cover
Contact Name
Nasrul Wathoni
Contact Email
majalah@farmasetika.com
Phone
842 888888 Ext : 3510
Journal Mail Official
majalah@farmasetika.com
Editorial Address
Fakultas Farmasi, Universitas Padjadjaran Jl. Bandung-Sumedang KM.21, 45363 Sumedang
Location
Kota bandung,
Jawa barat
INDONESIA
Majalah Farmasetika
ISSN : -     EISSN : 26862506     DOI : -
Core Subject : Health,
Majalah Farmasetika Edisi Khusus merupakan majalah online farmasi di Indonesia berbentuk artikel ilmiah populer, artikel review, laporan kasus, komentar, dan komunikasi penelitian singkat di bidang farmasi. Edisi khusus ini dibuat untuk kepentingan informasi, edukasi dan penelitian kefarmasian. Majalah Farmasetika Edisi Khusus terbit 5 kali dalam setahun.
Articles 276 Documents
Otulipenia, Penyakit Inflamasi Baru yang Mematikan dan Menyerang Anak-Anak Hafshah Nurul Afifah
Majalah Farmasetika Vol 1, No 3 (2016): Vol. 1, No. 3, Tahun 2016
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (105.823 KB) | DOI: 10.24198/farmasetika.v1i3.9723

Abstract

Sekelompok peneliti menemukan suatu kondisi inflamasi baru yang disebut otulipenia yang umumnya menyerang anak-anak dibawah 12 tahun. Penyakit langka dan sering kali mematikan ini menyebabkan kegagalan fungsi otulin, suatu gen tunggal pada kromosom 5. Kelompok peneliti ini menemukan keabnormalan gen otulin pada 4 anak dari keluarga Pakistan dan Turki yang mengalami ruam kulit dan peradangan sendi yang tidak dapat dijelaskan. Selain menemukan kategori baru penyakit inflamasi pada manusia yang disebabkan oleh kegagalan ubiquitinasi, peneliti juga merekomendasikan hasil penelitian yang dapat mendorong pengembangan terapi baru untuk pasien penderita penyakit inflamasi dalam rentang yang luas. 
Penjaminan Mutu dalam Pendistribusian Sediaan Farmasi Nabila Mudin
Majalah Farmasetika Vol 3, No 1 (2018): Vol. 3, No. 1, Tahun 2018
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/farmasetika.v3i1.16793

Abstract

Sediaan farmasi merupakan salah satu bagian terpenting dalam pelayanan kesehatan. Tidak sedikit biaya yang diperlukan guna pembelanjaan sediaan farmasi. Distribusi menjadi aspek penting dalam menjamin kualitas sediaan. Untuk memastikan mutu sepanjang alur pendistribusian, maka kualitas produk perlu dipantau mulai dari produk masuk gudang hingga sampai di tangan konsumen. Sediaan farmasi sampai di tangan pasien harus dalam keadaan aman, berkhasiat, bermutu, dan terjangkau. Pengawasan obat secara komprehensif perlu dilakukan pada jaringan distribusi obat demi terjaminnya mutu, khasiat, keamanan, dan keabsahan obat. Penjaminan mutu dipantau seiring integritas rantai distribusi, mulai dari kegiatan pengadaan, penyimpanan, penyaluran hingga jika terjadi pengembalian. Pemantauan mutu mulai dari pembangunan sistem mutu (Quality Management) hingga terjadi Recall dalam proses distribusi diatur dalam Good Distribution Practice.Kata kunci : Penjaminan mutu, distribusi, sediaan farmasi, 
Review : Medication Erorr Pada Tahap Prescribing, Transcribing, Dispensing, dan Administration M. A. W. Khairurrijal; Norisca Aliza Putriana
Majalah Farmasetika Vol 2, No 4 (2017): Vol. 2, No. 4, Tahun 2017
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (294.856 KB) | DOI: 10.24198/farmasetika.v2i4.15020

