cover
Contact Name
Dani Saepuloh
Contact Email
danie_saepuloh@yahoo.com
Phone
-
Journal Mail Official
danie_saepuloh@yahoo.com
Editorial Address
-
Location
Kota adm. jakarta pusat,
Dki jakarta
INDONESIA
Jurnal Segara
ISSN : 19070659     EISSN : 24611166     DOI : -
Core Subject : Science, Social,
Jurnal SEGARA (p-ISSN: 1907-0659, e-ISSN: 2461-1166) adalah Jurnal yang diasuh oleh Pusat Riset Kelautan, Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan (BRSDMKP), Kementerian Kelautan dan Perikanan – KKP, dengan nomenklatur baru Pusat Riset Kelautan, Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan, KKP dengan tujuan menyebarluaskan informasi tentang perkembangan ilmiah bidang kelautan di Indonesia, seperti: oseanografi, akustik dan instrumentasi, inderaja,kewilayahan sumberdaya nonhayati, energi, arkeologi bawah air dan lingkungan.
Arjuna Subject : -
Articles 146 Documents
Kualitas Air Pada Ekosistem Terumbu Karang Di Selat Sempu, Sendang Biru, Malang I Gusti Ngurah Artha Wibawa; Oktiyas Muzaky Luthfi
Jurnal Segara Vol 13, No 1 (2017): April
Publisher : Pusat Riset Kelautan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1395.253 KB) | DOI: 10.15578/segara.v13i1.6420

Abstract

Perairan Selat Sempu yang terletak di Kabupaten Malang diketahui dalam kondisi tertekan, baik secara alamiah maupun karena faktor anthropogenic. Salah satu faktor alamiah yaitu adanya sedimentasi diikuti dengan jumlah nutrien yang berlebih yang berasal dari pegunungan diatasnya dan perairan Selat Sempu masih terpengaruh oleh adanya South Java Current yang mengakibatkan pengadukan sedimen dasar perairan. Faktor anthropogenic yang terdapat di Selat Sempu yaitu adanya pembangunan Pelabuhan Perikanan Nusantara, kegiatan masyarakat sekitar, dan aktivitas pariwisata yang tidak dikelola secara terpadu. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kondisi perairan di ekosistem terumbu karang di perairan Selat Sempu. Pengambilan data parameter dilakukan dengan cara in-situ yang meliputi pengukuran kedalaman, temperatur, konduktivitas, salinitas, turbiditas, pH dan DO, selanjutnya pengolahan data sebaran kualitas air menggunakan program surfer. Hasil pengukuran rata-rata kualitas air diperoleh temperatur berkisar antara 26,92 – 27,06°C, konduktivitas 53,99 – 54,13 mS/cm, salinitas 33,64 – 33,95 PSU, turbiditas 0,54 – 1,43 NTU, pH 9,03 – 9,07 dan DO 8,36 – 8,71 mg/L.. Kualitas air menunjukkan masih dalam batasan normal untuk kehidupan terumbu karang. Apabila kondisi yang sudah baik ini tidak dijaga bisa jadi kondisi perairan akan berubah dan dapat mengancam kehidupan ekosistem terumbu karang di Selat Sempu di masa yang akan datang.
CHARACTERISTIC OF SALEH BAY COASTLINE Yulius Yulius; Muhammad Ramdhan; Ardiansyah Ardiansyah
Jurnal Segara Vol 14, No 2 (2018): Agustus
Publisher : Pusat Riset Kelautan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1206.682 KB) | DOI: 10.15578/segara.v14i2.6609

