cover
Contact Name
Angga Kautsar
Contact Email
jurnal.farmaka@unpad.ac.id
Phone
842 888888 Ext : 3510
Journal Mail Official
jurnal.farmaka@unpad.ac.id
Editorial Address
Gedung Laboratorium I Fakultas Farmasi, UNPAD Jl. Raya Jatinangor KM 21, Bandung-Sumedang, Indonesia 45363
Location
Kota bandung,
Jawa barat
INDONESIA
Farmaka
ISSN : 16931424     EISSN : 27163075     DOI : https://doi.org/10.24198/
Core Subject : Health, Science,
Farmaka is replacement for Pharmaceutical Bulletin, published since 1991, with a frequency of four times a year. Editors accept scholarly works of research results and literature review which was closely related to the science, pharmaceutical technology and practice.
Articles 21 Documents
Search results for , issue "Vol 18, No 4 (2020): Farmaka (Suplemen)" : 21 Documents clear
KADAR ASPROSIN, HS-CRP DAN INDEKS HOMA-IR PADA PRIA DEWASA DENGAN OBESITAS Fanny F. Simanjuntak; Irma M. Puspitasari; Erizal Sugiono
Farmaka Vol 18, No 4 (2020): Farmaka (Suplemen)
Publisher : Fakultas Farmasi, Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/farmaka.v18i4.42477

Abstract

Asprosin merupakan hormon yang dikaitkan dengan obesitas dan sindrom metabolik berdasarkan perannya sebagai hormon oreksigenik dan glikogenik. Asprosin diketahui menyebabkan resistensi insulin melalui jalur inflamasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengukur kadar asprosin hs-CRP dan indeks HOMA-IR pada pria dewasa dengan obesitas. Penelitian observasional dengan pendekatan studi potong lintang ini melibatkan 58 pria di kota Jakarta, Bekasi, Bandung, Solo dan Surabaya selama bulan Januari sampai Mei 2020. Subjek terbagi menjadi tiga kelompok berdasarkan indeks masa tubuh yaitu normal (18.5 – 22.9), pre-obesitas (23-24.9), obesitas (≥ 25). Pemeriksaan asprosin dilakukan menggunakan metode ELISA. Pada penelitian ini kadar asprosin tidak berbeda secara signifikan antara  kelompok normal dengan kelompok obesitas  (p = 0.067), kadar asprosin pada kelompok pre-obesitas lebih rendah secara signifikan dibandingkan kelompok normal (p = 0.000), dan kadar asprosin pada kelompok obesitas lebih tinggi secara signifikan dibandingkan kelompok pre-obesitas (p = 0.004). Kadar hs-CRP tidak berbeda signifikan antara kelompok normal dengan pre-obesitas (p = 0.064) dan kelompok pre-obesitas dengan obesitas (p = 0.619), dan kadar  hs-CRP pada kelompok obesitas lebih tinggi secara signifikan dibandingkan dengan kelompok normal (p = 0.026). Indeks HOMA-IR meningkat secara signifikan seiring dengan meningkatnya indeks masa tubuh (normal-pre-obesitas (p = 0.010); normal-obesitas (p = 0.000); pre-obesitas-obesitas (p = 0.030)). Dapat disimpulkan bahwa kadar asprosin lebih rendah pada kelompok pre-obesitas dan obesitas, kadar hs-CRP lebih tinggi secara signifikan pada kelompok obesitas dibandingkan kelompok normal dan indeks HOMA-IR meningkat seiring dengan peningkatan indeks masa tubuh.
Perbedaan Kadar Apolipoprotein (APO AI, APO AII, APO B, APO CII, DAN APO CII) Pada Subjek Diabetes Melitus Tipe 2 Terkontrol dan Tidak Terkontrol Wakhid Rizka Saputra; Irma Melyani Puspitasari; Dwi Yuniati Daulay
Farmaka Vol 18, No 4 (2020): Farmaka (Suplemen)
Publisher : Fakultas Farmasi, Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/farmaka.v18i4.42270

