cover
Contact Name
Mamluatun Nafisah
Contact Email
alfanar@iiq.ac.id
Phone
+6285215313051
Journal Mail Official
alfanar@iiq.ac.id
Editorial Address
Institut Ilmu Al-Qur'an (IIQ) Jakarta Jl. Ir. H. Juanda No.70 Ciputat, Jakarta, Indonesia 15412 Phone: (+62-21) 74705154, Fax: (+62-21) 74716121, Email : iiq@iiq.ac.id, Website: https://iiq.ac.id/
Location
Kota tangerang selatan,
Banten
INDONESIA
AL-FANAR: JURNAL ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR
ISSN : 26222280     EISSN : 26224658     DOI : https://doi.org/10.33511/alfanar.v5n1
Core Subject : Religion,
AL-FANAR: JURNAL ILMU AL-QURAN DAN TAFSIR is peer-reviewed journal that aims to encourage and promote the study of the Quran and designed to facilitate and take the scientific work of researchers, lecturers, students, practitioner and so on into dialogue. The journal contents that discuss various matters relate to the Quranic Studies, the Quranic sciences, the Living Quran, Quranic Studies accros different areas in the world (The Middle East, The West, Archipelago and other areas), the Methodology of Quran and Quranic Exegesis. AL-FANAR: JURNAL ILMU AL-QURAN DAN TAFSIR is a journal that is administered by the Department of the Quranic Exegesis and Sciences, Faculty of Ushuluddin and Dakwa, Institute of Quranic Sciences (IIQ) Jakarta in collaboration with Asosiasi Ilmu al-Quran dan Tafsir (AIAT). AL-FANAR: JURNAL ILMU AL-QURAN DAN TAFSIR was first published by the Department of Quranic Exegesis of the Faculty of Usuluddin and Dakwa, Institut Ilmu Al-Quran (IIQ) Jakarta in Agustus 2018 and published twice within one year i.e. february and August.
Articles 6 Documents
Search results for , issue " Vol 1 No 1 (2018): Tafsir Nusantara" : 6 Documents clear
Identitas Âzar Dalam Literatur Tafsir Nusantara Sukma Baihaki, Egi
Jurnal Al-Fanar Vol 1 No 1 (2018): Tafsir Nusantara
Publisher : Prodi Ilmu Al-Qur'an dan Tafsir Fakultas Ushuluddin Institut Ilmu Al-Qur'an (IIQ) Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (190.466 KB) | DOI: 10.33511/alfanar.v1i1.6

Abstract

Âzar is one character names enshrined in the Qur'an, which appears in the story of Ibrâhîm's preaching dialogue. The figure of Âzar into a debate among historians as well as mufassir.  The difference of views regarding the identity of Âzar, closely related to the sources of the Torah, which was used as a comparison to explain the figure of Âzar mentioned in the Qur'an. The identity of Âzar in the end, a debate in the realm of theology, as it pertains to the sanctity of nasab to the prophets. Differences of interpretation regarding the identity of Âzar keeps going, in every time and every interpretation of written. The coming of Islam to the archipelago, at the same time the entrance for everything related to the teachings of religion including knowledge and debate theology. With the method of comparative thematic and theological approach, it can be concluded that, the issue of the identity of the Âzar also developed in the literature the interpretation of the archipelago. There are three views on the identity of Âzar in the literature the interpretation of the archipelago. First, it holds that Âzar was Ibrâhîm's father which included these groups is Hasbi, Hamka was the Tafsir Kemenag RI. Second, it holds that Âzar was Ibrâhîm's uncle, which useudes this group is al-Nawawi and Quraish Shihab. A second view of the exegetes this Archipelago has theological ramifications as it did on the classical exegetes. For those who consider Âzar was Ibrâhîm's biological father, then they are not disputed there was a pagan Prophet who parents, but for those who think that their father is not  Âzar theologically they hold on the sanctity of nasab the Prophet spared from the pagan ancestors.
Kritik Atas Penafsiran Ayat-Ayat Khilafah Lufaefi, Lufaefi
Jurnal Al-Fanar Vol 1 No 1 (2018): Tafsir Nusantara
Publisher : Prodi Ilmu Al-Qur'an dan Tafsir Fakultas Ushuluddin Institut Ilmu Al-Qur'an (IIQ) Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (246.359 KB) | DOI: 10.33511/alfanar.v1i1.7

