cover
Contact Name
Mochamad Rochim
Contact Email
mochammad.rochim@unisba.ac.id
Phone
+62895344820373
Journal Mail Official
mimbar@unisba.ac.id
Editorial Address
Jl. Purnawarman No. 63, Bandung 40116,
Location
Kota bandung,
Jawa barat
INDONESIA
MIMBAR (Jurnal Sosial dan Pembangunan)
ISSN : 02158175     EISSN : 23032499     DOI : DOI: 10.29313/mimbar.v29i2.399
Core Subject : Education, Social,
Artikel tersebut belum termuat didata saya yang diterbitkan GARUDA, dan Jurnal tersebut sudah terakreditasi SINTA 2, terima kasih.
Articles 8 Documents
Search results for , issue "Volume 20, No. 4, Tahun 2004 (Terakreditasi)" : 8 Documents clear
Format Tayangan Televisi Sebagai Media Pendidikan Kualitas Bangsa Dedeh Fardiah
MIMBAR (Jurnal Sosial dan Pembangunan) Volume 20, No. 4, Tahun 2004 (Terakreditasi)
Publisher : Universitas Islam Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (184.788 KB) | DOI: 10.29313/mimbar.v20i4.156

Abstract

Televisi sebenarnya memiliki potensi yang amat besar dalam mendidik masyarakat, namun televisi memiliki tantangan yang amat besar pula dalam menjalankan fungsinya yang terkait dengan berbagai kepentingan di dalamnya. Sebagai solusinya perlu ada kajian yang mendalam mengenai hal ini. Salah satu cara adalah mengevaluasi format tayangan televisi yang selama ini sudah berjalan dengan melihat dari berbagai sudut pandang secara komprehensif. Upaya mengevaluasi kajian ini bisa dilakukan di antaranya melalui pendekatan analisis SWOT yang di dalamnya coba menggali seberapa jauh hal-hal yang berhubungan dengan televisi bisa ditelaah, diharapkan setelah dievaluasi akan ditemukan solusi yang mungkin bisa menjadi hal yang bermanfaat bagi semua pihak. Penulis ingin mengkaji tentang : bagaimana memformat tayangan televisi sebagai media dalam meningkatkan pendidikan bangsa. Fokus permasalahan akan dilihat menurut pendekatan analisis SWOT yang secara rinci melihat kekuatan (Strength), kelemahan (Weakness), peluang (Opportunity), dan ancaman (Threath) format tayangan televisi sebagai media pendidikan dalam meningkatkan kualitas bangsa. Dari hasil analisis tentang format tayangan televisi sebagai media pendidikan kualitas bangsa dapat disimpulkan bahwa : format tayangan televisi sebagai media pendidikan kualitas bangsa memiliki kekuatan daya jangkau yang luas tak terbatas tanpa hambatan geografis dan sosiologis, menyedot perhatian pemirsa, dan mudah dicerna oleh masyarakat. Memiliki kelemahan khalayak acapkali tergiring oleh dampak negatif yang ditayangkan televisi sehingga terjebak dalam realitas yang tertayang di televisi. Memiliki peluang untuk dioptimalkan kekuatannya dan diminimalkan kelemahannya karena televisi banyak “dilirik” dari berbagai kalangan, baik bidang politik, ekonomi, sosial, budaya, bahkan para penanam modal, serta pemasang iklan, sehingga keterlibatan semua pihak ini akan mengoptimalkan fungsi televisi sebagai media pendidikan, perangkat perundang-undangan pun telah dimiliki. Memiliki ancaman terjebak pada “pesan sponsor” pihak-pihak berkepentingan yang meraup untung lewat televisi, yang terkadang mengabaikan unsur-unsur pendidikan.
Mencermati Problem Pendidikan Indonesia Untuk Memperbaiki Kualitas Pendidikan (Suatu Upaya Meningkatkan SDM Bangsa) Erhamwilda Erhamwilda
MIMBAR (Jurnal Sosial dan Pembangunan) Volume 20, No. 4, Tahun 2004 (Terakreditasi)
Publisher : Universitas Islam Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (150.901 KB) | DOI: 10.29313/mimbar.v20i4.152

