cover
Contact Name
Maya Nuriya Widyasari
Contact Email
medica.hospitalia@yahoo.com
Phone
-
Journal Mail Official
medica.hospitalia@yahoo.com
Editorial Address
-
Location
Kota semarang,
Jawa tengah
INDONESIA
Medica Hospitalia
ISSN : 23014369     EISSN : 26857898     DOI : https://doi.org/10.36408/mhjcm
Core Subject : Health,
Medica Hospitalia: Journal of Clinical Medicine adalah jurnal ilmiah yang diterbitkan RSUP Dr. Kariadi dan menerima artikel ilmiah dalam bahasa Indonesia dan bahasa Inggris yang diharapkan dapat menjadi media untuk menyampaikan temuan dan inovasi ilmiah dibidang kedokteran atau kesehatan kepada para praktisi dan akedemisi di bidang kesehatan dan kedokteran.
Arjuna Subject : -
Articles 14 Documents
Search results for , issue "Vol. 1 No. 2 (2012): Med Hosp" : 14 Documents clear
Perkembangan Terapi Sel Punca (Stem Cell) Pada Penyakit Jantung: Masa Kini dan Masa Depan Idrus Alwi
Medica Hospitalia : Journal of Clinical Medicine Vol. 1 No. 2 (2012): Med Hosp
Publisher : RSUP Dr. Kariadi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (958.197 KB) | DOI: 10.36408/mhjcm.v1i2.47

Abstract

Penelitian terapi sel punca di dunia telah berkembang dengan pesat dalam beberapa dasa warsa terakhir, khususnya pada penyakit jantung seperti infark miokard akut, penyakit jantung koroner tahap akhir (PJTA) dan kardiomiopati. Di masa mendatang terapi sel punca dianggap sebagai batas akhir (final frontier) pengobatan berbagai penyakit. Oleh karena itu pengembangan terapi sel punca diharapkan dapat menjawab berbagai tantangan dalam tatalaksana berbagai penyakit secara mendasar. Indonesia merupakan salah satu pelopor terapi sel punca pada infark miokard akut di Asia Tenggara dan merupakan salah satu negara pertama di Asia selain Hongkong yang menggunakan alat NOGA untuk pemetaan (mapping) dan injeksi sel punca pada otot jantung melalui kateterisasi pada PJTA. Sel punca termasuk embryonic stem cells (ESC), cardiac stem cells (CSCs) dan induced pluripotent stem cells (iPSs) dapat mengalami diferensiasi menjadi kardiomiosit dan dapat mengembalikan fungsi kontraksi jantung. Sel tersebut juga dapat berdiferensiasi menjadi sel endotel, memicu pembentukan pembuluh darah baru (angiogenesis), mengembalikan sebagian sel otot jantung yang rusak menjadi tetap hidup, dan menghambat perluasan jaringan parut. Mekanisme lain terapi sel punca pada jantung yang saat ini banyak dianut adalah melalui efek parakrin. Terdapat beberapa metoda pemberian sel punca pada jantung yaitu intrakoroner, epikardial dan intravena. Penelitian di bidang kedokteran kardiovaskular regeneratif mengenai terapi sel punca akan terus berkembang di masa depan, termasuk mengenai jenis sel dan teknik terbaik pemberian sel punca.
Kemampuan Auditorik Anak Tuli Kongenital Derajat Sangat Berat dengan dan Tanpa Bantu Alat Dengar Dimas Adi Nugroho
Medica Hospitalia : Journal of Clinical Medicine Vol. 1 No. 2 (2012): Med Hosp
Publisher : RSUP Dr. Kariadi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (205.479 KB) | DOI: 10.36408/mhjcm.v1i2.49

