cover
Contact Name
Ahmadi Riyanto
Contact Email
masyarakat.iktiologi@gmail.com
Phone
+628111166998
Journal Mail Official
masyarakat.iktiologi@gmail.com
Editorial Address
Gedung Widyasatwaloka, Bidang Zoologi, Pusat Penelitian Biologi-LIPI Jl. Raya Jakarta-Bogor Km 46, Cibinong 16911
Location
Kota bogor,
Jawa barat
INDONESIA
Jurnal Iktiologi Indonesia (Indonesian Journal of Ichthyology)
ISSN : 16930339     EISSN : 25798634     DOI : https://doi.org/10.32491
Aims and Scope Aims: Jurnal Iktiologi Indonesia (Indonesian Journal of Ichthyology) aims to publish original research results on fishes (pisces) in fresh, brackish and sea waters including biology, physiology, and ecology, and their application in the fields of fishing, aquaculture, fisheries management, and conservation. Scope: This journal publishes high-quality articles dedicated to all aspects Aquaculture, Fish biodiversity, Fisheries management, Fish diseases, Fishery biotecnology, Moleculer genetics, Fish health management, Fish biodiversity.
Articles 10 Documents
Search results for , issue "Vol 16 No 2 (2016): June 2016" : 10 Documents clear
Some fishing and biological aspets of crocodile shark Pseudocarcharias kamoharai (Matsubara, 1936) in tuna longline in Indian Ocean Prawira A. R. P. Tampubolon; Dian Novianto; Abram Barata
Jurnal Iktiologi Indonesia Vol 16 No 2 (2016): June 2016
Publisher : Masyarakat Iktiologi Indonesia (Indonesian Ichthyological Society)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32491/jii.v16i2.34

Abstract

Crocodile shark, Pseudocarcharias kamoharai (Matsubara 1936) is one of the non-target species which is caught by tuna longlines. This shark is the discards fish in tuna longline fisheries and only their liver are utilized. The aims of this research were to determine some aspects relating to the fishing (fishing areas and hook rate) and biological aspect (size distribution and sex ratio) of the crocodile shark. The data were collected directly via observation in tuna longline commercial fishing vessels based in Palabuhanratu, Cilacap and Benoa. The observations were carried out from February 2012 to October 2014 in Indian Ocean. The crocodile sharks were caught at 6o44'42" S to 32o59'49" S latitude and 85o34'34" E to 120o20'35" E longitude. The hook rate of crocodile shark was fluctuated and the average in 20122014 was 0.39. A total of 288 crocodile sharks were caught during the study period. However, only 182 of them could be measured. The size of male crocodile sharks were between 54-112 cm long; while the female fish were 51-117 cm. Sex ratio of crocodile shark was balance. Abstrak Hiu buaya, Pseudocarcharias kamoharai (Matsubara, 1936) merupakan salah satu spesies non target yang turut tertang-kap di rawai tuna. Ikan ini merupakan ikan buangan yang umumnya hanya diambil hatinya saja. Tulisan ini bertujuan untuk menentukan beberapa aspek yang bertalian dengan aspek penangkapan ikan hiu buaya seperti daerah tertangkap dan laju pancing serta sebaran ukuran dan nisbah kelamin. Data dikumpulkan dengan melakukan pengamatan langsung pada kapal penangkap ikan komersial yang menggunakan alat tangkap rawai tuna. Pengamatan dilakukan mulai Februa-ri 2012 hingga Oktober 2014. Kapal komersial ini beroperasi di Samudra Hindia dan berbasis di Palabuhanratu, Cila-cap, serta Benoa. Hiu buaya yang tertangkap menyebar pada posisi 6°44’42”-32°59’49” LS dan 85°34’34”-120°20’35” BT. Laju pancing hiu buaya berfluktuasi dengan nilai rata-rata sebesar 0,39 dalam kurun waktu 2012-2014. Hiu buaya yang tertangkap selama penelitian berjumlah 288 ekor. Namun, hanya 182 ekor yang dapat diukur panjangnya. Hiu buaya jantan memiliki kisaran panjang 54-112 cm; sedangkan ikan betina berukuran antara 51-117 cm. Nisbah kelamin total hiu buaya seimbang.
New localities of the Oryzias woworae species group (Adrianichthyidae) Kazunori Yamahira; Koji Mochida; Shingo Fujimoto; Daniel F. Mokodongan; Javier Montenegro; Takuma Kaito; Asano Ishikawa; Jun Kitano; Taketoshi Sue; Mulis Mulis; Renny K. Hadiaty; Ixchel F. Mandagi; K.W. Alex Maseng
Jurnal Iktiologi Indonesia Vol 16 No 2 (2016): June 2016
Publisher : Masyarakat Iktiologi Indonesia (Indonesian Ichthyological Society)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32491/jii.v16i2.35