Abstract

Diabetes melitus penyakit metabolik yang sering disertai dengan komplikasi. Kondisi hiperglikemia kronis pada DM Tipe 2 dapat meningkatkan intraselular ROS dan menurunkan fungsi mitokondria untuk melepaskan ATP sehingga akan mengganggu sekresi insulin. Mekanisme peningkatan stress oksidatif akibat kondisi hiperglikemia dapat menyebabkan komplikasi baik mikrovaskular maupun makrovaskular. Pada DM Tipe 2 dapat terjadi dislipidemia yang ditandai dengan konsentrasi trigliserida plasma yang tinggi, HDL yang rendah, dan meningkatnya konsentrasi small dense LDL. Penyebab utama dislipidemia adalah peningkatan asam lemak bebas dari sel lemak yang mengalami resitensi insulin. Apolipoprotein penting dalam menjaga integritas struktural dan kelarutan lipoprotein dan memainkan peran penting dalam ikatan dengan reseptor lipoprotein dan regulasi enzim tertentu dalam metabolisme lipoprotein. Pada penelitian ini ingin dilihat hubungan kadar HbA1c dengan Apolipoprotein pada subjek diabetes melitus tipe 2 terkontorol dan tidak terkontrol. Penelitian dilakukan pada bulan Juni - Juli 2019 di laboratorium Klinik Prodia Kramat Jakarta, Wastukencana Bandung, dan Semarang. Terdapat perbedaan yang signifikan antara kadar apolipoprotein pada diabetes terkontrol dan tidak terkontrol dengan berturut turut Apo B (p=0.003*), Apo CII (p=0.010*), Apo CIII (p=0.042*) sehingga dapat digunakan sebagai penanda komplikasi.
CATECHOL-O-METHYLTRANSFERASE VAL158MET GENE POLYMORPHISM IN SCHIZOPHRENIA RISPERIDONE-TREATED PATIENTS Fitri N. Ramadhani; Ajeng Diantini; Shelly Iskandar; Melisa I. Barliana
Farmaka Vol 18, No 4 (2020): Farmaka (Suplemen)
Publisher : Fakultas Farmasi, Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/farmaka.v18i4.42482

Abstract

Catechol-O-Methyltransferase (COMT) gene is located at chromosome 22q11 on a location with a high risk of the occurrence of schizophrenia that has a role in the degradation and inactivation of dopamine neurotransmitters. The COMT Val158Met gene polymorphism has enzymatic activity variation that can affect the availability of COMT enzyme, balance of dopamine level, and availability of dopamine receptors so it can influence the effectiveness of risperidone therapy that varies. The aim of this study was to observe the genetic profile of COMT Val158Met gene polymorphism and its correlation with effectiveness of risperidone therapy either single or combination in schizophrenia patients at Mental Hospital of Prof. Dr. Soerojo Magelang. This study was an observational descriptive study with a cross-sectional plan. Data collection was carried out prospectively through assessment of risperidone therapy effectiveness based on PANSS-EC scores in medical record, whole blood sampling, and identification of COMT Val158Met gene polymorphism using Polymerase Chain Reaction-Amplification Refractory Mutation System (PCR-ARMS) method. The result of study showed that all schizophrenia patients at Mental Hospital of Prof. Dr. Soerojo Magelang had heterozygote Val/Met (GA) genotype. Combination risperidone therapy was the most widely used (90.79%) rather than single with the result that 44 patients of 69 patients (63.77%) responded to the combination risperidone. Combined risperidone clozapine therapy was the most widely used (57.97%) with the result that 23 patients out of 40 (57.50%) responded to the combination therapy.
VALIDITAS DAN RELIABILITAS KUESIONER LIVING WITH MEDICINES QUESTIONNAIRE (LMQ) VERSION 3 TERHADAP PASIEN LUPUS ERITEMATOSUS SISTEMIK Aulia Nurlatifah; Melisa I. Barliana; Laniyati Hamijoyo; Rizky Abdullah
Farmaka Vol 18, No 4 (2020): Farmaka (Suplemen)
Publisher : Fakultas Farmasi, Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/farmaka.v18i4.42349

