugar water. ABSTRAKLatar Belakang: Bayi adalah masa yang rentan terhadap masalah kesehatan dan gizi. WHO menyatakan bahwa 60% kematian anak balita disebabkan oleh keadaan kurang gizi. Dari jumlah tersebut, dua per tiga diantaranya disebabkan oleh pemberian makan yang kurang tepat.Tujuan: Penelitian ditujukan untuk menggambarkan pola asupan pada bayi di Desa Kepung, Kabupaten Kediri.Metode: Studi didesain secara kualitatif dengan pendekatan etnografi. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan metode wawancara mendalam dan observasi partisipatif. Studi dilakukan di Desa Kepung, Kecamatan Kepung, Kabupaten Kediri, Jawa Timur. Proses pengumpulan data dilakukan oleh peneliti dengan tinggal bersama target. Peneliti lived in di lokasi penelitian selama 6 bulan.Hasil: Pola asupan pada bayi usia 0-6 bulan di Desa Kepung tidak hanya diberikan ASI saja, tapi diberikan makanan berupa susu formula, air gula dan pisang kepok. Praktik pemberian makanan tersebut tidak terlepas dari pengaruh kepercayaan yang turun-temurun, yang mana air gula diyakini dapat membuat bayi tidak rewel karena bayi menjadi kenyang dan menyehatkan.Kesimpulan: Pola asupan pada bayi di Desa Kepung sangat bervariasi. Tidak hanya ASI, bayi juga sudah diberi makanan orang dewasa yang dilembutkan. Masyarakat di Desa Kepung juga memiliki kebiasaan memberikan bayinya air gula.
Vitamin B6, B12, Asam Folat, Tekanan Darah dan Demensia pada Lanjut Usia Bekti Krisdyana; Diffah Hanim; Sugiarto Sugiarto
Amerta Nutrition Vol. 4 No. 2 (2020): AMERTA NUTRITION
Publisher : Universitas Airlangga, Kampus C, Mulyorejo, Surabaya-60115, East Java, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (499.632 KB) | DOI: 10.20473/amnt.v4i2.2020.123-131

Abstract

Background: Dementia is a multifactorial disease due to genetic and environmental influences. Lack of intake of vitamins B6, B12, folic acid and blood pressure are one of the environmental factors that cause dementia.Objective: To analyze the relationship between the adequacy of vitamins B6, B12, folic acid and blood pressure with dementia in the elderlyMethod: This research was a cross sectional study, which was carried out in Tulungagung Regency. The sampling technique was cluster random sampling and a sample size of 100 elderly from 7 elderly Posyandu in Tulungagung Regency, with independent variables such as adequacy of vitamin B6, B12, folic acid and blood pressure, while the dependent variable was dementia. Data were analyzed with chi square testResults: Respondents in this study were generally aged 60-74 years (70.0%), women (48.0%), were educated in elementary / junior high school (60.0%) and did not work (69.0%). Most respondents have insufficient vitamin B6, B12 and folic acid in the less category, with percentages of 57.0%, 54% and 64%, respectively. There was an association between the adequacy of vitamins B6, B12 and folic acid with dementia in the elderly (OR=2.302; 95% CI=1.011-5.241; p=0.045; OR=2.397; 95% CI=1.060-5.422; p=0.034; OR=2.516; 95% CI=1.015-6.238; p=0.043). Blood pressure is associated with dementia in the elderly (OR=3.000; 95% CI=1.288-6.988; p=0.010). The average consumption of vitamin B6, B12 and folic acid in the normal group was higher than the dementia group, with a difference of 0.16 ± 0.04 mg, 0.54 ± 0.05 mcg and 65.89 ± 4.95 respectively mcgConclusionABSTRAKLatar Belakang: Demensia merupakan penyakit multifaktorial karena pengaruh genetik dan lingkungan. Minimnya asupan vitamin B6, B12, asam folat dan tekanan darah menjadi salah satu faktor lingkungan yang menyebabkan demensia.Tujuan:  Tujuan penelitian ini adalah menganalisis hubungan antara kecukupan vitamin B6, B12, asam folat dan tekanan darah dengan demensia pada lanjut usiaMetode: Penelitian ini berupa penelitian cross sectional, yang dilakukan di Kabupaten Tulungagung. Teknik sampling dengan cluster random sampling dan besar sampel 100 lansia dari 7 posyandu lansia di Kabupaten Tulungagung, dengan variabel bebas berupa kecukupan vitamin B6, B12, asam folat dan tekanan darah, sedangkan variabel terikatnya adalah demensia. Data dianalisis dengan uji chi squareHasil: Responden penelitian ini umumnya berusia 60-74 tahun (70,0 %), wanita (48,0 %), berpendidikan terakhir SD/SMP (60,0 %) dan tidak bekerja (69,0 %). Kebanyakan responden memiliki kecukupan vitamin B6, B12 dan asam folat dalam kategori kurang, dengan persentase masing-masing  57,0 %, 54 % dan 64 %. Ditemukan hubungan antara kecukupan vitamin B6, B12 dan asam folat dengan demensia pada lanjut usia (OR=2,302, 95% CI=1,011-5,241, p=0,045; OR=2,397, 95% CI=1,060-5,422, p=0,034; OR=2,516,95% CI=1,015-6,238, p=0,043). Tekanan darah berhubungan dengan demensia pada lanjut usia (OR=3,000,95% CI=1,288-6,988,p=0,010). Rata-rata konsumsi vitamin B6, B12 dan asam folat kelompok normal lebih tinggi dibandingkan kelompok demensia, dengan selisih masing-masing sebesar 0,16±0,04 mg, 0,54±0,05 mcg dan 65,89 ±4,95 mcg.Kesimpulan: Terdapat hubungan antara kecukupan vitamin B6, B12, asam folat dan tekanan darah dengan demensia pada lanjut usia. 
Pendidikan Gizi Gemar Makan Ikan Sebagai Upaya Peningkatan Pengetahuan Ibu tentang Pencegahan Stunting Di Desa Gempolmanis Kecamatan Sambeng Kabupaten Lamongan Provinsi Jawa Timur Qonita Rachmah; Diah Indriani; Susi Hidayah; Yurike Adhela; Trias Mahmudiono
Amerta Nutrition Vol. 4 No. 2 (2020): AMERTA NUTRITION
Publisher : Universitas Airlangga, Kampus C, Mulyorejo, Surabaya-60115, East Java, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (303.87 KB) | DOI: 10.20473/amnt.v4i2.2020.165-170

