cover
Contact Name
Kalis Stevanus
Contact Email
kalisstevanus91@gmail.com
Phone
-
Journal Mail Official
jurnalfidei@gmail.com
Editorial Address
-
Location
Kab. karanganyar,
Jawa tengah
INDONESIA
Fidei: Jurnal Teologi Sistematika dan Praktika
ISSN : 26218151     EISSN : 26218135     DOI : https://doi.org/10.34081/fidei
Fidei: Jurnal Teologi Sistematika dan Praktika focusing on submission of field research results, systematic Theology, and practical theology, the study of Evangelical Theology and Community Development is not only internal of STT Tawangmangu but also external intitution with ratio 40:60. Fidei: Jurnal Teologi Sistematika dan Praktika published twice a year is the month of June (the limits of acceptance of the script in March) and December (the limits of acceptance of the script in September).
Arjuna Subject : -
Articles 10 Documents
Search results for , issue "Vol 2, No 2 (2019): Desember 2019" : 10 Documents clear
Fenomena Sosial Climber Ditinjau Dari Perspektif Etika Kristen Simon .
Fidei: Jurnal Teologi Sistematika dan Praktika Vol 2, No 2 (2019): Desember 2019
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Tawangmangu

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (331.149 KB) | DOI: 10.34081/fidei.v2i2.55

Abstract

Social climber adalah orang yang memerankan dirinya sebagai kaum sosialita melalui aksesoris yang menempel di tubuhnya, tetapi keberadaan materinya tidak mendukung. Bagi mereka kepuasan hidup utamanya bertumpu pada hal material, akibatnya mereka pun kerap bersikap pamer dalam kehidupan sehari hari maupun di media sosial, dengan tujuan agar mendapatkan sanjungan. Corok kehidupan seperti ini harus diwaspadai karena berpotensi membuat pelakunya mengenyampingkan Tuhan. Adapun pendekatan metode yang digunakan dalam penulisan artikel ini adalah metode lingkaran pastoral dan studi literatur.Pelaku social climber cenderung hanya berfokus pada kenikmatan duniai. Kehidupan yang hanya mementingkan unsur-unsur materialis bagian dari keinginan duniawi sebagaimana Alkitab kemukakan. Apabila sudah menjadi pelaku social climber akan merusak jati pribadi yang bersangkutan karena ia tidak bisa menerima keadaan dirinya, akibatnya hal yang salah akan dilakukan guna tuntunan menjadi social climber. Dampak yang bisa mengakibatkan pelakunya korupsi, menghalalkan segala cara untuk mendapatkan sesuatu, dan tentunya ini bertentangan dari perspektif etika Kristen yang mengajaran  untuk hidup jujur dan bersyukur akan apa yang dimiliki.
Pendidikan Seks Pada Remaja Stefanus M. Marbun Lumban Gaol; Kalis Stevanus
Fidei: Jurnal Teologi Sistematika dan Praktika Vol 2, No 2 (2019): Desember 2019
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Tawangmangu

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (334.432 KB) | DOI: 10.34081/fidei.v2i2.76

Abstract

Pendidikan seks sangatlah penting untuk diberikan kepada para remaja, bahkan sejak masih kanak-kanak. Anak-anak dan remaja rentan terhadap informasi yang salah mengenai seks. Tujuan penulisan ini, diharapkan melalui pendidikan seks, orangtua dapat memberikan informasi yang sepatutnya sesuai kebutuhan dan umur anak. Selain itu, dengan pendidikan seks anak juga dapat diberitahu mengenai berbagai perilaku seksual berisiko sehingga mereka dapat menghindarinya. Dengan menggunakan pendekatan penelitian kualitatif yaitu studi literature, dengan menggali berbagai informasi berkenaan dengan pendidikan seks pada remaja, maka diperoleh hasil, pertama:  pendidikan seks harus dianggap sebagai bagian dari proses pendidikan untuk memperkuat pengembangan kepribadian. Kedua, orangtua memiliki peran penting untuk menanggulanggi perilaku seks yang menyimpang adalah dengan cara orangtua mengajarkan pendidikan seks secara langsung dan kontinyu pada anak sedini mungkin di dalam keluarga sesuai Alkitab dan norma-norma masyarakat setempat agar remaja meneima seksualitasnya yang adalah bagian integral kehidupannnya dengan penuh tanggung jawab.
Makna Belajar Dalam Perjanjian Lama dan Implementasinya Bagi PAK Masa Kini Hendro Hariyanto Siburian; Arif Wicaksono
Fidei: Jurnal Teologi Sistematika dan Praktika Vol 2, No 2 (2019): Desember 2019
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Tawangmangu

