cover
Contact Name
Ratih Oktarina
Contact Email
jurnal.eki@cheps.or.id
Phone
+6281235134100
Journal Mail Official
jurnal.eki@cheps.or.id
Editorial Address
Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia Kampus Baru UI Depok 16424
Location
Kota depok,
Jawa barat
INDONESIA
Jurnal Ekonomi Kesehatan Indonesia
Published by Universitas Indonesia
ISSN : 25278878     EISSN : 25983849     DOI : 10.7454
Jurnal Ekonomi Kesehatan Indonesia, Jurnal EKI, presents scientific writings on information and updates of health economic in collaboration with Centre for Health Economic and Policy Studies (CHEPS) Universitas Indonesia and INAHEA (indonesian Health Economic Association). Jurnal EKI is published four times (four number) annually (per volume) in two languages (Bahasa Indonesia and English) electronically and printed. It includes research findings, case studies, and conceptual fields, namely: health economic, health insurance, health administration/policy, pharmaco-economic, and Health Technology Assessment (HTA).
Arjuna Subject : -
Articles 103 Documents
Health Workforce Assessment in Jakarta for Effective HIV Policy Implementation: Challenges and Opportunities toward Epidemic Control Rachel Hoy Deussom; Elisabeth Rottach; Ciptasari Prabawanti; Edhie Rahmat; Tetty Rachmawati; Nanda Sirajulmunir
Jurnal Ekonomi Kesehatan Indonesia Vol 3, No 2 (2018)
Publisher : Fakultas Kesehatan Masyarakat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (44.086 KB) | DOI: 10.7454/eki.v3i2.2790

Abstract

Abstract Strategic efforts are needed in Indonesia to implement the recently released human immunodeficiency virus (HIV) Test and Treat policy which promotes increased treatment uptake, known to have important economic benefits. Of Indonesia’s estimated 631,635 people living with HIV (PLHIV) in 2018, only 12% are on treatment. The USAID- and PEPFAR-funded Human Resources for Health in 2030 (HRH2030) Program undertook policy analysis and assessed the available health workforce and service delivery at select sites in Jakarta to identify and anticipate Test and Treat implementation gaps. A mixed methods concurrent triangulation design was used, including policy analysis, key informant interviews, and site-level tools to capture workforce availability, skills, quality, and performance. Results indicate priorities to: define and implement HIV standards of practice for the Test and Treat policy; improve relevance and coordination of pre-service and in-service training programs; and support managers to optimize task and workforce allocation, including allocating lower-skilled workers to routine testing. Additional site-level data are needed from rural and remote sites in Indonesia, where fewer health workers are distributed. Efficiencies can help sustain HIV programs and contribute to epidemic control.Abstrak Upaya strategis dibutuhkan Indonesia untuk implementasi kebijakan Pemeriksaan dan Pengobatan (Test and Treat) HIV, seperti yang diterbitkan oleh USAID dan PEPFAR. Kebijakan ini mendorong peningkatan cakupan pengobatan yangd diyakini penting secara ekonomi. Diperkirakan pada tahun 2018 terdapat 631,635 ODHA di Indonesia dan hanya 12% yang menjalani pengobatan. Program HRH2030 yang didanai oleh USAID dan PEPFAR melakukan analisis kebijakan dan penilaian ketersediaan tenaga kesehatan dan pelayanan HIV di beberapa unit layanan di Jakarta, untuk mengidentifikasi dan mengantisipasi kesenjangan implementasi kebijakan. Kajian menggunakan metode campuran dengan melakukan analisis kebijakan, wawancara informan kunci, dan serangkaian alat asesmen tingkat unit layanan untuk menangkap informasi terkait ketersediaan, keterampilan, kualitas, dan kinerja tenaga kesehatan. Hasil kajian ini memprioritaskan adanya penetapan dan penerapan standar praktik layanan HIV yang sesuai dengan kebijakan Pemeriksaan dan Pengobatan. Peningkatan koordinasi program pendidikan pra-layanan dan pelatihan dalam jabatan dan dukungan kepada manajer unit layanan untuk mengoptimalkan alokasi tugas dan tenaga kesehatan menjadi hal yang penting. Pendekatan ini diharapkan dapat meningkatkan efisiensi layanan dan keberlanjutan program HIV. Data dan informasi tingkat unit layanan dibutuhkan, khususnya dari wilayah pedesaan dan terpencil. 
Determinan Sosial Ekonomi Rumah Tangga dari Balita Stunting di Indonesia: Analisis Data Indonesia Family Life Survey (IFLS) 2014 Dini Indrastuty; Pujiyanto Pujiyanto
Jurnal Ekonomi Kesehatan Indonesia Vol 3, No 2 (2018)
Publisher : Fakultas Kesehatan Masyarakat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1953.08 KB) | DOI: 10.7454/eki.v3i2.3004

