cover
Contact Name
Husnun Amalia
Contact Email
husnun_a@trisakti.ac.id
Phone
-
Journal Mail Official
jbiomedkes@trisakti.ac.id
Editorial Address
-
Location
Kota adm. jakarta barat,
Dki jakarta
INDONESIA
Jurnal Biomedika dan Kesehatan
Published by Universitas Trisakti
ISSN : 2621539x     EISSN : 26215470     DOI : -
Core Subject : Health, Science,
Jurnal Biomedika dan Kesehatan is an official publication of Faculty of Medicine Trisakti University. Jurnal Biomedika dan Kesehatan is a third-monthly medical journal that publishes new research findings on a wide variety of topics of importance to biomedical science and clinical practice. Jurnal Biomedika dan Kesehatan online contains both the current issue and an online archive that can be accessed through browsing, advanced searching, or collections by disease or topic.
Arjuna Subject : -
Articles 108 Documents
Pengaruh yoga terhadap memori jangka pendek pada dewasa muda Ishak, Muhammad; Alvina, Alvina
Jurnal Biomedika dan Kesehatan Vol 2 No 3 (2019)
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.18051/JBiomedKes.2019.v2.117-123

Abstract

LATAR BELAKANGYoga adalah sebuah gaya hidup, suatu sistem pendidikan yang terpadu antara tubuh, pikiran, dan jiwa, dan merupakan metode yang berpengaruh dan dinilai efektif terhadap fungsi kognitif termasuk didalamnya fungsi memori jangka pendek. Yoga merangsang penurunan aktifitas saraf simpatis dan peningkatan akitifitas saraf parasimpatis yang berpengaruh pada penurunan hormon adrenalin, norepinefrin dan katekolamin serta vasodilatasi pada pembuluh darah yang mengakibatkan transpor oksigen ke seluruh tubuh terutama ke otak menjadi lancar sehingga dapat meningkatkan fungsi kognitif. METODEPenelitian ini menggunakan desain eksperimental metode potong lintang, menggambarkan fungsi memori jangka pendek dengan dan tanpa yoga. Penilaian memori jangka pendek menggunakan Digit Span Test di mana komponennya berupa deretan angka maju (Digit Forward) maupun mundur (Digit Backward). Penelitian ini melibatkan 47 subyek dewasa muda berusia 17-20 tahun dengan kriteria inklusi bersedia rutin mengikuti pelatihan yoga selama 21 hari dengan durasi 15-30 menit untuk sekali latihan yoga dan kriteria eklusi menderita suatu penyakit yang tidak dapat melakukan yoga, menderita gangguan pendengarandan mengalami penurunan kesadaran. Latihan yoga diberikan oleh instruktur yoga. Penilaian digit span dilakukan pada sebelum latihan yoga dan sesudah melakukan latihan yoga selama 21 hari. Analisis data dilakukan untuk menilai perbedaan skor fungsi memori jangka pendek masing-masing kelompok sebelum dan sesudah perlakuan menggunakan uji T Dependent/berpasangan atau uji Wilcoxon. Nilai p < 0.5 dianggap bermakna dengan 95% interval kepercayaan. HASILTerdapat 61.7% responden perempuan, 40.4% memiliki skor tinggi pada memori jangka pendek sebelum yoga dan 59.6% memiliki skor tinggi sesudah yoga. Pengaruh yoga terhadap memori jangka pendek memiliki nilai p=0.000 (p < 0.05). Hasil ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan skor memori jangka pendek sebelum dan sesudah melakukan yoga. KESIMPULANYoga memberikan dampak pada peningkatan digit span pada kelompok dewasa muda.
Hubungan antara shift kerja, kelelahan kerja dengan stres kerja pada perawat Rhamdani, Indah; Wartono, Magdalena
Jurnal Biomedika dan Kesehatan Vol 2 No 3 (2019)
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.18051/JBiomedKes.2019.v2.104-110