Abstract

Al-Qur’an ialah wahyu yang menjelaskan segala persoalan. Termasuk di dalamnya ialah persoalan kepemimpinan (khilâfah). Terlepas seperti apa bentuk khilâfah dalam Al-Qur’an, yang pasti tidak diragukan lagi bahwa khilâfah menjadi sorotan kalam ilahi tersebut. Karena persoalan apapun pasti disinggung dalam Al-Qur’an. Akan tetapi, bagaimana jika interpretasi ayat dibelokkan kepada sesuatu yang bukan maksud ayat itu sendiri? Melalui pendekatan analisa konten dan konteks, dalam tafsir al-Wa’ie banyak ditemukan ayat-ayat Al-Qur’an yang diinterpretasi dengan jumping conclusion, seperti QS. al-Baqarah [2]: 30, al-Mâ’idah [5]: 49 dan QS. an-Nisâ’ [4]: 59. Ayat-ayat ini secara jelas tidak membahas khilâfah, akan tetapi ditafsiri Rokhmat S. Labib sampai pada kesimpulan sebagai kewajibkan mendirikan institusi Negara Islam (khilâfah islâmiyyah). Penafsiran demikian sungguh jauh dari apa yang ingin disampaikan ayat, bahkan bernilai mempolitisasi ayat-ayat Al-Qur’an.
Karakter Nabi Ibrahim AS Dalam Al-Qur’an Zaimudin, Zaimudin
Jurnal Al-Fanar Vol 1 No 1 (2018): Tafsir Nusantara
Publisher : Prodi Ilmu Al-Qur'an dan Tafsir Fakultas Ushuluddin Institut Ilmu Al-Qur'an (IIQ) Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (324.57 KB) | DOI: 10.33511/alfanar.v1i1.8

Abstract

Tulisan ini menegaskan akan perlunya karakter bagi manusia sebagai hasil dari proses pendidikan dan pergaulan manusia dengan lingkungannya. Lingkungan ini dapat saja berupa fisik maupun non-fisik, termasuk lingkungan keluarga, ketetangggaan, dll., dan lingkungan sekitar dimana manusia itu hidup. Selain itu pula, bagi Nabi Ibrâhîm as. tentu memperoleh petunjuk dari Allah lebih merupakan kontribusi yang signifikan dalam membangun karakter dirinya dan putra-putranya. Pemaknaan ini digali dari berbagai ayat Al-Qur’an secara munasabah dengan pendekatan pendidikan. Beberapa karakter Nabi Ibrâhîm as. dalam Al-Qur’an yang penting adalah sikap taat dan patuh kepada perintah Allah sebagai prasyarat bagi manusia untuk mengabdikan diri kepada sesama manusia, keluarga, dan kepada masyarakat pada umumnya atas dasar pengabdiannya kepada Allah. Sikap berani menegakkan kebenaran dan keadilan, berani pula dalam menjalani hidup dengan memperjuangkan prinsip hidup yang benar menjadi amat penting. Jujur bersikap adalah modal bagi pembangunan moral bangsa. Maka peduli pada diri sendiri maupun pada lingkungannya menjadi keharusan. Sabar selalu dibutuhkan untuk memperbaiki keadaan, juga ucapan dan tutur kata yang santun penting untuk memahami akar masalah. Curiousity menjadi modal untuk melahirkan daya kritis dan kedalaman ilmu pengetahuan, dengan cermat dan teliti tanpa melupakan makna ikhlas demi mengharapkan rid}a Allah. Selalu berdoa dan tawakkal menjadi modal penting dalam meraih sukses dunia dan akhirat.
Moderatisme Islam Dalam Konteks Keindonesiaan Zamimah, iffaty
Jurnal Al-Fanar Vol 1 No 1 (2018): Tafsir Nusantara
Publisher : Prodi Ilmu Al-Qur'an dan Tafsir Fakultas Ushuluddin Institut Ilmu Al-Qur'an (IIQ) Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (201.381 KB) | DOI: 10.33511/alfanar.v1i1.12

Abstract

Penelitian ini membuktikan bahwa moderasi Islam telah dikenal lama dalam tradisi Islam. Hal ini sekaligus membantah anggapan bahwa Islam merupakan ajaran agama yang mengajarkan kekerasan. Penelitian ini terbukti dengan ayat-ayat Al-Qur’anyang telah menjelaskan prinsip moderat (washatiyah). Melalui ayat-ayat Al-Qur’an tersebut, Quraish Shihab menafsirkan moderatisme Islam yang dapat diaplikasikan pada konteks Indonesia. Proses ini dilakukan dengan mengeksplorasi penafsiran yang dilakukan oleh M. Quraish Shihab melalui banyak karyanya seperti Tafsir Al-Mishbah, Wawasan Al-Qur’an, Membumikan Al-Qur’an, dan lain-lain.
Rekonstruksi Khilafah Dalam Al-Qur’an Inwan, Mabroer
Jurnal Al-Fanar Vol 1 No 1 (2018): Tafsir Nusantara
Publisher : Prodi Ilmu Al-Qur'an dan Tafsir Fakultas Ushuluddin Institut Ilmu Al-Qur'an (IIQ) Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (193.621 KB) | DOI: 10.33511/alfanar.v1i1.13

