cover
Contact Name
Jurnal Artefak
Contact Email
jurnalartefaksejarah@gmail.com
Phone
-
Journal Mail Official
jurnalartefaksejarah@gmail.com
Editorial Address
-
Location
Kab. ciamis,
Jawa barat
INDONESIA
Jurnal Artefak
Published by Universitas Galuh
ISSN : 23555726     EISSN : 25800027     DOI : -
Core Subject : Education,
Jurnal ARTEPAK, diterbitkan olah Program Studi Pendidikan Sejarah Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Galuh. Jurnal ini memuat hasil penelitian atau kajian teoritis yang berkaitan dengan pengembangan dan peningkatan profesi guru IPS, kajian Sejarah Lokal & Nasional, Kebudayaan, dan Pendidikan. Diterbitkan secara berkala Dua kali dalam setahun yaitu pada Bulan April dan September.
Arjuna Subject : -
Articles 6 Documents
Search results for , issue "Vol 5, No 2 (2018): September" : 6 Documents clear
KEBERADAAN STASIUN KERETA API JALUPANG (JALUR SAKETI-BAYAH) TERHADAP KEHIDUPAN SOSIAL MASYARAKAT DI DESA CIDAHU KABUPATEN LEBAK, BANTEN TAHUN 1942-1950 Weny Widyawati Bastaman; Neng Resiana
Jurnal Artefak Vol 5, No 2 (2018): September
Publisher : Universitas Galuh

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (618.979 KB) | DOI: 10.25157/ja.v5i2.1945

Abstract

Secara umum jalur kreta api yang tidak aktif telah ditempati menjadi hunian masyarakat, keberadaanya telah di aktifkan kembali oleh pemerintah sehingga ini menjadi persoalan sosial di Desa Cidahu Kabupaten Lebak Banten. Metode yang digunakan oleh penulis dalam karya ilmiah ini adalah metode historis atau metode sejarah. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa keberadaan stasiun Jalupang merupakan awal dimana kehidupan masyarakat Desa Cidahu berubah secara drastis, yang awalnya Desa Cidahu merupakan daerah yang sepi, belum adanya alat transportasi apapun sehingga kegiatan berpergian sangatlah sulit dan kegiatannya sebagian besar bertani dan berpendidikan pondok pesantren dan ketika stasiun Jalupang beroperasi kehidupan mereka membaik, seperti adanya penunjang transportasi sehingga tidak sulit lagi untuk berpergian ke suatu tempat dan adanya peluang atau tempat untuk berjualan. Maka, ketika perkeretaapian jalur Saketi-Bayah beroperasi dan adanya stasiun Jalupang di Desa Cidahu, daerah tersebut ramai oleh penumpang kereta yang berasal dari dalam daerah maupun luar daerah yang akan berpergian entah ke tempat saudara, tempat bekerja ataupun pondok pesantren atau penumpang kereta api yang hanya transit di stasiun Jalupang tersebut.AbstractIn general, the inactive fire route has been occupied as a community residence, its existence has been reactivated by the government so that this has become a social problem in the Cidahu Village of Lebak Regency, Banten. The method used by the author in this scientific work is the historical method or historical method. The results of this study indicate that the existence of the Jalupang station is the beginning where the lives of the people of Cidahu Village changed drastically, initially Cidahu Village was a quiet area, there was no means of transportation so travel activities were very difficult and activities were mostly farmed and educated by Islamic boarding schools Jalupang operates their lives improved, such as the existence of transportation support so it is no longer difficult to travel to a place and there are opportunities or places to sell. So, when the Saketi-Bayah railway line operates and there is a Jalupang station in Cidahu Village, the area is crowded with train passengers who come from within the region and outside the area who will travel either to your place, work or boarding school or train passengers who only transit at the Jalupang station.
ANALISIS POTENSI DESA DITINJAU DARI SOSIAL BUDAYA KESENIAN TRADISIONAL RONGGENG GUNUNG DALAM MENINGKATKAN PENDAPATAN MASYARAKAT PRASEJAHTERA Dewi Ratih; Wulan Sondarika
Jurnal Artefak Vol 5, No 2 (2018): September
Publisher : Universitas Galuh

