cover
Contact Name
Pendidikan Sosiologi
Contact Email
sosiologi@untirta.ac.id
Phone
-
Journal Mail Official
yustikairfani@untirta.ac.id
Editorial Address
-
Location
Kab. serang,
Banten
INDONESIA
Hermeneutika : Jurnal Hermeneutika
ISSN : 24773514     EISSN : 26140055     DOI : -
Core Subject : Social,
“Hermeneutika”memuat hasil penelitian yang berkaitan dengan pengembangan sains dan teknologi dalam bidang sosiologi.
Arjuna Subject : -
Articles 65 Documents
IMPLEMENTASI PRODUK SMART CITY KOTA SERANG SEBAGAI BENTUK PELAYANAN PUBLIK DI KOTA SERANG (STUDI DESKRIPTIF PADA DINAS KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA KOTA SERANG) Nada Nursyahidah; Ronni Juwandi; wika hardika
Hermeneutika : Jurnal Hermeneutika Vol 7, No 1 (2021)
Publisher : Pendidikan Sosiologi Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30870/hermeneutika.v7i1.11022

Abstract

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui implementasi produk smart city Kota Serang sebagai bentuk pelayanan publik di Kota Serang. Penelitian ini dilakukan di Dinas Komunikasi dan Informatika Kota Serang dan kecamatan- kecamatan di Kota Serang. Metode pendekatan yang digunakan yaitu kualitatif deskriptif. Pengumpulan data menggunakan teknik observasi, wawancara, dan dokumentasi. Hasil yang ditemukan dalam implementasi produk smart city di kota serang yaitu dinas kominfo melakukan pengadaan infrastruktur smart city seperti pemasangan jaringan internet pada tiap Organisasi Perangkat Daerah (OPD) sampai tingkat kelurahan, membuat website tunggal bagi tiap OPD untuk memudahkan OPD menginput informasi dan memudahkan masyarakat untuk mengakses informasi, sehingga terciptanya transparansi pelayanan kepada masyarakat, sampai dengan menciptakan produk penunjang smart city seperti aplikasi Sikondang, aplikasi Rabeg, layanan Serang Siaga 112, juga aplikasi Gelati. Respon yang diberikan oleh masyarakat terhadap produk smart city yang mana harapan masyarakat akan pelayanan publik di kota serang yaitu mendapatkan pelayanan yang memudahkan bagi masyarakat. Perlahan masyarakat sudah mulai turut berpatisipasi dengan memberikan laporan kejadian darurat pada layanan 112. Sebagian masyarakat mulai mengapresiapsi produk yang pemerintah keluarkan. Berbagai inovasi berbentuk aplikasi yang pemerintah keluarkan, dan pemerintah terus memantau setiap inovasi- inovasi yang tengah terjadi di kota lain agar kota serang tidak menjadi kota yang tertinggal.Kata Kunci: Smart City, Pelayanan Publik
Peran lembaga perlindungan anak (LPA) dalam mengatasi kasus kekerasan anak di banten (Studi Deskriptif Pada Lembaga Perlindungan Anak (LPA)Provinsi Banten) wika hardika
Hermeneutika : Jurnal Hermeneutika Vol 6, No 2 (2020)
Publisher : Pendidikan Sosiologi Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30870/hermeneutika.v6i2.8559