Abstract

Background: Stunting is one of nutritional problem that causes long-term health problems. Based on the result of Riskesdas, there has been an increase in stunting prevalence from 35,6% in 2010 to 37,2% in 2013 which means that 1 in 3 indonesian children are stunting. Lamongan was one of hundred’s stunting priority regency in Indonesia. This study aims to analyze the effect of nutrition education to incerase mother’s knowledge related stunting.Objective: The method used in this research is Quasi Experiment by designing one group pre-test and post-test design. The sampling technique used was total sampling method in which all mothers with children aged 0 - 59 months in Gempolmanis village, Sambeng District, Lamongan Regency. The Gempolmanis village was purposively chosen.Methods: The dependent T test was used to determine the effect of nutrition education on maternal knowledge. The response rate of this study was 86.4%.Results: The results showed at the beginning of the session, the majority of mothers still had sufficient knowledge (57.9%) and less (36.8%). Only 5.3% have good nutrition knowledge, but after nutrition education, 68.4% of mothers have a good level of knowledge related to stunting. The mean score before nutrition education was 60.5 + 18.9 and increased to 88.4 + 13.8 after nutrition education (p <0.05).Conclusion: It can be concluded that nutrition education can significantly increase maternal knowledge related to the prevention of stunting in children at the golden age. Regular nutrition education by the nutrition officer or posyandu cadre needs to be done as an effort to improve stunting. ABSTRAK Latar belakang : Stunting merupakan salah satu permasalahan gizi dengan dampak kesehatan yang serius. Hasil riskesdas terbaru di tahun 2018 menunjukkan prevalensi stunting sebesar 30,8%, yang artinya 1 dari 3 anak indonesia masih mengalami stunting.  Kabupaten Lamongan merupakan satu dari 100 kabupaten prioritas stunting di Indonesia.Tujuan : Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh pemberian pendidikan gizi terhadap pengetahuan ibu tentang Pencegahan Stunting. Metode : Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Quasi Eksperimen dengan rancangan one group pre-test and post-test design. Teknik pengambilan sampel menggunakan metode total sampling yaitu mengambil semua ibu dengan balita usia 0 – 59 bulan di desa Gempolmanis, Kecamatan Sambeng, Kabupaten Lamongan sebanyak 22 ibu balita. Pemilihan desa Gempolmanis dipilih secara purposive. Uji T dependen digunakan untuk mengukur perbedaan tingkat pengetahuan ibu setelah diberikan pendidikan gizi. Response rate penelitian ini sebesar 86,4%.Hasil : Hasil penelitian menunjukkan pada awal sesi sebelum diberikan pendidikan gizi tentang stunting, mayoritas ibu masih memiliki pengetahuan yang cukup (57,9%) dan kurang (36,8%). Hanya 5,3% yang memiliki pengetahuan gizi baik, namun setelah edukasi gizi, 68,4% ibu memiliki tingkat pengetahuan baik. Rerata skor sebelum edukasi sebesar 60,5 + 18,9 dan meningkat menjadi 88,4 + 13,8 setelah edukasi gizi (P<0.05).Kesimpulan : Dapat disimpulkan bahwa pendidikan gizi secara signifikan dapat meningkatkan pengetahuan ibu terkait pencegahan stunting pada anak di usia golden period. Pemberian edukasi gizi secara berkala baik oleh petugas gizi puskesmas maupun kader posyandu perlu dilakukan sebagai upaya pencegahan stunting.
“Anak ini kalau makan, ya apapun yang diminta…”: Eksplorasi Nilai Anak dan Pola Pengasuhan Anak pada Suku Jawa di Desa Besowo, Kediri, Jawa Timur Intan Pratita; Agung Dwi Laksono
Amerta Nutrition Vol. 4 No. 2 (2020): AMERTA NUTRITION
Publisher : Universitas Airlangga, Kampus C, Mulyorejo, Surabaya-60115, East Java, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (485.659 KB) | DOI: 10.20473/amnt.v4i2.2020.147-154

