cover
Contact Name
Ahmadi Riyanto
Contact Email
masyarakat.iktiologi@gmail.com
Phone
+628111166998
Journal Mail Official
masyarakat.iktiologi@gmail.com
Editorial Address
Gedung Widyasatwaloka, Bidang Zoologi, Pusat Penelitian Biologi-LIPI Jl. Raya Jakarta-Bogor Km 46, Cibinong 16911
Location
Kota bogor,
Jawa barat
INDONESIA
Jurnal Iktiologi Indonesia (Indonesian Journal of Ichthyology)
ISSN : 16930339     EISSN : 25798634     DOI : https://doi.org/10.32491
Aims and Scope Aims: Jurnal Iktiologi Indonesia (Indonesian Journal of Ichthyology) aims to publish original research results on fishes (pisces) in fresh, brackish and sea waters including biology, physiology, and ecology, and their application in the fields of fishing, aquaculture, fisheries management, and conservation. Scope: This journal publishes high-quality articles dedicated to all aspects Aquaculture, Fish biodiversity, Fisheries management, Fish diseases, Fishery biotecnology, Moleculer genetics, Fish health management, Fish biodiversity.
Articles 10 Documents
Search results for , issue "Vol 17 No 1 (2017): February 2017" : 10 Documents clear
Toxicity of fentin acetate molluscicide on haematological and growth of Nile tilapia, Oreochromis niloticus (Linnaeus, 1758) Aisyah Lukmini; Eddy Supriyono; Tatag Budiardi
Jurnal Iktiologi Indonesia Vol 17 No 1 (2017): February 2017
Publisher : Masyarakat Iktiologi Indonesia (Indonesian Ichthyological Society)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32491/jii.v17i1.20

Abstract

Fentin acetate (C20H18O2Sn) as pesticide is extensively used for killing golden apple snail (Pomacea sp.) in paddy field. This study was aimed to determine effect of sublethal molluscicide fentin acetate toxicity on the haematological charac-teristics (erythrocyte, hemoglobin, hematocrit, and leucocyte) and growth of juvenile Oreochromis niloticus. This re-search was conducted from May to July 2015 in Environment Laboratory of Aquaculture Department, Bogor Agricul-tural University. The research used twelve glass aquariums of 100x50x50 cm3 filled with 160 L water and put 30 juve-niles per aquarium. Fish were fed at satiation during the treatment and water exchange for every 24 hour. Research design was complete experimental randomized with four treatments and three replications of different fentin acetate concentrations i.e. 0.00; 0.003; 0.008; 0.015 mg L-1 for 21 days. The haematological characteristics and growth of fish were compared with ANOVA. The result indicates that sublethal concentration of 0.003 mg.L-1fentin acetate was significantly (p< 0.05) decrease the haematological characteristics and growth of tilapia. Abstrak Fentin asetat (C20H18O2Sn) digunakan sebagai pestisida di sawah secara intensif untuk mematikan keong mas (Pomacea sp.). Tujuan penelitian ini adalah untuk menentukan pengaruh toksisitas subletal moluskisida fentin asetat terhadap ka-rakteristik hematologi (eritrosit, hemoglobin, hematokrit, dan leukosit) dan pertumbuhan yuwana ikan nila (Oreo-chromis niloticus). Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei sampai Juli 2015 di Laboratorium Lingkungan Departemen Akuakultur, Institut Pertanian Bogor. Penelitian ini menggunakan 12 akuarium berukuran 100x50x50 cm3. Ikan nila berukuran 8,90±0,13 g dipelihara dengan kepadatan 30 ekor dalam volume air 160 L. Ikan uji diberi pakan secara at satiation serta dilakukan penggantian air setiap 24 jam dengan konsentrasi bahan uji yang sama. Rancangan penelitian yang digunakan adalah rancangan acak lengkap dengan empat perlakuan dan tiga ulangan dengan konsentrasi fentin asetat, yaitu: 0,00 (kontrol); 0,003; 0,008; dan 0,015 mg.L-1 selama 21 hari. Analisis terhadap karakteristik hematologi dan pertumbuhan ikan nila menggunakan anova. Konsentrasi sublethal moluskisida fentin asetat berpengaruh nyata terhadap penurunan karakteristik hematologi dan pertumbuhan ikan nila.
Digestive enzymes and growth performance of common carp, Cyprinus carpio Linnaeus, 1758 with additional of turmeric meal, Curcuma longa Linn. in the diet Ika Wahyuni Putri; Mia Setiawati; Dedi Jusadi
Jurnal Iktiologi Indonesia Vol 17 No 1 (2017): February 2017
Publisher : Masyarakat Iktiologi Indonesia (Indonesian Ichthyological Society)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32491/jii.v17i1.21