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (374.001 KB) | DOI: 10.34081/fidei.v2i2.75

Abstract

Sejak lahir manusia mengalami proses tumbuh kembang fisik, jiwa, dan akal pikiran yang disertai dengan kegiatan belajar. Kegiatan belajar juga terjadi dalam pendidikan agama Kristen, di mana yang menjadi objek belajar adalah Firman Tuhan. Oleh karena itu dalam penelitian ini, peneliti menerapkan pendekatan eksposisi kata belajar yang terdapat di Perjanjian Lama, sehingga mendapatkan makna kata belajar.Kata belajar dalam Perjanjian Lama ditulis dalam dua kata yaitu; pertama, kata לָמַד lamad yang bermakna belajar merupakan proses mendalami, memahami sampai mampu melakukan atau menerapkannya dalam kehidupan. Kedua, kata לַהַג  laºhag yang bermakna belajar adalah proses mendapatkan pengetahuan saja, sehingga dalam pendidikan agama Kristen, proses belajar yang dilakukan peserta didik jangan hanya sampai pada mendapatkan pengetahuan saja (firman Tuhan), melainkan harus sampai kepada menerapkan atau melakukannya (firman Tuhan) dalam kehidupan sehari-hari.
Tanggapan Terhadap Kristologi Saksi Yehuwa Kristus adalah Ciptaan Yang Pertama Berdasarkan Kolose 1:15 Deky Nofa Aliyanto
Fidei: Jurnal Teologi Sistematika dan Praktika Vol 2, No 2 (2019): Desember 2019
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Tawangmangu

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (287.465 KB) | DOI: 10.34081/fidei.v2i2.39

Abstract

“Kristus adalah Ciptaan yang Pertama” merupakan doktrin Kristologi yang diyakini oleh saksi Yehuwa yang dibangun terutama dari Kolose 1: 15.  Meyakini Yesus Kristus sebagai ciptaan pertama yang diciptakan oleh Allah, maka pada saat yang bersamaan menolak bahwa Yesus Kristus sepenuhnya Allah. Penelitian ini bertujuan untuk menanggapi Kristologi dari Saksi Yehuwa tersebut dengan cara menginterpretasi Kolose 1: 15 dengan menggunakan metode riset Teologi biblika yaitu pendekatan hermeneutik dan pengkajian Alkitab untuk memahami makna teks dalam konteks penulis mula-mula. Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa εἰκὼν menyatakan Kristus dalam wujud manusia memiliki kesetaran dengan Allah. Sedangkan πρωτότοκος menyatakan bahwa Kristus lebih tinggi dari segala yang diciptakan. Kristus bukan diciptakan pertama kali oleh Allah sebagaimana Kristologi saksi Yehuwa.
Signifikansi Salib Bagi Kehidupan Manusia dalam Teologi Paulus David Eko Setiawan; Dwiati Yulianingsih
Fidei: Jurnal Teologi Sistematika dan Praktika Vol 2, No 2 (2019): Desember 2019
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Tawangmangu

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (312.606 KB) | DOI: 10.34081/fidei.v2i2.73