Abstract

The Oryzias woworae species group, composed of O. asinua, O. wolasi, and O. woworae, is a group of the family Adrianichthyidae endemic to Sulawesi Tenggara (Southeast Sulawesi). Here, we report new localities of each of the three species in this group, which were collected during our field expeditions in 2014-2015. In total, six new localities were discovered throughout Sulawesi Tenggara, including Muna Island, suggesting that they may have wider species ranges than currently recognized. Some of the new localities were independent of the river systems of the known localities, suggesting that each species is genetically structured, and that the unit for conservation should be considered not as each species but as each local population. Abstrak Kelompok spesies Oryzias woworae, family Adrianichthyidae, terdiri atas O. asinua, O. wolasi, dan O. woworae, merupakan spesies endemik di Sulawesi Tenggara. Selama ekspedisi lapangan tahun 2014-2015, kami mencatat setiap spesies dari ketiga spesies dalam grup ini dijumpai di beberapa lokasi baru. Secara keseluruhan, enam lokasi baru telah ditemukan sepanjang daerah Sulawesi Tenggara, termasuk Pulau Muna, yang menunjukkan bahwa grup tersebut kemungkinan memiliki daerah persebaran lebih luas dari yang diketahui saat ini. Sebagian lokasi baru berasal dari sistem aliran sungai yang berbeda dengan lokasi yang telah diketahui selama ini. Hal ini menunjukkan bahwa tiap spesies terstruktur secara genetik, dan bahwa unit konservasi harus dipertimbangkan bukan untuk tiap spesies tetapi untuk tiap populasi lokal.
The phenotypic diversity of three populations of Asian swamp eel Monopterus albus (Zuiew 1793) from West Java and biometrics responses on salinity Ahmad Fahrul Syarif; Dinar Tri Soelistyowati; Ridwan Affandi
Jurnal Iktiologi Indonesia Vol 16 No 2 (2016): June 2016
Publisher : Masyarakat Iktiologi Indonesia (Indonesian Ichthyological Society)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32491/jii.v16i2.36

Abstract

This research aimed to evaluate the phenotype diversity of Asian swamp eel from West Java and the biometric responses on salinity for aquaculture development. Fish were collected from three different locations, i.e., Cianjur, Sukabumi, and Karawang with body size of 23.05+0.63 cm and weight of 7.58+1.04 g. Truss morphometric measurement was conducted for 30 samples from each location and biometric response on salty water media for 200 individuals. The experiment was performed in the media with different level of salinity, no substrate and with some shelters. Completely randomized design (CRD) with three levels of salinity (i.e. 0, 6, 12 g L-1) and density 1 kg m-2 was used in this study. Rearing was carried out for 30 days with 100% of media was changed every day and fish were fed with silk worms once a day with at satiation manner. The results showed that phenotypic diversity of Asian swamp eels from Karawang and Cianjur was similar, but differ from Sukabumi population. The biometric responses of Asian swamp eel from Karawang showed the superior performance and the best salinity of media for culture without substrate was 6 g L-1. Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi keragaman fenotipe belut asal Jawa Barat serta respons biometriknya dalam pemeliharaan pada media air bersalinitas untuk pengembangan budi daya. Belut ditangkap dari tiga lokasi yaitu Cianjur, Sukabumi, dan Karawang dengan ukuran tubuh berkisar antara 23,05+0,63 cm dan bobot 7,58+1,04 g. Sebanyak 30 ekor setiap populasi digunakan untuk pengukuran truss morfometrik dan 200 ekor untuk pengujian respons biometrik pada media air bersalinitas. Pemeliharaan dilakukan pada media air bersalinitas tanpa substrat dengan pemberian pelindung. Percobaan menggunakan rancangan acak lengkap dengan perlakuan perbedaan salinitas media pemeliharaan yaitu 0, 6, dan 12 g L-1 dengan padat penebaran 1 kg m-2. Pemeliharaan belut dilakukan selama 30 hari dengan penggantian air 100% setiap hari dengan pemberian pakan berupa cacing sutera Tubificidae sebanyak satu kali per hari secara at satiation. Hasil penelitian menunjukkan bahwa belut asal Karawang dan Cianjur mirip berdasarkan keragaman fenotipenya dibandingkan populasi Sukabumi. Respons biometrik belut asal Karawang paling unggul dan media terbaik untuk pemeliharaan belut tanpa substrat adalah media dengan salinitas 6 g L-1.
Utilization of purslane Portulaca oleracea seed oil as a source of fatty acid essential of common carp Cyprinus carpio Linnaeus 1758 diet Wiwik Hildayanti; Mia Setiawati; Dedi Jusadi
Jurnal Iktiologi Indonesia Vol 16 No 2 (2016): June 2016
Publisher : Masyarakat Iktiologi Indonesia (Indonesian Ichthyological Society)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32491/jii.v16i2.37