Abstract

This study aimed to evaluate the additional of turmeric meal (Curcuma longa Linn.) with different doses in feed to digestion enzyme activities and growth performance of common carp. The turmeric meal doses i.e 0, 1, 2 and 3% were mixed into fish diet. The diet was formulated diet that contain isoprotein as much as 29.51±0.93% and isoenergy 3948.10±68.38 kcal kg-1 diet. Common carp as sample test with initial body weight 2.82±0.04 g were reared in 60×40×35 cm3 aquarium with density of 10 fish/aquaria entire 60 days. Fishes were given diet three times daily at 08:00 am, 12:00 am, and 16:00 pm by at satiation level. Syphonization was performed every day. Water exchange was applied once every 3 days as much as 25% from rearing media volume. Experimental design was set according to com-pletely randomized design with 4 treatments and 3 replications. The results showed that the turmeric meal with dose 2% could increased amylase and protease activities were 7.012 U mg-1 and 0.032 U mg-1. Turmeric meal with dose 2% also increased daily growth rate of common carp 2.22±0.13%. Therefore, the conclusion of this study was the addition of turmeric meal with dose 2% in the diet could increased digestive enzyme activities amylase, protease and improved growth performance of common carp. Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi pemanfaatan tepung kunyit (Curcuma longa Linn.) dengan dosis berbeda dalam pakan terhadap aktivitas enzim pencernaan dan kinerja pertumbuhan ikan mas. Tepung kunyit dengan dosis 0, 1, 2, dan 3% dicampurkan ke dalam pakan. Pakan yang digunakan adalah pakan buatan dengan kandungan iso-protein sebesar 29,51±0,93% dan isoenergi 3948,10±68,38 kkal kg-1 pakan. Ikan uji yang digunakan adalah ikan mas dengan bobot sebesar 2,82±0,04 g, dipelihara dalam akuarium berukuran 60x40x35 cm3 dengan padat tebar 10 ekor pa-da setiap akuarium selama 60 hari. Ikan diberi pakan uji dengan frekuensi pemberian pakan sebanyak tiga kali dalam sehari yaitu pada pukul 08.00, 12.00, dan 16.00 WIB secara at satiation. Penyiponan dilakukan setiap hari. Air untuk budi daya diganti setiap tiga hari sekali sebanyak 25% dari volume media pemeliharaan. Rancangan yang digunakan adalah rancangan acak lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan dan 3 ulangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembe-rian tepung kunyit dengan dosis 2% meningkatkan aktivitas enzim amilase dan protease yaitu 7,012 U mg-1 dan 0,032 U mg-1. Pemberian tepung kunyit dengan dosis 2% juga meningkatkan laju pertumbuhan harian yaitu 2,22±0,13%. Disimpulkan bahwa pemberian tepung kunyit dosis 2% pada pakan dapat meningkatkan enzim amilase, protease dan kinerja pertumbuhan ikan mas.
The growth and survival rate of red tailed tinfoil, Barbonymus balleroides (Valenciennes, 1842) post-larvae in aquariums with different densities Irin Iriana Kusmini; Fera Permata Putri; Deni Radona
Jurnal Iktiologi Indonesia Vol 17 No 1 (2017): February 2017
Publisher : Masyarakat Iktiologi Indonesia (Indonesian Ichthyological Society)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32491/jii.v17i1.301