Abstract

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peran Lembaga Perlindungan Anak (LPA) dalam mengatasi kasus kekerasan anak di Banten. Penelitian ini dilakukan di LPA Provinsi Banten  yang terletak di Komplek Griya Gemilang Sakti Kota Serang dengan menggunakan metode pendekatan kualitatif. Pengumpulan data menggunakan observasi, wawancara, dan dokumentasi. Hasil penelitian ditemukan bahwa LPA sangat berperan dalam mengatasi kasus kekerasan anak di Banten dari mulai mendampingi pada saat pelaporan, mengantar kepihak kepolisian, mengamati kebijakan undang-undang tentang anak, sampai dengan kasus tersebut selesai. LPA juga menjadi tempat pendidikan dan penyebarluasan hak-hak anak. Peran LPA tidak lepas dari faktor pendukung dari Komisi nasional Perlindungan Anak (Komnas PA) yang selalu memberikan penguatan dalam hal kelembagaan dan ikut aktif dalam kegiatan yang dilakukan oleh LPA. Namun ada faktor penghambat dalam kegiatan yang dilakukan oleh LPA yaitu masyarakat yang kurang paham terhadap hak anak dan beberapa masyarakat kurang peduli terhadap kegiatan yang dilakukan oleh LPA. Meningkatnya kekerasan pada anak dilatarbelakngi oleh berbagai faktor seperti anak menjadi pekerja, anak  jalanan, anak yang berada dalam konflik, serta anak dalam kondisi peperangan. Kata kunci: undang-undang, anak, kekerasan
Pengembangan Ilmu Sosial Model Fenomenologi dan Hermeneutika Mohammad Muslih; Abdul Rohman; Yusuf Al Manaanu; Abdul Aziz
Hermeneutika : Jurnal Hermeneutika Vol 7, No 1 (2021)
Publisher : Pendidikan Sosiologi Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30870/hermeneutika.v7i1.10160

Abstract

Penerapan metodologi yang digunakan dalam paradigma positivisme kepada ranah ilmu sosial menjadikan problem tersendiri. Karena metodologi yang digunakan sebagai alat mengukur ilmu-ilmu alam diterapkan pula kepada ilmu-ilmu sosial. Hal ini tentu saja bertolak-belakang dengan karakteristik manusia sebagai subjek dari ilmu sosial. Dampaknya adalah hilangnya subjektifitas dalam penerapan penelitian terhadap ilmu sosial. Dari sini kemudian muncullah beberapa tawaran baru mengenai metodologi penelitian ilmu sosial seperti fenomenologi dan hermeneutika. Tujuan dibuatnya makalah ini adalah untuk menganalisis pengembangan ilmu sosial yang dilakukan melalui model fenomenologi dan hermeneutika, yang pada prinsipnya mengembalikan peran subjek dalam ilmu sosial yaitu manusia. Oleh karena itu, peneliti menggunakan metode penelitian kualitatif yang mendeskripsikan hal-hal yang berkaitan dengan fenomenologi dan hermeneutika berikut beberapa tokohnya. Agar data yang diperoleh tersebut dapat diungkap secara jelas, karenanya peneliti menggunakan metode analisa isi teks yang menginterpretasikan tema-tema yang dibahas dalam buku-buku yang menjelaskan fenomenologi dan hermeneutika tersebut. Dan setelah dilakukannya penelitian, peneliti mendapatkan hasil bahwa ada kesinambungan alur perkembangan ilmu sosial mulai fenomenologi Husserl, hermeneutika klasik Schleiermacher, Dilthey hingga Gadamer. Dan tentunya mengembalikan manusia sebagai objek penelitian. Karena bagaimanapun ketika berbicara mengenai ilmu sosial tentunya tidak dapat lepas dari manusia sebagai aktor utamanya. Sehingga, peneliti sampai pada kesimpulan bahwa dari fenomenologi hingga hermeneutika, merupakan estafet alur pengembangan ilmu sosial yang pada akhirnya akan memunculkan produktivitas ilmu-ilmu sosial yang baru. 
Cognitive Based Trust and Afective Based Trust dalam Membangun Komunikasi Interpersonal Melalui Penggunaan Jejaring Sosial dimasa Pandemi Covid-19 rahmawati rahmawati; stevany afrizal
Hermeneutika : Jurnal Hermeneutika Vol 6, No 1 (2020)
Publisher : Pendidikan Sosiologi Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30870/hermeneutika.v6i1.8330