Abstract

Latar belakang : Tuli kongenital merupakan salah satu penyebab kurang pendengaran pada anak. Deteksi dan intervensi dini diperlukan untuk anak tuli kongenital. Salah satu intervensi pada anak tuli kongenital adalah dengan pemakaian alat bantu dengar (ABD). Sebagian anak tuli kongenital tidak mau dan/atau tidak mampu memakai ABD. Penelitian ini pertujuan untuk menilai perbedaan skor kemampuan auditorik pada anak tuli kongenital derajat sangat berat dengan dan tanpa ABD. Metode : Penelitian belah lintang dengan kuesioner. Sampel penelitian adalah anak tuli kongenital berusia 2– 5 tahun, derajat sangat berat pada kedua telinga yang telah diperiksa BERA di RSUP Dr. Kariadi Semarang tahun 2009. Skor kemampuan auditorik dinilai dengan Infant-Toddler Meaningful Auditory Integration Scale (IT-MAIS). Dukungan keluarga dinilai dengan Family Participation Rating Scale. Analisis data menggunakan uji t tidak berpasangan. Hasil : Sampel penelitian 20 anak, 11 laki-laki dan 9 perempuan, dengan ABD 10 anak dan tanpa ABD 10 anak. Rentang usia sampel 30–60 bulan (rata-rata 49,25 ± 7,41 bulan), rentang usia terdeteksi 6–37 bulan (rata-rata 27,10 ± 8,27 bulan). Rata-rata skor auditorik kelompok sampel dengan ABD 26,60 ± 8,80 sedangkan kelompok tanpa ABD 3,40 ± 1,84 (p=0,000). Kelompok dengan ABD memiliki 70% dukungan keluarga baik, kelompok tanpa ABD memiliki 10% dukungan keluarga baik. Simpulan : Skor kemampuan auditorik anak tuli kongenital derajat sangat berat dengan ABD lebih baik. Kata kunci : tuli kongenital, alat bantu dengar, kemampuan auditorik
Penurunan Nilai Ambang Dengar Penderita Keganasan Kepala Leher Yang Mendapat Kemoterapi Cisplatin dan Radiasi Eksternal Ferri Daniel; Wiratno -; Muyassaroh -
Medica Hospitalia : Journal of Clinical Medicine Vol. 1 No. 2 (2012): Med Hosp
Publisher : RSUP Dr. Kariadi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (252.436 KB) | DOI: 10.36408/mhjcm.v1i2.50

Abstract

Latar belakang : Cisplatin dan radiasi eksternal tunggal maupun kombinasi, memproduksi radikal bebas yang bisa menyebabkan kerusakan sel rambut organ korti dengan akibat penurunan nilai ambang dengar. Tujuan penelitian ini adalah membuktikan bahwa penurunan nilai ambang dengar pada kelompok penderita keganasan kepala leher (KKL) yang mendapatkan cisplatin dan radiasi eksternal lebih besar dibandingkan kelompok yang hanya mendapat cisplatin saja. Metode : Penelitian randomized controlled trial pre-post test group design pada KKL selama 3 bulan. Subyek yang memenuhi kriteria inklusi di klinik THT-KL RSUP Dr. Kariadi Semarang dibagi dua kelompok, yaitu cisplatin 2 seri+2000cGy radiasi eksternal (perlakuan) dan cisplatin (kontrol). Data meliputi nilai ambang hantaran tulang audiogram nada murni kedua kelompok. Analisis data dengan chi-square dan independent-sample t-test. Hasil : Terdapat 29 subyek terdiri dari 14 subyek kelompok perlakuan dan 15 subyek kelompok kontrol. Rerata nilai ambang kedua kelompok tidak berbeda bermakna (telinga kanan p=0,34; telinga kiri p=0,26). Penurunan nilai ambang dengar hantaran tulang kelompok perlakuan lebih besar dibanding kelompok kontrol dengan perbedaan selisih nilai ambang hantaran tulang bermakna (telinga kanan p=0,02 ; telinga kiri p=0,01 ). Simpulan : Penurunan nilai ambang hantaran tulang audiogram nada murni penderita KKL dengan terapi cisplatin dan radiasi eksternal terbukti lebih besar dibanding kelompok dengan terapi cisplatin saja. Kata kunci : Kanker kepala dan leher, cisplatin dan radiasi eksternal, hantaran tulang.
Pengaruh Kombinasi Vitamin C dan D Dosis Tinggi Terhadap System Hemopoetik Penderita Kanker Kepala Leher yang Mendapat Kemoterapi Cisplatin Yusuf Aminullah; Wiratno -; Neni Susilaningsih
Medica Hospitalia : Journal of Clinical Medicine Vol. 1 No. 2 (2012): Med Hosp
Publisher : RSUP Dr. Kariadi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (252.967 KB) | DOI: 10.36408/mhjcm.v1i2.51