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (601.993 KB) | DOI: 10.25157/ja.v5i2.1936

Abstract

Ronggeng gunung merupakan kesenian asli Jawa Barat. Dulu dikenal dengan sebutan Ronggeng buhun. Untuk sekarang kesenian ini sudah sangat jarang sekali ditemukan di tanah Priangan dikarenakan efek dari kebudayaan luar yang sudah meraja lela di Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis potensi sosial budaya kesenian tradisional Ronggeng Gunung terhadap pendapatan masyarakat prasejahtera. Populasi penelitian adalah pemerintahan Desa Ciulu dan pelaku kesenian ronggeng gunung Bi Raspi dan kawan-kawan. Hasil dari penelitian ini diantaranya adalah; potensi sosial budaya kesenian tradisional Ronggeng Gunung di Desa Ciulu Kecamatan Banjarsari Kabupaten Ciamis kurang memberikan dampak baik terhadap perekonomian masyarakat terutama bagi pelaku Ronggeng Gunung itu sendiri karena tidak adanya perhatian dari pihak pemerintah.AbstractRonggeng mountain is an original art of West Java. Formerly known as Ronggeng buhun. For now this art has been very rarely found in the land of Priangan due to the effects of foreign culture that has been rampant in Indonesia. This study aims to analyze the social and cultural potential of Ronggeng Gunung traditional arts on the income of underprivileged people. The study population was the government of Ciulu Village and the ronggeng mountaineers of Bi Bi Raspi and friends. The results of this study include; the socio-cultural potential of Ronggeng Gunung traditional art in Ciulu Village, Banjarsari Subdistrict, Ciamis Regency has not had a good impact on the economy of the community, especially for the perpetrators of the Ronggeng Gunung itself because of the lack of attention from the government.
ANALISIS PEMBELAJARAN SEJARAH ISU KONTROVERSIAL DI SMA (Studi Kasus di SMA Negeri 1 Banyumas) Saefudin, Arif
Jurnal Artefak Vol 5, No 2 (2018): September
Publisher : Universitas Galuh

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (225.556 KB) | DOI: 10.25157/ja.v5i2.1937

Abstract

Penelitian ini mempunyai tujuan untuk, memaparkan perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran sejarah isu-isu kontroversial yang ada di SMA Negeri 1 Banyumas. Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 1 Banyumas yang menggunakan bentuk penelitian kualitatif dengan strategi penelitian studi kasus tunggal. Sumber data terdiri atas informan (guru-guru sejarah dan peserta didik), tempat dan peristiwa (aktivitas pembelajaran isu kontroversial dikelas), dokumen dan arsip (silabus, RPP, promes, prota, dll). Teknik pengumpulan data menggunakan teknik wawancara mendalam, observasi langsung, dan pengkajian dokumen dan arsip (content analysis). Untuk teknik cuplikan (sampling) menggunakan purposive sampling dan time sampling. Validitas data menggunakan triangulasi data, triangulasi metode, dan triangulasi teori. Sedangkan analisis data menggunakan analisis interaktif dengan tiga tahapan analisis yang terjadi secara bersamaan, yakni reduksi data, penyajian data, dan penarikan simpulan/verifikasi yang berinteraksi dengan pengumpulan data secara bersiklus/berkesinambungan. Hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa: dalam menyusun perencanaan pembelajaran, guru membuat perangkat pembelajaran secara mandiri, tetapi tidak terlepas dari contoh yang telah dibuat secara top down dari pemerintah; dan pelaksanaan pembelajaran sejarah isu-isu yang masih kontroversial masih berjalan setengah hati karena konsep yang dipegang oleh guru masih berada dalam tahap refleksi dan lemah dalam tahap aktualisasi, sehingga pembelajaran menjadi out of context.Kata Kunci: pembelajaran sejarah, sejarah isu-isu kontroversial, SMAThis research has a purpose to, explain and implementation learning performing plannings controversial issue issue histories that is at SMA Negeri 1 Banyumas. This research is done at SMA Negeri 1 Banyumas who utilizes to form kualitatif's research with cases study observational strategy single. Data source comprise of informan (history and participant teacher is taught), temp at and scene (controversial issue learning activity is brazed), document and archives (syllabus, RPP, promissory note, prota, etc.). Data collecting tech utilize visceral interview tech, direct observation, and pengkajian is document and archives (content analysis). For cuplikan's tech (sampling) utilize purposive is sampling and time is sampling. Data validity utilize data triangulation, cognitive triangulation, researcher triangulation and method triangulation. Meanwhile analisis is data utilizes analisis interactive with three happening analisis step concurrently, namely data reduction, data representation, and simpulan's pull verifies that gets interaction with ala data collecting gets cycle continual. Observational result already been done points out that: deep arrange learning plannings, teacher making independent ala learning peripheral, but don't despite example already being made by ala top down of government; and history learning performings issue issue that still controversial still heart half walking because concept which held by teacher is still lie deep reflection phase and namby pamby in actualization phase, so learning becomes out of context.Keywords: history learning, controversial issue history, SMA
SEJARAH RUNTUHNYA DINASTI MANTSU AWAL ABAD KE 20 Yadi Kusmayadi
Jurnal Artefak Vol 5, No 2 (2018): September
Publisher : Universitas Galuh