Abstract

Medication error adalah suatu kejadian yang tidak hanya dapat merugikan pasien tetapi juga dapat membahayakan keselamatan pasien yang dilakukan oleh petugas kesehatan khususnya dalam hal pelayanan pengobatan pasien yang sebetulnya dapat dicegah. Medication error dapat terjadi pada tahapan prescribing, transcribing, dispensing, dan administering. Dalam review jurnal ini, tahap tejradinya masalah  medication  error  dikumpulkan dan diulas kembali untuk melihat faktor-faktor yang mempengaruhi medication  error, prevalensinya, serta peran Apoteker dalam pencegahan terjadinya kesalahan pengobatan (medication  error).Kata Kunci : Medication error, prescribing, transcribing, dispensing, administering
Mengenal Alat Pemantau Gula Darah dari Air Liur dengan “On-Chip Electrochemical Sensing” Muhammad Iqbal Bin Mohd Yusof; Adam Renaldi; Ilham Septiandi; Budi Kurniawan; Ahmad Fauzi
Majalah Farmasetika Vol 1, No 1 (2016): Vol. 1, No. 1, Tahun 2016
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (220.463 KB) | DOI: 10.24198/farmasetika.v1i1.9696

Abstract

Glukosa juga dikenal sebagai gula darah maupun gula jagung merupakan salah satu monosakarida yang paling banyak dan penting terdistribusi di alam. Kadar glukosa yang berlebihan merupakan faktor resiko tinggi penykit diabetes pada manusia. Saat ini pemantauan kadar glukosa melalui darah telah menjadi satu-satunya yang diakui dan banyak digunakan sebagai metode untuk diagnosis dan pengelolaan diabetes. Penusukan jari juga dapat menyebabkan ketidaknyamanan sementara, memar, pingsan dan infeksi yang ditularkan melalui darah. Sebuah teknik non-invasif dan sederhana untuk diagnosis dan pemantauan diabetes sangat diinginkan. Salah satu metode yang digunakan untuk memantau kadar glukosa dalam saliva adalah dengan on-chip electrochemical sensing. On-chip electrochemical sensing memiliki keunggulan yaitu sederhana, sangat sensitif, akurat, nyaman, murah, dan secara efektif dapat menentukan konsentrasi glukosa dalam air liur. 
Apoteker dan Konsep Kolaborasi Interprofesionalitas Tenaga Kesehatan dalam Program JKN Decky Ferdiansyah
Majalah Farmasetika Vol 3, No 4 (2018): Vol. 3, No. 4, Tahun 2018
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/farmasetika.v3i4.21632

Abstract

Kesehatan merupakan hak asasi warga negara dan salah satu unsur kesejahteraan umum yang harus diwujudkan dalam kehidupan bernegara. Perwujudan tersebut dilakukan untuk mencapai derajat kesehatan individu dan masyarakat yang setinggi-tingginya. Pemerintah melaksanakan sistem jaminan sosial nasional di bidang kesehatan dengan nama Program Jaminan Kesehatan Nasional (Program JKN). Program JKN dirancang sebagai suatu program jaminan perlindungan kesehatan kepada peserta untuk memperoleh manfaat pemeliharaan kesehatan dan perlindungan dalam memenuhi kebutuhan dasar kesehatan. Upaya kesehatan dapat dimaknai sebagai setiap kegiatan atau serangkaian kegiatan yang bertujuan untuk memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan individu dan masyarakat yang setinggi-tingginya. Sebagai salah satu jenis tenaga kesehatan, apoteker memiliki peran yang cukup penting dalam dimensi pelayanan kesehatan. Apoteker memiliki kompetensi berupa pengetahuan, keterampilan dan kewenangan di bidang kefarmasian, makanan dan alat kesehatan. Beberapa pihak menyebutkan tenaga kesehatan harus melakukan peran kolaborasi interprofesional. Yang dimaksud dengan kolaborasi interprofesional adalah interaksi dua atau lebih tenaga kesehatan yang berbeda untuk menghasilkan pemahaman bersama yang tidak akan mungkin tercapai jika mereka bekerja sendiri-sendiri. Menjadi tantangan yang tidak mudah bagi tenaga kesehatan di Indonesia untuk menjalankan kolaborasi interprofesional tenaga kesehatan tersebut.Kata kunci : Apoteker, interprofesionalitas, tenaga kesehatan, JKN
Manfaat Alga Merah (Rhodophyta) Sebagai Sumber Obat dari Bahan Alam Larasati Amaranggana; Nasrul Wathoni
Majalah Farmasetika Vol 2, No 1 (2017): Vol. 2, No. 1, Tahun 2017
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (245.788 KB) | DOI: 10.24198/farmasetika.v2i1.13203