Abstract

Mencermati kenyataan pendidikan yang ada sekarang, masih terlalu banyak masalah menimbulkan keprihatinan, kekecewaan, dan kegagalan. Apa yang salah dalam pelaksanaan pendidikan;apakah tataran konsep yang kehilangan jati dirinya, atau tataran aplikasi ? Secara spesifik tujuan penulisan ini adalah untuk menjawab : (1) Faktor-faktor apa saja yang menyebabkan munculnya masalah dalam pelaksanaan pendidikan, (2) Upaya apa yang dapat dilakukan dalam peningkatan mutu pendidikan Indonesia masa depan. Beberapa problema pokok yang turut mempengaruhi mutu pendidikan antara lain : (a) berbagai ketidakjujuran dalam pendidikan (b) Belum sejalannya kebijakan dengan pelaksanaan, (c) Pelaku pendidikan sebagiannya telah kehilangan idealisme, (d) Pendidikan akhlak dan moral belum mendapatkan perhatian serius.
Rekonstruksi Sistem Pendidikan di Indonesia Sebagai Upaya Meningkatkan Kualitas Bangsa Nina Haryanah
MIMBAR (Jurnal Sosial dan Pembangunan) Volume 20, No. 4, Tahun 2004 (Terakreditasi)
Publisher : Universitas Islam Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (143.213 KB) | DOI: 10.29313/mimbar.v20i4.157

Abstract

Keterpurukan kondisi pendidikan di Indonesia seperti yang digambarkan dalam laporan HDI maupun IID tidak terlepas dari peranan semua komponen dalam sistem pendidikan nasional. Komponen tersebut terdiri dari : pendidik, institusi pendidikan, peserta didik, pemerintah, institusi pemerintah, regulasi, institusi komoditas dan jasa, institusi pengembang ilmu pengetahuan dan teknologi, institusi profesi, organisasi sosial dan kemasyarakatan. Antar komponen tersebut saling mempengaruhi dan signifikan terhadap perubahan (perbaikan) sistem pendidikan di Indonesia.Dalam me-rekonstruksi sistem pendidikan di Indonesia tidak terlepas dari keberadaan semua komponen tersebut,. Untuk itu perlu adanya sinergi dari semua komponen, tidak bisa berdiri sendiri.
Kontribusi Pendidikan dalam Meningkatkan Kualitas Bangsa Indonesia Muhardi Muhardi
MIMBAR (Jurnal Sosial dan Pembangunan) Volume 20, No. 4, Tahun 2004 (Terakreditasi)
Publisher : Universitas Islam Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (181.065 KB) | DOI: 10.29313/mimbar.v20i4.153

Abstract

Sumber daya manusia merupakan aset utama dalam membangun suatu bangsa. Ketersediaan sumber daya alam (natural resources) yang melimpah dan adanya sumber daya modal serta teknologi yang semakin canggih, tidak akan mempunyai kontribusi yang bernilai tambah, tanpa didukung oleh adanya sumber daya manusia (human resources) yang berkualitas. Dengan demikian, peningkatan kualitas suatu bangsa sesungguhnya bertumpu pada peningkatan kualitas sumber manusianya, dan hanya akan dapat dicapai salah satunya melalui penekanan pada pentingnya pendidikan. Ini artinya pendidikan mempunyai kontribusi yang sangat berharga dan signifikan dalam meningkatkan kualitas suatu bangsa, tentunya juga bagi bangsa Indonesia. Untuk mengoptimalkan kontribusi pendidikan tersebut terhadap peningkatan kualitas bangsa ini, semua pihak (stakeholders) mempunyai kontribusi yang penting termasuk pengelola pendidikan itu sendiri, pihak swasta, pemerintah, dan masyarakat pada umumnya. Dalam hal pengelola pendidikan selayaknya industri pendidikan harus dipandang sebagai noble industry (industri mulia) yang harus dikelola secara profesional, dengan berorientasi pada kualitas pendidikan dan sesuai dengan tujuan mulia pendidikan itu sendiri, yaitu untuk menciptakan manusia yang bermartabat dan berakhlak mulia. Pemerintah di sisi lain harus mempunyai komitmen kesungguhan untuk berpihak pada peningkatan kualitas pendidikan, demikian pula dengan masyarakat harus menyadari akan kontribusi pendidikan bagi kemajuan dan kemakmuran masa depan bangsa ini, agar menjadi bangsa yang lebih maju.
Mengembangkan Suasana Pendidikan Berbasis “Learning Oriented” dalam Pembelajaran Kewirausahaan Mahasiswa Ike Junita Triwardhani
MIMBAR (Jurnal Sosial dan Pembangunan) Volume 20, No. 4, Tahun 2004 (Terakreditasi)
Publisher : Universitas Islam Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (253.512 KB) | DOI: 10.29313/mimbar.v20i4.154