Abstract

Latar belakang : Cisplatin dapat menyebabkan penurunan sistem hemopoetik akibat Radical oxygen spesies (ROS) pada penderita kanker kepala dan leher (KKL). Kombinasi vitamin C dan E dosis tinggi sebagai antioksidan dari luar diperlukan untuk menetralisir ROS. Tujuan penelitian ini adalah membuktikan bahwa kombinasi vitamin C dan E dosis tinggi dapat mengurangi penurunan sistem hemopoetik penderita KKL akibat cisplatin. Metode : Penelitian eksperimental pre-post test design. Subyek yang memenuhi kriteria inklusi dari klinik dan bangsal THT-KL RSUP Dr. Kariadi Semarang dilakukan randomisasi blok, kemudian dibagi menjadi dua kelompok; kelompok perlakuan diberikan kombinasi vitamin C 1000 mg dan E 400 mg dan kelompok kontrol diberikan vitamin C 2x50 mg selama 5 minggu. Analisis data dengan chi square, paired t-test dan independent t-test. Hasil : Empat puluh delapan subyek memenuhi kriteria inklusi, usia terbanyak 50–59 tahun yaitu 35,6%, laki-laki dan perempuan 3 : 1, KNF 32(71,1%), stadium IV 27(60%). Terdapat penurunan hemoglobin dan lekosit yang bermakna antara kedua kelompok (p<0,05), sedangkan penurunan eritrosit dan trombosit tidak berbeda bermakna (p>0,05) Simpulan : Kombinasi vitamin C dan E dosis tinggi dapat mengurangi penurunan kadar hemoglobin dan jumlah lekosit penderita KKL akibat cisplatin. Kata kunci: Kombinasi vitamin C dan E dosis tinggi, cisplatin, sistem hemopoetik.
Tingkat Pengetahuan Pada Mahasiwa Tingkat Akhir FK Undip Tentang Partograf Gandita Anggoro; Julian Dewatingrum; Amalia Setiawati
Medica Hospitalia : Journal of Clinical Medicine Vol. 1 No. 2 (2012): Med Hosp
Publisher : RSUP Dr. Kariadi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (277.871 KB) | DOI: 10.36408/mhjcm.v1i2.52

Abstract

Latar belakang : Partograf sebagai alat untuk memantau kemajuan persalinan, akan membantu mendeteksi persalinan abnormal, mencegah partus lama dan partus macet. Pengetahuan partograf harus dimiliki setiap tenaga penolong kesehatan, termasuk dokter. Penilaian pengetahuan partograf perlu dilakukan untuk mengetahui sejauh mana kesiapan mahasiswa kedokteran dalam menangani suatu persalinan, dengan menggunakan partograf. Penilaian tersebut ditujukan terutama pada mahasiswa kedokteran tingkat akhir, sehingga bila didapati hasil yang kurang memuaskan, dapat dilakukan intervensi sebelum mereka lulus menjadi dokter umum. Metode : Penelitian observasional ini dilakukan dengan pendekatan potong lintang (cross sectional) yang telah dilakukan pada Juni-Juli 2011 pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro yang akan lulus menjadi dokter pada tahun 2011, sebelum mengikuti kepaniteraan komprehensif. Pengambilan sampel dilakukan dengan metode purposive random sampling. Sebanyak 97 data responden memenuhi syarat kriteria. Data yang didapat diverifikasi dengan data yang berasal dari bagian akademik FK UNDIP Semarang. Analisis data berupa analisis deskriptif, dengan penyajian data dalam bentuk tabel, grafik dan presentase tingkat pengetahuan. Hasil : Pengetahuan mahasiswa kedokteran tingkat akhir mempunyai rata-rata skor pengetahuan 15,74 (±2,23) dari total 20 pertanyaan, dengan presentase pengetahuan partograf adalah 78,7%. Hanya 17 (17,5%) mahasiswa yang dapat menulis dan menerapkan pengetahuan tersebut dengan benar kedalam simulasi kasus pengisian partograf. Simpulan : Pengetahuan pada mahasiswa kedokteran tingkat akhir tentang partograf sudah baik. Namun masih ada beberapa poin pengetahuan yang belum dipahami oleh mahasiswa. Pengetahuan dalam pengaplikasian partograf ternyata masih kurang. Kata kunci : partograf, pengetahuan, mahasiswa kedokteran, dokter umum
Pengaruh Operasi Katarak Insisi Lebar Terhadap Sensibilitas Kornea dan Kejadi Dry Eye Paramastri Arintawati; Norma Handojo; Siti Sundari Sutedja
Medica Hospitalia : Journal of Clinical Medicine Vol. 1 No. 2 (2012): Med Hosp
Publisher : RSUP Dr. Kariadi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (238.448 KB) | DOI: 10.36408/mhjcm.v1i2.53

