cover
Contact Name
Ahmadi Riyanto
Contact Email
masyarakat.iktiologi@gmail.com
Phone
+628111166998
Journal Mail Official
masyarakat.iktiologi@gmail.com
Editorial Address
Gedung Widyasatwaloka, Bidang Zoologi, Pusat Penelitian Biologi-LIPI Jl. Raya Jakarta-Bogor Km 46, Cibinong 16911
Location
Kota bogor,
Jawa barat
INDONESIA
Jurnal Iktiologi Indonesia (Indonesian Journal of Ichthyology)
ISSN : 16930339     EISSN : 25798634     DOI : https://doi.org/10.32491
Aims and Scope Aims: Jurnal Iktiologi Indonesia (Indonesian Journal of Ichthyology) aims to publish original research results on fishes (pisces) in fresh, brackish and sea waters including biology, physiology, and ecology, and their application in the fields of fishing, aquaculture, fisheries management, and conservation. Scope: This journal publishes high-quality articles dedicated to all aspects Aquaculture, Fish biodiversity, Fisheries management, Fish diseases, Fishery biotecnology, Moleculer genetics, Fish health management, Fish biodiversity.
Articles 420 Documents
Length weight relationship, growth parameter, and condition factor of caroun croaker Johnius carouna (Cuvier, 1830) in the Southern waters of Java Ria Faizah; Regi Fiji Anggawangsa
Jurnal Iktiologi Indonesia Vol 19 No 2 (2019): June 2019
Publisher : Masyarakat Iktiologi Indonesia (Indonesian Ichthyological Society)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32491/jii.v19i2.480

Abstract

Caroun croaker (Johnius carouna) is one of demersal fishes which are commonly caught in the south of Java waters. This fish captured by trammel net, gillnet, danish seine and mini trawl. This study aims to determine length and weight relationship, growth parameter, length frequency distribution and condition factors of croaker fish caught in the south of Java waters. This study was conducted from January-December 2015 at the Cilacap Ocean Fisheries Port, Central Java. Data collected was total length (TL in mm) and weight (W in g) of caroun croacker fish. A total of 2141 of Caroun croaker was caught by mini trawl during the sampling periods. The result showed that the size of croaker fish caught by mini trawl ranged between 85-225 mm with an average was 143.7 mm. Length and weight relationship expressed by equation of W = 0.0062 TL3.2889 ( R2 = 0.9443). The growth pattern of croaker fish was allometric positive. The Von Bertalanffy growth equation of caroun croacker fish in south of Java waters was Lt =155 (1 - e -0.9(t+0.2127)) with the asymptotic length (L∞) =155 mm, growth coefficient (K) = 0.9 per year and the theoretical age croaker fish that was equal to (t0) = - 0,2127. Abstrak Ikan gulamah (Johnius carouna.) merupakan ikan demersal yang banyak tertangkap di Perairan Selatan Jawa. Ikan ini tertangkap oleh jaring trammel net, payang, gillnet, dan arad. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan hubungan panjang bobot, parameter pertumbuhan, faktor kondisi, dan sebaran ukuran panjang ikan gulamah yang tertangkap di Perairan Selatan Jawa. Penelitian ini dilakukan di Pelabuhan Perikanan Samudera Cilacap, Jawa Tengah pada bulan Januari-Desember 2015. Data yang dikumpulkan adalah data panjang dan bobot ikan gulamah. Sejumlah 2141 ekor ikan gulamah yang tertangkap jaring arad telah diamati selama periode sampling. Hasil penelitian menunjukkan bah-wa ukuran panjang total (TL) ikan gulamah yang tertangkap jaring arad berkisar 85-225 mm dengan panjang rata-rata 143,7 mm. Hubungan panjang dan bobot mengikuti persamaan W=0,0062 TL 3,2889 (R2= 0,9443). Ikan gulamah memiliki pola pertumbuhan allometrik positif. Persamaan kurva pertumbuhan Von Bertalanffy ikan gulamah di per-airan selatan Jawa yaitu Lt =155 (1 - e -0,9(t+0,2127)) dengan panjang asimtotik (L∞) =155 mm, koefisien pertumbuhan (K) = 0,9 per tahun dengan umur teoritis (t0) = - 0,2127.
Growth of stunted elver of the Indonesian shortfin eel Anguilla bicolor McClelland, 1844 rearing in semi-natural media Latifa Fekri; Ridwan Affandi; M. F. Rahardjo; Tatag Budiardi; Charles P. H. Simanjuntak
Jurnal Iktiologi Indonesia Vol 19 No 2 (2019): June 2019
Publisher : Masyarakat Iktiologi Indonesia (Indonesian Ichthyological Society)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32491/jii.v19i2.481