Abstract

AbstrakStunting merupakan masalah gizi kronis pada balita yang ditandai dengan tinggi badan yang lebih pendek dibandingkan dengan anak seusianya. Stunting pada balita memiliki risiko pada tingkat kecerdasan, kerentanan terhadap penyakit, menurunkan produktifitas yang dalam jangka panjang dapat menghambat pertumbuhan ekonomi. Ketika dewasa, anak yang menderita stunting rentan menderita penyakit tidak menular. Ini menyebabkan pengeluaran pemerintah dalam hal pembiayaan jaminan kesehatan nasional terus meningkat. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis determinan faktor sosial ekonomi rumah tangga dari balita stunting. Studi ini menggunakan data sekunder Indonesia Family Life Survey (IFLS) tahun 2014 dengan desain studi cross sectional dan aplikasi model logit ekonometrik. Jumlah observasi yang menjadi sampel analisis dalam penelitian ini sebesar 3.794 balita dalam skala nasional. Hasil penelitian menunjukkan kejadian balita stunting memiliki hubungan signifikan dengan status pekerjaan ibu, tempat tinggal, sanitasi dan status ekonomi. Ibu yang lebih banyak meluangkan waktu dan memperhatikan gizi anak, tempat tinggal balita yang dapat menjangkau fasilitas layanan kesehatan, akses sanitasi yang baik, status ekonomi keluarga, intervensi pemerintah yang tepat, dan peran lintas sektor dan tatanan masyarakat berdampak dalam penanganan masalah stunting di Indonesia. Abstract Stunting is a chronic nutritional problem in infants characterized by shorter stature compared to their age. Stunting in toddlers has risk at the level of intelligence, vulnerability to disease, lowering productivity which in the long run can hamper economic growth. When adults, children who suffer from stunting are prone to non-communicable diseases. This causes government spending in terms of financing national health insurance to continue to increase. This study aims to analyze the determinants of household socioeconomic factors of stunting toddlers. It used the secondary data of the Indonesian Family Life Survey (IFLS) in 2014 with cross-sectional study design and the application of an econometric logit model. The number of observations as a sample in this study amounted to 3,794 toddlers on a national scale. The results showed the incidence of stunting toddlers had a significant relationship with the employment status of mothers, shelter, sanitation and economic status. Mothers who spend more time and pay attention to child nutrition, toddlers who can reach health care facilities, access to good sanitation, family economic status, proper government intervention, and the role of cross-sector and community order have an impact on the handling of stunting problems in Indonesia.
Increasing Cigarette Excise Tax Prevents Smoking Initiation in Children and Finances National Health Insurance in Indonesia Ayu Tyas Purnamasari; Pujiyanto Pujiyanto; Hasbullah Thabrany; Renny Nurhasana; Aryana Satrya; Teguh Dartanto
Jurnal Ekonomi Kesehatan Indonesia Vol 3, No 2 (2018)
Publisher : Fakultas Kesehatan Masyarakat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1889.744 KB) | DOI: 10.7454/eki.v3i2.3033