Abstract

Tinfoil barb Barbonymus balleroides (Valenciennes, 1842) is one of the local freshwater fish that have the potential to be cultured as fish consumption as well as ornamental fish. This study aimed to determine of the growth and survival rate of red tailed tinfoil post-larvae based stocking density (3 individual L-1, 4 individua lL-1 and 5 individual L-1). This study was conducted in plasma nutfah research station, Bogor and experimentally used completely randomized design (CRD) with three treatments and three replications for each treatment. The post-larvae used in the experiment were sized 0.37 cm from induced breeding spawning. The post-larvae were reared in the aquarium (dimension= 60x30x30 cm) with a volume of 34 liters water. During reared (90 days) post-larvae were given commercial feed (protein content =40%) at-satiation with frequency of three times per day. The result showed the value of length, weight and the highest specific growth rate (P<0.05) in the treatment of stocking density 5 individual^1 with value of 1.8 cm, 0.24 g and 2.72%, while the highest survival rate of 3 individual-1 with a value of 86.76%. Abstrak Ikan lalawak Barbonymus balleroides (Valenciennes, 1842) merupakan ikan lokal air tawar yang memiliki potensi untuk dibudidayakan sebagai ikan konsumsi maupun sebagai ikan hias. Tujuan penelitian ini untuk mengevaluasi pertumbuhan dan sintasan pascalarva ikan lalawak berdasarkan padat tebar (3 ekor L-1, 4 ekor L-1 dan 5 ekor L"1). Penelitian dilakukan di Instalasi Penelitian Plasma Nutfah Perikanan Air Tawar Cijeruk, Bogor dan dilaksanakan secara eksperimental menggunakan rancangan acak lengkap dengan tiga perlakuan dan tiga kali ulangan. Pascalarva yang digunakan berukuran 0,37 cm dan merupakan hasil pemijahan secara induksi hormon. Pemeliharaan dilakukan dalam akuarium berukuran 60x30x30 cm3 dengan volume air 34 L. Selama 90 hari pemeliharaan pascalarva diberi pakan komersial berbentuk remah yang mengandung protein 40 % secara at-satiasi dengan frekuensi tiga kali per hari (pagi, siang, dan sore). Hasil penelitian menunjukkan nilai panjang, bobot, dan laju pertumbuhan spesifik tertinggi (P<0,05) pada perlakuan padat tebar 5 ekor L-1 dengan nilai 1,8 cm, 0,24 g dan 2,72% sedangkan sintasan tertinggi pada perlakuan 3 ekor L-1 dengan nilai 86,76%.
Serotonin application in pregnant mare serum gonadotropin hormone and dopamin antagonist formulation to induce gonadal development of Indonesian tigerfish (Datnioides microlepis Bleeker, 1854) Bastiar Bastiar; Agus Oman Sudrajat; Melta Rini Fahmi
Jurnal Iktiologi Indonesia Vol 17 No 1 (2017): February 2017
Publisher : Masyarakat Iktiologi Indonesia (Indonesian Ichthyological Society)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32491/jii.v17i1.302

Abstract

The objective of study was to analyze the effect of serotonin (5-HT) in the formulation of hormones Pregnant Mare Serum Gonadotropin (PMSG) and dopamin antagonist (AD) hormones to gonad development of tigerfish. This study used completely randomized design (CRD) with five treatments of hormone namely: (P1) 1 ml of 0.9% NaCl (control); (P2) 20 IU PMSG+10 mg AD; (P3) 20 IU PMSG AD+10 mg+0.2 mg 5-HT; (P4) 20 IU PMSG+10 mg AD+2 mg 5-HT; and (P5) 20 IU PMSG+10 mg AD+4 mg 5-HT. Each treatment was tested on five fish as individual replications. Hormone injected intramuscularly at the lower part of the dorsal fin of fish every 10 days. The fish were reared for 60 days. Fish that were used at this study were originate from natural catches as much as 25 fishes with 17.5-33.0 cm of total length and 118-926 g of body weight. During the study, fish fed using shrimp and small fish (live) twice daily at satiation. Measured parameters were gonadosomatic index (GSI), hepatosomatic index (HSI), 17P-estradiol (E2) plasma concentration and gonad maturity level based on morphology and histology examination. The results showed that the use of 2 mg of 5-HT are added to 20 IU PMSG and 10 mg AD (treatment P4) has stimulated the fish to had the highest GSI (2.38 ± 0.06%) and HSI (3,09±0,12%) which was significantly different to other treatment. The treatment (P4) could increase the E2 plasma concentration (37.14±2.99 pg.ml-1) two fold compared with the concentration before injection and stimulated the gonadal development to stage III. Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh penggunaan serotonin (5- hydroxytryptamine atau 5-HT) dalam formulasi hormon Pregnant Mare Serum Gonadotropin (PMSG) dan antidopamin (AD) terhadap perkembangan gonad ikan ringau. Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap dengan lima perlakuan (dosis.kg-1 bobot tubuh ikan): (P1) 1 ml NaCl 0,9% (kontrol); (P2) 20 IU PMSG+10 mg AD; (P3) 20 IU PMSG+10 mg AD+0,2 mg 5-HT; (P4) 20 IU PMSG+10 mg AD+2 mg 5-HT; dan (P5) 20 IU PMSG+10 mg AD+4 mg 5-HT. Setiap perlakuan diujikan pada lima ekor ikan sebagai ulangan individu. Penyuntikan hormon dilakukan setiap 10 hari dengan lama penelitian 60 hari. Hormon disuntikkan secara intramuskular pada bagian bawah sirip punggung ikan uji. Ikan yang digunakan merupakan hasil tangkapan alam dengan ukuran panjang total 17,5-33,0 cm dan bobot tubuh 118-926 g. Selama penelitian, ikan uji diberi pakan berupa udang dan ikan-ikan kecil (hidup) dua kali sehari secara satiasi. Parameter yang diamati adalah indeks kematangan gonad, indeks hepatosomatik, konsentrasi estradiol-17p plasma dan tingkat kematangan gonad berdasarkan morfologi dan histologi gonad. Hasil penelitian menunjukkan penggunaan 2 mg 5-HT dalam 20 IU PMSG dan 10 mg AD (perlakuan P4) menghasilkan perkembangan gonad yang lebih baik dibandingkan perlakuan lainnya. Nilai indeks kematangan gonad, indeks hepatosomatik, dan konsentrasi E2 plasma tertinggi diperoleh pada perlakuan P4 dengan nilai masing-masing sebesar 2,38±0,06%; 3,09±0,12% dan 37,14±2,99 pg.ml-1. Nilai tersebut berbeda nyata p<0.05) dengan perlakuan lainnya. Perlakuan P4 meningkatkan konsentrasi E2 plasma dua kali lebih besar dibanding-kan sebelum penyuntikan serta menghasilkan perkembangan gonad yang mencapai tingkat kematangan gonad tahap III.
Diet of scalloped perchlet, Ambassis nalua (Hamilton, 1822) in Pabean Bay, West Java Eda Putri Santi; M. F. Rahardjo; Sulistiono Sulistiono
Jurnal Iktiologi Indonesia Vol 17 No 1 (2017): February 2017
Publisher : Masyarakat Iktiologi Indonesia (Indonesian Ichthyological Society)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32491/jii.v17i1.303