Abstract

This study aimed to evaluate the growth of stunted elver Anguilla bicolor from three different periods of stunting process. Prior to experiment, the stunting process of elver was carried out by limiting the feeding rate at 2% of the fish biomass and temperature media with 24 oC for 2, 4, and 6 months period. The study used a completely randomized design with three different sources of stunted elvers (i.e., A = 2 months; B = 4 months; C = 6 months) as treatments with three replications. Measurement of RNA:DNA ratio, protein content, profile blood description and elver otolith growth was carried out at the beginning and end of rearing process. Post-stunting elvers were reared on artificial media designed according to elver habitat and controlled. Elver was stocked with 15 individuals in the artificial semi-natural media with a temperature of 28 oC and fed with 1 kg media-1 day-1 tubifex worm for three months. The results showed that the compensatory growth of stunted elvers increased two to three times with 100% of survival rate after three months of rearing process. Stunting has a significant effect on treatment B, indicated by the value of weight specific growth rates, RNA : DNA ratio, protein content, blood glucose levels and otolith growth of elvers. This study revealed that the growth performance of stunted elver reared in semi-natural media for four months is better than other treatments. Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi pertumbuhan elver Anguilla bicolor pascapembantutan dari tiga periode pembantutan yang berbeda. Proses pembantutan yang dilakukan sebelumnya dengan membatasi jumlah pemberian pakan sebanyak 2% dari biomassa dan pengaturan suhu media pemeliharaan 24 oC selama 2, 4, dan 6 bulan. Peneli-tian ini menggunakan rancangan acak lengkap dengan tiga perlakuan masa pembantutan yang berbeda (yaitu A = 2 bulan; B = 4 bulan; C = 6 bulan) dan masing-masing tiga ulangan. Pengukuran nisbah RNA:DNA, kandungan protein, gambaran profil darah dan pertumbuhan otolit elver dilakukan pada awal dan akhir pemeliharaan. Elver pascapembantutan dipelihara pada media buatan yang dirancang sesuai dengan habitat alami elver dan terkontrol. Elver ditebar 15 ekor per sekat pada media buatan semi alami dengan suhu 28 oC dan diberi pakan sebanyak 1 kg cacing sutera per media per hari selama tiga bulan pemeliharaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pertumbuhan kompensasi elver pascapembantutan meningkat dua hingga tiga kali dengan sintasan 100% setelah pemeliharaan tiga bulan. Pembantutan memberikan pengaruh yang signifikan pada perlakuan B, ditunjukkan oleh nilai laju pertumbuh-an spesifik bobot, nisbah RNA:DNA, kandungan protein, kadar glukosa darah dan pertumbuhan otolit. Penelitian ini menunjukkan bahwa keragaan pertumbuhan elver pascapembantutan empat bulan yang dipelihara di media semi alami lebih baik daripada perlakuan lainnya.
Masculinization of featherfin squeaker Synodontis eupterus Boulenger, 1901 larvae using javanese long pepper extract Piper retrofractum and increased rearing temperature Euis Rakhmawati; Muhammad Zairin Jr; Dinar Tri Soelistyowati
Jurnal Iktiologi Indonesia Vol 19 No 2 (2019): June 2019
Publisher : Masyarakat Iktiologi Indonesia (Indonesian Ichthyological Society)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32491/jii.v19i2.482