Abstract

This study attempts to evaluate the use of oils of purslane Portulaca oleracea as a source of an essential fatty in feed of common carp Cyprinus carpio to replace fish oil. The experiment used completely randomized design with 4 treatments and 3 replications, respectively. Feed treatment consists of fish oil, corn oil and coconut oil (P0), purslane seed oil and coconut oil (P1), corn oil and coconut oil (P2), and coconut oil (P3). Fishes with initial body weight 3.11±0.05 g reared in 50x40x35 cm3 aquariums with a density of 10 fish aquarium-1 during 60 days rearing periods. Results showed that diet P1 have different effects (p<0.05) which had the highest daily growth rate (3.5±0.1%), feed efficiency (71.7±4.9%), protein retention (22.1±1.9%) and lipid retention (81.4±4.5%). The survival rate, hepatosomatic index, cholesterol, triglycerides, high density lipoprotein and low density lipoprotein showed no difference (p>0.05). The fatty acid composition of the carps’s body on diet P1 was total of saturated fatty acid 21,4%, monounsaturated fatty acid 36,9%, n-3 fatty acids 10,4%, n-6 fatty acids 16,1% and ratio n-3/n6 is 0,6. Thus, it can be concluded that purslane seed oil can replace fish oil in carp. Abstrak Penelitian bertujuan mengkaji pemanfaatan minyak biji krokot Portulaca oleracea sebagai sumber asam lemak esensial pada pakan ikan mas Cyprinus carpio untuk menggantikan minyak ikan. Percobaan menggunakan rancangan acak leng-kap, terdiri atas empat perlakuan dan tiga ulangan. Pakan perlakuan terdiri atas minyak ikan, minyak jagung, dan minyak kelapa (P0), minyak biji krokot, dan minyak kelapa (P1), minyak jagung dan minyak kelapa (P2), dan minyak ke-lapa (P3). Ikan mas dengan bobot 3,11±0,05 g dipelihara dalam akuarium berukuran 50x40x35 cm3 dengan padat tebar 10 ekor akuarium-1 selama 60 hari. Hasil penelitian menunjukkan perlakuan P1 menghasilkan nilai laju pertumbuhan harian (3,5±0,1%), efisiensi pakan (71,7±4,9%), retensi protein (22,1±1,9%), dan retensi lemak (81,4±4,5%) tertinggi dan memberikan pengaruh yang nyata (p<0,05). Parameter tingkat kelangsungan hidup, indeks hepatosomatik, koles-terol, trigliserida, high density lipoprotein, dan low density lipoprotein tidak menunjukkan adanya perbedaan (p>0,05). Komposisi asam lemak tubuh ikan mas pada perlakuan P1 yaitu total asam lemak jenuh sebesar 21,4%, asam lemak tak jenuh tunggal sebesar 36,9%, n-3 sebesar 10,4%, n-6 sebesar 16,1% dan rasio n-3/n-6 sebesar 0,6. Berdasarkan hasil yang diperoleh disimpulkan bahwa minyak biji krokot dapat menggantikan minyak ikan pada pakan ikan mas
Feminization of Indonesian short-finned eel (Anguilla bicolor bicolor Mc Clelland, 1844) through injection of estradiol and methyl testosterone at the combination with hCG and anti dopamin Abdul Zahri; Agus Oman Sudrajat; Muhammad Zairin Junior
Jurnal Iktiologi Indonesia Vol 16 No 2 (2016): June 2016
Publisher : Masyarakat Iktiologi Indonesia (Indonesian Ichthyological Society)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32491/jii.v16i2.38

