cover
Contact Name
Vincent Wenno
Contact Email
vincentkalvin@gmail.com
Phone
-
Journal Mail Official
jurnal.kenosis@gmail.com
Editorial Address
-
Location
Kota ambon,
Maluku
INDONESIA
KENOSIS: Jurnal Kajian Teologi
ISSN : 24606901     EISSN : 26564483     DOI : -
Jurnal Kenosis bertujuan untuk memajukan aktifitas dan kreatifitas karya tulis ilmiah melalui media penelitian dan pemikiran kritis analitis di bidang kajian Teologi serta ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan Teologi yang diterbitkan oleh Fakultas Ilmu Sosial Keagamaan Institut Agama Kristen Negeri Ambon.
Arjuna Subject : -
Articles 117 Documents
Manajemen Badan Pengurus dalam Meningkatkan Kompetensi Guru PAR GMIT Benyamin Oebufu Yusuf Elpontus Tanaem; Imelda Marina Djira
KENOSIS: Jurnal Kajian Teologi Vol 7, No 1 (2021): KENOSIS: JURNAL KAJIAN TEOLOGI
Publisher : IAKN Ambon

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37196/kenosis.v1i1.191

Abstract

AbstrakPenelitian ini bertujuan menganalisis strategi yang dilakukan badan pengurus dalam meningkatkan kompetensi guru Pelayanan Anak dan Remaja Gereja Masehi Injili di Timor (GMIT) Benyamin Oebufu untuk memberikan arah pencapaian tujuan pelayanan serta mengantisipasi perubahan yang akan terjadi pada saat pergantian periode pelayanan. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Penelitian ini  dilaksanakan di GMIT Benyamin Oebufu Klasis Kota Kupang Timur dengan subyek  dalam penelitian ini berjumlah 5 orang yang terdiri dari badan pengurus  dan unit pembantu pelayanan. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara dan observasi dan dokumentasi. Teknik analisis data yang digunakan adalah Analysis Interactive yang terbagi menjadi 4 bagian yaitu pengumpulan data, reduksi data, penyajian data serta penarikan kesimpulan/verifikasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa strategi badan pengurus dalam meningkatkan kompetensi guru PAR GMIT Benyamin Oebufu adalah pembahasan materi ajar, pendalaman Alkitab, pelatihan, seminar dan studi banding. Keuntungan yang diperoleh dari peningkatan kompetensi guru PAR adalah lebih memahami firman Tuhan, kreatif dalam pengajaran, membantu persiapan pelayanan, kualitas pengajaran meningkat dan anak lebih memahami pengajaran yang disampaikan. Kendala internal dalam peningkatan kompetensi guru PAR yaitu kesulitan pembagian waktu antara pekerjaan, sekolah dengan pelayanan. Kendala eksternalnya yaitu terbatasnya biaya operasional kegiatan. AbstractThis study aims to analyze the strategies implemented by the governing body to improving the competence of the GMIT Benyamin Oebufu Child and Adolescent Service teachers to provide directions for achieving service goals and to anticipate changes that will occur at the change of service periods. This study uses a descriptive method with a qualitative approach. This research was conducted at GMIT Benyamin oebufu, Klasis East Kupang City. The subjects in this study were five people consisting of the management body and the service support unit. The data collection techniques used in this study was interviews and observation and documentation. The data analysis technique used is the Analysis Interactive which is divided into four parts, namely data collection, data reduction, data presentation and conclusion / verification. The results showed that the strategy of the governing body in increasing the competence of GMIT Benyamin Oebufu's CAS teachers was discussion of teaching materials, Bible study, training, seminars and comparative studies. The advantages obtained from increasing the competence of CAS teachers are better understanding of God's Word, creative in teaching, helping service preparation, improving the quality of teaching and children better understanding the teaching delivered. Internal constraints in increasing the competence of CAS teachers are the difficulty in dividing time between work, school and services. The external obstacle is the limited operational costs for activities. 
PUISI SEBAGAI MEDIA PENGINJILAN WIROL HAURISSA
KENOSIS: Jurnal Kajian Teologi Vol 4, No 1 (2018): KENOSIS : JURNAL KAJIAN TEOLOGI
Publisher : IAKN Ambon