Abstract

Rasul Paulus adalah salah satu teolog besar dalam Perjanjian Baru yang kaya dengan pemikiran teologis. Salah satu hasil pemikirannya adalah tentang signifikansi salib bagi kehidupan manusia. Penulis memandang penelitian ini penting, karena akan semakin memperjelas signifikansi salib bagi kehidupan umat manusia.Rumusan Masalah di dalam penelitian ini adalah bagaimanakah signifikansi salib bagi manusia dalam teologi Paulus? Adapun Tujuan penelitian ini adalah untuk menjelaskan signifikansi salib bagi manusia dalam teologi Paulus. Sedangkan metode yang dipakai oleh penulis adalah menggunakan literature reasech. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa dalam teologi Paulus salib memiliki signifikansi yang besar bagi kehidupan manusia, kerena salib adalah kekuatan Allah yang menyelamatkan umat manusia, tempat pertukaran penghukuman, jaminan kebebasan dari kutuk, dan tempat pendamaian.
Peran Gembala Sidang Sebagai Pendidik Dalam Pertumbuhan Rohani Jemaat Arozatulo Telaumbanua
Fidei: Jurnal Teologi Sistematika dan Praktika Vol 2, No 2 (2019): Desember 2019
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Tawangmangu

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (310.691 KB) | DOI: 10.34081/fidei.v2i2.45

Abstract

AbstrakPeran gembala sidang sebagai pendidik dalam pertumbuhan rohani jemaat, memiliki korelasi yang sangat signifikansi. Gembala sidang memiliki peran penting dalam memberikan pertumbuhan rohani kepada jemaat Tuhan. Gembala sidang memiliki peran sebagai pendidik, yakni mendidik, mengajar dan membimbing jemaat kepada pengenalan dan pertumbuhan rohani yang baik. Melalui Firman Tuhan yang diajarkan kepada jemaat, mereka semakin memahami dan hidup di dalamnya dengan efektif dan menjadi pelaku Firman Tuhan. Pertumbuhan rohani jemaat dapat mempengaruhi kualitas dan kuantitas jemaat Tuhan secara konsisten.Berdasarkan hasil penelitian menujukkan bahwa pertumbuhan rohani jemaat dipengaruhi oleh peran gembala sidang sebagai pendidik, yakni: pada tabel 2 menunjukkan 86,7% responden yang menjawab setuju, 10% yang menjawab ragu-ragu dan 3,3% yang menjawab tidak setuju dan pada tabel 5 menunjukkan ada ada 66,7% responden yang menjawab setuju, 26,7% yang menjawab ragu-ragu dan 6,6% yang menjawab tidak setuju.  Jadi, peran gembala sidang sebagai pendidik mampu mempengaruhi pertumbuhan rohani jemaat di Gereja Pentakosta Indonesia Orahili Kota.  
Konsep Soteriologi Menurut Efesus 2:1-10 Desti Samarenna
Fidei: Jurnal Teologi Sistematika dan Praktika Vol 2, No 2 (2019): Desember 2019
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Tawangmangu

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (344.35 KB) | DOI: 10.34081/fidei.v2i2.54

Abstract

Penulis melalui tulisan ini, bertujuan untuk menjelaskan tentang keselamatan berdasarkan Efesus 2:1-10. Metode penelitian yaitu penelitian kualitatif yang membahas analisis kitab untuk memahami konsep yang ada dalam kitab Efesus. Berdasarkan hasil uraian penulis dalam karya ilmiah mengenai perspektif soteriologi menurut kitab Efesus 2:1-10, maka penulis dapat menarik kesimpulan sebagai berikut: pertama, posisi manusia yang berdosa. Manusia memiliki natur dosa, yaitu hidup dalam dosa oleh karena itu dalam keadaan demikian tidak ada hal yang dapat membuat manusia untuk di selamatkan. Kedua, tindakan Allah dalam menyelamatkan posisi manusia yang berdosa maka Paulus menjelaskan sebab oleh karena kasih karunia diselamatkan oleh iman, itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah. Jadi keselamatan itu datang dari tangan kasih dan karunia Allah dan tidak akan hilang oleh karena itu manusia yang adalah buatan Allah untuk melakukan pekerjaan yang baik.
One God or One Lord? Deuteronomi and the Meaning of Monotheism Marthin Steven Lumingkewas
Fidei: Jurnal Teologi Sistematika dan Praktika Vol 2, No 2 (2019): Desember 2019
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Tawangmangu

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (293.652 KB) | DOI: 10.34081/fidei.v2i2.79