Abstract

Masalah pandemic Covid-19 menuntut masyarakat mengikut beberapa protokol keamanan dalam berinteraksi sosial demi menjaga kesehatan dan keselamatan. Kondisi tersebut berdampak pada meningkatnya penggunaan sosial media online untuk memenuhi komunikasi sosial. Melalui penggunaan social media online membutuhkan kepercayaan dalam berkomunikasi dimana antara truster dan trustee. Trust sendiri melibatkan komponen cognitive dan affective based trust dalam berinteraksi. Cognitive based trust mencerminkan kompetensi yang dirasakan oleh anggota lain, sedangkan affective based trust bergantung pada ikatan emosional dan kepedulian terhadap kebutuhan orang lain. Pada konseptualisasi cognitive dan affective based trust terdapat interaksi antara kognitif dan konflik afektif yang mempengaruhi dasar kepercayaan dalam strategi pengambilan keputusan. Cognitive based trust memungkinkan seseorang untuk menggunakan berbagai keterampilan dan menjadi lebih kreatif dalam menentukan dan memecahkan masalah strategis, sementara adanya affective based trust menuntut trustee akan bertindak dengan belas kasih terhadap truster dan keyakinan kepedulian truster akan dibalas karenanya membangun informasi mengarah pada kebutuhan analisis cognitive dan affective based trust menjadi penting dalam interaksi sosial melalui jejaring sosial. Kata-kata Kunci: trust, cognitive based trust, affective based trust.
KESIAPAN SUMBER DAYA MANUSIA DALAM BIDANG HUKUM TERHADAP REVOLUSI INDUSTRI 4.0 Azharuddin Azharuddin; Wyne Cornelia; Hendriko Benedict Gunawan; Iwan Riski Hulu
Hermeneutika : Jurnal Hermeneutika Vol 6, No 2 (2020)
Publisher : Pendidikan Sosiologi Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30870/hermeneutika.v6i2.9063

Abstract

Era revolusi industri membawa pada perkembangan dan perubahan di berbagai bidang, baik sosial, ekonomi, hukum dan bidang lainnya. Rendahnya kualitas SDM di bidang hukum juga tidak terlepas dari belum mantapnya sistem  hukum yang ada. Kesiapan sumber daya manusia di bidang hukum melakukan Pembangunan materi hukum dalam menghadapi tantangan revolusi industri 4.0 diarahkan untuk melakukan pembaharuan dan pembentukan produk hukum baru. Metode penelitian yang digunakan normatif dan bersifat deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa belum siapnya SDM di bidang hukum dalam menghadapi revolusi industri 4.0, hal ini terjadi karena belum memiliki kemampuan bersosialisasi, kemampuan kognitif, kreatif, memiliki pengetahuan hukum korporasi, peningkatan kompetensi, leadership dan profesionalisme. Tidak cukup hanya dengan penguasaan teknologi, tetapi harus dilengkapi penguasaan sejumlah bahasa asing agar bisa komunikatif pada tingkat global. Peningkatan kapasitas pekerja millenial itu bisa diwujudkan melalui pelatihan, kursus dan sertifikasi.
Peran Panti Sosial Rehabilitasi Tuna Sosial Provinsi Banten dalam Pembinaan Gelandangan dan Pengemis (Studi Deskriptif pada Panti Sosial Rehabilitasi Tuna Sosial (PSRTS) Provinsi Banten) Ayu Lestari; Ria Yuni Lestari; wika hardika
Hermeneutika : Jurnal Hermeneutika Vol 7, No 2 (2021)
Publisher : Pendidikan Sosiologi Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30870/hermeneutika.v7i2.12982