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37196/kenosis.v4i1.52

Abstract

Pemberitaan Injil adalah kabar baik, karena tidak hanya didasarkan pada nilai-nilai kristen semata melainkan juga nilai-nilai kristen yang bersifat universal, yaitu cinta kasih. Ini merupakan latar belakang yang menarik perhatian saya untuk menganalisis puisi Duang e, dengan melihat hubungan antara teks puisi dan fungsi puisi sebagai media penginjilan. Puisi ini merupakan representasi pilihan nilai universal dari estetika teologis dan estetika konkret realitas empiris. Selain itu, ada unsur nilai kontekstual budaya, agama, dan seluruh anasir nilai-nilai sosial, dimensi hidup, manusia, alam, dan Allah. Model analisis yang digunakan adalah semiotika dalam studi misiologi yang berfokus pada teks dan pengalaman kreatif, sikap emosional tekstur. Ini bertujuan untuk memahami dan mengungkapkan makna, memberikan nilai-nilai pertanda dari teks tanda, penanda, dan sistem tanda yang ada di dalam medium bahasa, serta menggarap teks pada suatu konstruksi tanda, sedangkan puisi selalu berubah-ubah sejalan dengan evolusi selera. Fokkelman menegaskan bahwa selama ini puisi sudah mewarnai literatur sastra Alkitab, yaitu seluruh kitab Mazmur, Amsal, Kidung Agung, Ratapan, Ayub, Nabi-Nabi. Ada pula puisi-puisi yang berkisah tentang sejarah, mulai dari kitab Kejadian sampai kitab Raja-Raja (Kejadian 49, Ulangan 31; 32, Hakim-Hakim 5, Keluaran 15, I Samuel 2: 1-10, II Samuel 1: 19-27, II Samuel 22).Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif. Lokasi penelitian di sekitar Kota Ambon. Penelitian dilakukan selama satu bulan. Sumber data utama (primer) adalah puisi yang akan diklasifikasi, sedangkan hasil-hasil wawancara dan buku-buku yang berhubungan dengan penelitian sebagai sumber sekunder. Penulis menyimpulkan dari tulisan ini bahwa media komunikasi tidak pada satu subjek dari pengertian akademik yang normal, tetapi area studi multidisipliner nilai-nilai imperatif penginjilan yang diartikulasikan menjadi bermakna, dan satuan nilai Injil yang berhubungan dengan estetika penciptaan seluruh ciptaan. Tujuannya untuk mewujudkan Kerajaan Allah sebagai kabar baik tanpa ada sekat dan pembatas dalam rangkaian estetika karya Allah, serta sifat keilahian Allah yang nyata dalam misi gereja.
FENOMENA KEKERASAN TERHADAP ANAK DI KOTA AMBON Handry Piris
KENOSIS: Jurnal Kajian Teologi Vol 3, No 2 (2017): KENOSIS : JURNAL KAJIAN TEOLOGI
Publisher : IAKN Ambon

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37196/kenosis.v3i2.11

Abstract

Kekerasan adalah sebuah fenomena sosial yang seakan muncul tanpa ada ujungnya. Kekerasan dalam konteks sosial dilatarbelakangi oleh berbagi masalah. Masalah politik, hukum, ekonomi, disharmonisasi relasi sosial, SARA, etika lingkungan, masalah budaya seringkali menjadi cikal bakal terjadinya kekerasan. Dalam konteks tulisan ini kekerasan kepada anak menjadi perhatian utama karena anak merupakan anugerah Allah yang ditiitpkan kepada sebuah keluarga, dalam sebuah ikatan pernikahan yang kudus, dengan tanggung jawab untuk mendidik, menjaga/memelihara menjadi anak yang berkualitas baik dari sisi jasmani maupun rohani. Dari konteks ini “seakan” bagi sebagian masyarakat anak “tidak/kurang” dipandang sebagai anugerah dan titipan Allah dalam sebuah keluarga. Oleh karena itu anak selalu menjadi objek untuk sebuah tindakan kekerasan atas dasar dan motif yang beragam. Anak cenderung dieksploitasi untuk kepentingan dan kebutuhan tertentu dari orang dewasa. Anak merupakan pewaris terhadap sebuah generasi baru. Sebagai pemegang hak waris terhadap sebuah generasi baru, seharusnya anak mendapat perlakuan yang “istimewa” baik dari aspek jasmani maupun rohani. Kekerasan terhadap anak adalah sebuah wujud nyata pembunuhan karakter terhadap pemegang hak waris sebuah generasi. Fenomena kekerasan di Ambon adalah sebuah bentuk ketidakadilan yang masif, sehingga daripadanya harus mendapat perhatian serius dari semua elemen masyarakat. Persoalan pendidikan, ekonomi serta penegakan hukum haruslah menjadi konsentrasi pemerintah dan lembaga keagamaan. Dilain sisi, peran keluarga sebagai benteng pertama dalam menghadang kekerasan kepada anak harus maksimal, disertai juga dengan peran masyarakat secara umum sebagai benteng kedua.
TAFSIR SOSIO-HISTORIS TERHADAP ULANGAN 15:1-18 DAN KONTRIBUSINYA BAGI MASYARAKAT KEPULAUAN Febby Nancy Patty; Elrianton Muskitta
KENOSIS: Jurnal Kajian Teologi Vol 5, No 1 (2019): KENOSIS : JURNAL KAJIAN TEOLOGI
Publisher : IAKN Ambon