Abstract

LATAR BELAKANGStres kerja merupakan stres yang timbul akibat tuntutan kerja yang melebihi kemampuan seseorang untuk mengatasinya sehingga menimbulkan berbagai macam reaksi fisiologis, psikologis, dan perilaku. Menurut PPNI (Persatuan Perawat Nasional Indonesia), pada tahun 2007 sebanyak 50.9% perawat di Indonesia mengalami stres kerja. Beberapa faktor penyebabnya adalah kelelahan dan waktu kerja yang berubah-ubah (shift kerja). Hasil penelitian terdahulu memperlihatkan bahwa hubungan antara shift kerja maupun kelelahan kerja dengan stres kerja pada perawat masih diperdebatkan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara shift kerja maupun kelelahan kerja dengan stres kerja pada perawat. METODEStudi ini merupakan penelitian observasional analitik dengan desain cross sectional pada 102 perawat di RSUD Asy-Syifa Sumbawa Barat. Cara pengambilan sampel berupa consecutive non random sampling. Data primer diperoleh dengan kuesioner data diri Kuesioner Alat Ukur Perasaan Kelelahan Kerja (KAUPK2) dan kuesioner stres kerja yang sudah divalidasi dengan nilai Alpha Cronbach antara 0.837-0.832 dan realibilitas 0.926. Analisis data menggunakan chi-square test dengan tingkat kemaknaan (p) <0.05. HASILTerdapat hubungan antara shift kerja (p=0.035), kelelahan kerja (p=0.022), jenis kelamin (0.037) dan status pernikahan (p=0.041) dengan stres kerja dan tidak ada hubungan antara usia dengan stres kerja (p=0.071). KESIMPULANTerdapat hubungan antara shift kerja, kelelahan kerja, jenis kelamin, dan status pernikahan dengan stres kerja pada perawat RSUD Asy-Syifa Sumbawa Barat. Akan tetapi usia tidak berkaitan dengan stres kerja.
Perbandingan disfungsi seksual antara perempuan pengguna kontrasepsi oral dan kontrasepsi suntik Pratama, Nita Irawan Anugerah; Pusparini, Pusparini
Jurnal Biomedika dan Kesehatan Vol 2 No 3 (2019)
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.18051/JBiomedKes.2019.v2.124-129

Abstract

LATAR BELAKANGDisfungsi seksual merupakan masalah dalam siklus respons seksual yang mengakibatkan individu gagal mendapatkan kepuasan dalam akivitas seksual. Disfungsi seksual meliputi berbagai gangguan dalam hubungan seksual, yang pada perempuan secara sederhana terbagi menjadi gangguan keinginan atau hasrat seksual, gairah, pelumasan, orgasme, kepuasan dan nyeri dalam hubungan seksual. Salah satu faktor penyebab terjadinya disfungsi seksual adalah efek samping dari penggunaan alat kontrasepsi hormonal. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan disfungsi seksual pada pengguna kontrasepsi oral dan kontrasepsi suntik. METODEPenelitian ini menggunakan desain potong lintang. Sebanyak 132 perempuan yang terdiri dari 66 perempuan yang menggunakan kontrasepsi oral dan 66 yang menggunakan kontrasepsi hormonal berusia 15 – 49 tahun yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi diikutsertakan dalam penelitian ini. Penelitian dilakukan pada bulan April sampai dengan Juni 2019 di Puskesmas Kembangan Jakarta Barat. Untuk mengetahui adanya disfungsi seksual digunakan kuesioner Female Sexual Function Index (FSFI). Analisa statistik menggunakan uji Chi-square dengan nilai p<0.05 berbeda bermakna. HASILRerata usia subjek penelitian pada pengguna kontrasepsi oral adalah 32.10 ± 6.2 tahun dan kontrasepsi suntik adalah 31.56 ± 6.4 tahun. Sebagian besar subjek mengalami disfungsi seksual sebanyak 73 orang (55.3%). Kejadian disfungsi seksual pada pengguna kontrasepsi suntik lebih banyak dibandingkan dengan kontrasepsi oral yaitu sejumlah 52 orang (78%) dengan nilai p=0.000. KESIMPULANDisfungsi seksual pada perempuan yang menggunakan kontrasepsi suntik lebih sering terjadi daripada pengguna kontrasepsi oral, sehingga pengguna kontrasepsi hormonal lebih baik menggunakan kontrasepsi oral dibandingkan kontrasepsi suntik untuk meminimalisasi kejadian disfungsi seksual.
Asupan vitamin B6, B9, B12 memiliki hubungan dengan risiko penyakit kardiovaskular pada lansia Akhirul, Akhirul; Chondro, Fransisca
Jurnal Biomedika dan Kesehatan Vol 2 No 3 (2019)
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.18051/JBiomedKes.2019.v2.111-116