Abstract

Era informasi memicu perubahan di banyak hal. Perubahan, pergeseran paradigma, dan cara berpikir telah menerpa banyak hal, di antaranya adalah bidang pendidikan. Perubahan paradigma di bidang pendidikan dipicu oleh perubahan karakter dasar dari subjek pendidikan, yaitu anak didik. Mereka sekarang ini datang ke sekolah penuh dengan segala macam informasi. Kemudian muncul cara belajar dengan menggunakan metode belajar Learning Oriented yang bermuara pada perubahan inti proses belajar dari fokus pada materi dan mengajar menjadi fokus kepada anak didik. Artinya, apa yang menjadi karakter dasar, cara berpikir, dan apa yang dibutuhkan anak didik mulai dianggap menjadi hal terpenting dalam proses belajar mengajar. Metode ini memberi ruang bagi mahasiswa untuk mengeluarkan potensi dirinya secara lebih optimal. Hal menarik yang dikaji dalam tulisan ini adalah tentang bagaimana mengembangkan suasana pendidikan berbasis Learning Oriented, khususnya dalam pembelajaran kewirausahaan mahasiswa. Permasalahan ini dijabarkan dalam: (1) Bagaimana kaitan antara era informasi dan perubahan paradigma dalam dunia pendidikan? (2) Bagaimana memahami perkembangan teknologi informasi yang menyebabkan perubahan terhadap cara berpikir (mindset) mahasiswa? (3) Bagaimana peran metode Learning Oriented sebagai keniscayaan di zaman sekarang? (4) Bagaimana penerapan metode Learning Oriented dalam pembelajaran kewirausahaan pada mahasiswa?Informasi sekarang ini relatif lebih mudah didapatkan, tidak terkecuali bagi mahasiswa. Tetapi hal ini tidak otomatis membuat mahasiswa bisa mengonstruksinya menjadi sebuah pemahaman yang baik dan terarah mengenai sesuatu hal. Mereka tetap memerlukan bimbingan yang akan membantunya memposisikan dirinya di era yang penuh perubahan. Metode belajar Learning Oriented relevan untuk menjawab tantangan tadi. Anak didik akan lebih tertarik dan akan memberikan motivasi internal untuk belajar lebih dalam. Pada pembelajaran kewirausahaan, mahasiswa banyak memperoleh wawasan, baik dari buku maupun apa yang terjadi di lapangan. Selain itu, mereka juga terbiasa untuk menggali potensi yang ada pada dirinya sehingga dapat membantu untuk menentukan kemana arah mereka sesuai dengan potensi yang dimilikinya. Dengan Learning Oriented, diharapkan pendidikan lebih memberikan atmosfer belajar mengajar untuk mengoptimalkan potensi diri pelaku belajar. Mahasiswa diharapkan lebih berani untuk mengungkapkan gagasan atau ide-ide serta mempelajari risiko yang akan muncul. Pengajar diharapkan dapat menjadi fasilitator bagi pengembangan ide-ide mahasiswa. Diharapkan juga institusi pendidikan tinggi mempunyai kontribusi dan peran yang signifikan kepada masyarakat, terutama menghadapi zaman yang semakin cepat berubah.
Media Literacy: Mendidik Masyarakat Cerdas di Era Informasi Santi Indra Astuti
MIMBAR (Jurnal Sosial dan Pembangunan) Volume 20, No. 4, Tahun 2004 (Terakreditasi)
Publisher : Universitas Islam Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (522.462 KB) | DOI: 10.29313/mimbar.v20i4.150