Abstract

Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumber keanekaragaman hayati dan memiliki kekayaan spesies laut tertinggi. Sekitar 45% spesies rumput laut dunia ada di Indonesia. Dikutip dari laporan ekspedisi Siboga, terdapat sekitar 782 spesies rumput laut di Indonesia dengan 196 spesies alga hijau, 134 spesies alga coklat, dan 452 alga merah. Sayangnya, meskipun terdapat banyak jenis rumput laut yang ditemukan diperairan Indonesia, baru sedikit jenis rumput laut yang diketahui memiliki nilai ekonomi tinggi. Padahal menurut FAO, rumput laut merupakan produk yang bisa dikembangkan menjadi makanan, kosmetika, farmasetika, bioetanol, pakan ternak, pakan ikan, aquakultur, dan penanganan limbah air. Rumput laut mengandung berbagai metabolit yang bermanfaat bagi manusia. Dibandingkan dengan rumput laut hijau dan coklat, rumput laut merah (Rhodopyta) merupakan jenis rumput laut yang paling banyak mengandung senyawa metabolit primer dan sekunder. Rumput laut merah dikenal sebagai penghasil phycocolloids seperti agarose, agar, karagenan, dan metabolit sekunder penting lainnya. Review ini bertujuan untuk memaparkan aktivitas-aktivitas biologi yang dimiliki alga merah sebagai bahan referensi berbagai bidang pemanfaatan alga.Kata kunci: Rumput laut, alga, Rhodophyta
Apakah Obat yang Kita Konsumsi Saat Ini Sudah halal? Norisca Aliza Putriana
Majalah Farmasetika Vol 1, No 4 (2016): Vol. 1, No. 4, Tahun 2016
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (126.98 KB) | DOI: 10.24198/farmasetika.v1i4.10370

Abstract

Obat adalah suatu bahan atau campuran bahan untuk dipergunakan dalam menentukan diagnosis, mencegah, mengurangi, menghilangkan, menyembuhkan penyakit atau gejala penyakit. Obat terdiri dari bahan aktif dan bahan farmaseutik (bahan pembantu eksipien). Dalam suatu sediaan obat dapat mengandung  tiga sampai dengan empat bahan pembantu. Perkembangan teknologi proses pembuatan obat kini semakin maju dan menjadi tantangan tersendiri untuk menghasilkan obat yang bagus dan halal. Indonesia merupakan negara dengan penduduk muslim terbanyak di dunia, dalam islam seorang muslim diharuskan minum dan makan dengan prinsip “halalan thoyiban” halal menurut syariah dan baik/menyehatkan bagi  tubuh. 
Efikasi Obat dipengaruhi oleh Karakteristik Padatan Zat Aktifnya Falen Novita Dewi
Majalah Farmasetika Vol 3, No 2 (2018): Vol. 3, No. 2, Tahun 2018
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/farmasetika.v3i2.21618