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37196/kenosis.v5i1.61

Abstract

Penafsiran teks Ulangan 15:1-18 menggunakan pendekatan historis kritis masih menyisakan pertanyaan teologis dan terkesan bias. Alasannya karena pendekatan yang digunakan dalam mendeteksi makna perikop ini masih terbatas, dan hanya menekankan dimensi iman.  Tulisan ini bertujuan untuk menggali makna teks  dengan menggunakan pendekatan tafsir sosial. Situasi sosial kemasyarakatan mesti dipertimbangkan dalam mendeteksi perikop ini. Alasannya, teks ini merupakan teks yang lahir dan bertumbuh dalam situasi sosial-budaya, politik, dan ekonomi. Pendekatan sosio-historis dalam penafsiran berfungsi menggali makna (nilai) yang kaya dan menyatu dengan situasi-situasi tersebut. Hasil penafsiran menunjukkan, bahwa Tahun Sabbath dan Syemittah merupakan pranata sosial yang menjamin hak-hak hidup kaum miskin dan para budak, berbagai aturan sebagai pijakan etis dan teologis dalam membangun relasi sosial yang berkualitas dan sikap kepedulian serta belarasa sebagai wujud solidaritas kepada orang-orang miskin dan kaum yang tertindas yang selanjutnya berkontribusi bagi masyarakat kepulauan.
ALLAH DAN ALAM LEDY MANUSAMA
KENOSIS: Jurnal Kajian Teologi Vol 1, No 2 (2015): KENOSIS : JURNAL KAJIAN TEOLOGI
Publisher : IAKN Ambon

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37196/kenosis.v1i2.28

Abstract

Dalam narasi Kitab Suci, manusia diciptakan setelah semua benda dan makhluk diciptakan terlebih dahulu oleh Allah.Dengan demikian manusia sebenarnya makhluk ciptaan yang bungsu.Dan memang, selanjutnya manusia bisa hidup dengan baik berkat adanya ciptaan-ciptaan sebelumnya, sebutlah beberapa di antaranya, seperti bumi, benda-benda langit, segala macam tumbuhan, maupun segala macam hewan. Tanpa mereka, manusia tak akan bisa bertahan hidup. Artinya, manusia bisa hidup karena ciptaaan yang ada terlebih dahulu.Dan sampai sekarang manusia hanya bisa hidup karena ciptaan-ciptaan tersebut. Namun seiring perkembangan, sadar tak sadar manusia menjadi perusak alam ciptaan itu sendiri.Jika dahulu pada masa meramu, manusia hanya berburu makanan seperlunya, maka perkembangan selanjutnya manusia berusaha mengeksploitasi alam ini secara rakus.Manusia menganggap dirinya sebagai pusat alam semesta ini (anthroposentrisme).Maka segala orientasi ciptaan dianggap hanya untuk manusia dengan mengabaikan aspek kelestarian alam itu sendiri.Manusia lupa bahwa dirinya bisa berada karena bergantung pada alam semesta.Manusia mungkin juga lupa bahwa Allah pencipta alam semesta menyediakan ciptaan yang telah dipandangNya baik bagi manusia guna kelangsungan hidupnya. Manusia lupa bahwa dengan merusak alam sesungguhnya manusia sementara dan terus merusak eksistensi Allah yang termanifestasi pada kehadiran Alam, manusia lupa bahwa ketidakpeduliannya kepada alam adalah ketidakpeduliannya kepada Allah, manusia bertanggungjawab sepenuhnya kepada Allah pencipta yang memberikan mandat memelihara dan mengelola alam kepada manusia.Tulisan ini memaparkan konsep Allah dan Alam yang berupaya membangun kesadaran manusia khususnya kekristenan dalam tanggungjawab menjaga dan mengelola alam sesuai ajaran imannya.
Demo(n)s dan Kratos: Kritik Terhadap Praktik Demokrasi dari Kacamata Kekristenan Yoshua Harahap
KENOSIS: Jurnal Kajian Teologi Vol 6, No 2 (2020): KENOSIS: JURNAL KAJIAN TEOLOGI
Publisher : IAKN Ambon