Abstract

The objective of the present study was to describes the diet of scalloped perchlet (Ambassis nalua) based on the time and fish length. This study was conducted from July to December 2015 in Pabean Bay, Indramayu. The fish were collected monthly in three zones i.e. at the mouth of river, midle and out of estuarine. Fish samples were collected using trammelnet and trapnet. The index of preponderance was used to analysis the diet composition of the fish. The stomach content of a total of 407 fish samples of 283 females, 118 males, and 6 juveniles were analyzed. The analysis showed the scalloped perchlet fed on crustaceans, juvenile of fish, isopod, and amphipod, indicate a carnivorous feeding habit. The crustaceans was the main for item of scalloped perchlet Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis jenis makanan ikan seriding (Ambassis nalua) menurut waktu dan ukuran panjang ikan. Penelitian dilaksanakan di perairan Teluk Pabean, Indramayu dari bulan Juli hingga Desember 2015. Penangkapan ikan dilakukan pada tiga zona, yaitu bagian dalam yang berupa muara sungai, bagian tengah, dan bagian luar estuari dengan interval satu bulan. Alat tangkap yang digunakan adalah sero dan jaring. Analisis makanan menggunakan Indeks Bagian Terbesar. Jumlah ikan seriding yang diamati saluran pencernaannya adalah 407 ekor dengan komposisi betina 283 ekor, jantan 118 ekor, dan yuwana 6 ekor. Ikan seriding merupakan ikan karnivora dengan menu makanan terdiri atas empat kelompok organisme yaitu krustase, yuwana ikan, amfipoda, dan isopoda. Ikan seriding menunjukkan menu makanan utama yang sama yaitu krustase baik berdasarkan waktu maupun ukuran ikan.
Effect of different male and female sex ratio on growth of juvenile blue tilapia Oreochromis aureus (Steindachner 1864) Adam Robisalmi; Priadi Setyawan; Bambang Gunadi
Jurnal Iktiologi Indonesia Vol 17 No 1 (2017): February 2017
Publisher : Masyarakat Iktiologi Indonesia (Indonesian Ichthyological Society)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32491/jii.v17i1.304