Abstract

Dalam mengonsumsi obat, selain diperhatikan indikasinya, perlu diperhatikan pula hal-hal lainnya. Bentuk obat, kelarutan, laju disolusi (kecepatan melarutnya suatu obat di dalam tubuh), dan bioavailibilitas obat (ketersediaan jumlah obat dalam darah) harus diperhatikan. Salah satu yang mempengaruhi kelarutan, laju disolusi, dan bioavailibitas obat tersebut adalah sifat zat padat yang menyusun obat tersebut. Secara singkat, di sekitar kita terdapat beberapa bentuk zat yaitu zat padat, zat cair, dan gas. Zat padat sendiri jika dilihat dengan menggunakan mikroskop dan instrumen X-Ray Diffractrometer akan terbagi menjadi 2 bentuk yaitu “amorf” dan bentuk “kristal”.Tujuan mempelajari sifat dan bentuk suatu senyawa adalah untuk menentukan bagaimana senyawa tersebut diperlakukan. Baik dari proses produksi, sampai senyawa tersebut telah menjadi bentuk sediaan obat jadi dan masuk ke dalam tubuh. Dosis yang diperhitungkan harus tetap dijaga sampai obat tersebut sampai kepada pasien sehingga dengan kata lain stabilitas obat tersebut harus dijaga. Bentuk sediaan padat merupakan bentuk sediaan yang paling stabil. Oleh karena itu, mempelajari bagaimana suatu zat padat menjadi sediaan yang dapat berguna bagi tubuh dapat membantu untuk tahu pula bagaimana sediaan tersebut harus disimpan, bagaimana cara meminumnya, apa yang harus dilakukan, dan bagaimana sifat-sifat padatan tersebut mempengaruhi kerja obat.Kata kunci : Efikasi, Obat, Padatan, Zat Aktif
Teh Klaras Sebagai Minuman Menyehatkan Ersa Fadhilah; Ayu Utami Dewi
Majalah Farmasetika Vol 2, No 5 (2017): Vol. 2, No. 5, Tahun 2017
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (208.029 KB) | DOI: 10.24198/farmasetika.v2i5.16781

Abstract

Minuman fungsional dapat dibuat dari berbagai macam tanaman, salah satu tanaman yang dapat diolah menjadi minuman fungsional teh adalah daun pisang kering (klaras). Masyarakat Indonesia sering sekali memanfaatkan daun pisang seggar maupun kering sebagai bahan pembungkus makanan. Daun pisang yang kering memberikan aroma yang khas, selain itu digunakan sebagai kerajinan tangan, hiasan dalam upacara adat, dapat digunakan sebagai obat seperti dapat menurunkan suhu tubuh, dan sebagai pewana alami makanan tradisional. Klaras cenderung tidak dimanfaatkan. Pada umumnya klaras buang begitu saja dan dianggap sebagai sampah. Hal ini dapat menimbulkan dampak pencemaran lingkungan karena akan semakin banyak limbah lingkungan hidup. Oleh karena itu, pemanfaatan limbah daun klaras dapat dijadikan sebagai minuman fungsional yang dapat menyembuhkan berbagai penyakit.Kata kunci : klaras, pangan fungsional, daun pisang
Molekular Imprinting Polimer Sebagai "Antibody Mimic" dalam Pengujian Klinik Aliya Nur Hasanah
Majalah Farmasetika Vol 1, No 2 (2016): Vol. 1, No. 2, Tahun 2016
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (113.726 KB) | DOI: 10.24198/farmasetika.v1i2.9705

Abstract

45 tahun lalu merupakan pertama kali imprinting diperkenalkan dalam dunia polimer organik oleh Gunter Wulff’s. Molekular imprinting polimer adalah  material yang disiapkan dengan keberadaan suatu molekul sebagai cetakan untuk pembentukan sisi ikatan komplementer dengan molekul cetakan. Molekular imprinting polimer dapat menjadi model buatan untuk sisi ikatan biologi yang umumnya ditemukan pada reseptor dan antibodi. Molekular imprinting polimer juga dapat digunakan untuk sistem deteksi yang mengikuti alur sisi ikatan biologi. Molekular imprinting polimer memiliki karakter yang lebih baik dibanding antibodi dalam hal stabilitas fisikokimia, mekanik dan ketahanan terhadap panas. Tetapi, dibalik banyaknya keuntungan yang ditawarkan oleh molekular imprinting polimer sebagai “plastic antibody” atau “antibody mimic”, masih banyak hal yang harus diperbaiki agar material ini dapat betul-betul menggantikan antibodi sehingga bisa digunakan secara luas dalam immunoassay. 