Abstract

The objective of the experiment was to describe the influence of estradiol (E2) and methyltestosterone (MT) in combination with hCG and anti-dopamine (AD) on the percentage of female and quality of ovary development of Indonesian short-finned eel (Anguilla bicolor bicolor). Eel with 200±15 g of body weight in the yellow phase injected with a estradiol solution of 3mg mL-1 + hCG 2mg mL-1 + AD 10 mg mL-1 (hEA), MT 3 mg mL-1 + hCG 2 mg mL-1 + AD 10 mg mL-1 (hTA), estradiol 3 mg mL-1 + AD 10 mg mL-1 (EA), MT 3 mg mL-1 + AD 10 mg mL-1 (TA), AD 10 mg mL-1 (A) and 9 mg mL-1 NaCl control (F). Injection frequency was six times with a period of two weeks. After six weeks of experiment, EA and hTA combination hormone treatments were effective to increase the female percentage 72% and 66%, respectively. The best ovary development was found in the hTA treatment i.e. attain the late-vitellogenesis with GSI value of 4.80%. Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan pengaruh estradiol (E2) dan metil testosteron (MT) yang dikombinasikan dengan hCG dan anti dopamin (AD) terhadap persentase jenis kelamin betina dan kualitas perkembangan ovari sidat (Anguilla bicolor bicolor). Sidat dengan bobot 200±15g pada faseyellow diinjeksi dengan larutan estradiol 3 mg mL-1 + hCG, 2 mg mL-1 + AD 10 mg mL-1 (hEA), MT 3 mg mL-1 + hCG 2 mg mL-1 + AD 10 mg mL-1 (hTA), estradiol 3 mg mL-1 + AD 10 mg mL-1 (EA), MT 3 mg mL-1 + AD 10 mg mL-1 (TA), AD 10 mg mL-1 (A), dan kontrol 9 mg mL-1 NaCl (F). Frekuensi injeksi sebanyak enam kali dengan periode dua minggu sekali. Pemberian hormon kombinasi dengan perlakuan hEA dan hTA ternyata efektif meningkatkan persentase jenis kelamin betina berturut-turut sebesar 72% dan 66% setelah enam minggu. Perkembangan gonad betina terbaik ditemukan pada perlakuan hTA yaitu mencapai fase vitellogenesis akhir dengan nilai GSI 4,80%
Spawning behavior, female reproductive potential and breeding technique optimize of threadfin rainbowfish Iriatherina werneri Muh. Herjayanto; Odang Carman; Dinar Tri Soelistyowati
Jurnal Iktiologi Indonesia Vol 16 No 2 (2016): June 2016
Publisher : Masyarakat Iktiologi Indonesia (Indonesian Ichthyological Society)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32491/jii.v16i2.39