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (419.28 KB) | DOI: 10.25157/ja.v5i2.1938

Abstract

Hasil penelitian, sampai tahun 1912, Cina selalu diperintah oleh Dinasti (raja-raja dari satu keturunan). Dinasti yang terakhir berkuasa adalah Dinasti Mantsu dari Manchuria yang juga disebut Dinasti Ching (1644-1912) Maka dikalangan bangsa Cina, terutama golongan terpelajarnya timbul keinginan untuk membebaskan diri dari kekuasaan asing Manchu. Ketika pedagang-pedagang Eropa memasuki Asia, Cina pun berhubungan dagang dengan mereka diantaranya pedagang Inggris. Dalam perdagangan tersebut Inggris selalu mengalami kerugian sehingga untuk menutupinya Inggris menyelundupkan candu yang diperolehnya dari India. Setelah diketahuinya kegiatan Inggris sangat membahayakan bagi kelangsungan hidup bangsa Cina, Kaisar Mantsu memerintahkan supaya pedagang candu dilarang. Akibat perbuatan kaisar tersebut menimbulkan kemarahan Inggris yang menimbulkan terjadinya perang candu. Kekalahan dalam perang tersebut memaksa Cina harus membayar ganti rugi dan membuka beberapa pelabuhan bagi Inggris juga bangsa Eropa lainnya, sehingga Cina terbagi atas beberapa daerah pengaruh yang dikuasai bangsa-bangsa Barat dengan tidak tunduk kepada hukum yang berlaku di Cina. Puncak perasaan tidak senang terhadap Dinasti Mantsu dan bangsa Barat semakin berkembang sehingga melahirkan perasaan nasional yang dipelopori oleh golongan terpelajar. Tokoh utama yang mempelopori lahirnya cita-cita nasional tersebut adalah Sun Yat Sen.AbstractThe results of the study, until 1912, China was always ruled by the Dynasty (kings of one country). The last dynasty in power was the Mantsu Dynasty of Manchuria which was also called the Ching Dynasty (1644-1912). So among the Chinese, most of the educated groups emerged because they could be shared by the Manchus themselves. When European traders launched Asia, China traded with British traders. In this trade, Britain always incurred losses so that it covered Britain with smuggling of opium obtained from India. After it was discovered that British activities were very challenging for the survival of the Chinese people, Emperor Mantsu could ask permission from traders. As a result of the emperor's behavior which led to British opposition which led to the rejection of war. The defeat in the Chinese war must pay compensation and be issued by several ports for Britain as well as Europeans so that China is divided into several regions controlled by Western nations without using applicable laws in China. The peak of unpleasant feelings towards the Mantsu Dynasty and the Western nation increasingly grew to accept national feelings pioneered by the educated class. The main character who pioneered the birth of the national ideals was Sun Yat-Sen.
ANALISIS FAKTOR PENYEBAB TERJADINYA KEMISKINAN DI DESA PASIRLAWANG KECAMATAN PURWADADI KABUPATEN CIAMIS Sri Pajriah; Aan Suryana
Jurnal Artefak Vol 5, No 2 (2018): September
Publisher : Universitas Galuh