Abstract

AbstractIndonesia has ranked third among countries with the highest number of smokers in Asia because the price of cigarettes in those countries is still affordable. The strategy to make the price of cigarettes is not affordable is increasing cigarette excise tax. This instrument is considered the most effective way to control cigarette consumption. The purpose of this study was to find out how the public perceive the increase of the cigarette excise tax to cover the National Health Insurance (NHI) deficit and to identify the factors which affect such perception. This study used mobile phone survey and the sample were 1000 respondents. The list of potential respondent’s mobile phone numbers was selected using the systematic random sampling method with an interval of 100,000 to 200,000. The result showed that 87.9% respondents agree to increase cigarette price so that the children do not start to smoke. The majority of respondents (86.2%) also agree to increase the price of cigarettes to finance the JKN deficit. Perceptions of respondents who agreed to increase the price of cigarettes to prevent smoking initiation in children also tended to accede the increase in cigarette prices for financing the JKN deficit.  Abstrak Indonesia menempati peringkat ketika jumlah perokok tertinggi di Asia karena harga rokok masih terjangkau. Strategi agar harga rokok tidak terjangkau adalah menaikkan cukai rokok. Instrumen tersebut dinilai paling efektif untuk mengendalikan konsumsi rokok. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui bagaimana persepsi masyarakat terhadap kenaikan cukai rokok untuk pembiayaan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) dan mengidentifikasi faktor yang memengaruhi persepsi tersebut. Metode penelitian menggunakan survei melalui telepon dengan sampel 1000 responden. Daftar nomor telepon seluler calon responden dipilih dengan cara systematic random sampling interval 100.000 sampai 200.000. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 87,9% setuju harga rokok dinaikkan agar anak-anak tidak mulai merokok. Mayoritas responden (86,2%) juga setuju mengenai kenaikan harga rokok untuk pembiayaan defisit JKN. Persepsi responden yang setuju terhadap kenaikan harga rokok agar mencegah inisisasi merokok pada anak-anak juga cenderung setuju terhadap kenaikan harga rokok untuk pembiayaan defisit JKN. 
Determinan Sosial Ekonomi Kepemilikan Jaminan Kecelakaan Kerja pada Tenaga Kerja Informal di Indonesia: Analisis Data SUSENAS 2017 Sri Denti On Madya; Atik Nurwahyuni
Jurnal Ekonomi Kesehatan Indonesia Vol 3, No 2 (2018)
Publisher : Fakultas Kesehatan Masyarakat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (333.364 KB) | DOI: 10.7454/eki.v3i2.2990