Abstract

LATAR BELAKANGIndonesia akan memasuki periode lansia (aging), dimana 10% penduduk akan berusia 60 tahun ke atas, di tahun 2020. Bertambahnya usia, penyakit tidak menular banyak muncul seperti hipertensi, stroke, dan diabetes melitus (DM). Menurut penelitian yang dilakukan oleh Gugun, asupan gizi atau mikronutrien antara lain asam folat, vitamin B6, dan B12 berpengaruh terhadap terjadinya resiko penyakit kardiovaskular dikarenakan asupan mikronutrien tersebut dapat menurunkan kadar homosistein yang berperan dalam pembentukan aterotrombosis. METODEPenelitian ini dilakukan menggunakan metode analitik observasional dengan pendekatan cross sectional. Pengambilan sampel dilakukan di Kelurahan Jelambar Baru RW 01 pada bulan September hingga Oktober 2018 dengan metode consecutive non random. Jumlah responden sebanyak 92 orang. Pengambilan data menggunakan data primer. Analisis data menggunakan uji Fisher dengan tingkat kemaknaan (p)<0.05. HASILTerdapat hubungan yang bermakna secara statistik antara asupan vitamin B6, B9, dan B12 dengan risiko kardiovaskular pada lansia. Asupan vitamin B6 dengan kategori cukup mempunyai risiko rendah mengalami penyakit kardiovaskular dengan nilai kemaknaan (p=0.000), vitamin B9 asupan kategori kurang memiliki risiko sedang mengalami penyakit kardiovaskular (p=0.001), dan asupan vitamin B12 dengan asupan kategori kurang mempunyai risiko sedang mengalami risiko penyakit kardiovaskular (p=0.017). KESIMPULANDari hasil analisis data didapatkan hubungan antara asupan gizi vitamin B6, B9, dan B12 dengan risiko kardivaskular pada lansia, dimana asupan cukup vitamin B6, B9, dan B12 mengakibatkan risiko rendah untuk menderita penyakit kardiovaskular sedangkan asupan kurang dari vitamin B6, B9, dan B12 mengakibatkan risiko sedang dan tinggi untuk menderita penyakit kardiovaskular.
Retinoblastoma: Masalah dan hambatan dalam mendiagnosis Bakry, Mohammad Haikal; Rahmadhany, Riana
Jurnal Biomedika dan Kesehatan Vol 2 No 4 (2019)
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.18051/JBiomedKes.2019.v2.162-168