Abstract

Basic information of threadfin rainbowfish especially their reproduction in captivity is little known. Therefore, study on the spawning behaviour and female reproductive potential based on the different treatment of feed (commercial food and natural food) and optimize breeding technique is needed. The study on optimize breeding technique including the effect of different spawning systems (masse or individual), sex ratio (1:1, 1:2 and 1:3), and female size (small, medium and large) to support threadfin rainbowfish culture. The result showed that the threadfin rainbowfish spawn at 13-15 hours after pairing broodfish and the fertilization starts when male spread out and shrink up the fins. The eggs were released faster in the masse than in individual spawing systems and the eggs were released more simultaneously in the morning (94.92%). The threadfin rainbowfish is a partial spawner that spawns every day until 30 days. The potential of eggs and larvae production could be increased up to 4 and 14 times by fed the fish with natural food. Technique for optimize the breeding is using the masse spawning system with sex ratio 1:3 and size range of female is 26.98 to 35.76 mm. Abstrak Informasi reproduksi ikan pelangi Iriatherina werneri pada wadah terkontrol masih sedikit diketahui. Oleh karena itu, diperlukan kajian mengenai tingkah laku memijah, potensi reproduksi ikan betina berdasarkan perbedaan pakan (buatan dan alami), dan optimasi teknik pemijahan. Kajian optimasi pemijahan meliputi pengamatan pengaruh perbedaan sistem pemijahan (massal atau individual), perbedaan rasio kelamin pemijahan jantan : betina (1:1, 1:2, dan 1:3), serta perbedaan ukuran betina (kecil, sedang, dan besar) untuk mendukung kegiatan budi daya. Hasil penelitian menunjukkan bah-wa pemijahan ikan pelangi terjadi pada 13-15 jam sejak pemasangan ikan jantan dan betina yang diawali oleh gerakan ikan jantan mengembangkan dan menguncupkan sirip. Telur yang dikeluarkan pada pemijahan massal berakhir dua jam lebih cepat dibandingkan pemijahan individual dan telur lebih serempak dikeluarkan pagi hari (94,92%). Ikan pelangi merupakan pemijah bertahap yang mampu memijah setiap hari selama 30 hari. Potensi jumlah telur dan larva yang di-hasilkan seekor betina dapat ditingkatkan masing-masing sebanyak empat kali lipat dan 14 kali lipat melalui pemberian pakan alami. Optimasi teknik pemijahan I. werneri dicapai dengan menggunakan sistem massal dengan rasio kelamin 1: 3 dan menggunakan ikan betina berukuran 26,98-35,76 mm.
Reproductive biology of Celebes rainbowfish (Marosatherina ladigesi Ahl, 1936) in some rivers of South Sulawesi Jayadi St Hadijah; Beddu Tang; Amrah Husma
Jurnal Iktiologi Indonesia Vol 16 No 2 (2016): June 2016
Publisher : Masyarakat Iktiologi Indonesia (Indonesian Ichthyological Society)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32491/jii.v16i2.40

Abstract

The purpose of this study was to analyze the reproductive biology of Celebes rainbowfish (Marosatrherina ladigesi) in some rivers of South Sulawesi including sex ratio, fecundity, eggs diameter, gonado somatic index, gonad maturity sta- ges, and spawning season. Fish collections were conducted in the Bantimurung River, Sawae River, Asanae River, and Jenae River. This study was conducted for one year from January to December 2014. Fish samples were separated by sex, total length was measured using calliper with a precision of 0.1 mm, while the body weight and gonad weight were measured with analytical balance with a precision of 0.01 g. Gonads were preserved in formaldehyde 4% for the deter- mination of fecundity, eggs diameter, gonad maturity index, and gonad maturity level. Sex ratio was unbalanced in every month and fecundity of fish ranged between 98-978 eggs. Relationship between fecundity and body length was strongly correlated, while the relationship between fecundity with body weight was weakly correlated. Fish eggs diameter was vary and this fish categorized as partial spawner. Gonad maturation index of males and females increase in August, September, October, November, December and January. Mature fish was collected in every month of sampling period and the peak spawning season was found in December Abstrak Tujuan penelitian ini untuk menganalisis biologi reproduksi ikan beseng-beseng di Sulawesi Selatan meliputi nisbah ke- lamin, fekunditas, diameter telur, indeks kematangan gonad, tingkat kematangan gonad, dan musim pemijahan. Lokasi pengambilan sampel meliputi Sungai Bantimurung, Sungai Sawae, Sungai Asanae, dan Sungai Jenae. Penelitian dilaku- kan selama satu tahun mulai Januari sampai Desember 2014. Pengambilan sampel ikan menggunakan alat tangkap se- ser. Sampel ikan yang tertangkap dipisahkan berdasarkan jenis kelamin dan diukur panjang total, bobot tubuh, bobot gonad dan fekunditas. Pengukuran panjang total ikan menggunakan mistar geser berketelitian 0,1 mm, sedangkan bobot tubuh dan bobot gonad menggunakan timbangan analitik berketelitian 0,01 g. Gonad diawetkan dalam larutan formalin 4%, untuk penentuan fekunditas, diameter telur, indeks kematangan gonad, dan tingkat kematangan gonad. Nisbah ke- lamin tidak seimbang pada setiap bulan dan fekunditas ikan berkisar antara 98-978 butir. Hubungan fekunditas dengan panjang tubuh ikan berkorelasi erat, sedangkan hubungan fekunditas dengan bobot tubuh berkorelasi lemah. Sebaran diamater telur bervariasi dan tipe pemijahan tidak serentak. Indeks kematangan gonad ikan jantan dan betina meningkat pada bulan Agustus, September, Oktober, November, Desember dan Januari. Ikan yang yang matang gonad ditemukan setiap bulan pengamatan dan puncak pemijahan terjadi pada bulan Desember.
Ichthyofauna of Menoreh Karst area, Jawa Tengah and the conservations efforts Renny Kurnia Hadiaty
Jurnal Iktiologi Indonesia Vol 16 No 2 (2016): June 2016
Publisher : Masyarakat Iktiologi Indonesia (Indonesian Ichthyological Society)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32491/jii.v16i2.41