Abstract

AbstrakJumlah tenaga kerja informal lebih banyak dibandingkan dengan tenaga kerja formal di Indonesia. Cakupan kepemilikan jaminan kecelakaan kerja masih sangat rendah sedangkan angka kecelakaan kerja masih cenderung tinggi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui determinan sosial ekonomi kepemilikan jaminan kecelakaan kerja pada tenaga kerja informal di Indonesia. Penelitian ini menggunakan desain studi cross sectional dengan analisis bivariat dengan metode maximum likelihood dengan model logit. Data yang digunakan adalah Data Susenas (Survei Sosial Ekonomi Nasional) tahun 2017 diolah menggunakan stata dengan uji regresi logistic/logit serta dianalisis dengan pendekatan model ekonometri. Variabel yang diamati yaitu, umur, jenis kelamin, status pernikahan, keluhan kesehatan, pendidikan, wilayah dan sosial ekonomi/pendapatan tenaga kerja informal. Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan antara wilayah (p =0,0005), umur (p=0,0005), jenis kelamin (p=0,0005), status pernikahan (p=0,001), pendidikan (p=0,0005), dan sosial ekonomi/pendapatan (p=0,0005) tenaga kerja informal terhadap kepemilikan jaminan kecelakaan kerja di Indonesia. Dengan model ekonometri diketahui faktor yang paling berpengaruh terhadap kepemilikan jaminan kecelakaan kerja pada tenaga kerja sektor informal yaitu karakteristik tenaga kerja informal terdiri dari pendidikan (OR 1,94), Umur (OR 1,09), wilayah (OR 1,71) dan pendapatan (OR 1,79). AbstractThe number of informal workers is higher than the formal workforce in Indonesia. The coverage of working accident protection is still very low while the work accident rate still tends to be high. This study aims to determine the socio-economic determinants of employ-ment accident insurance ownership in informal workers in Indonesia. This study used a cross sectional study design with bivariate analysis using the estimation method of maximum likelihood. The Susenas Data (National Socio-Economic Survey) in 2017 is ana-lyzed using logistic/logit regression. The variables observed were age, sex, marital status, health, education, regional complaints, and socio-economic/informal labor income. The results of the study indicated a relationship between region (p=0,0005), age (p=0,0005), sex (p=0,0005), marital status (p=0,001), education (p=0,0005), and socio-economic/income (p=0,0005) in informal labor on em-ployement accident insurance ownership in Indonesia. The econometric model show that the factors that most influence the owner-ship of work accident insurance in the informal sector workforce are informal labor characteristics consisting of education (OR 1.94), Age (OR 1.09), region (OR 1.71), and income (OR 1.79).
Evaluasi Ekonomi Penggunaan Antibiotika Profilaksis Cefotaxime dan Ceftriaxone pada Pasien Operasi Seksio Sesarea di Rumah Sakit X Echa Aisyah; Mardiati Nadjib
Jurnal Ekonomi Kesehatan Indonesia Vol 3, No 2 (2018)
Publisher : Fakultas Kesehatan Masyarakat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (545.396 KB) | DOI: 10.7454/eki.v3i2.3160

Abstract

AbstrakPemberian antibiotik profilaksis pada operasi seksio sesarea sangat dianjurkan. Menurut pedoman umum penggunaan antibiotik obat dipilih atas dasar keamanan dan efektivitas biaya. Evaluasi ekonomi parsial berupa analisis biaya dan luaran ini menggunakan metode alongside observational study, data dikumpulkan selama bulan April–Mei 2017 secara prospektif mencakup 60 pasien dengan operasi seksio sesarea yang mendapatkan antibiotik profilaksis, membandingkan efektivitas biaya antara Cefotaxime dan Ceftriaxone. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan karakteristik pada 60 pasien tersebut. Analisis menggunakan perspektif rumah sakit, dilaksanakan di rumah sakit milik Pemerintah di Jawa Barat. Hasil Systematic Review menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan efikasi pada penggunaan kedua obat tersebut. Hasil penelitian ini menkonfirmasi bahwa tidak ada perbedaan outcome klinis (berupa infeksi luka operasi) antara pasien yang mendapatkan antibiotik profilaksis Ceftriaxone dengan antibiotik Cefotaxime. Komponen biaya terbesar adalah biaya operasional (84,79%), diikuti biaya alokasi dari unit penunjang (13,68%), biaya investasi (1,2%) dan biaya pemeliharaan (0,32%). Analisis biaya satuan memberikan hasil biaya inkremental sebesar Rp. 342.535 pada satu episode rawat inap. Rumah sakit memiliki potensi untuk menghemat sebesar Rp. 317.529.945 setahun dengan memilih antibiotik profilaksis Cefotaxime pada pasien operasi seksio sesarea. AbstractA prophylactic antibiotic for patients with cesarean section surgery is highly recommended in the clinical guideline. The use of antibiotics is selected by using criteria safety and cost-effectiveness. This partial economic evaluation in the form of cost and outcome analysis was using alongside observational study method, prospective data were collected from April to May 2017 covering 60 patients with cesarean section surgery who received prophylaxis antibiotics, comparing cost-effectiveness between Cefotaxime and Ceftriaxone. The statistical test showed that there were no differences of characteristics in the 60 patients. The analysis based on the hospital perspective carried out in a public hospital in West Java. The Systematic Review showed that there was no difference in the efficacy of the drugs. This study confirmed that there was no difference in clinical outcome on surgical wound infections either in the patient who received Ceftriaxone prophylaxis or Cefotaxime. The greatest component of the cost was the operational cost (84.79%), followed by indirect cost (13.68%), investment cost (1.2%), and maintenance cost (0.32%). The analysis suggested the incremental cost was IDR342,535 in one episode of treatment. The hospital would save the cost of IDR317,529,945 a year by choosing Cefotaxime prophylactic antibiotics for patients with cesarean section surgery.
Ekuitas Layanan Rawat Inap Rumah Sakit di Indonesia Devi Senja Ariani; Pujiyanto Pujiyanto
Jurnal Ekonomi Kesehatan Indonesia Vol 4, No 1 (2019)
Publisher : Fakultas Kesehatan Masyarakat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (685.161 KB) | DOI: 10.7454/eki.v4i1.2371