Abstract

Blue tilapia is one strain of tilapia potential to be developed. This fish has highly tolerant of low temperatures and salinity. In the development of aquaculture of tilapia, male monosex give higher production than mix male-female culture. This activity aims to determine the growth performance of juvenile blue tilapia reared by different ratio of male and female. The study was conducted for 90 days at the Research Institute for Fish Breeding Sukamandi. The fish used are blue tilapia stocking with the initial weight 32.32±2.34 g. Rearing juvenile of blue tilapia using net 2x1 m2 with stocking density 30 fish per net. The treatment is a difference in the ratio of male and female i.e A (100% male), B (75% male: 25% female), C (50% male: 50% female), D (25% male: 75% female), and E (100% female). The fish were fed with formulated food (32% protein) twice daily as much as 5 % of the biomass. The parameters observed were absolute growth, specific growth rate, daily growth rate, feed conversion ratio and survival rate. The results showed A, blue tilapia with 100% male had highest growth performance, longest and the highest weight i.e 8.33±0.67cm and 136.50± 11.92g; with highest specific growth rate, food conversion and survival rate, i,e 1.76±0.05 weight day-1, 1.52±0,20 and 96.66%. While the lowest growth and feed conversion was D, fish mix culture of blue tilapia (25% male: 75% female). Blue tilapia male 100% monosex is recommended to use in aquaculture because it showed the highest growth with lower feed conversion. Abstrak Ikan nila biru (Oreochromis aureus) merupakan satu jenis ikan yang potensial untuk dikembangkan. Ikan ini memiliki keunggulan toleran terhadap suhu rendah dan salinitas tinggi. Dalam perkembangan budi daya, populasi ikan nila tung-gal kelamin jantan diyakini memberikan hasil produksi lebih baik dibandingkan kelamin campuran. Kegiatan ini bertu-juan untuk mengevaluasi performa pertumbuhan yuwana ikan nila biru yang dipelihara dengan nisbah kelamin jantan dan betina berbeda. Penelitian dilakukan di Balai Penelitian Pemuliaan Ikan Sukamandi selama 90 hari. Ikan yang di-gunakan adalah ikan nila biru dengan bobot awal tebar 32,32±2,34 g. Yuwana nila biru dipelihara di hapa berukuran 2x1 m2 dengan padat tebar 30 ekor per hapa. Perlakuan adalah perbedaan nisbah kelamin jantan dan betina yaitu A (100% jantan), B (75% jantan : 25% betina), C (50% jantan : 50% betina), D (25% jantan : 75% betina) dan E (100% betina). Selama pemeliharaan ikan diberi pakan berkadar protein 32% dengan frekuensi dua kali sehari sebanyak 5% dari bobot ikan. Parameter yang diamati meliputi pertumbuhan mutlak, laju pertumbuhan spesifik, laju pertumbuhan harian, nisbah konversi pakan, dan sintasan. Hasil penelitian menunjukkan populasi ikan nila biru yang dipelihara 100% jantan mempunyai performa pertumbuhan panjang dan bobot tertinggi sebesar 8,33±0,67cm dan 136,50±11,92 g dengan laju pertumbuhan spesifik yang tinggi sebesar 1,76±0,05% bobot hari-1, konversi pakan 1,52±0,20 dan sintasan 96,66%, sedangkan pertumbuhan terendah pada populasi ikan nila biru campuran (25% jantan : 75% betina). Pengguna-an ikan nila biru monoseks jantan 100% dianjurkan untuk digunakan dalam kegiatan budi daya karena mempunyai pertumbuhan tertinggi dengan konversi pakan yang rendah.
Community structure of demersal fish resources based on the depth of the waters in the South China Sea (Indonesia Fisheries Management Zone 711) Robet Perangin angin; Sulistiono Sulistiono; Rahmat Kurnia; Achmad Fahrudin; Ali Suman
Jurnal Iktiologi Indonesia Vol 17 No 1 (2017): February 2017
Publisher : Masyarakat Iktiologi Indonesia (Indonesian Ichthyological Society)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32491/jii.v17i1.305