Abstract

AbstrakPenelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan peran panti sosial rehabilitasi tuna sosial Provinsi Banten dalam pembinaan gelandangan dan pengemis. Penelitian ini dilakukan di Panti Sosial Rehabilitasi Tuna Sosial (PSRTS) Provinsi Banten. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data yaitu wawancara, observasi dan dokumentasi. Sedangkan teknik analisis menggunakan model interaktif dengan tahapan data collection, reduksi data, penyajian data dan verifikasi. Pemeriksaan data pada penelitian ini dilakukan dengan uji triangulasi data dari berbagai sumber dan berbagai teknik kemudian ditarik kesimpulan. Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa peran PSRTS Provinsi Banten dalam pembinaan gelandangan dan pengemis yaitu berperan dalam merealisasikan Peraturan Menteri Sosial Republik Indonesia nomor 16 tahun 2019 tentang Standar Nasional Rehabilitasi Sosial dimana dalam peraturan tersebut ada permakanan, sandang, asrama/cottage yang mudah diakses, perbekalan kesehatan, bimbingan fisik, mental spiritual, dan sosial, bimbingan keterampilan dasar, fasilitas pembuatan nomor induk kependudukan, akta kelahiran, surat nikah, dan/atau kartu identitas anak, akses ke layanan kesehatan dasar, dan pemulangan ke daerah asal. Kegiatan yang dilakukan PSRTS Provinsi Banten dalam Pembinaan Gelandangan dan Pengemis yaitu kegiatan keterampilan berupa pelatihan montir motor, kegiatan bimbingan mental spiritual, kegiatan bimbingan fisik, dan kegiatan bimbingan sosial. Faktor penghambat PSRTS Provinsi Banten dalam Pembinaan Gelandangan dan Pengemis yaitu keterlambatan pemerintah kabupaten/kota mengirim siswa ke PSRTS Provinsi Banten dikarenakan covid-19. Faktor pendukung PSRTS Provinsi Banten dalam Pembinaan Gelandangan dan Pengemis berupa adanya kerjasama dengan dengan Dinas Kesehatan, Dinas Sosial, Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Daerah (BPSDMD) dan Tentara Nasional Indonesia (TNI).Kata Kunci: PSRTS Provinsi Banten, Pembinaan, Gelandangan dan Pengemis. AbstractThis study aims to describe the role of the social institution for social rehabilitation of Banten Province in the development of homeless and beggars. This research was conducted at the Social Institutions for Social Rehabilitation (PSRTS) Banten Province. This study used a descriptive method with a qualitative approach. This study used three data collection techniques, namely interviews, observation and documentation. While the analysis technique used an interactive model with the stages of data collection, data reduction, data presentation and verification. Data checking in this study was carried out by triangulating data from various sources and various techniques and then drawing conclusions. The results of this study indicate that the role of the social institution for social rehabilitation of Banten Province in the development of homeless and beggars is to play a role in realizing the Regulation of the Minister of Social Affairs of the Republic of Indonesia number 16 of 2019 concerning the National Standard for Social Rehabilitation where in these regulations there are easily accessible food, clothing, dormitories/cottages, supplies. health, physical, mental, spiritual and social guidance, guidance on basic skills, facilities for making identification numbers, birth certificates, marriage certificates and/or children's identity cards, access to basic health services, and return to their place of origin. Activities carried out by PSRTS Banten Province in guidance for homeless and beggars are skills activities in the form of motorbike mechanic training, mental-spiritual guidance activities, physical guidance activities, and social guidance activities. The inhibiting factor for the Banten Province PSRTS in fostering homeless and beggars is the delay of the district / city social service in sending students to the PSRTS Banten Province due to covid-19. Supporting factors for PSRTS Banten Province in the Development of Homeless and Beggars in the form of cooperation with the Health Office, Social Service, Regional Human Resources Development Agency (BPSDMD) and the Indonesian National Army (TNI).Keywords: PSRTS Banten Province, Development, Homeless and Beggars.
PEMBERDAYAAN TARIAN ADAT BONET PADA MASYARAKAT ATONI PAH METO (Studi Kasus di Kecamatan Kota SoeKabupaten Timor Tengah Selatan Propinsi Nusa Tenggara Timur) Hotlif Arkilaus Nope; Melvianus Selan
Hermeneutika : Jurnal Hermeneutika Vol 7, No 2 (2021)
Publisher : Pendidikan Sosiologi Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30870/hermeneutika.v7i2.12983