Abstract

Indonesia is an archipelagic country with numbers of natural resources including bays. As a closed estuary, bay has a strategic role as one of the ecological resources and environmental services. Saleh Bay is an outstanding bay of West Nusa Tenggara province which is situated between Sumbawa regency and Dompu regency. The study aimed to explain the criteria for the determination of a bay based on UNCLOS and bathymetry system by using Geographic Information System (GIS). The results of the identification indicated that the Ocean Map issued by Dishidros had not entirely referred to the criteria of UNCLOS in determining an area as a bay, in which an indentation is regarded as a bay if its total area is larger than the area of t he semi-circle whose diameter is a line drawn across the mouth of that indentation. Subsequently, spatial analysis found out that the depth of the waters in Saleh Bay can be classified into eleven classes, which are: (1) 0 – 10 meter with area of 294.27 km2, (2) 10 - 20 meter with area of 205.45 km2, (3) 20 - 30 meter with area of 259.45 km2, (4) 30 - 40 meter with area of 146.25 km2, (5) 40 - 50 meter with area of 137,83 km2, (6) 50 - 60 meter with area of 148.19 km2, (7) 75 - 100 meter with area of 57.08 km2, (8) 100 - 150 meter with area of 73.78 km2, (9) 150 - 200 meter with area of 109.46 km2, (10) 200 - 300 meter with area of 533.42 km2 , and(11) >300 meter with area of 134.89 km2.
DAMPAK PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN TERHADAP KONDISI PADANG LAMUN DI PERAIRAN TIMUR PULAU BINTAN KEPULAUAN RIAU Indarto Happy Supriyadi; Ricky Rositasari; Marindah Yulia Iswari
Jurnal Segara Vol 14, No 1 (2018): April
Publisher : Pusat Riset Kelautan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (785.861 KB) | DOI: 10.15578/segara.v14i1.6630

Abstract

Padang lamun memiliki peran penting sebagai sumber utama produktivitas primer atau penghasil bahan organik, habitat untuk berbagai biota, tempat asuhan, tempat memijah, sumber makanan bagi biota langka dan penyokong keanekaragaman jenis-jenis biota laut serta bernilai ekonomis dari jasa ekosistem lamun. Aktivitas pembangunan di wilayah pesisir yang terus meningkat telah mengakibatkan kerusakan padang lamun di perairan timur pulau Bintan. Saat ini kajian terbaru terkait dengan kondisi lamun belum tersedia. Kajian ini dilakukan pada Mei dan September (2015-2016) dengan tujuan untuk mengetahui dampak perubahan tutupan lahan terhadap kondisi lamun di perairan timur pulau Bintan. Kondisi lamun ditentukan berdasarkan persentase tutupan lamun. Analisis perubahan penggunaan lahan menggunakan perangkat lunak ENVI 5.1 dan ArcGIS 10.1. Pengukuran debit sungai dan penanganan sampel air dilakukan di lapangan dan laboratorium P2O-LIPI Jakarta. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perubahan penggunaan lahan menjadi lahan terbuka, perkebunan dan semak belukar pada DAS Kawal telah memberikan dampak menurunnya kondisi lamun khususnya di sekitar muara Sungai Kawal. Secara umum kondisi lamun di perairan timur Pulau Bintan menurun ditunjukkan dengan persentase tutupan lamun yaitu 46 % (2006) dan 41 % (2015). Dalam penelitian ini ditemukan tujuh spesies lamun, antara lain Enhalus acoroides, Thalassia hemprichii, Cymodocea rotundata, Cymodocea serrulata, Halophila ovalis, Halodule uninervis dan Syringodium isoetifolium.
Pola Distribusi Konsentrasi Klorofil-a di Laut Maluku berdasarkan Pengamatan In Situ INDESO Joint Expedition Program 2016 dan Data Penginderaan Jauh Indra Hermawan; Agus Setiawan; Nikita Pusparini
Jurnal Segara Vol 13, No 3 (2017): Desember
Publisher : Pusat Riset Kelautan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1364.012 KB) | DOI: 10.15578/segara.v13i3.6494

Abstract

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pola distribusi konsentrasi klorofil-a di perairan Laut Maluku yang termasuk dalam Wilayah Pengelolaan Perikanan RI 715 berdasarkan data pengamatan in situ dan penginderaan jauh. Penelitian ini dilakukan pada bulan September 2016 dan merupakan bagian dari Pelayaran Oseanografi INDESO Joint Expedition Program (IJEP) 2016 yang dilaksanakan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Kelautan dan Perikanan (Balitbang KP) menggunakan Kapal Riset Baruna Jaya VIII. Berdasarkan hasil pengamatan in situ pada 8 titik pengamatan di sepanjang Laut Maluku dari selatan ke utara, didapatkan bahwa konsentrasi klorofil-a di permukaan berkisar antara 0,1 hingga 0,6 mg/m3. Hasil perbandingan antara konsentrasi klorofil-a hasil pengamatan in-situ dengan model biogeokimia INDESO dan citra satelit SeaWiFS masing-masing memberikan root mean square error sebesar 0,1507 dan 0,1364 mg/m3. Sementara itu, secara vertikal konsentrasi klorofil-a maksimum (antara 0,4 hingga 1 mg/m3) ditemukan pada kedalaman antara 17 hingga 61 meter, yaitu pada lapisan mixed layer.
THE IMPACT OF ENVIRONMENTAL CHANGING, FOOD AVAILABILITY AND ANTROPOGENIC PRESSURE ON SARDINE (Sardinella lemuru) CPUE IN BALI STRAIT WATERS Reny Puspasari; Puput Fitri Rachmawati; Eko Susilo; wijopriono wijopriono; Ngurah Nyoman Wiadnyana
Jurnal Segara Vol 14, No 2 (2018): Agustus
Publisher : Pusat Riset Kelautan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (931.545 KB) | DOI: 10.15578/segara.v14i2.7131