Abstract

Berbagai jenis obat harus diminum selama hidupnya oleh setiap Odapus (Orang Lupus), yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup. Berbagai jenis obat dengan jumlah banyak menghasilkan beban pengobatan yang akan menurunkan kepatuhan pasien. Ketika kepatuhan pasien menurun, maka luaran yang dihasilkan juga tidak maksimal. Beban yang terkait dengan pengelolaan penyakit kronis, termasuk pada penyakit Lupus Eritematosus Sistemik (LES), akan berdampak pada kesejahteraan pasien dan risiko terjadinya efek samping obat. Penelitian ini merupakan studi potong lintang, pengambilan data secara prospektif di Poliklinik rawat jalan Reumatologi disalah satu Rumah Sakit kota Bandung periode Februari – Maret 2019, dan menggunakan kuisioner LMQ (Living with Medicine Questionnaire) versi 3. Jumlah pasien dalam penelitian ini sebanyak 30 pasien dengan kriteria inklusi adalah pasien dengan diagnosa LES, usia minimal 18 tahun, pasien rawat jalan di Poliklinik Reumatologi, sedang meminum obat terkait pengobatan LES, dan bersedia mengikuti penelitian dengan menandatangani informed consent. Kriteria ekslusi sampel penelitian adalah pasien ibu hamil, pasien dengan gangguan pendengaran dan pasien yang tidak bisa berbicara. Uji validasi kuesioner pada penelitian ini menggunakan uji korelasi Pearson Product Moment, sedangkan uji reliabilitas kuesioner menggunakan uji Cronbach alpha coefficient. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa nilai Koefisien Validitas (r hitung) lebih besar dari pada r tabel yaitu sebesar 0,361 (n = 30). Sedangkan koefisien reliabilitas hasil perhitungan tidak ada nilai reliabilitas yang sangat rendah (kurang dari 0,200) sehingga untuk keseluruhan item pada variabel dan domain dalam penelitian ini dapat digunakan untuk analisis variabel lebih lanjut.
FGF-21: THE HOMEOSTASIS GUARDIAN. A NEW OPTIMISM FOR OBESITY? Gianni Yosephine; Anna Meiliana; Melisa I. Barliana
Farmaka Vol 18, No 4 (2020): Farmaka (Suplemen)
Publisher : Fakultas Farmasi, Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/farmaka.v18i4.42478

Abstract

The prevalence of obesity is increasing worldwide. Current obesity treatment is not suitable for all patients, hence the novel treatment are needed. Fibroblast Growth Factor 21 (FGF21) is a protein that consisting 210 amino acids. This protein is predominantly produced by the liver. In contrast to other FGF family members, FGF21 has a metabolic effect compared to cell proliferation and differentiation. It appears to be prospect treatment for metabolic syndrome, including obesity. Studies on FGF21 continue to develop and it is found that this protein has a beneficial role in the metabolism of lipids as well as glucose in vitro and in vivo. Interestingly, this protein also has the ability in energy homeostasis and has recently emerged as an intriguing therapeutic agent for obesity care. Because of its role as energy homeostasis, this protein can increase under certain conditions for example when fasting or on the ketogenic diet. Recombinant FGF21 administration in mice has been shown to reduce lipid levels. Assembling evidence from animal studies indicates that FGF21 is a potent metabolic regulator with many beneficial effects on obesity, even though the underlying mechanism of this effect is not fully understood. In the future it has potential to use FGF21 as treatment for obesity in human.
Peran Konseling Apoteker Terhadap Kepatuhan Terapi Pasien Hipertensi Pada Program Rujuk Balik BPJS di Puskesmas Kota Bandung Fitriah Nurhayani; Rini Hendriadi; Keri Lestari; Iis Rumawati
Farmaka Vol 18, No 4 (2020): Farmaka (Suplemen)
Publisher : Fakultas Farmasi, Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/farmaka.v18i4.42271