Abstract

AbstrakTari tradisional merupakan suatu hasil ekspresi hasrat manusia akan keindahan dengan latar belakang atau sistem budaya masyarakat pemilik kesenian tersebut. Salah satu dari berbagai tarian tersebut adalah tari Bonet. Tari Bonet merupakan salah satu tarian tradisional masyarakat Atoni Pah Meto di Pulau Timor. Tarian ini menggambarkan kebudayaan, hidup dan kehidupan masyarakat suku bangsa Timor. Namun, meskipun kesenian tari tradisional bonet memiliki signifikansi berupa wahana transmisi pewarisan nila-nilai dari generasi ke generasi, kini kesenian tari tradisional bonet kalah bersaing dengan kesenian populer modern. Hal ini dibuktikan dengan semakin menurunnya minat masyarakat khususnya anak muda di di Kota Soe untuk menyaksikan ataupun mempelajari kesenian tradisional ini. Salah satu faktor penting adalah pengaruh pesatnya arus kemajuan teknologi informasi, oleh karenan itu perlu dilestarikan melalui kegiatan pemberdayaan. Dalam konteks pemberdayaan, tarian bonet di Kecamatan Kota Soe dilakukan dengan mendirikan sanggar seni budaya, lomba tarian bonet, pentas seni, pameran budaya dan sanggar tari dengan tujuan agar tarian bonet tetap lestari. Kata Kunci: Pemberdayaan, Seni Tarian, Bonet  AbstractTraditional dance is a result of the expression of human desire for beauty with the background or cultural system of the community that owns the art. One of the various dances is the Bonet dance. Bonet dance is one of the traditional dances of the Atoni Pah Meto people on the island of Timor. This dance depicts the culture, live and life of the Timorese ethnic community. However, although the traditional Bonet dance art has a significance in the form of a mode for transmitting the inheritance of values from generation to generation, now the traditional Bonet dance art is unable to compete with modern popular art. This is evidenced by the decreasing interest of the public, especially young people in Soe City, to watch or learn this traditional art. One important factor is the influence of the rapid flow of advances in information technology. Therefore, it needs to be preserved through empowerment activities. In the context of empowerment, Bonet dance in Soe City District is carried out by establishing cultural arts studios, Bonet dance competitions, art performances, cultural exhibitions and dance studios with the aim that Bonet dances remain sustainable.Keywords: Empowerment, Dance, Bonet
PENDEKATAN ANDRAGOGI DALAM MENUMBUHKAN KESADARAN WAJIB BELAJAR PENDIDIKAN DASAR PADA WARGA BELAJAR KELOMPOK PENYANYI JALANAN DI KOTA SERANG Sastra Wijaya; Teti Trisnawati
Hermeneutika : Jurnal Hermeneutika Vol 7, No 2 (2021)
Publisher : Pendidikan Sosiologi Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30870/hermeneutika.v7i2.11322

Abstract

Dalam kegiatan pendidikan atau belajar, orang dewasa bukan lagi menjadi obyek sosialisasi yang seolah-olah dibentuk dan dipengaruhi untuk menyesuaikan dirinya dengan keinginan memegang otoritas di atas dirinya sendiri, akan tetapi tujuan kegiatan belajar atau pendidikan orang dewasa tentunya lebih mengarah kepada pencapaian pemantapan identitas dirinya sendiri untuk menjadi dirinya Tujuan penelitian ini untuk mengetahui kesadaran warga belajar terhadap wajib belajar di sektor pendidikan maka dapat digunakan  salah satu indikator yang  juga  dapat dijadikan sebagai bahan informasi untuk mengukur keberhasilan dibidang pendidikan  yaitu dengan melihat tingkat partisipasi masyarakat terhadap pendidikan itu sendiri, dilihat melalui Angka Partisipasi Kasar (APK) dan Angka Partisipasi Murni (APM). Andragogi menempatkan orang dewasa dalam layanan pendidikan yang bersifat demokratis, bertumpu kepada kesejajaran, kesepadanan dan persamaan perilaku kegiatan belajar. Dengan demikian andragogi adalah proses pembelajaran yang dapat membantu orang dewasa menemukan dan menggunakan hasil temuannya yang berkaitan dengan lingkungan sosial, adanya interaksi dan saling pengaruh antara tutor dengan peserta didik. Metode yang digunakan dalam penelitian ini berdasarkan metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif untuk dapat mengumpulkan, menyusun serta menganalisis hasil penelitian tentang pendekatan andragogi dapat menumbuhkan kesadaran wajib belajar pada kelompok penyanyi jalanan di kota serang. Dari hasil penelitian yang dilakukan maka ditemuakan beberapa faktor yang menjadi pengaruh dalam meningkatkan kesadaran wajib belajar bagi anggota KPJ serang diataranya faktor penghasilan atau pendapatan, faktor pendidikan orang tua, faktor ekonomi keluarga, faktor kemampuan kognitif kecerdasan, dan faktor loksi sekolah. Program wajib belajar merupakan program pemerataan dan perluasan kesempatan pendidikan yang sangat esensial dalam membentuk masyarakat yang mempunyai potensi memadai untuk ikut berpartisipasi dalam pembangunan. Dengan program ini diharapkan dapat meningkatkan taraf hidup, kecerdasan dan kesejahteraan seluruh rakyat yang makin adil dan merata.
PERAN KOMUNITAS SOSIAL DALAM PRAKTIK FILANTROPI MELALUI KEWIRAUSAHAAN SOSIAL (Studi kasus terhadap Organisasi Greeneration Foundation) Febri Saefulloh Saefulloh; Yoga Gandara Gandara
Hermeneutika : Jurnal Hermeneutika Vol 7, No 2 (2021)
Publisher : Pendidikan Sosiologi Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30870/hermeneutika.v7i2.11506