Abstract

As a dominant small pelagic fishery in Bali Strait waters, significant decrease of sardine (lemuru) production was bothering fisheries industries, particularly in Muncar and Pengambengan District in East Java and Bali province.  Besides of over exploitation, changing environment condition such as temperature, salinity and thermocline depth, indicated the affect on decreasing of sardine production.  The interaction among environment variabels, food source availability (Chl-a) and anthropogenic pressure (fishing effort) generate the number of sardine abundance showed by CPUE (Catch per Unit Effort) value that determined sardine production. The current research aims to analyze the simultant impact of changing environment, food availability and antropogenic pressure on sardine CPUE.   Field research was conducted in Bali Strait where primary and secondary fisheries data were gathered at Muncar Fishing Port of Banyuwangi District East Java Province and Pengambengan Fishing Port of Jembrana District Bali Province.  Oceanography data such as temperature, salinity, and chlorophyll-a profile were collected from INDESO Model. Data analysis was done by time series analysis of each variabels such as CPUE, SST and SSTA, thermocline depth, chl-a and also the number of trip.  Partially analysis of those variabels was done by overlayed one another, and principal component analysis determined to analyze the effect of all those varibales simultaneously on sardine CPUE.  Results show that there were an influenced of regional climate phenomenon on the dynamic of environment condition of Bali Strait waters, particularly IOD (Indian Ocean Dipole).  The CPUE of sardine was determined by the interaction of environment variabels (SST/SSTA, salinity, thermocline depth), food source availabity (Chl-a) and antropogenic pressure (fishing trip) simultaneously, however SSTA gives a significant negative correlation on CPUE.  Regional climate phenomenon might cause an extreme condition in Bali strait waters leading to unstable environment for sardine habitat.  Drastically changing habitat condition occured under influenced of extreme condition would lead to disruption of sardine CPUE.
The Use of Remote Sensing and GIS Technology in Supporting Ecoregion Management Tyas Ismi Trialfhianty; Fajrun Wahidil Muharram; Aldian Giovanno
Jurnal Segara Vol 13, No 2 (2017): Agustus
Publisher : Pusat Riset Kelautan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1318.81 KB) | DOI: 10.15578/segara.v13i2.6447

Abstract

Coastal areas provide great benefits for human lives. In many isolated islands, coastal ecosystem provides food and building materials extracted from coastal vegetation e.g. mangroves. Therefore, it is essential to ensure the sustainability of the coastal ecosystem. This study provides data and a map in supporting the coastal ecoregion management, by using remote sensing satellite imagery, GIS technology, and field observation. Remote sensing and GIS data were obtained from Google Earth and analysed by ArcGIS. The combination of both laboratory and field work were carried out to provide a broad picture of the coastal area in Jefman Island, Raja Ampat, West Papua. The result of this study showed various habitats and vegetation in the Jefman seabed area. It also demonstrates that the abundance and diversity of coral reef and reef fishes are the major community constructing the island, amounting 22% coral cover with 12 families and diversity index 1.20 – 2.52 for reef fish with fish density about 231 ind/50 m2. Furthermore, other communities such as seagrass, seaweed, and mangrove are also briefly explained, as they also play a greater role in supporting the whole coastal ecological system. Based on map data analysis, we found a particular area that urgently needs to be protected. Remote sensing and GIS technology were found useful to help the manager to design coastal management strategies in the future.   
Kajian Kualitas Air Untuk Wisata Bahari Di Pesisir Kecamatan Moyo Hilir Dan Kecamatan Lape, Kabupaten Sumbawa Ni Luh Gede Rai Ayu Saraswati; Yulius -; Agustin Rustam; Hadiwijaya L. Salim; Aida Heriati; Eva Mustikasari
Jurnal Segara Vol 13, No 1 (2017): April
Publisher : Pusat Riset Kelautan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1663.752 KB) | DOI: 10.15578/segara.v13i1.6421