Abstract

Abstrak Dalam rangka mendorong tercapainya UHC di Indonesia, pemerintah menyelenggarakan program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN). Salah satu tujuan program JKN adalah perbaikan akses dan ekuitas utilisasi pelayanan kesehatan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis ekuitas utilisasi layanan rawat inap pada tahun 2015 dan 2016. Penelitian ini menggunakan data sekunder hasil SUSENAS tahun 2015 dan tahun 2016 dengan analisis menggunakan kurva konsentrasi dan indeks konsentrasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa utilisasi layanan rawat inap di rumah sakit pada kelompok peserta JKN meningkat pada tahun 2015 ke tahun 2016. Penduduk kaya lebih banyak memanfaatkan pelayanan rumah sakit dibandingkan dengan penduduk miskin, hal tersebut dibuktikan dengan kurva konsentrasi yang berada dibawah garis diagonal (garis ekuitas) dan nilai indeks konsentrasi yang bernilai positif yaitu 0.0336 pada tahun 2015 dan 0.0382 pada tahun 2016. Terjadi peningkatan inekuitas utilisasi layanan rawat inap di rumah sakit pada tahun 2015 ke tahun 2016 yang dilihat dari selisih nilai indeks konsentrasi sebesar 0.0045. Inekuitas utilisasi layanan rawat inap di rumah sakit yang pro kaya disebabkan oleh ketidaksetaraan umur, pendapatan, pendidikan, wilayah regional tempat tinggal serta kepemilikan JKN. Sedangkan variabel jenis kelamin dan pekerjaan mengurangi inekuitas dalam utilisasi layanan rawat inap di rumah sakit pada tahun 2015 dan 2016. Abstract In order to encourage the achievement of UHC in Indonesia, the government organized National Health Insurance (JKN) program. One of the objectives of the JKN program is the improvement of access and equity utilization of health services. This study aims to analyze Equity of Inpatient Utilization in Health Service in second and third year of JKN program implementation in 2015 and 2016. This study uses secondary data of SUSENAS in 2015 and 2016 with analysis using concentration curve and concentration index. The results showed that the Utilization of inpatient services in hospitals in the JKN group of participants increased in 2015 to 2016. The richer population utilizes more Health Service than the poor, as evidenced by concentration curves below the diagonal line (equity line) and the value of the positive concentration index of 0.0336 in 2015 and 0.0382 in 2016. There was an increase in inequity utilization in inpatient services in 2015 to 2016 which was seen from the difference of concentration index value of 0.0045. Pro-rich inequity caused by inequalities in age, income, education, regional residence and JKN ownership. While sex and job variables reduce inequality in inpatient service utilization in hospital by 2015 and 2016. 
Perhitungan Biaya Satuan Pada Tindakan Intensive Unit Care di Rumah Sakit X di Jember Melalui Metode Activity Based Costing (ABC) Eri Witcahyo
Jurnal Ekonomi Kesehatan Indonesia Vol 4, No 1 (2019)
Publisher : Fakultas Kesehatan Masyarakat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (411.391 KB) | DOI: 10.7454/eki.v4i1.2781