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37196/kenosis.v6i2.188

Abstract

Democracy is often glorified as the modern language of an open government, making room for differences, and advocating justice. Primarily when power lays in the hands of the people and not only in several people. This idea was parallel to Christian values. However, behind this noble idea, democracy contains a problem, namely, when it only perpetuates the power of a few people. On behalf of the people, the ruler’s agenda continues to be maintained because democracy opens up opportunities for abuse of power. Demos and kratos easily slip into demons and kratos. This article aims to criticize the practice of contemporary democracy and, at the same time, seeking gaps for the Church’s contribution to maintaining democracy as a tool for flourishing humanity. To achieve that, I suggested three concepts: the Church as a public church, the Church as a counter-culture, and the Church as a liberating community. Through it, the Church can and is encouraged to be active in maintaining democratic values.AbstrakTidak jarang demokrasi diagungkan sebagai bahasa modern dari pemerintahan yang terbuka, memberi ruang bagi perbedaan, dan menjunjung keadilan. Terutama ketika kekuasaan tidak dipegang oleh sebagian orang saja, melainkan di tangan rakyat. Sebuah ide yang sejajar dengan nilai-nilai kekristenan. Namun demikian, di balik gagasan adiluhung tersebut, demokrasi ternyata mengandung permasalahan pelik, yaitu ketika ia justru melanggengkan kekuasaan segelintir orang saja. Atas nama rakyat, agenda kekuasaan terus terpelihara karena demokrasi justru membuka peluang bagi penyalahgunaan kekuasaan. Demos dan kratos berubah menjadi demons dan kratos, terutama ketika kekuasaan yang dipegang segelintir orang cenderung menjadi kekuasaan yang zalim. Artikel ini mencoba mengkritisi praktik demokrasi tersebut dan juga melihat celah sumbangsih gereja dan kekristenan dalam menjaga demokrasi tetap sebagai reka kehidupan bersama dari, untuk, dan oleh rakyat. Tiga konsep yang ditawarkan adalah gereja sebagai gereja publik, gereja sebagai tenaga penyeimbang, dan gereja sebagai komunitas pembebas menjadi penting karena melaluinya, gereja bisa dan didorong untuk ikut aktif dalam menjaga nilai-nilai demokrasi.
"MAANO" Studi tentang Sistem Pertukaran Sosial pada Masyarakat Pulau Saparua AGUSTHINA CHRISTINA KAKIAY
KENOSIS: Jurnal Kajian Teologi Vol 3, No 1 (2017): KENOSIS : JURNAL KAJIAN TEOLOGI
Publisher : IAKN Ambon

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37196/kenosis.v3i1.44

Abstract

Salah satu sistem sosial-ekonomi yang berlangsung dalam masyarakat pada negeri-negeri di Pulau Saparua, yakni praktik pertukaran sosial ekonomi yang oleh mayarakat setempat disebut “Maano”.Di masa lalu maano bersifat resiprositas murni, tidak berorientasi ekonomis selain hanya untuk membantu orang dengan upah seadanya.Namun seiring dengan masuknya ekonomi uang dalam sistem ekonomi pasar,sistim ‘Maano’telah bergeser, nilai-nilai solidaritas dan kolektivitas masyarakat semakin individualis dan komersil.Kerjasama  dalam bentuk tolong-menolong tanpa pamrih semakin melemah dan bahkan nyaris hilang, diganti dengan adanya pembayaran dari pekerjaan yang dilakukan. Studi ini dilakukan untuk melihat bagaimana pergeseran nilai Maano berlangsung, perubahan-perubahan dalam bentuknya yang sekarang dan  pertautanMaano sebagai sistem sosial ekonomi dengan ajaran Kristen tentang Sharing of Life.
KEADILAN BAGI MAGDA: MENEMUKAN KEMBALI IMPULS TEOLOGI DAN PASTORAL PEMBEBASAN RONALD HELWEDERY
KENOSIS: Jurnal Kajian Teologi Vol 4, No 2 (2018): KENOSIS: JURNAL KAJIAN TEOLOGI
Publisher : IAKN Ambon