Abstract

Ichthyofauna study was conducted at 11 freshwater ecosystems, consisted of three caves and eight rivers of Menoreh Karst area. Nine fish species were collected during the study, i.e Barbodes binotatus, Kalimantania lawak, Rasbora lateristriata, Nemacheilus fasciatus, Poecilia reticulata, Sicyopterus hageni, Stiphodon atratus, Sicyopus rubicundus and Channa gachua. For 30 years work as freshwater fish researcher, It is the first time to collect Kalimantania lawak, the distribution of this fish only in Kalimantan and Java. Scale structures is a key character for identification of cypri-nid, the differences of scale structures of K. lawak, B. binotatus dan Barbonymus gonionotus provided. The biodiversity conservation efforts has been attempted in Desa Kaligono, Kecamatan Kaligesing, Kabupaten Purworejo. The village regulations has been established, the people are forbidden to collect fish using electric fishing or the poison/chemicals. In fact, it succeeded by the existing of aquatic biota in the rivers, the number of fish and species from those rivers are highest than the others area. Abstrak Penelitian iktiofauna di wilayah Karst Menoreh telah dilakukan di 11 perairan, tiga diantaranya terdapat di gua dan delapan di sungai. Penelitian mendapatkan 9 jenis ikan yaitu Barbodes binotatus, Kalimantania lawak, Rasbora lateristriata, Nemacheilus fasciatus, Poecilia reticulata, Sicyopterus hageni, Stiphodon atratus, Sicyopus rubicundus, dan Chan- na gachua. Hal yang menggembirakan, setelah 30 tahun bekerja sebagai peneliti ikan air tawar, untuk pertama kali ditemukannya K. lawak. Jenis ini hanya dijumpai di Pulau Kalimantan dan Pulau Jawa. Struktur sisik merupakan satu karakter kunci dalam identifikasi, sehingga dapat digunakan untuk membedakan K. lawak, B. binotatus, dan Barbonymus gonionotus. Upaya untuk melakukan konservasi keanekaragaman hayati telah diupayakan khususnya di Desa Kaligono, Kecamatan Kaligesing, Kabupaten Purworejo yang telah dituangkan dalam bentuk Peraturan Desa (Perdes). Pada Per- des tersebut tercantum larangan penggunaan electric fishing atau racun/bahan kimia untuk menangkap ikan. Larangan ini efektif dalam mempertahankan keanekaragaman jenis ikan di wilayah perairan di desa tersebut. Hal tersebut dapat dibuktikan dengan perolehan jenis dan jumlahnya tertinggi dibandingkan dari wilayah lainnya.
The supplementation of clove oil Syzygium aromaticum in the diet to improve the growth performance of common carp Cyprinus carpio Linnaeus 1758 Tira Silvianti; Dedi Jusadi; Sri Nuryati
Jurnal Iktiologi Indonesia Vol 16 No 2 (2016): June 2016
Publisher : Masyarakat Iktiologi Indonesia (Indonesian Ichthyological Society)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32491/jii.v16i2.42