Abstract

Abstrak Rumah sakit X di Jember merupakan salah satu rumah sakit pemerintah dengan status C. Di Era JKN, skema pembayaran di rumah sakit menggunakan paket tarif INA CBG’s. Berdasarkan hal tersebut, rumah sakit dapat menghasilkan profit namun di sisi lain bisa pula mendapatkan kerugian, oleh karena itu pelayanan kesehatan yang efisien sangat dibutuhkan. Tujuan dari penelitian ini adalah mengidentifikasi produk pelayanan dan menghitung biaya satuan produk pelayanan di Intensive Care Unit (ICU) Rumah Sakit X. Jenis penelitian ini adalah observasional deskriptif dengan pendekatan cross sectional. Unit analisis dalam penelitian ini adalah ICU di rumah sakit X di Jember. Metode perhitungan biaya satuan yang digunakan adalah Activity Based Costing. Hasil dari penelitian ini menunjukkan di ICU terdapat 21 produk pelayanan dengan biaya satuan yang beragam. Biaya satuan tertinggi sebesar Rp. 176,954, - (resusitasi jantung paru), dan terendah sebesar Rp. 27,061, - (injeksi intravena) dan rata-rata sebesar Rp. 75,959, -. Kesimpulan menunjukkan bahwa biaya satuan sangat dipengaruhi oleh sumberdaya yang digunakan, semakin efisien sumberdaya yang digunakan maka semakin kecil biaya satuan yang dihasilkan, sehingga apabila dibandingkan dengan tarif paket INA CBG’s akan mampu menghasilkan keuntungan atau surplus bagi rumah sakit. Abstract Hospital X in Jember is one of the government hospitals with C type status. In National Health Insurance (JKN) era, the payment scheme in hospital by using the INA CBG’s tariff package. Hospital could have profit or even loss, therefore health services effiency was needed. The objective of study was to identify service product and calculate of service product unit cost at Intensive Care Unit (ICU) in Hospital X in Jember. The type of this research was observational descriptive with cross sectional approach. The unit of analysis was ICU at Hospital X in Jember. The unit cost calculation method is using Acivity Based Costing. The result of the study shown that there were 21 service products that have various unit costs. The highest was Rp. 176,954, - (cardiac pulmonary resuscitation), the lowest was Rp. 27,061,- (intravena injection) and an average of Rp. 75,959, -. The conclusion shown that unit cost was strongly influenced by the resources used, the more efficient resources used for effective services, the smaller unit cost could get. Compared to INA CBG’s package tariff it will be able to create profit surplus for hospital.
Determinan Sosial Ekonomi Konsumsi Minuman Berpemanis di Indonesia: Analisis Data Susenas 2017 Widi Astutty Casimira Daeli; Atik Nurwahyuni
Jurnal Ekonomi Kesehatan Indonesia Vol 4, No 1 (2019)
Publisher : Fakultas Kesehatan Masyarakat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (877.935 KB) | DOI: 10.7454/eki.v4i1.3066