Abstract

Retinoblastoma adalah keganasan intraokular yang paling sering dialami oleh neonatus dan anak-anak, dengan insidens terjadinya yaitu 1 per 15.000-20.000 kelahiran dan sekitar 3% dari total keganasan yang terjadi pada anak. Diagnosis dan penanganan retinoblastoma yang terlambat terjadi di negara-negara berkembang termasuk Indonesia mengakibatkan terjadinya metastasis ekstraokular, kehilangan penglihatan dan kematian. Pada negara-negara berkembang, kira-kira setengah populasi anak yang terdiagnosis retinoblastoma meninggal, diduga karena baru terdiagnosis saat stadium penyakit yang sudah lanjut, sementara hanya 3-4% anak yang terdiagnosis di negara maju (Amerika dan Eropa) meninggal karena lebih awal dalam mendiagnosis dan penatalaksaan yang lebih komprehensif. Retinoblastoma adalah keganasan intraokular yang paling sering dialami oleh neonatus dan anak-anak, dengan insidens terjadinya yaitu 1 per 15.000-20.000 kelahiran dan sekitar 3% dari total keganasan yang terjadi pada anak. Diagnosis dan penanganan retinoblastoma yang terlambat terjadi di negara-negara berkembang termasuk Indonesia mengakibatkan terjadinya metastasis ekstraokular, kehilangan penglihatan dan kematian. Pada negara-negara berkembang, kira-kira setengah populasi anak yang terdiagnosis retinoblastoma meninggal, diduga karena baru terdiagnosis saat stadium penyakit yang sudah lanjut, sementara hanya 3-4% anak yang terdiagnosis di negara maju (Amerika dan Eropa) meninggal karena lebih awal dalam mendiagnosis dan penatalaksaan yang lebih komprehensif.Adanya hambatan dalam mendiagnosis secara dini pada negara berkembang dikarenakan belum baiknya sistem asuransi kesehatan, kurangnya komunikasi dan kerjasama pihak- pihak yang terlibat, masih terbatasnya peralatan penunjang diagnosis dan kurang efisiennya sistem rujukan. Hambatan lain termasuk faktor pendidikan, kultural dan ekonomi.Pemberian penanganan yang optimal pada retinoblastoma adalah suatu hal yang kompleks dan memerlukan sebuah tim yang terdiri dari berbagai macam bidang dan disiplin ilmu. Namun pembentukan tim yang seperti itu tentu saja akan menghadapi berbagai macam tantangan khususnya pada keadaan dan daerah yang memiliki sumber daya yang terbatas.
Stres berhubungan dengan atensi pada siswa sekolah menegah atas Nurhasanah, Nurhasanah; Meiyanti, Meiyanti
Jurnal Biomedika dan Kesehatan Vol 3 No 1 (2020)
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.18051/JBiomedKes.2020.v3.3-7

Abstract

LATAR BELAKANGAtensi merupakan komponen kecil dalam tahap memori saat seseorang melakukan proses berpikir. Bila terdapat gangguan pada atensi, maka seseorang akan sulit untuk menerima atau mempelajari hal yang baru. Atensi dipengaruhi oleh berbagai situasi, salah satunya adalah stres. Stres merupakan masalah umum yang terjadi dalam kehidupan manusia dan menjadi bagian hidup yang tidak dapat dielakkan. Siswa sekolahpun dapat mengalami stres yang dapat berpengaruh terhadap atensi dan mempengaruhi tingkat prestasi. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui adanya hubungan stres dengan atensi pada siswa sekolah menengah atas. METODEPenelitian ini merupakan studi observasional dengan desain cross sectional yang mengikusertakan 173 siswa sekolah menengah atas. Responden diperoleh dengan teknik cluster sampling. Stres diukur dengan menggunakan perceive stress scale dan atensi diukur dengan menggunakan digit span test. Analisis data menggunakan uji Chi-square untuk mengetahui hubungan antara stres dengan atensi. HASILDidapatkan jumlah responden sebanyak 173 orang dengan 26% siswa dengan tingkat atensi yang buruk dan 28.3% yang mengalami stres. Dari hasil analisis bivariat terdapat hubungan yang signifikan antara stres dengan atensi pada siswa sekolah menengah atas (p=0.000). KESIMPULANTerdapat hubungan yang signifikan antara stres dengan atensi pada siswa sekolah menengah atas.
Kanker serviks dan gen Fas-promoter-670 Parwanto, MLE
Jurnal Biomedika dan Kesehatan Vol 2 No 3 (2019)
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.18051/JBiomedKes.2019.v2.90-91