Abstract

Javanese long pepper (Piper retrofractum) is known to have androgenic effect, could act as phytosteroid and alternative to masculinization. This research aimed to evaluate the optimum dose of the Javanese long pepper extracts combined with increased rearing temperature on featherfin squeaker masculinization through larva immersion. This research was designed using a completely randomized design with 8 treatments consisted of Javanese long pepper extract doses of 0.0625 mg L-1and 0.125 mg L-1, negative control (without both extract and 17α-metiltestosterone) and positive control (2 mg L-117α-metiltestosterone). Each of them consisted of two different temperature treatments, namely, normal (26-27ᴼC) and 32ᴼC. After five hours treatment, larvae were reared until five months age. The fish age four and then five months were dissected and their gonads were taken for acetocarmine and histology preparation. Beside that the percentage of fish survival, body length, weight gain, and specific growth rate were also recorded in certain period. The result showed that the Javanese long pepper extract dose at 0.125 mg L-1 with normal temperature treatment produced the highest male ratio and significantly different compare with control. Giving this dose to larvae did not affect fish survival and growth, meanwhile increased temperature treatment could not increase the effectivity of Javanese long pepper extract. Abstrak Cabe Jawa dikenal memiliki efek androgenik, yang dapat berperan sebagai fitosteroid dan menjadi alternatif untuk penjantanan. Penelitian ini bertujuan mengevaluasi dosis optimum ekstrak Piper retrofractum yang dikombinasikan dengan peningkatan suhu terhadap penjantanan sinodontis melalui perendaman larva. Peningkatan suhu pemeliharaan dilakukan guna meningkatkan efektivitas dari perlakuan. Penelitian didesain menggunakan rancangan acak lengkap dengan 8 perlakuan terdiri atas perlakuan ekstrak cabe Jawa dosis 0,0625 mg L-1 dan 0,125 mg L-1, kontrol negatif (tanpa ekstrak dan 17α-metiltestosteron) serta kontrol positif (2 mg L-117α-metiltestosteron). Tiap perlakuan terdiri atas dua perlakuan suhu normal (26-27⁰C) dan suhu yang ditingkatkan (32ᴼC). Setelah perendaman lima jam, larva dipelihara sampai berumur lima bulan. Ikan umur empat dan lima bulan dibedah lalu gonadnya diambil untuk pem-buatan preparat histologis dan asetokarmin. Selain itu persentase sintasan, panjang, bobot, dan laju pertumbuhan harian juga dicatat pada periode tertentu. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian ekstrak cabe Jawa dosis 0,125 mg L-1 dalam suhu normal menghasilkan nisbah jantan tertinggi dan berbeda signifikan dengan kontrol. Pem-berian dosis ini tidak memberikan efek negatif terhadap sintasan kan dan pertumbuhan, sedangkan peningkatan suhu tidak dapat meningkatkan efektivitas ekstrak cabe Jawa.
The effect of supplementation of Lumbricus sp. extract in fermented foods for growth performance, body chemical composition, and hepatosomatic index of milkfish, Chanos chanos Forsskal, 1775 Siti Aslamyah; Zainuddin Zainuddin; Badraeni Badraeni
Jurnal Iktiologi Indonesia Vol 19 No 2 (2019): June 2019
Publisher : Masyarakat Iktiologi Indonesia (Indonesian Ichthyological Society)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32491/jii.v19i2.483

Abstract

The quality of feed can be improved by fermenting feedstuffs and supplementing with feed additives. This study aims to determine the effect of supplementation of Lumbricus sp. extract in fermented feed on growth performance, body chemical composition, and milkfish hepatosomatic index. Milkfish with an initial weight of 17.80 ± 0.20 g head-1, rearing with a density of 20 fish per hapa net measuring 1 m3 by 24 pieces. Hapa net is installed in a pond with a water level of ± 60 cm. Research was design in completely randomized design with two factors. The first-factor was supplementation method, namely Lumbricus sp. which sprayed on feed and mixed with feed ingredients. The second factor was the dose of Lumbricus sp. extract, namely 0, 100, 200 and 300 mL kg-1 of feedstuffs. The fish was reared for 50 days and fed with 5% of fish biomass per day with feeding frequency of 3 times i.e., morning, afternoon and evening. The results showed that the supplementation Lumbricus sp. extract has no significant effect on all parameters (P>0,05). However, the level dose of Lumbricus sp. extract supplementation in feed has a significantly effect (P<0.05) on absolute growth, relative growth, feed efficiency, and hepatosomatic index, but no significant effect (P>0,05) on survival and chemical composition of milkfish body. The best best of absolute growth (16.94±4.0 g), relative growth (48.71±5.77%), feed efficiency (40.74±10.3 %), and hepatosomatic index (1.5 ± 0.17) were found in the experiment of supplementation Lumbricus sp. extract mixed with feedstuffs at a dose of 300 mL kg1. The survival rate of milkfish was ranging from 68.33±29.3 to 91.,33±7.64%, while the body's chemical composition including protein levels, fat, ash, crude fiber, NFE / Nitrogen Free Extract, liver glycogen and muscle glycogen were 69.45±1.23 – 71.45±0.97%, 14.86±0.46 – 17.24±0.76%, 9.28±0.12 – 11.12±0.46%, 1.54±0.09 – 1.66 ± 0.13%, 1.33± 0.42 – 2.71±0.21%, 7,11±0,08 – 7,40±0,17mg g-1 and 6,13±0,44 – 6,45±0,40 mg g-1, respectively. Abstrak Kualitas pakan dapat ditingkatkan dengan memfermentasi bahan baku pakan dan suplementasi dengan aditif pakan. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji pengaruh suplementasi ekstrak Lumbricus sp. dalam pakan fermentasi terhadap kinerja pertumbuhan, komposisi kimiawi tubuh, dan indeks hepatosomatik ikan bandeng. Ikan bandeng dengan bobot awal 17,80±0,20 g ekor-1, dipelihara dengan kepadatan 20 ekor per hapa berukuran 1 m3 sebanyak 24 buah. Hapa dipasang di tambak dengan ketinggian air ± 60 cm. Penelitian didesain dengan rancangan acak lengkap dua faktorial. Faktor pertama adalah metode suplementasi, yaitu ekstrak Lumbricus sp. disemprot pada pakan dan dicampur dengan bahan baku pakan; sementarara faktor kedua adalah dosis ekstrak Lumbricus sp., yaitu 0, 100, 200, dan 300 mL kg-1 bahan baku pakan. Selama 50 hari pemeliharaan diberi pakan 5% bobot badan per hari dengan frekuensi tiga kali sehari yakni pagi, siang, dan sore. Hasil penelitian menunjukkan bahwa suplementasi tidak berpengaruh nyata (P>0,05) pada semua parameter. Namun, dosis suplementasi ekstrak Lumbricus sp. dalam pakan berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap pertumbuhan mutlak, pertumbuhan relatif, efisiensi pakan, indeks hepatosomatik, tetapi tidak berpengaruh nyata (P>0,05) terhadap sintasan dan komposisi kimiawi tubuh ikan bandeng. Pertumbuhan mutlak (16,94±4,0 g), pertumbuhan relatif (48,71±5,77%), efisiensi pakan (40,74±10,37%), dan indeks hepatosomatik (1,50±0,17) terbaik ditemukan pada metode suplementasi ekstrak Lumbricus sp. yang dicampur dengan bahan baku pakan dengan dosis 300 mL/kg. Sintasan berkisar antara 68,33±29,3 - 91,33±7,64%, sedangkan kisaran komposisi kimiawi tubuh meliputi kadar protein (69,45±1,23 - 71,45±0,97%), lemak (14,86±0,46 - 17,24±0,76%), abu 9,28±0,12 - 11,12±0,46%), serat kasar (1,54±0,09 - 1,66±0,13%), BETN/Ba-han Ekstrak Tanpa Nitrogen (1,33±0,42 - 2,71±0,21%), glikogen hati (7,11±0,08 - 7,40±0,17 mg g-1) dan glikogen otot (6,13±0,44 - 6,45±0,40 mg g-1).
Spatio-temporal variations of fish assemblages in seagrass ecosystem of Karang Congkak Island, Kepulauan Seribu Adinda Kurnia Putri; Ridwan Affandi; Charles P.H. Simanjuntak; M. Fadjar Rahardjo
Jurnal Iktiologi Indonesia Vol 19 No 3 (2019): October 2019
Publisher : Masyarakat Iktiologi Indonesia (Indonesian Ichthyological Society)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32491/jii.v19i3.486