Abstract

Background: Several studies have found that the nutritional status of children was much influenced by childcare patterns. While other studies reveal that parenting patterns were influenced by children's values. The higher the value of the child in the eyes of parents, the better the pattern of care provided is expected, including the habit of dietary given to the child. The study was aimed to explore the value of children (psychology, social, and economy) in Besowo.Methods: Qualitative research was carried out through an ethnographic approach. The researcher lived in Besowo for six months (June-November 2019). Informants were determined purposively on 23 women and 6 men. The main focus of the research was on the values of children and parenting patterns, including a child's diet.Results: The value of children psychologically, children were everything. This value makes parents try to be able to fulfill all the wishes of children. When the child did not want to eat, then whatever the child wants will be fulfilled, including eating snacks that were categorized as unhealthy. Value of children socially, children were considered as successors in the family, including those who were obliged to continue and maintain the good name of the family. Parents want children to follow in the footsteps of parents. Unconsciously the parents in question were male parents. The value of the child economically, the child was an investment or an asset. Children were where parents depend on old age. The pattern of parenting showed that even though the value of the child was considered very high, the pattern of care, especially the pattern of food intake in children, tend to be ignored.Conclusion: Javanese children in the village of Besowo have psychological, social and economic values. Although assessing children was everything, parenting patterns, including intake patterns, showed the opposite treatment.ABSTRAK Latar Belakang: Beberapa penelitian menemukan bahwa status gizi anak banyak dipengaruhi pola pengasuhan anak. Sementara penelitian lain mengungkap bahwa pola pengasuhan dipengaruhi oleh nilai anak. Semakin tinggi nilai anak di mata orang tua, maka diharapkan semakin baik pola pengasuhan yang diberikan, termasuk pola makan yang diberikan pada anak. Penelitian ditujukan untuk mengeksplorasi nilai anak (psikologi, sosial,  dan ekonomi) di Desa Besowo.Metode: Penelitian kualitatif dilakukan melalui pendekatan etnografi. Peneliti lived in di Desa Besowo selama enam bulan (Juni-November 2019). Informan ditentukan secara purposif pada 23 perempuan dan 6 laki-laki. Fokus utama penelitian pada nilai anak dan pola pengasuhan, termasuk pola makan.Hasil: Nilai anak secara psikologi, anak adalah segalanya. Nilai ini membuat orang tua berusaha untuk dapat memenuhi semua keinginan anak. Pada saat anak tidak mau makan, maka apapun maunya anak akan dipenuhi, termasuk makan jajanan yang masuk kategori tidak sehat. Nilai anak secara sosial, anak dianggap sebagai penerus dalam keluarga, termasuk yang berkewajiban untuk meneruskan dan menjaga nama baik keluarga. Orang tua menginginkan anak mengikuti jejak orang tua. Secara tidak sadar orang tua yang dimaksud adalah orang tua laki-laki. Nilai anak secara ekonomi, anak adalah investasi atau aset. Anak adalah tempat orang tua bergantung di hari tua. Pola pengasuhan anak menunjukkan bahwa meski menganggap nilai anak sangat tinggi, tetapi pola pangasuhan, terutama pola asupan makanan pada anak, cenderung diabaikan.Kesimpulan: Anak pada suku Jawa di Desa Besowo memiliki nilai psikologi, sosial dan ekonomi. Meski menilai anak adalah segalanya, tetapi pola pengasuhan, termasuk pola asupan, menunjukkan perlakuan yang bertolak belakang.
Analisis Daya Terima Dan Kadar Isoflavon Fortem Dia_Tri Sebagai Dukungan Gizi Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 Tri Hidayat; Sugiarto Sugiarto; Budiyanti Wiboworini
Amerta Nutrition Vol. 4 No. 2 (2020): AMERTA NUTRITION
Publisher : Universitas Airlangga, Kampus C, Mulyorejo, Surabaya-60115, East Java, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20473/amnt.v4i2.2020.132-139