Page 6 of 28 | Total Record : 276


Filter by Year

2016 2024


Filter By Issues
All Issue Vol 9, No 1 (2024) Vol 8, No 5 (2023) Vol 8, No 4 (2023) Vol 8, No 3 (2023) Vol 8, No 2 (2023) Vol 8, No 1 (2023) Vol 7, No 5 (2022): Vol. 7, No. 5, Tahun 2022 Vol 7, No 4 (2022): Vol. 7, No. 4, Tahun 2022 Vol 7, No 3 (2022): Vol. 7, No. 3, Tahun 2022 Vol 7, No 2 (2022): Vol. 7, No. 2, Tahun 2022 Vol 7, No 1 (2022): Vol. 7, No. 1, Tahun 2022 Vol 6, No 5 (2021): Vol. 6, No. 5, Tahun 2021 Vol 6, No 4 (2021): Vol. 6, No. 4, Tahun 2021 Vol 6, No 3 (2021): Vol. 6, No. 3, Tahun 2021 Vol 6, No 2 (2021): Vol. 6, No. 2, Tahun 2021 Vol 6, No 1 (2021): Vol. 6, No. 1, Tahun 2021 Vol. 6, Supl. 1, Tahun 2021 Vol 5, No 5 (2020): Vol. 5, No. 5, Tahun 2020 Vol 5, No 4 (2020): Vol. 5, No. 4, Tahun 2020 Vol 5, No 3 (2020): Vol. 5, No. 3, Tahun 2020 Vol 5, No 2 (2020): Vol. 5, No. 2, Tahun 2020 Vol 5, No 1 (2020): Vol. 5, No. 1, Tahun 2020 Vol 4, No 5 (2019): Vol. 4, No. 5, Tahun 2019 Vol 4, No 4 (2019): Vol. 4, No. 4, Tahun 2019 Vol 4, No 3 (2019): Vol. 4, No. 3, Tahun 2019 Vol 4, No 2 (2019): Vol. 4, No. 2, Tahun 2019 Vol 4, No 1 (2019): Vol. 4, No. 1, Tahun 2019 Vol. 4, Supl. 1, Tahun 2019 Vol 3, No 5 (2018): Vol. 3, No. 5, Tahun 2018 Vol 3, No 4 (2018): Vol. 3, No. 4, Tahun 2018 Vol 3, No 3 (2018): Vol. 3, No. 3, Tahun 2018 Vol 3, No 2 (2018): Vol. 3, No. 2, Tahun 2018 Vol 3, No 1 (2018): Vol. 3, No. 1, Tahun 2018 Vol 2, No 5 (2017): Vol. 2, No. 5, Tahun 2017 Vol 2, No 4 (2017): Vol. 2, No. 4, Tahun 2017 Vol 2, No 3 (2017): Vol. 2, No. 3, Tahun 2017 Vol 2, No 2 (2017): Vol. 2, No. 2, Tahun 2017 Vol 2, No 1 (2017): Vol. 2, No. 1, Tahun 2017 Vol 1, No 5 (2016): Vol. 1, No. 5, Tahun 2016 Vol 1, No 4 (2016): Vol. 1, No. 4, Tahun 2016 Vol 1, No 3 (2016): Vol. 1, No. 3, Tahun 2016 Vol 1, No 2 (2016): Vol. 1, No. 2, Tahun 2016 Vol 1, No 1 (2016): Vol. 1, No. 1, Tahun 2016 More Issue