Abstract

Perairan teluk Saleh memiliki keanekaragaman hayati laut yang berpotensi sebagai obyek wisata bahari. Keberadaan keanekaragaman hayati laut tersebut tidak terlepas dari kondisi kualitas perairan sebagai penunjang kehidupan organisme akuatik sebagai obyek dari wisata bahari. Oleh karena itu, penelitian terhadap analisis kualitas air untuk wisata bahari di teluk Saleh diperlukan. Penelitian ini dilakukan pada 8-10 Mei 2015 di teluk Saleh, Kabupaten Sumbawa dengan mengambil sebanyak 29 lokasi stasiun pengamatan. Pengambilan data kualitas perairan dilakukan secara purposive sampling dengan menggunakan alat multiparameter WQC-24. Parameter yang diukur diantaranya adalah kecepatan arus, kecerahan, kekeruhan, suhu, pH, salinitas dan DO. Analisis data dilakukan secara deskriptif dan menggunakan analisa PCA (Principal Component Analysis). Hasil pengukuran menunjukan bahwa nilai kekeruhan (pada stasiun 25 dan 50), fosfat dan nitrat melebihi baku mutu Kepmenneg LH no 51 tahun 2004 Lampiran II dengan nilai rata-rata berturut-turut 20,5 NTU; 0,074 mg/L; dan 8,4 mg/L. Secara keseluruhan perairan teluk Saleh tergolong baik dan cocok sebagai kawasan wisata bahari. Berdasarkan analisis PCA diperoleh parameter yang berperan kuat di lokasi adalah konduktivitas, salinitas, suhu, kecepatan arus dan kekeruhan.
BUKTI LANGSUNG INTERAKSI PERDAGANGAN DI KEPULAUAN RIAU; STUDI PADA SITUS ARKEOLOGI BAWAH AIR DI PULAU NATUNA DAN PULAU BINTAN Shinatria Adhityatama; Priyatno Hadi Sulistyarto
Jurnal Segara Vol 14, No 3 (2018): Desember
Publisher : Pusat Riset Kelautan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (949.324 KB) | DOI: 10.15578/segara.v14i3.7348

Abstract

Kepulauan Riau merupakan salah satu pintu gerbang masuknya para pedagang internasional ke Nusantara. Kepulauan ini memiliki sejarah maritim yang panjang, dan aktivitas perdagangan global terekam secara baik di kawasan ini dengan ditemukannya situs-situs arkeologi salah satunya situs kapal karam dan barang komoditasnya. Kapal karam merupakan bukti langsung secara arkeologi untuk merekonstruksi aktivitas pelayaran laut. Dari temuan kapal karam kita dapat mempelajari teknologi struktur kapal itu sendiri, navigasi laut dalam jalur perdagangan, interaksi budaya, serta jenis komoditas yang dipasarkan di Perairan Nusantara secara khusus. Kerajaan-kerajaan Melayu berkembang pesat seiring makin ramainya aktivitas perdagangan di Laut Cina Selatan dan Selat Malaka. Data arkeologi menunjukkan pedagang-pedagang dari India, Arab, Persia, bahkan Eropa telah singgah dan beraktivitas di perairan Kepulauan Riau. Para ahli pun berpendapat bahwa Perairan Laut Cina Selatan hingga Selat Malaka tidak kalah ramainya dengan perairan Mediteranian. Hal ini tergambar pada situs-situs arkeologi bawah air yang berada di Perairan Pulau Natuna dan Pulau Bintan. Kedua pulau ini hingga sekarang memiliki peran yang signifikan bagi aktivitas pelayaran dan perdagangan di Indonesia. Aktivitas perdagangan masa lalu tersaji dengan sangat baik di situs-situs arkeologi bawah air di perairan kedua pulau tersebut. Namun, aktivitas penjarahan juga terus terjadi pada situs-situs arkeologi bawah air sehingga memunculkan diskusi mengenai perlunyadikembangkan model pelestarian yang aman untuk situs arkeologi bawah air di Kepulauan Riau agar masyarakat dapat menerima manfaatnya.
ANALISIS KESESUAIAN DAN DAYA DUKUNG PERAIRAN UNTUK PENGEMBANGAN BUDIDAYA RUMPUT LAUT DI KABUPATEN SIMEULUE, ACEH I Nyoman Radiarta; Erlania Erlania; Joni Haryadi
Jurnal Segara Vol 14, No 1 (2018): April
Publisher : Pusat Riset Kelautan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1473.01 KB) | DOI: 10.15578/segara.v14i1.6626