Abstract

Background: Indonesia is the country with the sixth most DM sufferers in the world with the number of DM patients reaches 10.3 million people and are expected to increase annually. Dietary modifications combined with pharmacological interventions could be the main approach in the control of DM. FortemDia_Tri is a development of diet modification of Tempe flour-based and green beans as the main source of Isoflavone and other materials such as skim milk flour, red rice flour, canola oil, and maltodextrin are recommended for patients with type 2 DM.Purpose: The study aimed to analyse the power of 5 formula Fortem Dia_Tri and the value of isoflavones in the best formula allocated for a type 2 DM patient.Methods: The type of research used in this research was experimental by formulation of 5 formula Fortem Dia_Tri. Study subjects were 40 people to test acceptability of the formula. Analysis of isoflavone levels was performed using the HPLC method.Result: There was a significant difference in the receipt of both color, aroma, taste, viscosity, and overall with P value <0.001. Formula FD03 is the most preferred formula with a score of 6.6-7.2 (likes). Followed by the formula FD05 with the value of 5.75-6.34 (somewhat like), While FD01, FD02, FD03 in neutral categories. The value of isoflavone levels of the 2 best formulas was FD05 of 241.77719 μg/ml or in 60.44 mg isoflavone/250 ml, and followed by a FD03 of 174.39759 μg/ml or an offering of 34.87 mg of isoflavone/200 ml.Conclusion: The most preferred formula of panelist was the FD03 formula. The two best formulas have a level of isoflavones that were already in accordance with the needs of isoflavone per day for diabetes mellitus type 2 patients.ABSTRAKLatar Belakang : Indonesia merupakan negara dengan penderita Diabetes Melitus (DM)  tipe 2 terbanyak ke enam di dunia yang mencapai 10,3 juta jiwa. Modifikasi diet yang dikombinasikan dengan intervensi farmakologis bisa sebagai pendekatan utama dalam pengendalian DM. Fortem Dia_Tri merupakan pengembangan modifikasi diet sebagai dukungan gizi tambahan berbahan dasar tepung tempe dan kacang hijau sebagai sumber utama isoflavon  dan bahan lain seperti tepung susu skim, tepung beras merah, minyak canola, dan maltodekstrin yang direkomendasikan untuk pasien DM tipe 2.Tujuan :Menganalisis daya terima 5 formula Fortem Dia_Tri dan nilai isoflavon pada formula terbaik yang diperuntukkan untuk pasien DM tipe 2.Metode : Penelitian ini dilakukan pada bulan September-Oktober. Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini  ialah eksperimental dengan meracik 5 formula Fortem Dia_Tri. Subjek  dalam penelitian ini adalah mahasiswa S2 Ilmu Gizi Universitas Sebelas Maret Surakarta sebanyak 40 orang untuk uji daya terima berdasarkan warna, aroma, rasa, kekentalan, dan keseluruhan. Skala yang digunakan untuk uji hedonik adalah 9 skala. Analisis kadar isoflavon menggunakan metode High Performance Liquid ( HPLC).Hasil : Terdapat perbedaan daya terima yang signifikan baik warna, aroma, rasa, kekentalan, dan keseluruhan dengan p value <0,0001 Formula FD03 adalah formula yang paling disukai dengan skor 6,6-7,2 (suka). Disusul dengan formula FD05 dengan nilai 5,75-6,34 (agak suka), sedangkan FD01, FD02, FD03 dalam kategori netral. Nilai kadar isoflavon dari 2 formula terbaik yaitu FD05 sebesar 241,77719 μg/ml atau persaji 60,44 mg isoflavon /250 ml, dan diikuti FD03 sebesar 174,39759 μg/ml atau persaji 34,87 mg isoflavon / 200 ml.Kesimpulan : Formula yang paling disukai panelis adalah formula FD03. Kedua formula terbaik (FD03 dan FD05) mempunyai kadar isoflavon yang sudah sesuai dengan kebutuhan isoflafon per hari untuk pasien diabetes melitus tipe 2.
Faktor Risiko Determinan Yang Konsisten Berhubungan dengan Kejadian Stunting Pada Anak Usia 6-24 Bulan: Tinjauan Pustaka Ratnawati Ratnawati; Mohammad Zen Rahfiludin
Amerta Nutrition Vol. 4 No. 2 (2020): AMERTA NUTRITION
Publisher : Universitas Airlangga, Kampus C, Mulyorejo, Surabaya-60115, East Java, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (512.532 KB) | DOI: 10.20473/amnt.v4i2.2020.85-94