Abstract

Tulisan ini mengkaji pandangan Quraish Shihab terhadap dalil-dalil yang digunakan HTI dan membantah atas legitimisi konsep khilâfah pada tiga aspek, pertama,  kewajiban menegakkan hukum Islam pada QS. al-Mâ’idah [5]: 48, kedua, kewajiban amar ma’ruf nahi munkar, dan ketiga, kewajiban taat pada Allah, Rasul, dan ulil amr. Dari tiga landasan ini, Quraish Shihab memandang kewajiban menegakkan hukum Islam pada QS. al-Mâ’idah [5]: 48 dianggap perlu untuk menerapkan hukum Allah, hanya saja tidak menitik beratkan hukum Allah secara mutlak. Sedangkan amar ma’ruf nahi munkar pada QS. Ali ‘Imrân  [3]: 110  dinilai kewajiban amar ma’ruf terkait kewajiban mengajak kepada kebaikan yang sifatnya ma’rûf  sejalan dengan nilai kebaikan pada kultur di masyarakat, sama halnya kewajiban mencegah melakukan sesuatu yang dapat merusak. Pada QS. an-Nisâ’ [4]: 59 Quraish Shihab tekankan kewajiban taat pada Allah, Rasul, dan ulil amr sebuah kewajiban, hanya saja kewajiban taat pada ulil amr adalah mereka yang membawa nilai kebaikan diantaranya para penguasa/pemerintah, makna lain adalah ulama, dan terakhir yang mewakili masyarakat dalam berbagai kelompok dan profesinya. Mengurai demikian, penulis merujuk pada karyanya Tafsir al Misbah; Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur’an dan beberapa karya lainnya. Dengan literatur tafsirnya, penulis mengkaji dan menganalisis dengan kerja pendekatan tafsir dan deskritif analitik dan komparatif dengan penafsiran HTI.
Tapeséré Akorang Mabbasa Ogi Arafah, Teguh
Jurnal Al-Fanar Vol 1 No 1 (2018): Tafsir Nusantara
Publisher : Prodi Ilmu Al-Qur'an dan Tafsir Fakultas Ushuluddin Institut Ilmu Al-Qur'an (IIQ) Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (229.62 KB) | DOI: 10.33511/alfanar.v1i1.14

Abstract

Banyak orang Muslim pribumi menyusun kitab tafsir dengan berbagai jenis bahasa dan metode yang digunakan. Kemudian muncullah penyebutan tafsir ”pribumi”, yaitu suatu istilah yang digunakan untuk menyebut literatur tafsir yang muncul dari kreasi para muslim Nusantara, baik yang asli maupun keturunan. Misalnya, Tarjumân Mustafîd karya ’Abd Rauf Singkel menggunakan bahasa Melayu, Al-Ibrîs li Ma'rifat at-Tafsîr Al-Qur’an al-'Azîz karya KH. Bishri Musthafa menggunakan bahasa Jawa, Tahrîf Qulûb al-Mu'minîn fî Tafsîr Kalimat Sûrat Yâsîn karya Ahmad Sanusi ibn ’Abd Rahim. Pada artikel ini berupaya mengungkap salah satu literatur tafsir Nusantara dari tanah Bugis yakni AGH. Abd Muin Yusuf dengan karyanya Tapeséré Akorang Mabbasa Ogi bersama  tim Majelis Ulama Indonesia (MUI) Wilayah Sulawesi Selatan. Kitab ini bernama kitab Tapeséré Akorang Mabbasa Ogi pemberian nama tersebut  sebagai pertimbangan praktis untuk memudahkan para pembaca mengetahui dan mengingat kitab tersebut. Agar masyarakat Bugis mudah mencapai tujuan Al-Qur’an,  baik dalam aktivitas keberagamaanya maupun kehidupan sehari- harinya. Kitab Tapeséré Akorang Mabbasa Ogi jika dilihat dari segi penyajiannya termasuk kategori tafsir Tahlili, tetapi dalam uraiannya tidak menggunakan cara kerja seperti dengan tafsir yang menggunakan metode ini. Dengan menganalisis berbagai aspeknya secara detail, terutama aspek kebahasaan. Hal itu dimaksud  untuk memudahkan pembaca tafsirnya  untuk tidak disibukkan dengan analisis-analisisnya.

Page 1 of 1 | Total Record : 6