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (619.391 KB) | DOI: 10.25157/ja.v5i2.1939

Abstract

Penelitian ini didasarkan atas rumusan masalah: pertama, bagaimanakah data kemiskinan di Desa Pasirlawang Kecamatan Purwadadi Kabupaten Ciamis tahun 2015. Kedua, Apa faktor penyebab terjadinya kemiskinan di Desa Pasirlawang Kecamatan Purwadadi Kabupaten Ciamis melalui pendekatan cultural dan structural. Metode penelitian yang digunakan naturalistic inquiry dengan informan masyarakat Desa Pasirlawang Kecamatan Purwadadi. Teknik pengumpulan data menggunakan observasi, wawancara, dan dokumentasi. Analisis data dengan model analisis interaktif terdiri dari reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Penelitian ini menghasilkan kesimpulan bahwa berdasarkan sumber BPS tahun 2015 mengenai data kemiskinan di desa Pasirlawang Kecamatan Purwadadi berjumlah 538 rumah tangga dari jumlah total 946 keluarga. Adapun faktor penyebab kemiskinan di Desa Pasirlawang adalah, karena faktor kultural dan struktural. Pertama, faktor kultural yaitu masyarakat miskin di desa Pasirlawang tidak memiliki motivasi yang tinggi untuk meningkatkan kesejahteraan keluarganya misalnya mereka hanya menunggu bantuan dari pihak lain padahal apabila masyarakat miskin tersebut memiliki gagasan dan kreativitas untuk memberdayakan lingkungan sekitarnya secara perlahan-lahan serta kerja keras yang tinggi dapat meningkatkan kesejahteraan keluarganya. Kedua, faktor struktural yaitu masyarakat miskin di desa Pasirlawang masih rendah untuk menempuh pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi, sebagian besar mereka hanya tamat pada jenjang pendidikan Sekolah Dasar. Sehingga masyarakat miskin tersebut tidak memiliki kompetensi untuk mencari kerja dan mendapatkan pekerjaan yang layak hanya sebagai pekerja serabutan saja, ketika ada pekerjaan mereka bekerja dan apabila tidak ada pekerjaan hanya sebagai pengangguran serta apabila ada pekerjaanpun penghasilannya rendah tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.AbstractThis research is based on the formulation of the problem: first, what is the data on poverty in Pasirlawang Village, Purwadadi Sub-District, Ciamis Regency in 2015. Second, what are the causes of poverty in Pasirlawang Village, Purwadadi Sub-District, Ciamis District through cultural and structural relations. The research method used was naturalistic investigation with the informants of the Pasirlawang Village community in Purwadadi District. The technique of collecting data uses observation, interviews, and documentation. Data analysis with interactive analysis models consisted of data reduction, data presentation, and consisting of conclusions. This study produced conclusions based on 2015 BPS sources on poverty data in Pasirlawang village, Purwadadi sub-district, welfare of 538 households out of a total of 946 families. Because the causes of poverty in Pasirlawang Village are, because of cultural and structural factors. First, cultural factors, namely the poor in Pasirlawang village do not have high motivation to improve welfare as others improve welfare. Second, structural factors are poor people in Pasirlawang village who are still low to reach higher levels of education, most of them graduating in elementary school education level. There is no job only for jobs and decent work only for odd jobs, compilation of their work works and repairs there are no jobs just as work to repair and repair work jobs.
IMPLEMENTASI UPACARA ADAT NYANGKU DI SITUS SITU LENGKONG PANJALU Krisna Sujaya
Jurnal Artefak Vol 5, No 2 (2018): September
Publisher : Universitas Galuh