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37196/kenosis.v4i2.68

Abstract

Pelayanan pastoral gereja, baik dalam praktik maupun akademik, cenderung diperlakukan sebagai bidang pelayanan dan kajian pinggiran. Sementara, persoalan-persoalan yang dihadapi umat makin rumit. Pendekatan pastoral gereja tradisional mengabaikan kompleks itassosio-historik kehidupan umat. Domestikasi dan individualisme  pelayanan pastoral masih begitu dominan. Bertolak dari satu peristiwa pastoral, penulis berusaha mengangkat kembali apa yang disebut pelayanan pastoral pembebasan atau kristis. Usaha kecil ini bersumber dari impuls teologi dan pendidikan pembebasan. Paparan ini dimaksud untuk mendorong penyegaran perspektif dan model baru praktik pelayanan pastoral.
STRATEGI GURU DALAM MENINGKATKANKREATIVITAS ANAK USIA TAMAN KANAK-KANAK KORI MAKULUA
KENOSIS: Jurnal Kajian Teologi Vol 1, No 1 (2015): KENOSIS : JURNAL KAJIAN TEOLOGI
Publisher : IAKN Ambon

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37196/kenosis.v1i1.23

Abstract

Secara alamiah, perkembangan anak berbeda-beda, baik dalam bakat, minat, kreativitas, kematangan emosi, kepribadian keadaan jasmani dan sosialnya.Selain itu juga setiap anak memiliki kemampuan terbatas dalam belajar yang inheren, dalam dirinya untuk dapat berpikir kreatif dan produktif. Anak akan beraktivitas sesuai dengan minat dan potensi yang dimiliki dirinya, sehingga pengembangan kreativitas anak harus dimulai sejak anak usia dini baik dalam pendidikan PAUD non formal (TPA, KB) maupun PAUD Formal (TK). Untuk mencapai pengembangan kreativitas anak yang optimal bagi anak usia taman Kanak-Kanak, diperlukan strategi guru dalam pembelajaran, sehingga anak akan terangsang untuk berpikir kreatif. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh guru, diantaranya: faktor perkembangan anak Taman Kanak-Kanak, menguasai konsep strategi pembelajaran, memiliki potensi kreatif dalam diri, sehingga dengan potensi kreatif itulah, seorang guru dapat melakukan aktivitas pembelajaran untuk anak usiaTaman Kanak-Kanak, melalui aktivititas atau kegiatan-kegiatan yang dikemas dalam bentuk permainan. Diharapkan dengan strategi guru yang demikian dapat meningkatkan kreativitas anak usia taman kanak-kanak.
Misi Rekonsiliasi dalam Konteks Kemajemukan Agama di Indonesia: Analisis Naratif Yohanes 20:19-23 dan Implikasi Misiologisnya Eklepinus Jefry Sopacuaperu
KENOSIS: Jurnal Kajian Teologi Vol 6, No 1 (2020): KENOSIS: JURNAL KAJIAN TEOLOGI
Publisher : IAKN Ambon

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37196/kenosis.v6i1.85

Abstract

Tulisan ini merupakan upaya untuk menelusuri kembali jejak-jejak awal pengutusan gereja yang terepresentasi melalui pengutusan para murid pada saat Yesus menampakkan diri kepada para murid dalam kisah Yohanes 20:19-23. Kajian ini bertujuan untuk menemukan gambaran orientasi pengutusan Gereja dan relevansinya dalam konteks kemajemukan di Indonesia. Kajian terhadap cerita penampakan diri Yesus kepada murid-murid dilakukan melalui pendekatan naratif dan berfokus pada unsur-unsur narasi seperti latar, tokoh dan penokohan, alur maupun aspek kontras yang muncul di dalam cerita. Selain itu, teks Yoh. 20:19-23 dianalisis menggunakan perspektif tahapan rekonsiliasi yang dikembangkan oleh Robert J. Schreiter. Studi ini menunjukkan bahwa berdasarkan kisah Yoh. 20:19-20 misi pengutusan gereja dapat dikembangkan dari misi tradisional ke misi rekonsiliasi. Pengutusan gereja bukan hanya dengan misi tradisional, seperti kristenisasi, melainkan pengutusan untuk misi rekonsiliasi dan perdamaian di dunia. Pengutusan gereja dengan misi rekonsiliasi dan perdamaian inilah yang penting dan harus dijalankan dalam konteks kemajemukan agama di Indonesia.

Page 7 of 12 | Total Record : 117