Abstract

Seagrass are globally known as an essential habitat for marine fishes. The study of fish assemblages in seagrass ecosystem is needed as the first base to select the most suitable coastal fisheries management. The study aims to reveal the composition of fish assemblages both seasonally and spatially in Karang Congkak Island, Kepulauan Seribu. Sampling was performed six times in NW monsoon (March), first transitional monsoon (April-May) and SE monsoon (Juni, August, September) 2018. Fish were sampled at four sites at seagrass ecosystem of Karang Congkak Island, namely eastern, southern, western, and northern by using beach seine net. The differences of juvenile fish assemblages were analyzed using One-Way ANOSIM. A total of 6,326 fish were collected belonging to 78 species, 31 families and 10 orders in which Labridae was the most diverse family. The result indicates strong spatial and temporal variation in fish composition. Fish compositions were dominated by juvenile both spatially and temporally. The most common species that inhabits seagrass beds of the Karang Congkak Island as temporary resident such as Gerres oyena and Siganus canaliculatus, and regular visitor namely Halichoeres argus. Cannonical correspondence analysis indicated strong correlation between several fish species and environmental variables. Abstrak Penelitian kumpulan ikan dilakukan untuk mengungkap komposisi ikan secara spasial dan temporal di ekosistem lamun Pulau Karang Congkak. Frekuensi pengambilan sampel ikan dilakukan selama enam kali yaitu pada musim barat (Maret), peralihan (April-Mei) dan timur (Juli, Agustus, September) 2018 pada empat lokasi lamun yakni zona timur, selatan, barat, dan utara Pulau Karang Congkak dengan menggunakan pukat tarik pantai. Perbedaan komposisi spasial dan temporal kumpulan ikan dianalisis menggunakan analisis similaritas satu arah (One-Way ANOSIM). Kumpulan ikan yang terkoleksi terdiri atas 78 spesies dari 31 famili dan 10 ordo. Famili ikan yang dominan adalah Labridae. Hasil analisis similaritas mengindikasikan adanya perbedaan komposisi spesies ikan secara spasial dan temporal. Kumpulan ikan di ekosistem lamun Pulau Karang Congkak didominansi oleh yuwana baik secara spasial maupun temporal. Ikan yang paling banyak ditemukan menghuni ekosistem lamun Pulau Karang Congkak berasal dari kelompok penghuni sementara seperti Gerres oyena dan Siganus canaliculatus, serta ikan pengunjung tetap, yakni Halichoeres argus. Hasil analisis korelasi kumpulan ikan dan lingkungan menunjukkan adanya korelasi erat antara beberapa spesies ikan dengan variabel lingkungan.
Color quality and antioxidant activity evaluation of clown loach juvenile, Chromobotia macracanthus Bleeker 1852 by addition of astaxanthin in diet Rina Hirnawati; Dedi Jusadi; Jullie Ekasari; Muhammad Agus Suprayudi
Jurnal Iktiologi Indonesia Vol 20 No 1 (2020): February 2020
Publisher : Masyarakat Iktiologi Indonesia (Indonesian Ichthyological Society)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32491/jii.v20i1.492