Abstract

Berbagai makna dilekatkan pada pendidikan. Mulai dari pendidikan sebagai kunci kemajuan peradaban bangsa, pendidikan sebagai sarana peningkatan kualitas SDM, serta pendidikan sebagai proses sosialisasi nilai- nilai budaya, sekaligus sarana ampuh untuk mengindoktrinasikan ideologi. Apapun makna pendidikan, posisinya tergolong sentral di tengah masyarakat, mengingat fungsi selaku pranata cultural maintenance dalam sistem sosial. Namun seiring dengan perkembangan zaman, pendidikan mendapat tantangan serius, ketika masyarakat bertansformasi menjadi masyarakat media yang hidup di era informasi. Di era ini, media muncul sebagai sentra pendidikan keempat dalam ruang pendidikan secara keseluruhan, yang sebelumnya hanya diisi oleh setra keluarga, sekolah, dan masyarakat. Tantangan yang muncul bersumber dari dominasi media massa dalam kehidupan publik, yang ketika posisinya bergeser menggantikan peran sentra pendidikan lainya, disinyalir telah menyajikan kurikulum tersembunyi –the hidden curriculum- lewat kandungan isinya yang tidak mencerdaskan khalayak. Tantangan ini dapat diatasi lewat gerakan media literacy- sebuah konsep keberaksaraaan (literacy) yang diterapkan pada media massa. Melalui gerakan ini, masyarakat diajak untuk memahami bahwa media massa sesungguhnya tidaklah netral, melainkaan ajang kontestasi pelbagai kepentingan sosial ekonomi politik. Bahwa media sesungguhnya bukan sekedar alat kontrol sosial dan cermin realitas, melainkan punya peran dalam mengonstruksi realitas sosial secara subjektif. Lewat upaya penyadaran semacam ini, gerakan media literacy berkehendak mendidik masyarakat guna memanfaatkan informasi dan kandungan media lainnya sesuai dengan keperluannya. Lebih jauh lagi, gerakan ini bermaksud mendidik masyarakat agar mampu bersikap kritis dan bijak dalaam menghadapi banjir informasi dan upaya media massa mendominasi kehidupan masyarakat sehari-hari.
Rekonstruksi dan Revitalisasi Pendidikan Indonesia Guna Meningkatkan Kualitas Bangsa Ihsana Sabriani Borualogo
MIMBAR (Jurnal Sosial dan Pembangunan) Volume 20, No. 4, Tahun 2004 (Terakreditasi)
Publisher : Universitas Islam Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (175.858 KB) | DOI: 10.29313/mimbar.v20i4.155