Abstract

Abstract This research has a background on social problems that occur in Indonesia. The problems that are often faced are not only in Indonesia but globally, starting from poverty, social inequality, unemployment, to individualistic behavior that does not care about the lives of fellow humans and the environment. This problem needs serious handling from all elements of society, including contributions from the social community. Greeneration Foundation is a social community formed from anxiety about human behavior that only cares about personal matters and does not pay attention to life in the future. Social entrepreneurship is a concrete philanthropic step carried out by this community. Through his programs and partnerships as the implementation of the vision of "green attitude green environment" he seeks to contribute through philanthropic practices that focus on improving people's attitudes and behavior to improve life and the environment. The research method uses qualitative with case studies. Data collection and processing techniques used observation, interviews, documentation studies, and triangulation. The results showed that the role of the social community in philanthropic practice by the Greeneration Foundation through ideas (Research) by observing and studying the environment and surrounding conditions, then realized by finding solutions to educate the community (Education) so that Greeneration Indonesia could take concrete actions (Actions) as well as campaigning. easy-to-implement solutions (Campaigns). through promoting a green lifestyle through tools (Tools) and systems (System), which are combined so that it is called the REACTS method. The results of entrepreneurship carried out through services and entrepreneurship are used as much as possible for social activities and empowering the surrounding community. Keywords: social community, philantrophy, greeneration foundation
MODAL SOSIAL PADA KOMUNITAS SUPERMOTO (Studi Kasus Pada Komunitas Supermoto Indonesia Pontianak) Iwan Ramadhan; Muhammad Agus Hardiansyah
Hermeneutika : Jurnal Hermeneutika Vol 7, No 2 (2021)
Publisher : Pendidikan Sosiologi Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30870/hermeneutika.v7i2.12636

Abstract

Perkembangan komunitas motor di era modern bukan hanya sebagai kolompok biasa tetapi berkontribusi dibidang sosial, penelitian ini menggambarkan serta mendeskripsikan peran modal sosial yang dimiliki oleh Komunitas Supermoto Indonesia Pontianak. Modal sosial adalah bentuk modal Komunitas Pontianak Supermoto Indonesia diantaranya jejaring sosial, norma dan kepercayaan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif deskriptif. Sedangkan ketua umum dan ketua pelaksana Komunitas Supermoto Indonesia Pontianak sebagai sumber data pada penelitian ini.. Hasil yang didapat pada penelitian ini adalah modal sosial yang dilakukan oleh Komunitas Pontianak Supermoto Indonesia memberikan dampak yang baik bagi setiap anggota komunitas dan komunitas lainnya. Modal sosial inilah yang membuat komunitas ini memiliki banyak relasi sosial dengan berbagai institusi dan komunitas lainnya. Dalam bentuk modal sosial yang berkaitan dengan norma, komunitas ini juga mengikuti norma yang ada karena norma tersebut sudah tercantum dalam AD / ART komunitas Supermoto Indonesia Pontianak. Selain norma, mereka juga memiliki keyakinan yang dimiliki, kepercayaan itu ada bila anggota dapat menjalankan tanggung jawabnya dengan baik. Dan juga terdapat jejaring sosial yang dapat menjadikan komunitas ini relasi sosial dengan beberapa institusi dan komunitas lain. Jejaring sosial tersebut berupa toko-toko yang terkait dengan sepeda motor, Polisi Lalu Lintas, dan komunitas sepeda motor lainnya. Dengan ketiga bentuk modal sosial tersebut maka hubungan sosial yang terjalin akan semakin baik bagi masyarakat.