Abstract

Rumput laut merupakan salah satu primadona produksi perikanan budi daya di Indonesia. Ektensifikasi lokasi budi daya rumput laut telah menyebar sampai ke pulau-pulau terdepan Indonesia. Perluasan kawasan ini harus didukung oleh ketersediaan data dan informasi yang akurat tentang kesesuaian perairan lokasi budi daya. Penelitian ini bertujuan untuk melakukan analisis spasial kesesuaian dan daya dukung perairan untuk pengembangan budi daya rumput laut di Kabupaten Simeulue, Aceh. Penelitian dilaksanakan pada Agustus 2015, dan berlokasi di tiga teluk besar yaitu Teluk Sibigo, Teluk Dalam, dan Teluk Sinabang. Analisis spasial kesesuaian lahan dilakukan dengan sistem informasi geografis berdasarkan multi criteria evaluation dengan menggabungkan tiga submodel yaitu fisik dan geografi, kualitas air, dan sosial infrastruktur. Daya dukung kawasan dihitung dengan pendekatan kapasitas unit budi daya di perairan tersebut. Hasil analisis menunjukkan bahwa ketiga teluk memiliki potensi pengembangan dengan luasan yang bervariasi: 159 ha (Teluk Sibigo), 808 ha (Teluk Dalam), dan 684 ha (Teluk Sinabang). Perhitungan daya dukung menunjukkan bahwa Teluk Dalam mempunyai kapasitas yang terluas yaitu 494,7 ha. Pemanfaatan kawasan secara maksimal dapat mencapai produksi berkisar antara 723-3030 ton/siklus tanam. Kesesuaian lahan (zonasi) dan daya dukung perairan yang dihasilkan dalam penelitian ini dapat dijadikan landasan penting mendukung penerapan budi daya perikanan yang berbasis ekosistem.
Desain dan Layout Tambak Garam Semi Intensif Skala Kecil di Lahan Terbatas Rikha Bramawanto
Jurnal Segara Vol 13, No 3 (2017): Desember
Publisher : Pusat Riset Kelautan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1298.437 KB) | DOI: 10.15578/segara.v13i3.6495

Abstract

Tambak garam rakyat di Indonesia pada umumnya dikelola dalam ukuran kecil, di Jawa Barat dan Pulau Madura hanya berkisar antara 0,3 sampai 1,7 hektar/orang dengan musim produksi hanya berkisar antara 3,5 – 4 bulan. Pola pengelolaan secara konvensional menjadi sebab belum optimalnya produksi garam rakyat, khususnya pada aspek kualitas. Hal tersebut membuat kehidupan petambak selama setahun belum dapat tercukupi, terutama untuk petambak garam sistem sewa atau bagi hasil. Petambak garam skala kecil membutuhkan solusi alternatif untuk meningkatkan produktivitasnya. Beberapa informasi eksisting seperti luas pengelolaan per orang dan produktivitas tambak, biaya produksi dan harga garam dijadikan dasar untuk menentukan target jumlah produksi dan kebutuhan luas lahan rasional sehingga dapat dibuat suatu desain dan layout tambak garam yang ideal dan ekonomis. Target penerimaan total minimal Rp 41.512.336,- dapat dicapai melalui produksi 100 ton garam per tahun. Berdasarkan perhitungan kesetimbangan massa air tua (brine), untuk memproduksi 100 ton garam dibutuhkan 5.000 m3 air laut dan luas lahan sekitar 1 hektar dengan rasio reservoir : condenser1 : condenser2 : meja kristalisasi  adalah 1 : 5 : 1.7 : 1.7. Luas tambak tersebut masih memungkinkan untuk 8 siklus produksi, yaitu 1 siklus awal dan 7 siklus masa pungut garam setiap 10 hari pada kondisi musim kemarau normal. Desain layout ini merupakan hasil perhitungan dan simulasi, namun masih perlu dilakukan penerapan dan pengujian pada skala percobaan maupun skala yang sesungguhnya untuk mengetahui efektifitas desain dan layout tambak garam semi intensif.

Page 1 of 15 | Total Record : 146