Abstract

Hipertensi merupakan penyakit kronis yang membutuhkan pengobatan jangka panjang dan menimbulkan masalah ketidakpatuhan sehingga pengelolaannya dapat dilakukan melalui program rujuk balik BPJS. Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh pemberian konseling apoteker terhadap kepatuhan pasien hipertensi pada program rujuk balik BPJS di puskesmas kota Bandung dengan menggunakan kuesioner Medication Adherence Report Scale (MARS). Studi ini merupakan penelitian quasi experimental dengan metode pretestdanposttestwith control group design yang dilakukan pada bulan februari 2019 sampai dengan bulan april 2019 di puskesmas kota Bandung. Sebanyak 82 pasien dikelompokan secara non random menjadi kelompok yang mendapatkan intervensi berupa konseling (41 pasien) dan kelompok tanpa intervensi atau kontrol (41 pasien) yang diikuti selama tiga bulan untuk mengukur tingkat kepatuhan pasien dengan kuesioner MARS. Konseling apoteker memberikan pengaruh yang signifikan terhadap tingkat kepatuhan pasien hipertensi dalam program rujuk balik  untuk kelompok kontrol(p 0,025) dan kelompok intervensi (p 0,000). Setelah dilakukan konseling pada kelompok intervensi terjadi perubahan  dari kepatuhan sedang sebanyak 11 pasien (26,80%) menjadi kepatuhan tinggi sebanyak 30 pasien (73,20%). Terdapat pengaruh pemberian konseling oleh apoteker terhadap kepatuhan pengobatan pada pasien hipertensi program rujuk balik BPJS.
IMPACT OF PHARMACIST INTERVENTION MANAGING DRUG RELATED PROBLEMS IN PATIENTS TYPE 2 DIABETES MELLITUS Amirah Amirah; Ahmad Muhtadi; Siti Saidah
Farmaka Vol 18, No 4 (2020): Farmaka (Suplemen)
Publisher : Fakultas Farmasi, Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/farmaka.v18i4.42483

Abstract

Drug related problems (DRPs) are problems encountered often in the treatment of patients and can affect the decline of quality of life but increase disease morbidity and mortality on the other hand. From a review of 10 journals, it was found that untreated indication, adverse drug reaction, non-compliance/non-adherence, drug choice problem, dosing problem, drugs interaction, drug without indication, and drug use problem were the most common DRP experienced by type 2 diabetes mellitus patients. Pharmacists can effectively intervene in DRP through identification and prevention and physicians accept and act on these interventions. Pharmacists in their intervention on DRPs play an influential role at the prescriber level. Pharmacist intervention can also take place at both patient and drug levels. Pharmacist intervention is also capable of controlling the parameters of an objective examination to be better (lipids, blood pressure, blood sugar, etc.). Therefore, collaboration between pharmacists and other health workers needs to be pursued because it can affect the success in handling DRPs.
KORELASI POLIMORFISME GEN ERCC1 RS11615 DENGAN EFEKTIVITAS KEMOTERAPI BERBASIS-PLATINUM PADA PASIEN KANKER PARU JENIS KARSINOMA BUKAN SEL KECIL Muhammad F. Effendi; Nadiya N. Afifah; Ajeng Diantini; Ruri Intania; Melisa I. Barliana
Farmaka Vol 18, No 4 (2020): Farmaka (Suplemen)
Publisher : Fakultas Farmasi, Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/farmaka.v18i4.42350

Abstract

Kemoterapi berbasis platinum merupakan regimen kemoterapi lini pertama untuk pasien kanker paru jenis karsinoma bukan sel kecil (KPKBSK) pada stadium lanjut dan non-operasi tanpa mutasi gen Epidermal growth factor receptor (EGFR). Excision repair cross-complementation group 1 (ERCC1) adalah enzim yang mengeksekusi insisi dari untai DNA yang rusak dan menghilangkan aduksi DNA yang diinduksi oleh platinum. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui korelasi polimorfisme gen ERCC1 rs11615 dengan efektivitas kemoterapi berbasis-platinum pada pasien KPKBSK di RS Paru dr. H. A. Rotinsulu Bandung pada bulan November 2019 sampai dengan Maret 2020. Penelitian ini merupakan observasional analitik dengan desain penelitian kohort prospektif terhadap 28 pasien. Polimorfisme gen ERCC1 rs11615 diidentifikasi dengan metode DNA squencing, sedangkan untuk efektivitas kemoterapi menggunakan metode response evaluation criteria in solid tumour (RECIST) dan analisis Cytokeratin 19 fragments (CYFRA 21-1). Hasil penelitian menunjukkan adanya frekuensi alel gen ERCC1 rs11615 masing-masing 50% (C/C), 35,7% (C/T), dan 14,3% (T/T). Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara polimorfisme gen ERCC1 rs11615 dengan nilai RECIST (OR = 0,417; 95% confidence interval (CI): 0,091-1,908, P=0,256) atau dengan nilai CYFRA 21-1 (OR = 0,417; 95% confidence interval (CI): 0,063-2,768, P=0,357). Kami tidak menemukan bukti yang mendukung penggunaan gen ERCC1 rs11615 sebagai prediktor untuk menentukan efektivitas kemoterapi berbasis platinum. Dibutuhkan sampel yang memadai untuk mengkonfirmasi secara statistik korelasi polimorfisme gen ERCC1 rs11615 terhadap efektivitas kemoterapi.
Pengaruh Anemia Tanpa Terapi Eritropoetin Terhadap Kualitas Hidup Pasien Gagal Ginjal Kronik Dengan Terapi Hemodialisa di RSBSA Bandung Dan RSD Cimahi Dani Sumaryadi; Ahmad Muhtadi; Sri Hartini
Farmaka Vol 18, No 4 (2020): Farmaka (Suplemen)
Publisher : Fakultas Farmasi, Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/farmaka.v18i4.42266