Abstract

Buku ini berupaya memahami ide monoteisme dan siknifikansi Yahweh dalam Ulangan, serta hubungan keduanya melalui beberapa teks yang terekam dalam Perjanjian Lama. Substansi dari penelitian ini adalah eksegesis mendalam beberapa pasal dalam Ulangan yang berhubungan dengan kesatuan Yahweh. Dimana ide utama yang dipaparkan sebagai ‘Yahweh adalah satu’ merupakan tema utama yang berkaitan dengan kesatuan Yahweh, keunikan Yahweh, keberadaan allah lain, arti mengasihi Yahweh, pemilihan Israel dan larangan penyembahan berhala melalui analisis literari-sejarah serta disimpulkan bahwa ide monoteisme modern tidak mampu mewakili model agama Israel yang menetapkan Yahweh sebagai allah ‘unik’ di antara allah lain.
Pengaruh Saat Teduh dan Ibadah Terhadap Pengambilan Keputusan Dalam Memilih Pasangan Hidup Daniel Fajar Panuntun; Efi Nurwindayani
Fidei: Jurnal Teologi Sistematika dan Praktika Vol 2, No 2 (2019): Desember 2019
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Tawangmangu

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (100.378 KB) | DOI: 10.34081/fidei.v2i2.52

Abstract

Fenomena permasalahan dalam keluarga seperti perceraian dan KDRT  marak terjadi di Indonesia. Hal ini merupakan permasalahan yang serius. Berdasarkan hal tersebut perlu diadakan tindakan preventif untuk menanggulangi permasalahan tersebut yaitu melalui pengambilan keputusan memilih pasangan hidup. Berdasarkan hal tersebut perlu diadakan penelitian faktor-faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan memilih pasangan hidup.Pada penelitian ini dilakukan penelitian dengan pendekatan kuantitatif dengan analisis uji regresi tunggal dan uji regresi ganda. Variabel penelitian yaitu X1=saat teduh, X2=beribadah di gereja, dan Y=pengambilan keputusan dalam memilih pasangan hidup. Penelitian dilakukan kepada mahasiswa Kristen se-Surakarta. Dari penelitian ini didadapatkan hasil yaitu pertama, saat teduh memiliki pengaruh yang signifikan terhadap pengambilan keputusan Pasangan Hidup dengan koefisien Y= 22,446 + 0,193x. Kedua Beribadah di Gereja memiliki peraguh yang signifikan terhadap pengambilan keputusan Pasangan Hidup dengan koefisien Y= 15,311 + 0,442x. Ketiga, Saat Teduh dan Beribadah di Gereja memiliki pengaruh yang signifikan terhadap pengambilan keputusan Pasangan Hidup dengan koefisien Y= 14, 329 + 0,383X1 +0,116X2.
Pertumbuhan Gereja dan Penginjilan Di Kepulauan Nias Kejar Hidup Laia
Fidei: Jurnal Teologi Sistematika dan Praktika Vol 2, No 2 (2019): Desember 2019
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Tawangmangu

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (298.244 KB) | DOI: 10.34081/fidei.v2i2.46

Abstract

AbstrakKorelasi Pertumbuhan Gereja Dengan Penginjilan Yang Alkitabiah. Gereja yang bertumbuh adalah gereja yang memusatkan tujuan utamanya terhadap Penginjilan. Tugas Penginjilan adalah tugas semua orang percaya tanpa terkecuali dipertajam oleh Rasul Paulus dalam Surat I Korintus 9:16 “Bahwa pemberitaan Injil adalah sebuah keharusan bukan pilihan”. Gereja yang bertumbuh memiliki beberapa faktor yang mendukungnya yakni: Kepemimpinan Gembala Sidang yang dinamis, Bebaskan kaum awam, Jangkauan Pelayanan, Keseimbangan, Homogenitas, Penginjilan , Pemuridan dan Prioritas sedangkan faktor penghambatnya adalah Gereja tidak terbeban memberitakan Injil dan Pemuridan. Takut ditolak dan dianiaya sehingga memilih untuk toleransi sampai lupa tugas amanat Agung. Gereja yang bertumbuh pasti memiliki hambatan dalam pertumbuhannya

Page 1 of 1 | Total Record : 10