Abstract

Botia or clown loach is the one of fishes was originated from Indonesia and as an ornamental fish commodity in the global market. Clown loach both nature and cultured have some problems when reared in aquaria that is the decrease of color quality. An innovation technology to improve color quality through diet formulates is needed. The aims of this research were to increase the color quality using astaxanthin in diet and to find out the role of astaxanthin as antioxidant in clown loach. The study consists of four treatments of astaxanthin dosages in the diet with isoprotein and isoenergy, namely 0, 50, 100 and 150 mg kg-1 with four replications. The fish juveniles with size of 3.44±0.51 cm and 0.56±0.02 g of weight with density of one fish per littre were used. The test diet was given three times a day during 60 days. The results showed that there were no significant differences antioxidant activity such as superoxide dismutase enzymes and malondialdehyde. However, there was a significant effect (P<0.05) to color quality of the chroma and total carotenoid, whereas no significantly different in lightness. The addition of astaxanthin was effective to improve the color quality of clown loach juvenile. Thus, 100 mg kg-1 of astaxanthin in diet is an optimal dose for clown loach juvenile. Abstrak Ikan botia adalah salah satu jenis ikan hias asli Indonesia dan merupakan komoditas perdagangan internasional. Ikan botia hasil tangkapan maupun hasil budidaya memiliki permasalahan saat dipelihara karena mengalami penurunan kualitas warna. Inovasi teknologi teknologi diperlukan untuk peningkatan kualitas warna ikan botia melalui ramuan pakan. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi pengaruh penambahan astaksantin dalam pakan terhadap kualitas warna dan peran astaksantin sebagai antioksidan pada yuwana ikan botia. Penelitian terdiri atas empat perlakuan de-ngan empat ulangan. Perlakuan berupa penambahan astaksantin dalam pakan dengan dosis yang berbeda yaitu 0, 50, 100, dan 150 mg kg-1. Pakan dibuat isoprotein dan isoenergi. Yuwana ikan botia yang digunakan berukuran 3,44±0,51 cm dan 0,56±0,02 g dengan padat tebar satu ekor per liter. Masa pemeliharaan selama 60 hari dengan frekuensi pemberian pakan tiga kali sehari secara at satiation. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan astaksantin tidak berpengaruh nyata terhadap kecerahan dan aktivitas antioksidan baik enzim superoxide dismutase maupun malondialdehyde, namun berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap kepekatan warna dan karotenoid total. Penambahan astaksantin dalam pakan efektif untuk meningkatan kualitas warna ikan botia. Dosis astaksantin100 mg kg-1 dalam pakan merupakan dosis optimal bagi yuwana ikan botia.
Morphologies description of Halmahera epaulette shark endemic species (Hemiscyllium halmahera, Allen & Erdmann, 2013) in North Maluku Sea Nebuchadnezzar Akbar; Irmalita Tahir; Abdurrachman Baksir; Rustam E Paembonan; Firdaut Ismail
Jurnal Iktiologi Indonesia Vol 19 No 2 (2019): June 2019
Publisher : Masyarakat Iktiologi Indonesia (Indonesian Ichthyological Society)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32491/jii.v19i2.494