Abstract

Background : Stunting remains a global health issue with a prevalence of 21.9% in 2018. Many variables of stunting risk factors have been studied. Research results that show dominant risk factors that consistently affect stunting are needed as a priority for prevention.Objective: To determine the dominant risk factors that are consistently associated with stunting events.Methods: This systematic review was carried out using the Google Scholar search engine and Springerlink E-Journal using the keyword stunting of children aged 6-24 months.  Exclusion criteria were published >5 years, journals were not reputable on SCIMAGOJR and were referenced <10 times and has a sinta index > 2.Results: There were 3 international journal articles Q1 and 5 national journals accredited by Sinta 2. The number of variables studied in 8 journals is 51 Variables. There were 36 variables that were conducted only one study with significant results related to the incidence of stunting as many as 16 variables and 20 variables were not significant. The variables conducted by the research with inconsistent analysis results were 8 variables. Dominant variables that show a significant relationship with the incidence of stunting consistently from four different studies are low birth weight (LBW) and family income / family welfare index. The lowest & highest risk factors LBW (OR=3.26 & 5.870), Income / welfare index (OR=2.2 & 8.5). Protein Adequacy Level (OR=5.54 & 7.65) and children aged 12-24 months (AOR=2.688 & 3.24) were consistent in 2 studies.Conclusion: LBW, income / family welfare index, level of protein adequacy and children aged 12-24 months were variables with dominant and consistent stunting risk factors.ABSTRAKLatar Belakang : Stunting masih menjadi masalah kesehatan di dunia dengan prevalensi 21,9 % pada tahun 2018. Ada Banyak variabel faktor risiko stunting yang sudah diteliti. Penelurusan hasil penelitian yang menunjukkan faktor risiko dominan secara konsisten mempergaruhi stunting sangat diperlukan sebagai prioritas untuk pencegahan.Tujuan : Untuk mengidentifikasi  faktor risiko dominan yang secara konsisten bermakna hubungannya dengan kejadian stunting.Metode : Tinjauan pustaka ini dilakukan dengan mengunakan search engine google scholar dan springerlink E- Journal  mengunakan kata stunting usia 6-24 bulan. Kriteria esklusi terbit > 5 tahun terakhir, jurnal tidak bereputasi pada SCIMAGOJR dan dirujuk < 10 kali dan sinta > 2.Hasil Ulasan : Didapatkan 3 artikel jurnal internasional Q1 dan 5 jurnal nasional terakreditasi Sinta 2. Jumlah variabel yang diteliti pada 8 jurnal sebanyak 51 Variabel. Didapatkan 36 variabel yang dilakukan hanya satu kali penelitian dengan hasil yang signifikan berhubungan dengan kejadian stunting sebanyak 16 variabel dan 20 variabel tidak signifikan. Variabel yang dilakukan penelitian dengan hasil analisis yang tidak konsisten sebanyak 8 variabel. Variabel dominan yang menunjukkan hubungan bermakna dengan kejadian stunting secara konsisten dari empat penelitian yang berbeda adalah BBLR dan pendapatan keluarga/indeks kesejahteraan keluarga.  Faktor risiko yang terendah&tertinggi BBLR (OR=3,26 & 5,870), Pendapatan/Indeks kesejahteraan (OR=2,2&8,5).  Tingkat Kecukupan Protein (OR=5,54 & 7,65) dan usia anak 12-24 bulan (AOR =2,688 & 3,24) konsisten pada 2 penelitian.Kesimpulan BBLR, pendapatan /indeks kesejahteraan keluarga, tingkat kecukupan protein dan usia anak 12-24 bulan merupakan variabel dengan faktor risiko stunting yang dominan konsisten. 
Pengembangan Metode Evaluasi Komitmen Ketahanan Pangan Dan Gizi Pemerintah Daerah Provinsi Di Indonesia Novfitri Syuryadi; Drajat Martianto; Dadang Sukandar
Amerta Nutrition Vol. 4 No. 2 (2020): AMERTA NUTRITION
Publisher : Universitas Airlangga, Kampus C, Mulyorejo, Surabaya-60115, East Java, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (589.79 KB) | DOI: 10.20473/amnt.v4i2.2020.140-146