Abstract

Abstrak Sugar-Sweetened Beverages (SSBs) atau yang dikenal dengan minuman berpemanis bergula adalah cairan yang ditambah­kan dengan berbagai macam bentuk gula. Konsumsi minuman berpemanis berlebih berkontribusi terhadap Penyakit Tidak Menular (PTM) seperti penambahan berat badan, meningkatkan risiko diabetes mellitus tipe 2 serta penyakit kardiovaskuler. PTM dapat dicegah sedini mungkin dengan mengurangi konsumsi kalori dalam gula. WHO menyarankan orang dewasa dan anak-anak untuk mengurangi asupan gula hingga kurang dari 10% dari total asupan energi dan dilanjutkan hingga kurang dari 5% dari total asupan energi. Artikel ini bertujuan untuk mengetahui determinan sosial ekonomi yang memengaruhi konsumsi minuman berpemanis. Menggunakan data sekunder dari survey sosial ekonomi nasional (Susenas) Tahun 2017 dengan model two part (OLS, Probit dan Tobit). Variabel akses internet merupakan variabel yang konsisten berhubungan dengan penurunan pengeluaran dan partisipasi rumah tangga untuk konsumsi minuman berpemanis. Oleh karena itu, perlu meningkatkan sosial­isasi promosi iklan layanan kesehatan masyarakat terkait bahaya konsumsi minuman berpemanis berlebihan dan pencantu­man batas aman konsumsi minuman berpemanis pada label kemasan. Abstract Sugar-Sweetened Beverages (SSBs) are added liquids with various of sugar. Consumption of SSBs contributes to Non-Communicable Diseases (NCDs) such as weight gain, increasing the risk of type 2 diabetes mellitus and cardiovascular diseases. NCDs can be prevent­ed as early as possible by reducing the consumption of calories in sugar. WHO recommends adults and children to reduce sugar intake to less than 10% of total energy intake and continue to less than 5% of total energy intake. This study aims to determine the socio-eco­nomic factors consumption of SSBs. We employed secondary data from the 2017 National Socio-Economic Survey (Susenas) with two-part models (OLS, Probit and Tobit). We found that internet access is consistently associated with lower household expenditure and consumption of SSBs. Therefore, it is necessary to increase the promotion of public health service advertising related to the danger of excessive consumption of SSBs and the inclusion of safe consumption of SSBs on packaging labels.
Penghitungan Biaya Satuan pada Instalasi Rawat Jalan di Rumah Sakit X Jambi menggunakan Metode Step Down Susilo Wulan; Ade Herman Surya Direja; Dian Reflisiani
Jurnal Ekonomi Kesehatan Indonesia Vol 4, No 1 (2019)
Publisher : Fakultas Kesehatan Masyarakat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (323.683 KB) | DOI: 10.7454/eki.v4i1.2770

Abstract

Abstrak Tanggung jawab Rumah sakit adalah memberikan pelayanan yang berkualitas dan terjangkau bagi masyarakat, sehingga penentuan tarif dengan perhitungan biaya aktual sangat diperlukan sebagai dasar pengambilan keputusan yang lebih presisi. Penelitian ini bertujuan untuk menghitung biaya satuan dan analisis perbandingan biaya antar unit di instalasi rawat jalan menggunakan metode step down. Penelitian ini merupakan bagian dari partial economic evalution yaitu hanya memotret deskripsi biaya dari suatu objek (cost object) tanpa membandingkan luaran layanan dari unit yang di analisis. Tahapan analisis data meliputi identifikasi sumber dari pusat biaya dengan menentukan final cost, intermediate cost dan indirect cost, tahap kedua yaitu mengidentifikasi dan menghitung biaya investasi, biaya operasional dan biaya pemeliharaan. Hasil penelitian menujukkan biaya satuan tertinggi terdapat di poli gigi dan mulut sebesar Rp 621.100,99 /kunjungan sedangkan biaya satuan terendah di poli penyakit dalam yaitu sebesar Rp 214.307,51/kunjungan. Diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi pertimbangan dalam perubahan ataupun penyesuaian tarif layanan dan menjadikan bahan evaluasi pada poli rawat jalan agar lebih efisien dalam pengelolaanya. Abstract Hospital has a responsibility to provide quality and affordable health care to the community. Therefore, determining tariffs by calcu­lating the actual cost is very important, especially for internal stakeholders in undergoing cost analysis, performance evaluation and decision making, including tariff negotiation with external stakeholders. This research objective is to calculate unit costs and compar­atively analyzing costs between units in an outpatient installation using the step-down method. This research used a partial economic evaluation which only portrays the description of cost object without comparing the output from the analyzed unit. The stages of data analysis include identifying the resource of cost center by firstly determining the final cost, intermediate cost and indirect cost, the second stage is identifying and calculating investment cost, operational cost, and maintenance costs, the third stage is determining the allocation basis, and the fourth stage is calculating the total cost. The highest unit cost occurs in dental poly at Rp.621.100,99/visit, while the lowest unit cost is in internal medicine which is Rp.241.307,51/visit. It is hoped that the results of this study can be taken into consideration in the changes made by service rates and making evaluation materials on outpatient care so that they are more efficient in their management.
Determinan Cakupan Imunisasi Dasar Lengkap pada Penerima Program Keluarga Harapan Wulan Sari; Mardiati Nadjib
Jurnal Ekonomi Kesehatan Indonesia Vol 4, No 1 (2019)
Publisher : Fakultas Kesehatan Masyarakat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (347.055 KB) | DOI: 10.7454/eki.v4i1.3087