Abstract

Halmahera Epaulette Shark (Hemiscyllium halmahera) is an endemic fish in the North Maluku sea. This species was first discovered in two spots of Halmahera waters namely Ternate and Bacan in 2013. Halmahera Epaulette Shark research was continue in Weda and Kao Bay in 2016, 2017 and 2018. Those previous studies, however, did not reveal the morphological description of this species in the other part of the Halmahera Islands. This research was made to enhance the information about this species from the other part of Halmahera waters with a purpose to describe the morphology of Halmahera epaulette shark. The study was carried out in remote areas of Loleo, Tidore, Maitara, Mare, and Lelei Island in 2018. Photos of fish were documented, some meristic and morphometric characters and body weigt were measured. Halmahera epaulette shark has many local names. Observation results showed that many dark brown spots with different patterns and shapes were present with 0.5-1.2 cm in diameter. The total and standard lengths were 40-63 cm and 35-55 cm, respectively. Head length and head width ranged from 7-12 cm and 3-6 cm, respectively. The head height ranged from 9-10 cm. The body circumference of fish ranged between 11-24 cm. Pectoral fins length ranged from 4-6 cm. The dorsal fin length ranged from 5-6 cm. The lower tail length ranged from 4-6 cm. The upper tail length ranged from 4-6 cm. Fish mouth type is subterminal with pointed teeth. Abstrak Hiu berjalan Halmahera (Hemiscyllium halmahera) merupakan biota laut endemik yang terdapat di perairan laut Maluku Utara. Spesies ini pertama kali ditemukan pada tahun 2013 di dua titik di perairan Halmahera yakni Ternate dan Bacan. Penelitian dilanjutkan pada tahun 2016, 2017 dan 2018 di perairan Halmahera yakni Weda dan Teluk Kao. Penelitian tersebut belum mengungkapkan secara lengkap deskripsi morfologis ikan tersebut pada wilayah perairan di Pulau Halmahera lainnya. Tujuan penelitian ini untuk memperoleh data deskripsi morfologis hiu berjalan halmahera. Penelitian ini, dijadikan sebagai data tambahan dari hasil penelitian sebelumnya. Upaya koleksi hiu berjalan dilakukan pada bulan Januari-November tahun 2018 di wilayah perairan Loleo, Tidore, Maitara, Mare dan Lelei. Sampel yang diperoleh difoto, beberapa karakter meristrik, morfometrik, dan bobot tubuh ikan diukur. Ikan ini memiliki banyak nama lokal yang berbeda. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa spesies ini memiliki banyak bintik berwarna coklat tua dengan pola ukuran dan bentuk yang berbeda-beda dengan ukuran diameter antara 0,5-1,2 cm. Panjang total tubuh dan panjang standar berkisar antara 40-63 cm dan 35-55 cm. Panjang kepala 7-12 cm; lebar kepala 3-6 cm; tinggi kepala 9-10 cm; lingkar tubuh 11-24 cm. Panjang sirip pektoral 4-6 cm; Panjang sirip dorsal 5-6 cm; panjang ekor bagian bawah 4-6 cm. Panjang ekor bagian atas antara 4-6 cm. Tipe mulut subterminal dengan gigi yang runcing.
Biodiversity of fish species of Arut-Kumai Peat Waters, West Kotawaringin District, Central Kalimantan Eddy Santoso; Gema Wahyudewantoro
Jurnal Iktiologi Indonesia Vol 19 No 2 (2019): June 2019
Publisher : Masyarakat Iktiologi Indonesia (Indonesian Ichthyological Society)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32491/jii.v19i2.497

Abstract

The peat waters area such as swamps, lakes and rivers, are essential habitat for many fish which consumed by Arut-Kumai residents who live in the city of Pangkalan Bun. Fish species diversity and its potential are not yet widely known, therefore it needs to be revealed. The research aims to reveal fish biodiversity and its potential in the peat waters of the Arut Lamandau-Kumai River Basin, west Kotawaringin Regency. The study was conducted in October-December 2017. Fish samples were captured by using cast net, gill nets, hooks and rods, fish traps. During the study period, a number of 95 fish species belonging to 50 genera, 23 families dan 6 orders were collected. The most common family was Cyprinidae, followed by Siluridae, Osphronemidae, Chanidae dan Bagridae. Dominant genera were Osteochilus and Rasbora, Kyrptopterus, Betta Channa. As many as 70 species as consumption fish, 53 species as ornamental fish, while 56 species have the potential as aquaculture fish. The fish habitat in the Arut-Lamandau river is a peat area that stretches in the buffer zone of the eastern part of the Lamandau River Wildlife Reserve, that has been transformed into an oil palm plantation. In addition, logging activity is occurred mainly in peat ecosystem areas in production forest areas. These activities are thought to cause a reduction fish population in Arut-Kumai peat waters. Abstrak Kawasan perairan bergambut, berupa rawa, danau, dan sungai banyak menjadi habitat bagi ikan yang banyak dikonsumsi warga Arut-Kumai yang tinggal di kota Pangkalan Bun. Kekayaan spesies ikan dan potensi untuk pengembangan belum diketahui, sehingga perlu untuk diungkap. Penelitian bertujuan untuk mengungkap biodiversitas dan potensi spesies ikan-ikan perairan gambut di Daerah Aliran Sungai Arut Lamandau-Kumai di Kabupaten Kotawaringin Barat. Penelitian dilakukan pada Oktober-Desember 2017 dengan metode inventarisasi ikan di lokasi penelitian dengan mempergunakan jala tebar, jaring insang, kail serta joran, kotak perangkap, dan serok ikan. Ikan yang terkoleksi sebanyak 95 spesies yang mewakili 50 genera, 23 famili dan 6 ordo. Famili ikan yang paling banyak tertangkap berturut-turut adalah Cyprinidae, Siluridae, Osphronemidae, Chanidae dan Bagridae. Genus yang dominan tertangkap dari masing-masing famili ikan tersebut adalah Osteochilus dan Rasbora (Cyprinidae), Kyrptopterus (Siluridae), Betta (Osphronemidae), Channa (Chanidae). Sebanyak 70 spesies sebagai ikan berpotensi sebagai ikan konsumsi, 53 spesies sebagai ikan hias, sedangkan 56 spesies berpotensi sebagai ikan budi daya. Habitat ikan di sungai Arut-Lamandau merupakan area gambut yang terbentang di daerah penyangga bagian timur Suaka Margasatwa Sungai Lamandau yang telah berubah fungsi menjadi perkebunan sawit. Selain itu terjadi pembalakan kayu terutama wilayah ekosistem gambut di kawasan hutan produksi. Aktifitas tersebut dikhawatirkan akan menyebabkan berkurangnya populasi spesies ikan di lahan gambut Arut-Kumai.
Evaluation of monosodium glutamate suplementation on physiological response, growth performance, and feed utilization in North African catfish Clarias gariepinus (Burchell, 1822) Agustinus Ngaddi; Dedi Jusadi; Wasjan Wasjan; Eddy Supriyono
Jurnal Iktiologi Indonesia Vol 19 No 3 (2019): October 2019
Publisher : Masyarakat Iktiologi Indonesia (Indonesian Ichthyological Society)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32491/jii.v19i3.500