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (681.182 KB) | DOI: 10.25157/ja.v5i2.1935

Abstract

Masyarakat di wilayah Panjalu, memiliki upacara adat setempat yang menjadi identitas masyarakat panjalu itu sendiri. Salah satu upacara adat yang dijaga dan dilestarikan oleh masyarakat Panjalu yaitu Upacara Adat Nyangku. Upacara Adat Nyangku adalah sebuah instrumen yang dipakai oleh nenek moyang masyarakat panjalu dalam mensiarkan agama islam. Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif. Barang-barang yang di bersihkan ketika prosesi upacara adat nyangku yaitu: 1) Pedang, sebagai senjata yang digunkan sebagai sarana untuk penjagaan diri ketika menyebarkan agama islam, 2) Cis, merupakan tombak sebagai senjata yang digunkan sebagai sarana untuk penjagaan diri ketika menyebarkan agama islam, 3) Keris komando, bekas senjata yang digunakan raja panjalu sebagai alat komando dalam pemerintahan di kerajaan Panjalu, 4) Keris, merupakan pegangan atau koleksi para bupati panjalu terdahulu, 5) Pancaworo, merupakan alat yang digunakan sebagai senjata perang zaman dahulu, 6) Bangreng, merupakan alat yang digunakan sebagai senjata perang zaman dahulu, 7) Gong kecil, merupakan alat yang digunakan untuk mengumpulkan rakyat pada zaman dahulu. Selanjutnya di hari yang ditentukan, ketika Upacara Adat Nyangku siap untuk dilaksanakan, ada syarat khusus yang harus di patuhi yaitu 1) Cara Berpakaian, 2) Tata Cara Kirab Benda-benda peninggalan Kerajaan Panjalu. Apabila di analisis lebih lanjut, pada dasarnya tidak semua benda peninggalan di bersihkan ketika prosesi Upacara Adat Nyangku. Benda-benda peninggalan yang lain biasanya dibersihkan besok harinya. Hal yang demikian tersebut bertujuan agar prosesi Upacara Adat Nyangku berjalan efektif tanpa memakan waktu yang lama. Benda peningalan yang dibersihkan ketika prosesi Upacara Adat Nyangku hanya benda peninggalan asli Kerajaan Panjalu saja yaitu: 1) Pedang, 2) Keris KomandoAbstract Communities in the Panjalu region have local traditional ceremonies which become the identity of the panjalu community itself. One of the traditional ceremonies which is guarded and preserved by the Panjalu community is the Nyangku Traditional Ceremony. Nyangku Traditional Ceremony is an instrument used by the ancestors of the panjalu community in promoting Islam. This study uses a qualitative descriptive research method. The items that were cleaned during the procession of the Nyangku traditional ceremony, namely: 1) The sword, as a weapon used as a means of self-defense when spreading Islam, 2) Cis, was a spear as a weapon used as a means of self-defense when spreading Islam , 3) Keris command, former weapons used by king Panjalu as a command tool in the government in the kingdom of Panjalu, 4) Keris, is the handle or collection of the previous long-time regents, 5) Pancaworo, a tool used as an ancient weapon of war, 6) Bangreng, a tool used as an ancient war weapon, 7) Small Gong, is a tool used to gather people in ancient times. Furthermore, on the appointed day, when the Nyangku Traditional Ceremony is ready to be carried out, there are special conditions that must be obeyed, namely 1) How to dress, 2) Procedure for Kirab Heritage objects of Panjalu Kingdom. If further analyzed, basically not all relics are cleared during the procession of my Nyangku Traditional Ceremony. Other relics are usually cleaned tomorrow. This is intended to make the Nyangku Traditional Ceremony process effective without taking a long time. Restored objects that are cleaned during the procession of the Nyangku Traditional Ceremony are only the original relics of the Panjalu Kingdom, namely: 1) Swords, 2) Keris Komando

Page 1 of 1 | Total Record : 6