Abstract

The aim of this research was to determine the effect of the diet supplemented with clove oil Syzygium aromaticum on the growth performance of common carp, Cyprinus carpio. The experiment was carried out from February to April 2015 at the Laboratory Production, Department of Aquaculture, Faculty of Fisheries and Marine Sciences, Bogor Agricultural University. Common carp, strain Majalaya with an initial body weight of 3.90±1.08 g were reared in the 50x40x35 cm3 aquaria (150 L volume) at density of 25 fish per aquaria. During the rearing period, fish were fed on the diet contained with clove oil with a dose of 0, 5, 10, 15, or 100 mg 100 g-1 diet with three replications. The experiment for growth performance was conducted for 56 days and followed by digestibility test for 10 days. The fish were fed three times a day at 08:00, 12:00 and 16:00 hours. The results showed that the growth performances of fish were affected by clove oil supplementation. Fish fed on the diet supplemented with clove oil at a dose of 100 mg 100 g-1 diet significantly had the best growth performance and health status, including blood profile and the intestinal villus length. Abstrak Penelitian ini dilakukan dengan tujuan mengevaluasi penambahan minyak cengkeh Syzygium aromaticum dalam pakan untuk meningkatkan kinerja pertumbuhan ikan mas Cyprinus carpio. Penelitian dilakukan pada bulan Februari hingga bulan April 2015, di Laboratorium Produksi, Kolam Percobaan Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Ikan uji yang digunakan adalah mas dari varietas Majalaya yang berbobot 3,90 ±1,08 g. Ikan ditebar pada akuarium berukuran 50x40x35 cm3 (volume 150 L) dengan kepadatan 25 ekor ikan setiap akuarium. Selama masa pemeliharaan, ikan diberi pakan yang mengandung minyak cengkeh dengan dosis 0, 5, 10, 15, atau 100 mg 100 g-1 pakan dengan masing-masing tiga ulangan. Uji pertumbuhan dilakukan selama 56 hari, dilanjutkan dengan uji kecernaan selama 10 hari. Ikan diberi pakan tiga kali dalam sehari, yaitu pukul 08.00, 12.00, dan 16.00. Ha-sil penelitian menunjukkan bahwa kinerja pertumbuhan ikan mas dipengaruhi oleh penambahan minyak cengkeh. Ikan yang diberi pakan dengan penambahan minyak cengkeh pada dosis 100 mg 100 g-1 pakan secara signifikan memiliki kinerja pertumbuhan dan status kesehatan terbaik, termasuk profil gambaran darah dan tinggi vili usus.
Ratio of intestine length to body weight of giant gourami, Osphronemus goramy Lac. feed with different protein levels of the diets supplemented with recombinant growth hormone (rGH) Darmawan Setia Budi; Alimuddin Alimuddin; Muhammad Agus Suprayudi
Jurnal Iktiologi Indonesia Vol 16 No 2 (2016): June 2016
Publisher : Masyarakat Iktiologi Indonesia (Indonesian Ichthyological Society)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32491/jii.v16i2.43