Abstract

Terdapat banyak keluhan dan masalah berkaitan dengan rendahnya pendidikan bangsa Indonesia, baik keluhan mengenai rendahnya mutu sumber daya manusia, buruknya sistem pendidikan serta mahalnya biaya pendidikan. Sementara di sisi lain terdapat bukti bahwa sesungguhnya siswa-siswi Indonesia memiliki potensi yang dapat dibanggakan dengan berhasil menang di berbagai olimpiade dan kompetisi dalam bidang ilmu pengetahuan baik tingkat nasional maupun internasional. Guna mengupayakan peningkatan kualitas bangsa, maka perlu dilakukan rekonstruksi dan revitalisasi pendidikan. Rekonstruksi perlu dilakukan karena adanya beberapa masalah yang memang harus ditata ulang dan dilakukan perubahan secara mendasar. Sedangkan revitalisasi pendidikan harus dilakukan guna memaksimalkan potensi yang selama ini sesungguhnya telah dimiliki oleh bangsa Indonesia.Masalah-masalah yang terjadi dalam dunia pendidikan di Indonesia antara lain bersumber dari budaya pendidikan kolonialisme (intelektualisme dan verbalistik) yang feodal dan birokratik, sehingga peserta didik tidak memiliki kesempatan untuk menyampaikan gagasan-gagasannya dan adanya kecenderungan untuk mendewakan ijazah formal. Selain itu, sistem pendidikan sentralistik yang selama ini dijalankan menghambat kreativitas guru untuk melakukan inovasi dan mencari metode baru dalam sistem pengajarannya. Paradigma pendidikan nasional yang memandang lebih kepada siswa yang mampu dalam ilmu pengetahuan dan teknologi serta mengabaikan kemampuan siswa dalam bidang ilmu sosial, juga menjadi salah satu faktor yang menghambat peningkatan kualitas bangsa. Selain itu, tampaknya pemerintah cenderung lebih mengutamakan pemanfaatan kualitas sumber daya alam dan mengabaikan pentingnya sumber daya manusia sebagai tenaga ahli untuk mengelola sumber daya alam tersebut. Rendahnya kualitas guru juga menjadi keluhan yang sering dimunculkan, karena guru adalah tokoh sentral pendidikan formal. Di samping itu, biaya pendidikan yang tinggi menjadikan pendidikan sebagai suatu hal yang eksklusif dan elit. Rekonstruksi pendidikan harus dilakukan guna mengubah sentralisasi pendidikan dan mengubah paradigma pendidikan nasional. Berbagai upaya dapat dilakukan dengan mengacu pada teori multiple intelligence dari Howard Gardner dan mempertimbangkan pentingnya pendidikan melalui pembiasaan, pembelajaran, dan peneladanan. Rekonstruksi dana pendidikan juga perlu dilakukan dengan mencari alternatif lain pendanaan pendidikan, tidak hanya mengharapkan dana dari pemerintah. Revitalisasi pendidikan dilakukan dengan mengoptimalkan fasilitas pendidikan yang telah dimiliki oleh sekolah dan berupaya menjalin kerjasama dengan pihak luar agar fasilitas dapat selalu diperbaharui dan aktual.
Reidentifikasi Budaya Organisasi Melalui Pendidikan Kehumasan Ani Yuningsih
MIMBAR (Jurnal Sosial dan Pembangunan) Volume 20, No. 4, Tahun 2004 (Terakreditasi)
Publisher : Universitas Islam Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (200.777 KB) | DOI: 10.29313/mimbar.v20i4.151

Abstract

Strategi humas, dalam perspektif internasional, mensyaratkan dimilikinya substansi nyata dari suatu organisasi bangsa, berupa “identitas organisasi” yang berakar dari “budaya organisasi” bangsa yang bersangkutan. Substansi inilah yang akan menjadi modal dalam pencitraan suatu bangsa, secara internal sebagai pengendali hubungan antar berbagai publik internal, dan secara eksternal sebagai landasan pengembangan reputasi maupun promosi bangsa. Indonesia sebagai organisasi, kini berada dalam kondisi kritis kehilangan jati diri dan identitas budaya organisasinya. Kondisi ini merupakan salah satu faktor penyebab runtuhnya citra bangsa dimata publik internasional. Oleh karenanya reidentifikasi budaya organisasi bagi bangsa Indonesia menjadi amat bermakna. Rekonstruksi budaya untuk membangun kembali citra bangsa yang terpuruk, perlu didahului oleh reidentifikasi budaya organisasi, karena bangsa ini sedang belajar mengenali kembali jati diri dan budayanya. Salah satu alternatif yang bisa ditempuh adalah dengan menggencarkan kesadaran akan pentingnya gerakan ini, melalui pendidikan kehumasan dalam perspektif internasional ke segala penjuru dan lapisan masyarakat. Dengan didukung oleh performa media massa melalui strategi media relations, dan dimotori oleh para pengelola negara yang memiliki kewenangan lintas sektoral, diharapkan semua elemen bangsa memiliki kesadaran untuk menjalankan fungsi humas internasional, sesuai dengan kapabilitas dan perannya masing-masing dalam berbangsa dan bernegara.