Abstract

Abstrak Kemiskinan merupakan permasalahan sosial bersifat multidimensi dan berhubungan dengan permasalahan kesehatan, pendidikan dan kesejahteraan sosial lainnya. Cakupan Imunisasi Dasar Lengkap (IDL) secara nasional mencapai 57,9%, 32,9% tidak lengkap dan sebanyak 9,2% tidak diimunisasi, sementara indikator cakupan secara nasional minimal 90% Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui determinan apakah yang mempengaruhi cakupan imunisasi dasar lengkap pada bayi penerima Program Keluarga Harapan (PKH). Desain studi yang digunakan adalah cross sectional. Lokasi penelitian berada di 34 provinsi. Jumlah populasi sebanyak 9.205 responden dengan menggunakan data sekunder Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) tahun 2017. Hasil penelitian menunjukkan capaian imunisasi dasar lengkap sebesar 97,34% dan 2,66% tidak lengkap. Hasil penelitian menunjukkan variebel umur dan status perkawinan berhubungan positif serta berpengaruh secara signifikan, Variabel pendidikan dan pekerjaan berhubungan secara signifikan namun berhubungan negatif dalam cakupan imunisasi dasar. PKH telah memberikan kesempatan dan akses kepada rumah tangga miskin untuk melaksanakan program imunisasi dasar lengkap. Oleh karena itu diperlukannya penguatan supervisi terhadap ibu muda, ibu dengan status cerai, serta ibu yang bekerja guna meningkatkan pengetahuan, membangun kesadaran, menjaga serta memperkuat perubahan perilaku terkait, pengasuhan dan kesehatan untuk meningkatkan cakupan imunisasi dasar pada bayi. Abstract Poverty is a multidimensional social problem and related to the problems of health, education and other social welfare. National Basic Immunization Coverage (IDL) reached 57.9%, with 32.9% was incomplete and 9.2% were not immunized, while national coverage indicators were at least 90%. This study aims to determine the determinants that affects basic complete immunization coverage for babies receiving the Family Hope Program (PKH). The study design used was cross sectional. The research was located in 34 provinces. The total population is 9,205 respondents using secondary data from the National Socio-Economic Survey (Susenas) in 2017. The research shows that the achievement of complete basic immunization is 97.34% and 2.66% is incomplete. The results shows that age and marital status are positively related and significantly influence the basic immunization coverage, while education and employment variables are significantly associated but negatively related to basic immunization coverage. PKH has provided opportunities and access to poor households in implementing a complete basic immunization program. So it is necessary to intensify the supervision of young mothers, divorced mothers and working mothers to boost knowledge, build awareness, maintain and strengthen related behav­ioral changes, health and care to increase the coverage of basic immunization in infants.

Page 5 of 11 | Total Record : 103