Abstract

A triplicate experiment was conducted to evaluate the supplementation of monosodium glutamate into the diet on physiological responses, growth performances, and feed efficiency of north African catfish Clarias gariepinus cul-tured in high ammonia environment. A hundred fish with an initial body weight of 11.9±0.3 g was rearing for 60 days without any water exchange in nine plastic tanks (1x1x1 m3) at experimental pond of Department of Aquaculture, Bogor Agricultural University. During rearing period, fish were fed on the diet supplemented with 0%, 0.87%, or 1.74 % of monosodium glutamate, two times a day at satiation. Result shows that the supplementation of monoso-dium glutamate in feed stimulates change in fish physiological responses such as lower Alanin Transaminase mono-sodium glutamate enzyme activity, lower blood ammonia, and higher intestinal glutamine. Feeding using monoso-dium glutamate-supplemented feed at three different doses results in the same growth rate. However, the highest feed efficiency of North African catfish was recorded in the treatment of feed supplemented with 0.87% monosodium glutamate. Thus, it can be inferred that the usage of monosodium glutamate may improve physiological response and feed efficiency but does not affect fish growth rate. Abstrak Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengevaluasi pemberian pakan yang ditambah monosodium glutamat terhadap respon fisiologis, kinerja pertumbuhan, dan pemanfaatan pakan oleh ikan lele Clarias gariepinus yang dipelihara dalam media yang mengandung amonia tinggi. Ikan uji sebanyak 100 ekor, bobot rata-rata 11,9±0,3 g, masing-masing dipelihara di dalam sembilan tangki plastik (1×1×1 m3) di kolam percobaan Departemen Budidaya Perairan Institut Pertanian Bogor selama 60 hari. Selama masa pemeliharaan, ikan diberi pakan yang ditambah mo-nosodium glutamat masing-masing sebanyak 0%; 0,87%; dan 1,74%. Setiap perlakuan pemberian monosodium glutamat dilakukan pengulangan tiga kali. Pakan diberikan dua kali sehari secara at satiation. Selama masa budi daya tidak dilakukan pergantian air seperti yang dilakukan pembudidaya di kawasan yang sulit air. Hasil penelitian menun-jukkan bahwa penambahan monosodium glutamat di pakan menyebabkan terjadinya perubahan respons fisiologis ikan, yaitu penurunan nilai aktivitas enzim alanin transaminase dan kandungan amonia darah, serta peningkatan ka-dar glutamin usus. Pemberian pakan yang ditambah monosodium glutamat pada tiga dosis yang berbeda menghasil-kan kinerja pertumbuhan yang sama. Namun, pemberian pakan yang ditambah monosodium glutamat 0,87% meng-hasilkan nilai efisiensi pakan paling tinggi. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penggunaaan monosodium glutamat dapat memperbaiki respon fisiologis dan pemanfaatan pakan, namun tidak meningkatkan kinerja pertum-buhan ikan.
Enrichment Daphnia sp. with glutamin to improve the performance of the growth and survival rate of gurami Osphronemus goramy Lacepede, 1801 larvae Rizkan Fahmi; Mia Setiawati; Mas Tri Djoko Sunarno; Dedi Jusadi
Jurnal Iktiologi Indonesia Vol 19 No 3 (2019): October 2019
Publisher : Masyarakat Iktiologi Indonesia (Indonesian Ichthyological Society)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32491/jii.v19i3.501