Abstract

Background: Methods of evaluation of the regional government’s commitment in the development of food and nutrition security are not yet available. The index that measures the government’s commitment to national food and nutrition security is HANCI. Therefore, this study aimed to develop a method of evaluating the commitment of the regional government in the development of food and nutrition security.Objectives: This study aimed to develop a method of evaluating the commitment of regional government in the development of food and nutrition security.  Methods: The design of this study was a cross-sectional study using secondary data that refers to HANCI measurements. This research stage consisted of identification of potential indicators, qualitative selection of candidate indicator, assessment of indicator used the scoring method, and applied the method to provinces in Indonesia. Results: The result showed shortlist of 42 commitment indicators of food and nutrition security and aggregate score of provinces. Only 2.9% of provinces had high commitment and 17.6% of provinces with low commitment level. Highest rank was achieved by East Java Province and the lowest rank was East Nusa Tenggara Province. Low political commitment could lead to low priority of food and nutrition interventions. The government was in need to make regulations/policies and prepare adequate budgets for specific and sensitive food and nutrition programs.Conclusions: Development of this evaluation method is relevant to show the commitment of the regional government. The government needs to improve efforts to address problems of food and nutrition.ABSTRAK Latar Belakang: Metode evaluasi komitmen pemerintah daerah provinsi dalam pembangunan ketahanan pangan dan gizi saat ini belum tersedia. Index yang mengukur komitmen pemerintah terhadap ketahanan pangan dan gizi secara nasional adalah HANCI. Oleh karena itu, studi ini bertujuan untuk mengembangkan metode evaluasi komitmen pemerintah daerah provinsi dalam pembangunan ketahanan pangan dan gizi.Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan metode evaluasi komitmen pemerintah daerah provinsi dalam pengembangan ketahanan pangan dan gizi.Metode: Desain penelitian ini adalah cross-sectional study dengan menggunakan data sekunder yang mengacu pada pengukuran HANCI. Tahap penelitian terdiri dari identifikasi indikator potensial, seleksi calon indikator secara kualitatif, perhitungan skor menggunakan metode scoring, dan aplikasi metode pada provinsi di Indonesia.Hasil: Hasil menunjukkan shortlist 42 indikator komitmen ketahanan pangan dan gizi dan skor agregat provinsi. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa hanya 2,9% provinsi yang memiliki komitmen tinggi dan 17,6% provinsi memiliki tingkat komitmen rendah. Provinsi Jawa Timur berada pada peringkat pertama sedangkan peringkat terakhir ditempati oleh Provinsi Nusa Tenggara Timur. Komitmen politik yang rendah dapat menyebabkan rendahnya prioritas intervensi pangan dan gizi. Pemerintah perlu membuat peraturan/kebijakan dan menyiapkan anggaran yang memadai untuk program pangan dan gizi secara spesifik maupun sensitif.Kesimpulan: Pengembangan metode telah relevan digunakan untuk melihat komitmen pemerintah daerah provinsi. Pemerintah perlu meningkatkan upaya berupa pembuatan peraturan dan kebijakan serta anggaran untuk penanganan masalah pangan dan gizi. 
Hubungan Tingkat Kecukupan Gizi, Tingkat Pengetahuan Ibu, dan Tinggi Badan Orangtua dengan Stunting pada Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Tambak Wedi Surabaya Rizqita Catur Wulandari; Lailatul Muniroh
Amerta Nutrition Vol. 4 No. 2 (2020): AMERTA NUTRITION
Publisher : Universitas Airlangga, Kampus C, Mulyorejo, Surabaya-60115, East Java, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (513.973 KB) | DOI: 10.20473/amnt.v4i2.2020.95-102