Abstract

Kanker serviks merupakan keganasan pada serviks. Jenis kanker tersebut terjadi pada perempuan dan masih menjadi masalah di Indonesia. Indonesia merupakan negara urutan ke 4 di Asia Tenggara dengan insiden kanker serviks terbesar setelah Kamboja, Myanmar dan Thailand. Berdasar data statistik tahun 2012, tingkat insidensi (incidence rate) kanker serviks di Indonesia 17 per 100.000 perempuan per tahun.(1) Telah terbukti bahwa penyebab primer terjadinya kanker serviks yaitu virus papilloma atau yang lebih dikenal dengan istilah “human papillomavirus (HPV)”. Terdapat beberapa jenis serotype HPV, tetapi tidak semua jenis serotype bersifat progesif menjadikan kanker serviks. Salah satu serotype yang bersifat progesif menjadikan kanker serviks yaitu HPV serotype 16. HPV serotype 16 mampu mengubah sel epitel squamosa serviks (cervical-squamous-epithelial cells=CSEC) normal menjadi lesi intraepitelial squamosa tingkat rendah (low-grade squamous intraepithelial lesion=LSIL) atau neoplasia intraepitel serviks (cervical intraepithelial neoplasia=CIN) 1. Selanjutnya, LSIL atau CIN 1 berkembang menjadi lesi intraepitelial squamosa tingkat tinggi (high-grade squamous intraepithelial lesion=HSIL) atau CIN 2, dan akhirnya menjadi kanker serviks yang invasif (invasive cervical cancer=CIN3).(2)
Antioksidan dan katarak Ibrahim, Mohammad Fachri
Jurnal Biomedika dan Kesehatan Vol 2 No 4 (2019)
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.18051/JBiomedKes.2019.v2.154-161

Abstract

Katarak merupakan penyebab utama kebutaan di Indonesia maupun di dunia. Katarak adalah keadaan di mana terjadi kekeruhan terhadap lensa. Katarak dapat disebabkan oleh berbagai hal dan salah satunya adalah radikal bebas atau oksidan. Pada umumnya antioksidan diketahui dapat mencegah terjadinya katarak dengan cara menurunkan faktor risiko terbentuknya katarak. Hal ini dikarenakan antioksidan dapat menetralisir oksidan pada lensa. Antioksidan yang berkaitan dengan katarak antara lain vitamin C, vitamin E dan karotenoid. Antioksidan tersebut terbukti mempunyai hubungan dengan penurunan risiko terjadinya katarak pada beberapa studi. Tetapi, tidak semua penelitian mendapatkan hasil yang serupa. Maka dari itu diperlukan penelitian yang lebih terperinci mengenai manfaat antioksidan terhadap katarak. Katarak merupakan penyebab utama kebutaan di Indonesia maupun di dunia. Katarak adalah keadaan di mana terjadi kekeruhan terhadap lensa. Katarak dapat disebabkan oleh berbagai hal dan salah satunya adalah radikal bebas atau oksidan. Pada umumnya antioksidan diketahui dapat mencegah terjadinya katarak dengan cara menurunkan faktor risiko terbentuknya katarak. Hal ini dikarenakan antioksidan dapat menetralisir oksidan pada lensa. Antioksidan yang berkaitan dengan katarak antara lain vitamin C, vitamin E dan karotenoid. Antioksidan tersebut terbukti mempunyai hubungan dengan penurunan risiko terjadinya katarak pada beberapa studi. Tetapi, tidak semua penelitian mendapatkan hasil yang serupa. Maka dari itu diperlukan penelitian yang lebih terperinci mengenai manfaat antioksidan terhadap katarak.
Hubungan tingkat kemandirian dan kebugaran dengan kualitas hidup lansia Ningrum, Berka Phillia; Chondro, Fransisca
Jurnal Biomedika dan Kesehatan Vol 2 No 4 (2019)
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.18051/JBiomedKes.2019.v2.138-143