Abstract

This study aimed to evaluate the effectiveness of giving Daphnia sp. as a natural feed enriched with the doses of glutamine to increase growth performance and survival rate of larvae. This study used a completed randomized design which consisted of four treatments, namely 0, 25, 50, dan 75 mgL-1 and three replications. The test feed was given to larvae stocked with 60 fish/aquarium (40 cm x 30 cm x 30 cm) for 21 days. The results showed that significant on growth performance and survival rate were revealed on larvae fed with Daphnia sp. which enriched by glutamine dose of 25-75 mgL-1.The physiological response of protease enzyme and antioxidant activity showed that better performance was found in the treatment with addition of glutamine rather than control. In short, enrichment of Daphnia sp. using glutamine can improve the growth performance and survival rate of goramy larvae. The optimal dose of glutamine for improving the survival of gorami larvae is 25 mg L-1. Abstrak Penelitian dilakukan dengan tujuan mengevaluasi efektivitas pemberian Daphnia sp. sebagai pakan alami yang diper-kaya dengan berbagai dosis glutamin untuk meningkatkan kinerja pertumbuhan dan sintasan larva ikan gurami. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap yang terdiri atas empat perlakuan dan tiga ulangan. Perlakuan ditentukan berdasarkan dosis glutamin yang berbeda yaitu 0, 25, 50, dan 75 mg L-1. Pakan uji diberikan pada larva ikan gurami yang ditebar 60 ekor ikan setiap akuarium (40 x 30 x 30 cm3) selama 21 hari. Hasil penelitian menunjuk-kan bahwa larva ikan gurami yang diberi pakan Daphnia sp. dengan pengayaan menggunakan glutamin dosis 25-75 mg L-1 memberikan pengaruh signifikan terhadap kinerja pertumbuhan dan sintasan dibandingkan dengan kontrol (0 glutamin). Respon fisiologi aktivitas enzim protease dan aktivitas antioksidan menunjukkan kinerja yang lebih baik pada perlakuan penambahan glutamin dibandingkan dengan kontrol. Disimpulkan bahwa pengayaan Daphnia sp. menggunakan glutamin mampu meningkatkan kinerja pertumbuhan dan sintasan larva ikan gurami. Dosis optimal untuk meningkatkan sintasan larva ikan gurami adalah 25 mg L-1.

Page 5 of 42 | Total Record : 420


Filter by Year

2001 2022


Filter By Issues
All Issue Vol 22 No 2 (2022): June 2022 Vol 22 No 1 (2022): February 2022 Vol 21 No 3 (2021): October 2021 Vol 21 No 2 (2021): June 2021 Vol 21 No 1 (2021): February 2021 Vol 20 No 3 (2020): October 2020 Vol 20 No 2 (2020): June 2020 Vol 20 No 1 (2020): February 2020 Vol 19 No 3 (2019): October 2019 Vol 19 No 2 (2019): June 2019 Vol 19 No 1 (2019): February 2019 Vol 18 No 3 (2018): October 2018 Vol 18 No 2 (2018): June 2018 Vol 18 No 1 (2018): February 2018 Vol 17 No 3 (2017): October 2017 Vol 17 No 2 (2017): June 2017 Vol 17 No 1 (2017): February 2017 Vol 16 No 3 (2016): October 2016 Vol 16 No 2 (2016): June 2016 Vol 16 No 1 (2016): February 2016 Vol 15 No 3 (2015): October 2015 Vol 15 No 2 (2015): June 2015 Vol 15 No 1 (2015): Februari 2015 Vol 14 No 3 (2014): Oktober 2014 Vol 14 No 2 (2014): Juni 2014 Vol 14 No 1 (2014): Februari 2014 Vol 13 No 2 (2013): Desember 2013 Vol 13 No 1 (2013): Juni 2013 Vol 12 No 2 (2012): Desember 2012 Vol 12 No 1 (2012): Juni 2012 Vol 11 No 2 (2011): Desember 2011 Vol 11 No 1 (2011): Juni 2011 Vol 10 No 2 (2010): Desember 2010 Vol 10 No 1 (2010): Juni 2010 Vol 9 No 2 (2009): Desember 2009 Vol 9 No 1 (2009): Juni 2009 Vol 8 No 2 (2008): Desember 2008 Vol 8 No 1 (2008): Juni 2008 Vol 7 No 2 (2007): Desember 2007 Vol 7 No 1 (2007): Juni 2007 Vol 6 No 2 (2006): Desember 2006 Vol 6 No 1 (2006): Juni 2006 Vol 5 No 2 (2005): Desember 2005 Vol 5 No 1 (2005): Juni 2005 Vol 4 No 2 (2004): Desember 2004 Vol 4 No 1 (2004): Juni 2004 Vol 3 No 2 (2003): Desember 2003 Vol 3 No 1 (2003): Juni 2003 Vol 2 No 2 (2002): Desember 2002 Vol 2 No 1 (2002): Juni 2002 Vol 1 No 2 (2001): Desember 2001 Vol 1 No 1 (2001): Juni 2001 More Issue