Abstract

Background:Stunting is a failure to thrives in under five children condition that causes difficulty to achieves physical and cognitive development in optimal condition. Puskesmas Tambak Wedi as one of the health centers that have increased prevalence of stunting in toddlers by 2.7% from 2017 to 2018. It indicated that the prevention and management of stunting in Surabaya should be optimized so that the prevalence could be reduced. Objectives: The objective was to analyze the correlation between adequacy level of nutrients,mother's knowledge level,and height of parents with the incidence of stunting in Puskesmas Tambak Wedi.Methods: Observational study with a case-control design. The population was 1,143 toddlers. The sample size is 48 toddlers consisting of 24 stunting and non-stunting toddlers selected through simple random sampling. The dependent variable was stunting. The independent variable was the nutritional adequacy,mother’s knowledge level, and parent’s height. The data was analyzed by the chi-square test and simple logistic regression. Results: There were significant correlation between level of energy adequacy(p=0.02;OR=0.11), protein(p=0.018;OR=2.3), calcium(p=0.023;OR=0.2), and mother’s knowledge(p=0.029;OR=-0.265) with stunting in toddler. Father’s(P=0.77) and mother’s(P=0.76) height were not correlated with stunting in a toddler. Non-stunted children were more likely to have better adequacy levels of energy(58.3%), protein(100%), and calcium(58.3%) compared to stunted children. Toddlers who have a mother with good knowledge were have a lower risk of stunting by 0.265 times than toddlers whose mothers lack knowledge.Conclusions: Adequacy levels of nutrients and level of mother knowledge in non-stunting toddlers were better than stunting toddlers aged 24-59 months in Puskesmas Tambak Wedi SurabayaABSTRAKLatar Belakang: Stunting merupakan masalah pertumbuhan fisik yang disebabkan oleh kurangnya kecukupan gizi, rendahnya pengetahuan gizi, serta tinggi badan orangtua. Puskesmas Tambak Wedi Surabaya merupakan salah satu puskemas yang mengalami peningkatan prevalensi stunting 2,7% dari tahun 2017. Meningkatnya angka prevalensi menandakan bahwa pencegahan dan penanganan stunting di Surabaya harus dioptimalkan agar prevalensinya dapat ditekan.Tujuan: Menganalisis hubungan tingkat kecukupan zat gizi (energi, protein, kalsium), tingkat pengetahuan ibu dan tinggi badan orangtua dengan stunting di Puskesmas Tambak Wedi.Metode: Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan desain case control. Besar sampel adalah 48 balita yang  terdiri dari sampel kasus (24 balita stunting) dan sampel kontrol (24 balita non-stunting). Variabel dependen adalah stunting. Variabel independen adalah tingkat kecukupan energi, protein, kalsium, tingkat pengetahuan ibu, dan tinggi badan orangtua. Analisis data menggunakan uji statistik chi-square dan regresi sederhana.Hasil: Terdapat hubungan antara tingkat kecukupan energi (p=0,02;OR=0,11), protein (p=0,018;OR=2,3), kalsium (p=0,023;OR=0,2), pengetahuan ibu (p=0,029;OR=‒0,265) dengan kejadian stunting pada balita. Tinggi badan ayah (p=0,77) dan ibu (p=0,76) tidak memiliki hubungan dengan kejadian stunting pada balita di Puskesmas Tambak Wedi.Kesimpulan: Tingkat kecukupan zat gizi dan tingkat pengetahuan ibu pada balita non-stunting lebih baik daripada balita stunting. Tingkat kecukupan zat gizi meliputi energi, protein, kalsium dan pengetahuan ibu memiliki hubungan dengan stunting pada balita usia 24-59 bulan di wilayah kerja Puskesmas Tambak Wedi Surabaya.
Hubungan antara Perilaku Gizi dan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dengan Status Gizi Baduta Di Kabupaten Cirebon Winda Puspita Yuniar; Ali Khomsan; Mira Dewi; Karina Rahmadia Ekawidyani; Anna Vipta Resti Mauludyani
Amerta Nutrition Vol. 4 No. 2 (2020): AMERTA NUTRITION
Publisher : Universitas Airlangga, Kampus C, Mulyorejo, Surabaya-60115, East Java, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (549.313 KB) | DOI: 10.20473/amnt.v4i2.2020.155-164