Page 1 of 1 | Total Record : 8


Filter by Year

2004 2004


Filter By Issues
All Issue Volume 38, No. 2, (Desember, 2022) [Accredited Sinta 2] No 10/E/KPT/2019] Volume 38, No. 1, (June, 2022) [Accredited Sinta 2] No 10/E/KPT/2019] Volume 37, No. 2, Year 2021 [Accredited Sinta 2] No 10/E/KPT/2019] Volume 37, No. 1, Year 2021 [Accredited Sinta 2] No 10/E/KPT/2019] Volume 36, No. 2, Year 2020 [Accredited Sinta 2] No 10/E/KPT/2019] Volume 36, No. 1, Year 2020 [Accredited Sinta 2] No 10/E/KPT/2019] Volume 35, No. 2, Year 2019 [Accredited Sinta 2] No 10/E/KPT/2019] Volume 35, No. 1, Year 2019 [Accredited Sinta 2] No 10/E/KPT/2019] Volume 34, No. 2, Year 2018 [Accredited Ranking Sinta 2] Volume 34, No. 1, Year 2018 [Accredited Ranking Sinta 2] Volume 33, No. 2, Year 2017 [Accredited by Ristekdikti] Volume 33, No. 1, Year 2017 [Accredited by Ristekdikti] Volume 32, No. 2, Year 2016 [Accredited by Ristekdikti] Volume 32, No. 1, Year 2016 [Accredited by Ristekdikti] Volume 31, No. 2, Year 2015 [Accredited by Ristekdikti] Volume 31, No. 1, Year 2015 [Accredited by Ristekdikti] Volume 30, No. 2, Year 2014 [Accredited by Ristekdikti] Volume 30, No. 1, Year 2014 [Accredited by Ristekdikti] Volume 29, No. 2, Year 2013 [Accredited by Ristekdikti] Volume 29, No. 1, Year 2013 (Accredited by Dikti) Volume 28, No.2, Year 2012 (Accredited by Dikti) Volume 28, No.1, Year 2012 (Accredited by Dikti) Volume 27, No.2, Year 2011 (Accredited by Dikti) Volume 27, No.1, Year 2011 (Accredited by Dikti) Volume 26, No.2, Year 2010 (Accredited by Dikti) Volume 26, No. 1, Year 2010 Volume 25, No. 2, Year 2009 Volume 25, No. 1, Year 2009 Volume 24, No. 2, Year 2008 Volume 24, No. 1, Year 2008 Volume 23, No. 2, Tahun 2007 (Terakreditasi) Volume 23, No. 1, Tahun 2007 (Terakreditasi) Volume 22, No. 4, Tahun 2006 (Terakreditasi) Volume 22, No. 3, Tahun 2006 (Terakreditasi) Volume 22, No. 2, Tahun 2006 (Terakreditasi) Volume 22, No. 1, Tahun 2006 (Terakreditasi) Volume 21, No. 4, Tahun 2005 (Terakreditasi) Volume 21, No. 3, Tahun 2005 (Terakreditasi) Volume 21, No. 2, Tahun 2005 (Terakreditasi) Volume 21, No. 1, Tahun 2005 (Terakreditasi) Volume 20, No. 4, Tahun 2004 (Terakreditasi) Volume 20, No. 3, Tahun 2004 (Terakreditasi) Volume 20, No. 2, Tahun 2004 Volume 20, No. 1, Tahun 2004 Volume 19, No. 4, Tahun 2003 Volume 19, No. 3, Tahun 2003 Volume 19, No. 2, Tahun 2003 Volume 19, No. 1, Tahun 2003 Volume 18, No. 4, Tahun 2002 Volume 18, No. 3, Tahun 2002 Volume 18, No. 2, Tahun 2002 Volume 18, No. 1, Tahun 2002 Volume 17, No. 4, Tahun 2001 Volume 17, No. 3, Tahun 2001 Volume 17, No. 2, Tahun 2001 Volume 17, No. 1, Tahun 2001 Volume 16, No. 4, Tahun 2000 Volume 16, No. 3, Tahun 2000 Volume 16, No. 2, Tahun 2000 Volume 16, No. 1, Tahun 2000 More Issue