Abstract

The purpose of this study was to describe the effect of dietary protein levels enriched with rGH on the ratio of length of the intestine to body weight of giant gourami. The diet with different protein levels (i.e. 21%, 28%, 34%; isoenergy) coated with egg yolk containing rGH. Each treatment has a control without rGH addition. Juveniles of giant gourami (body weight15.83 ± 0.13 g) were fed with a diet containing rGH twice a week. Fish were reared in 100 L glass aquaria with density of 10 fish per aquaria for 42 days. At the end of the treatment, body weight and length of the intestine were measured to determine the effect of treatment on the ratio of these two parameters. The result of research showed that at each level of treatment, the dietary protein levels and rGH supplementation gave a significant effect to increase the ratio of intestinal length to body weight (p <0,05). Ratio of intestinal length to body weight of fish was increase by decre-asing protein level in dietary (p <0,05). No interaction between protein levels and rGH additon on the ratio of intestinal length to body weight (p> 0,05). Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan pengaruh pemberian pakan dengan kadar protein berbeda yang diperkaya dengan rGH pada nisbah panjang usus dan bobot tubuh ikan gurami. Pakan dengan kadar protein berbeda (21%, 28%, 34%;isoenergi) dibalut kuning telur yang mengandung rGH. Masing-masing perlakuan memiliki kontrol tanpa penam-bahan rGH. Yuwana ikan gurami (bobot tubuh15,83±0,13 g) diberi pakan mengandung rGH dua kali seminggu. Yuwa-na ikan dipelihara dalam akuarium volume100 L dengan padat tebar 10 ekor per akuarium selama 42 hari. Pada akhir perlakuan dilakukan pengukuran bobot tubuh dan panjang usus. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada masing-ma-sing taraf perlakuan kadar protein pakan, pemberian rGH berpengaruh nyata (p<0,05) terhadap peningkatan nisbah pan-jang usus dan bobot tubuh ikan. Penurunan kadar protein pada pakan terbukti meningkatkan nisbah panjang usus dan bobot tubuh ikan (p<0,05). Tidak terdapat interaksi antar perlakuan kadar protein dan penambahan rGH terhadap rasio panjang usus terhadap bobot tubuh (p>0,05).

Page 1 of 1 | Total Record : 10


Filter by Year

2016 2016


Filter By Issues
All Issue Vol 22 No 2 (2022): June 2022 Vol 22 No 1 (2022): February 2022 Vol 21 No 3 (2021): October 2021 Vol 21 No 2 (2021): June 2021 Vol 21 No 1 (2021): February 2021 Vol 20 No 3 (2020): October 2020 Vol 20 No 2 (2020): June 2020 Vol 20 No 1 (2020): February 2020 Vol 19 No 3 (2019): October 2019 Vol 19 No 2 (2019): June 2019 Vol 19 No 1 (2019): February 2019 Vol 18 No 3 (2018): October 2018 Vol 18 No 2 (2018): June 2018 Vol 18 No 1 (2018): February 2018 Vol 17 No 3 (2017): October 2017 Vol 17 No 2 (2017): June 2017 Vol 17 No 1 (2017): February 2017 Vol 16 No 3 (2016): October 2016 Vol 16 No 2 (2016): June 2016 Vol 16 No 1 (2016): February 2016 Vol 15 No 3 (2015): October 2015 Vol 15 No 2 (2015): June 2015 Vol 15 No 1 (2015): Februari 2015 Vol 14 No 3 (2014): Oktober 2014 Vol 14 No 2 (2014): Juni 2014 Vol 14 No 1 (2014): Februari 2014 Vol 13 No 2 (2013): Desember 2013 Vol 13 No 1 (2013): Juni 2013 Vol 12 No 2 (2012): Desember 2012 Vol 12 No 1 (2012): Juni 2012 Vol 11 No 2 (2011): Desember 2011 Vol 11 No 1 (2011): Juni 2011 Vol 10 No 2 (2010): Desember 2010 Vol 10 No 1 (2010): Juni 2010 Vol 9 No 2 (2009): Desember 2009 Vol 9 No 1 (2009): Juni 2009 Vol 8 No 2 (2008): Desember 2008 Vol 8 No 1 (2008): Juni 2008 Vol 7 No 2 (2007): Desember 2007 Vol 7 No 1 (2007): Juni 2007 Vol 6 No 2 (2006): Desember 2006 Vol 6 No 1 (2006): Juni 2006 Vol 5 No 2 (2005): Desember 2005 Vol 5 No 1 (2005): Juni 2005 Vol 4 No 2 (2004): Desember 2004 Vol 4 No 1 (2004): Juni 2004 Vol 3 No 2 (2003): Desember 2003 Vol 3 No 1 (2003): Juni 2003 Vol 2 No 2 (2002): Desember 2002 Vol 2 No 1 (2002): Juni 2002 Vol 1 No 2 (2001): Desember 2001 Vol 1 No 1 (2001): Juni 2001 More Issue