Abstract

LATAR BELAKANGData kependudukan Indonesia menunjukkan peningkatkan populasi lansia setiap tahunnya. Kondisi ini berdampak pada peningkatkan prevalensi penyakit degeneratif pada lansia yang kemudian berdampak pada tingkat kemandirian dan kebugaran lansia. Penelitian yang sudah dilakukan masih menunjukkan kontroversi kedua kondisi tersebut di atas dengan kualitas hidup lansia. METODEPenelitian ini merupakan peneliitan potong silang yang dilakukan pada 86 lansia di RW 01 Jelambar Baru, Jakarta Barat. Data dikumpulkan dengan cara wawancara menggunakan kuesioner Barthel Index untuk mengukur tingkat kemandirian, Non exercise fitness test untuk mengukur tingkat kebugaran dan WHOQOL-BREF untuk mengukur tingkat kualitas hidup responden. Analisa bivariat dilakukan untuk mengetahui hubungan tingkat kemandirian dan kebugaran dengan kualitas hidup lansia, menggunakan uji statistik Fisher's Exact Test dan Chi Square dengan tingkat kemaknaan yang digunakan besarnya 0.05. HASILAnalisis hubungan tingkat kemandirian dengan kualitas hidup lansia menggunakan Fisher’s Exact Test, di dapatkan hasil p=0.235. Analisis hubungan tingkat kebugaran dengan kualitas hidup lansia menggunakan uji Chi-Square didapatkan hasil p=0.708. KESIMPULANTidak terdapat hubungan antara tingkat kemandirian dan kebugaran dengan kualitas hidup lansia.
Hubungan antara aktivitas fisik dengan fungsi kognitif pada lansia Noor, Chairina Azkya; Merijanti, Lie Tanu
Jurnal Biomedika dan Kesehatan Vol 3 No 1 (2020)
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.18051/JBiomedKes.2020.v3.8-14

Abstract

LATAR BELAKANGSeiring dengan meningkatnya jumlah lansia khususnya di Indonesia, semakin meningkat pula permasalahan penyakit akibat proses degeneratif. Tiga puluh dua koma empat persen lansia di Indonesia mengalami gangguan pada fungsi kognitifnya. Fungsi kognitif merupakan salah satu bagian terbesar yang diatur oleh otak. Penuaan menyebabkan terjadinya banyak perubahan pada otak yang dapat mengarah pada kemunduran fungsi neurokognitif. Terdapat beberapa faktor yang diduga dapat memperlambat penurunan fungsi kognitif, salah satunya adalah aktivitas fisik. Studi ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara aktivitas fisik dengan fungsi kognitif pada lansia. METODEJenis penelitian ini merupakan observational analitic dengan pendekatan cross sectional yang dilakukan pada bulan November 2015. Sampel diambil secara simple random sampling pada 60 lansia di Posyandu Lansia X, Jakarta. Seluruh lansia yang memenuhi kriteria inklusi dinilai aktivitas fisiknya dari pengisian kuesioner Rapid Assessment of Physical Activity (RAPA), sedangkan nilai fungsi kognitif diperoleh dengan wawancara berdasarkan Mini Mental State Examination (MMSE). Analisis data dilakukan untuk mengetahui hubungan antara aktivitas fisik dengan fungsi kognitif pada lansia digunakan uji Chi-square. HASILTerdapat hubungan bermakna secara statistik antara aktivitas fisik dengan fungsi kognitif pada lansia (p=0.000). KESIMPULANAktivitas fisik dapat mempengaruhi fungsi kognitif pada lansia. Lansia dengan aktivitas fisik golongan regular sampai dengan active memiliki nilai fungsi kognitif yang normal dibandingkan lansia tanpa aktivitas fisik atau termasuk ke dalam golongan under-active.

Page 6 of 11 | Total Record : 108