Abstract

Background: Cirebon Regency is one of the priority areas that becomes the locus in efforts to accelerate the reduction of stunting in 2018.Objective: This study aims to analyze the relationship between feeding parenting pattern with nutrient intake of under two-years infants and the relationship between nutritional behavior and clean and healthy lifestyle behavior (CHLB) with nutritional status of under two-years infants in Cirebon Regency.Methods: This study used a cross-sectional study design using secondary data from previous studies conducted at the same two locations in Cirebon Regency. The data processing was carried out in November to December 2019. The subjects involved were 70 mothers who had infants aged 0-24 months. Analysis of the relationship between variables using the Rank Spearman test.Results: The results of the correlation test showed that there was no significant relationship (p> 0.05) between feeding parenting pattern with nutritional intake. In addition, maternal nutritional behavior also did not have a significant relationship (p> 0.05) with nutritional status. This study found that there was a significant relationship between clean and healthy living behavior on the indicators of a smoke-free home environment with the nutritional status using HAZ index.Conclusion: Imbalance between knowledge and socio-economic factors of income can lead to inequality in the application of feeding parenting pattern, nutritional behavior, and CHLB to the nutritional status of under two years. Therefore, a continuous monitoring and evaluation system is needed to ensure that the stunting acceleration program runs effectively and efficiently.ABSTRAK Latar belakang: Kabupaten Cirebon merupakan salah satu daerah prioritas yang menjadi lokus dalam upaya percepatan penurunan stunting pada tahun 2018.Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan antara pola asuh makan dengan asupan zat gizi baduta serta hubungan antara perilaku gizi dan perilaku hidup bersih dan sehat dengan status gizi baduta di Kabupaten Cirebon.Metode: Penelitian ini menggunakan desain studi cross-sectional dengan menggunakan data sekunder dari penelitian sebelumnya yang dilakukan pada dua lokasi yang sama di Kabupaten Cirebon. Proses pengolahan data dilakukan pada bulan November hingga Desember 2019. Subjek yang terlibat adalah 70 orang ibu baduta yang memiliki bayi berusia 0-24 bulan. Analisis hubungan antar variabel menggunakan uji Rank Spearman.Hasil: Hasil uji korelasi menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan (p >0,05) antara pola asuh makan dengan asupan zat gizi. Selain itu, perilaku gizi ibu juga tidak memilki hubungan yang signifikan (p>0,05) dengan status gizi. Penelitian ini menemukan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara perilaku hidup bersih dan sehat pada indikator lingkungan rumah bebas asap rokok terhadap status gizi baduta.Kesimpulan: Ketidakseimbangan antara pengetahuan dengan faktor sosio-ekonomi penghasilan dapat mengakibatkan terjadinya ketimpangan dalam penerapan pola asuh makan, perilaku gizi, dan PHBS terhadap status gizi baduta. Oleh karena itu, diperlukan sistem monitoring dan evaluasi secara kontinu untuk memastikan bahwa program percepatan stunting berjalan secara efektif dan efisien.

Page 1 of 2 | Total Record : 14


Filter by Year

2020 2020


Filter By Issues
All Issue Vol. 8 No. 1 (2024): AMERTA NUTRITION (Bilingual Edition) Vol. 7 No. 2SP (2023): AMERTA NUTRITION SUPPLEMENTARY EDITION Special 3rd Amerta Nutrition Conferenc Vol. 7 No. 4 (2023): AMERTA NUTRITION (Bilingual Edition) Vol. 7 No. 3 (2023): AMERTA NUTRITION (Bilingual Edition) Vol. 7 No. 3SP (2023): AMERTA NUTRITION SUPPLEMENTARY EDITION Vol. 7 No. 2 (2023): AMERTA NUTRITION (Bilingual Edition) Vol. 7 No. 1SP (2023): AMERTA NUTRITION SUPPLEMENTARY EDITION Big Data Seminar Vol. 7 No. 1 (2023): AMERTA NUTRITION (Bilingual Edition) Vol. 6 No. 1SP (2022): AMERTA NUTRITION SUPPLEMENTARY EDITION Special 2nd Amerta Nutrition Conferenc Vol. 6 No. 4 (2022): AMERTA NUTRITION Vol. 6 No. 3 (2022): AMERTA NUTRITION Vol. 6 No. 2 (2022): AMERTA NUTRITION Vol. 6 No. 1 (2022): AMERTA NUTRITION Vol. 5 No. 4 (2021): AMERTA NUTRITION Vol. 5 No. 3 (2021): AMERTA NUTRITION Vol. 5 No. 2SP (2021): AMERTA NUTRITION SUPPLEMENTARY EDITION Vol. 5 No. 2 (2021): AMERTA NUTRITION Vol. 5 No. 1SP (2021): AMERTA NUTRITION SUPPLEMENTARY EDITION Vol. 5 No. 1 (2021): AMERTA NUTRITION Vol. 4 No. 4 (2020): AMERTA NUTRITION Vol. 4 No. 3 (2020): AMERTA NUTRITION Vol. 4 No. 2 (2020): AMERTA NUTRITION Vol. 4 No. 1SP (2020): AMERTA NUTRITION SUPPLEMENTARY EDITION Vol. 4 No. 1 (2020): AMERTA NUTRITION Vol. 3 No. 4 (2019): AMERTA NUTRITION Vol. 3 No. 3 (2019): AMERTA NUTRITION Vol. 3 No. 2 (2019): AMERTA NUTRITION Vol. 3 No. 1 (2019): AMERTA NUTRITION Vol. 2 No. 4 (2018): AMERTA NUTRITION Vol. 2 No. 3 (2018): AMERTA NUTRITION Vol. 2 No. 2 (2018): AMERTA NUTRITION Vol. 2 No. 1 (2018): AMERTA NUTRITION Vol. 1 No. 4 (2017): AMERTA NUTRITION Vol. 1 No. 3 (2017): AMERTA NUTRITION Vol. 1 No. 2 (2017): AMERTA NUTRITION Vol. 1 No. 1 (2017): AMERTA NUTRITION More Issue