Abstract

Information on distribution and community structure of demersal fish resources are important to be known as an input to the management of demersal fisheries. This study aimed to analyze the diversity and distribution of demersal fish resources based on the differences in the depth of the waters and the linkages to the environment. Research conducted in the South China Sea in May to June 2015 by operating a trawl gear in the station preset. The method of analysis of demersal fish diversity use some ecological indices i.e Margalef species richness index, Shannon-Wiener diversity index, Pielou evenness index, and Simpson dominance index. The ecological index value then associated with environmental conditions, using principal component analysis. Distribution of the ecological index indicated the stability of communities demersal fish resources getting better with the increase of depth. The most affected to the level of species richness and distribution of demersal fish were the parameters of depth, temperature and salinity, while the abundance distribution of fishes were associated with dissolved oxygen, and water transparency. The implication, that the water environmental conditions greatly affected the distribution and abundance of demersal fish. Abstrak Informasi mengenai persebaran dan struktur komunitas sumber daya ikan demersal penting sebagai bahan masukan untuk pengelolaan perikanan demersal. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis tingkat keanekaragaman dan persebaran sumber daya ikan demersal berdasarkan perbedaan kedalaman perairan, serta keterkaitannya dengan lingkungan. Penelitian dilaksanakan di Laut Cina Selatan pada bulan Mei sampai Juni 2015 dengan mengoperasikan alat tangkap pukat ikan di stasiun yang telah ditetapkan. Metode analisis keanekaragaman hayati ikan demersal menggunakan beberapa indeks ekologi yaitu indeks kekayaan jenis Margalef, indeks keanekaragaman Shannon-Wiener, indeks keseragaman Pielou, dan indeks dominansi Simpson. Nilai indeks ekologi tersebut kemudian dikaitkan dengan kondisi lingkungan, menggunakan analisis komponen utama. Hasil penelitian menunjukkan tingkat kestabilan komunitas sumber daya ikan demersal semakin baik seiring dengan meningkatnya kedalaman. Kedalaman, suhu, dan salinitas merupakan parameter yang paling memengaruhi tingkat kekayaan jenis serta persebaran sumber daya ikan demersal, sedangkan persebaran kelimpahan ikan sangat terkait dengan oksigen terlarut dan kecerahan perairan. Implikasinya, kondisi lingkungan perairan sangat memengaruhi persebaran dan kelimpahan ikan demersal.
Food and the growth of introduced milkfish, Chanos chanos (Forsskal, 1775) in Sermo Reservoir, Kulon Progo Djumanto Djumanto; Bayu Eko Pranoto; Vinta Seta Diani; Eko Setyobudi
Jurnal Iktiologi Indonesia Vol 17 No 1 (2017): February 2017
Publisher : Masyarakat Iktiologi Indonesia (Indonesian Ichthyological Society)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32491/jii.v17i1.306

Abstract

The purpose of the research was to study feeding preferences and the growth of milkfish introduction into Sermo reservoir Kulon Progo regency. Research was carried out by introduction of milkfish juvenile which body length was ranges of 5-7 cm and weight of 0.6-1.0 g at a number of 10,000 individual fish. Fish sampling using gill nets was conducted monthly from May to October 2015. The captured milkfish brought to the laboratory for some measurements i.e length and weight of an individual fish, intestine length, and gut content investigation. The surface water plankton sample collected by a plankton net, then preserved in formaldehyde, identified and counted the number each plankton species. Data were analyzed to determine relative gut length, food type and feeding preferences, growth rate and length weight relationships. The results showed that relative intestinal length was 5.4 to 6.4, so milkfish categorized as herbivores. Phytoplankton was the only food found in the intestine fish size <14 cm, while zooplankton was found in fish size >15 cm. Zooplankton proportion in digestive tract increased as well as the size of milkfish. The dominant species of phytoplankton found in the digestive tract was Nitzschia sp., whereas zooplankton was Cyclop sp. and Diaptomus sp. The juvenile milkfish growth well in Sermo reservoir. The growth rate of daily length was ranged from 0.0084 to 0.2056 cm, while the growth rate of daily weight ranged from 0.0630 to 1.1182 g. The length weight relationship of milkfish formed an equation W = 0.0069 L 3 0186 with the regression index R2 = 0.98, so the growth of milkfish showed an isometric growth pattern. Further research is needed to determine the impact of the introduction of milkfish to the fish communities in the Sermo reservoir area. Abstrak Tujuan penelitian adalah untuk mengkaji makanan dan pertumbuhan ikan bandeng tebaran di waduk Sermo Kabupaten Kulon Progo. Penelitian dilakukan dengan menebar yuwana ikan bandeng yang panjang tubuh berkisar 5-7 cm dan bo-bot 0,6-1,0 g ke perairan Waduk Sermo sebanyak 10.000 ekor. Sampling ikan bandeng menggunakan jaring insang dilakukan tiap bulan sekali dari Mei sampai Oktober 2015. Ikan bandeng yang terjerat jaring dibawa ke laboratorium untuk diukur panjang, ditimbang bobot individu, dan dilakukan pembedahan untuk diambil saluran pencernaannya. Sampling plankton dilakukan dengan mengambil air permukaan menggunakan ember dan menyaring dengan plankton net, kemudian diawetkan dalam larutan formalin hingga identifikasi dan penghitungan jenisnya. Data dianalisis untuk me-nentukan jenis makanan dan pemilihan makanan, laju pertumbuhan, panjang usus relatif, dan hubungan panjang bobot. Hasil penelitian menunjukkan panjang usus relatif ikan bandeng sebesar 5,4-6,4 yang dikategorikan sebagai ikan herbi-vora. Jenis makanan yang ditemukan pada ikan berukuran <14 cm hanya fitoplankton, sedangkan zooplankton ditemu-kan pada ikan yang berukuran >15 cm. Proporsi zooplankton pada usus ikan semakin banyak seiring ukuran ikan bandeng. Jenis fitoplankton yang ditemukan dominan pada saluran pencernaan adalah Nitzschia sp., sedangkan zooplankton adalah Cyclop sp. dan Diaptomus sp. Yuwana ikan bandeng dapat tumbuh baik di kawasan Waduk Sermo. Laju pertumbuhan panjang harian berkisar 0,0084 - 0,2056 cm, sedangkan laju pertumbuhan bobot harian berkisar 0,06301,1182 g. Hubungan panjang bobot ikan bandeng membentuk persamaan W=0,0069 L 3,0186 dengan indeks regresi R2=0,98, sehingga ikan bandeng cenderung memiliki pola pertumbuhan isometrik. Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk mengetahui dampak introduksi ikan bandeng pada komunitas ikan di Waduk Sermo.
Transportation of juvenile striped snakehead (Bloch 1793) with different densities in 3 ppt salinity media Jannesa Nasmi; Kukuh Nirmala; Ridwan Affandi
Jurnal Iktiologi Indonesia Vol 17 No 1 (2017): February 2017
Publisher : Masyarakat Iktiologi Indonesia (Indonesian Ichthyological Society)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32491/jii.v17i1.307