Abstract

Komplikasi Gagal Ginjal Kronik (GGK) yang sering terjadi dan biasanya terjadi paling awal dari komplikasi yang lain adalah anemia. Defisiensi eritropoetin merupakan salah satu faktor yang berkaitan dengan anemia pada GGK. Penurunan fungsi ginjal yang progesif dan irreversible menyebabkan pasien GGK harus melakukan hemodialisa. Hal tersebut dapat mempengaruhi kualitas hidup pasien mortalitas dan morbiditas. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh anemia tanpa terapi eritropoetin terhadap kualitas hidup pasien gagal ginjal kronik dengan terapi hemodialisa di RSBSA Bandung dan RSD Cimahi yang dilaksanakan pada bulan Mei sampai Juni 2019. Desain penelitian ini menggunakan metode penelitian analisa cross sectional dengan menggunakan data primer dan teknik consecutive sampling. Hasil penelitian ini di dapat jumlah sampel 50 orang yang memenunuhi kriteria inklusi. Kualitas hidup diukur dengan menggunakan kuisioner EQ5D5L yang dilakukan pada saat pasien menjalani terapi hemodialisa. Nilai utilitas terapi eritropoetin 0,65±0,29 dan tanpa terapi eritropoetin mengalami penurunan menjadi 0,63±0,27. Sedangkan skor rata-rata EQ5D Visual Analog Scale (VAS) terapi eritropoetin adalah 62,29±18,88 dan tanpa terapi eritropoetin 69,42±14,65. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa perubahan nilai utilitas dan skor EQ5D VAS pasien hemodialisa terapi eritropoetin dan tanpa terapi eritopoetin tidak menunjukkan perbedaan yang bermakna secara signifikan (p<0,05).
GUT MICROBIOTA FIRMICUTES AND BACTEROIDETES RATIO CORRELATED TO PROPIONATE IN OBESE SUBJECTS Selly Mulyadi; Trilis Yulianti; Rizky Abdullah
Farmaka Vol 18, No 4 (2020): Farmaka (Suplemen)
Publisher : Fakultas Farmasi, Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/farmaka.v18i4.42479

Abstract

Gut microbiota (Firmicutes, Bacteroidetes and Akkermansia muciniphila) imbalance is related with obesity. In colon, this gut microbiota produces short chain fatty acid (SCFA), which is hypothesized has a correlation with obesity.  The study was aimed to confirm the correlation between gut microbiota (Firmicutes/Bacteroidetes ratio, Akkermansia muciniphila) and SCFA (acetate, propionate, butyrate) in obesity. Subjects were recruited from Jakarta and surrounding areas on January until April 2020 and the study design was observational study with cross sectional approach. The subjects were 46 men, aged 25-40 years old. Subjects were divided into 2 groups, those are obese group and normal group. Analysis of Firmicutes, Bacteroidetes and Akkermansia muciniphila was done using real time PCR, while analysis of SCFA was done using GC-MS. This study found that there was positive correlation between Firmicutes/Bacteroidetes (F/B) ratio and propionate (r = 0.406 dan p = 0.024) in obese subjects. Correlation between Akkermansia muciniphila and SCFA could not be concluded since Akkermansia muciniphila was not detected in most of samples collected. There was no difference on F/B ratio (p=0.284), acetate (p=0.763), propionate (p=0.579), butyrate (p=0.648), total SCFA (p=0.514) between obese and normal group, however SCFA tends to be higher in obese group, while F/B ratio tends to be higher in normal group. Some of results are in line with previous reports, but data contradict with previous report regarding proportion of gut microbiota between grups, and this is still controversional.

Page 1 of 3 | Total Record : 21