Abstract

The present study aimed to ensure the effect 3 ppt of salt addition into the transportation media water to the water quality, suvival rate, daily growth rate, and stress level after transportation. This study was consisted of two phase, the first phase was fish transportation for 24 hours and the second phase was 21 days rearing after-transportation. Snake-head larvae’s transported with five treatments i.e a transportation media with no salt addition and stocked with 30 larvae L-1 as the control, and four transportation media with 3 ppt salt addition at different densities (30, 45, 60, and 75 larvae L-1). During the transportation, the water quality and survival rate were determined. The first phase experiment showed that salt addition in transportation media maintained the water quality and higher survival rate than control. After 24 hours, 30 larvae of each treatment were stocked into tank with 0 ppt salinity media. The results showed no significant differences in the survival rate and growth rate at the different densities without salt addition. The pH and blood glucose levels were slowly back to normal in day 21. Abstrak Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh pemberian garam 3 ppt dalam media pengangkutan terhadap perubahan kualitas air dan laju sintasan selama pengangkutan, laju pertumbuhan harian, glukosa darah, dan pH darah pascapengangkutan. Penelitian ini terdiri atas dua tahap kegiatan, yaitu tahap satu adalah pengangkutan selama 24 jam dan tahap dua adalah pemeliharaan pascapengangkutan selama 21 hari. Pada tahap satu kantong plastik diisi air 1 L dan dilakukan pengepakan sesuai dengan perlakuan, yaitu perlakuan kontrol tanpa garam (kepadatan 30 ekor L-1) dan perla-kuan penambahan garam 3 ppt (kepadatan 30, 45, 60, dan 75 ekor L"1). Penelitian ini menggunakan metode rancangan acak lengkap dengan lima perlakuan dan empat ulangan. Hasil penelitian menunjukkan perlakuan dengan penambahan garam dalam media pengangkutan dapat mempertahankan kondisi kualitas air dan menghasilkan laju sintasan yang le-bih tinggi dibandingkan pada perlakuan tanpa garam. Tahap dua adalah pemeliharaan pascapengangkutan selama 21 hari. Setelah masa pengangkutan juvenil dari setiap perlakuan dan ulangan dipelihara 30 ekor per akuarium pada media bersalinitas 0 ppt. Hasil penelitian menunjukkan laju sintasan dan laju pertumbuhan pascapengangkutan tidak berbeda nyata pada setiap perlakuan. Glukosa darah dan pH darah perlahan kembali normal hingga pemeliharaan hari ke-21.
Oocyte development of scalloped perchlet, Ambassis nalua (Hamilton 1822) Nisha Desfi Arianti; M. F. Rahardjo; Ahmad Zahid
Jurnal Iktiologi Indonesia Vol 17 No 1 (2017): February 2017
Publisher : Masyarakat Iktiologi Indonesia (Indonesian Ichthyological Society)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32491/jii.v17i1.308

Abstract

Scalloped perchlet (Ambassis nalua) is a small, transparent, and abundant species inhabit in Pabean Bay, Indramayu. The present study aims to describes oosit development stages histologically and determine the spawning type of the Scalloped perchlet. Scalloped perchlet obtained from fishermen in Pabean bay, then gonads preserved by using a solution of BNF (Buffer Neutral Formalin). The gonadal histology of oosit made by HE staining method, then observed in microscope ca-mera. The development of the oocytes was classified into four stages i.e initial growth stage (the chromatin of the nucleus and perinuclear), cortical alveoli, vitellogenesis, and ripe. Based on the stages of oocytes, scalloped perchlet categorized as partial spawner. Abstrak Ikan seriding (Ambassis nalua) merupakan salah satu jenis ikan di perairan Teluk Pabean, Indramayu yang berukuran kecil, transparan dan tersedia dalam jumlah melimpah. Penelitian ini bertujuan untuk melihat perkembangan sel telur secara histologis dan menentukan tipe pemijahan ikan seriding. Ikan seriding didapatkan dari hasil tangkapan nelayan di Teluk Pabean, kemudian gonad contoh diawetkan dengan menggunakan larutan BNF (Buffer Neutral Formalin). Preparat histo-logis sel telur dibuat dengan metode pewarnaan HE, kemudian diamati dibawah mikroskop berkamera. Tahapan perkembangan oosit pada ikan seriding yaitu kromatin nukleus dan perinuklear (tahap pertumbuhan awal), kortikal alveoli, vitelo-genesis, dan pematangan. Tahapan tersebut menunjukkan bahwa ikan seriding merupakan tipe ikan yang memijah secara bertahap.

Page 1 of 1 | Total Record : 10


Filter by Year

2017 2017


Filter By Issues
All Issue Vol 22 No 2 (2022): June 2022 Vol 22 No 1 (2022): February 2022 Vol 21 No 3 (2021): October 2021 Vol 21 No 2 (2021): June 2021 Vol 21 No 1 (2021): February 2021 Vol 20 No 3 (2020): October 2020 Vol 20 No 2 (2020): June 2020 Vol 20 No 1 (2020): February 2020 Vol 19 No 3 (2019): October 2019 Vol 19 No 2 (2019): June 2019 Vol 19 No 1 (2019): February 2019 Vol 18 No 3 (2018): October 2018 Vol 18 No 2 (2018): June 2018 Vol 18 No 1 (2018): February 2018 Vol 17 No 3 (2017): October 2017 Vol 17 No 2 (2017): June 2017 Vol 17 No 1 (2017): February 2017 Vol 16 No 3 (2016): October 2016 Vol 16 No 2 (2016): June 2016 Vol 16 No 1 (2016): February 2016 Vol 15 No 3 (2015): October 2015 Vol 15 No 2 (2015): June 2015 Vol 15 No 1 (2015): Februari 2015 Vol 14 No 3 (2014): Oktober 2014 Vol 14 No 2 (2014): Juni 2014 Vol 14 No 1 (2014): Februari 2014 Vol 13 No 2 (2013): Desember 2013 Vol 13 No 1 (2013): Juni 2013 Vol 12 No 2 (2012): Desember 2012 Vol 12 No 1 (2012): Juni 2012 Vol 11 No 2 (2011): Desember 2011 Vol 11 No 1 (2011): Juni 2011 Vol 10 No 2 (2010): Desember 2010 Vol 10 No 1 (2010): Juni 2010 Vol 9 No 2 (2009): Desember 2009 Vol 9 No 1 (2009): Juni 2009 Vol 8 No 2 (2008): Desember 2008 Vol 8 No 1 (2008): Juni 2008 Vol 7 No 2 (2007): Desember 2007 Vol 7 No 1 (2007): Juni 2007 Vol 6 No 2 (2006): Desember 2006 Vol 6 No 1 (2006): Juni 2006 Vol 5 No 2 (2005): Desember 2005 Vol 5 No 1 (2005): Juni 2005 Vol 4 No 2 (2004): Desember 2004 Vol 4 No 1 (2004): Juni 2004 Vol 3 No 2 (2003): Desember 2003 Vol 3 No 1 (2003): Juni 2003 Vol 2 No 2 (2002): Desember 2002 Vol 2 No 1 (2002): Juni 2002 Vol 1 No 2 (2001): Desember 2001 Vol 1 No 1 (2001): Juni 2001 More Issue