Abstract

Latar belakang : Operasi katarak adalah salah satu operasi mata yang bertujuan untuk memperbaiki tajam penglihatan dengan tingkat kesuksesan cukup tinggi. Beberapa pasien mengeluhkan gejala dry eye setelah operasi, yang diduga disebabkan karena insisi pada operasi katarak dapat menurunkan sensibilitas kornea yang mengakibatkan dry eye. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui derajat penurunan sensibilitas kornea pada penderita pasca operasi katarak dan hubungannya dengan kejadian dry eye. Metode : Penelitian quasi experiment, one group pre-post test design. Pemeriksaan sensibilitas kornea, Tear Break Up Time (TBUT), tes Schirmer I dan pengecatan rose bengal dilakukan sebelum operasi ekstraksi katarak ekstra kapsuler (EKEK), dan minggu II, bulan I, II dan III pasca operasi. Hasil : Didapatkan 70 mata, 40 laki-laki (57,1%) dan 30 perempuan (42,9%). Terdapat penurunan sensibilitas kornea yang bermakna antara pre dan pasca operasi pada seluruh kuadran (p<0,001). Terdapat penurunan TBUT yang bermakna antara pre dan pasca operasi (p<0,001). Tes Schirmer I meningkat bermakna pada minggu II pasca operasi dibandingkan pre operasi (p=0,003), kemudian menurun pada bulan II dan III pasca operasi namun penurunan tersebut tidak bermakna (p= 0,438 dan p=0,171). Skor rose bengal meningkat bermakna pada bulan I, II dan III pasca operasi (p= 0,021; 0,032 dan 0,004). Simpulan : Terdapat penurunan sensibilitas kornea yang bermakna pada penderita pasca operasi EKEK namun tidak berhubungan dengan perubahan hasil uji pemeriksaan dry eye. Kata kunci: Ekstraksi katarak ekstrakapsuler, sensibilitas kornea,dry eye.
Gangguna Tidur Pada Anak Palsi Serebral Hendriani Selina; Winres Priambodo; M Sakundarno
Medica Hospitalia : Journal of Clinical Medicine Vol. 1 No. 2 (2012): Med Hosp
Publisher : RSUP Dr. Kariadi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (231.752 KB) | DOI: 10.36408/mhjcm.v1i2.54

Abstract

Latar belakang : Gangguan tidur bisa terjadi pada 25% anak normal. Tetapi pada anak anak palsi serebral (CP) yang sering mengalami keterlambatan pada berbagai aspek perkembangan, kejadian gangguan tidur lebih sering terjadi. Gangguan tidur memerlukan pemeriksaan polisomnogram yang tidak selalu dapat dilakukan di setiap pusat kesehatan karena keterbatasan sarana. Sebagai alternatif dapat dilakukan pemeriksaan dengan kuesioner Child's Sleep Habits Questionare (CSHQ) yang dikembangkan oleh Owen dari Amerika Serikat. Tujuan penelitian adalah mengetahui adanya gangguan tidur serta jenis gangguan tidur pada masing masing tipe palsi serebral. Metode : Penelitian deskriptif dilakukan di YPAC cabang Semarang bulan Maret sampai Juli 2006 pada anak palsi serebral usia 4–12 tahun. Digunakan kuesioner CSHQ dengan cut off point > 41 sebagai tanda bahwa terdapat gangguan tidur. Kuesioner diisi oleh orang tua atau pengasuh pasien. Data dianalisis secara deskriptif. Hasil : Lima puluh anak masuk dalam kriteria inklusi, didapatkan 96% dengan gangguan tidur. Pada 41 anak palsi serebral tipe spastik didapatkan gangguan tidur dominan berupa sleep onset delay (65%), satu anak tipe diskinetik didapatkan bedtime resistance, dua anak palsi serebral tipe ataksik dengan sleep anxiety dan enam anak palsi serebral tipe campuran dengan parasomnias (83%). Simpulan : Sebagian besar (96%) anak palsi serebral menderita gangguan tidur. Berbagai tipe palsi serebral mempunyai gangguan tidur dominan yang berbeda. Kata kunci: gangguan tidur, palsi serebral, CSHQ
Comparasion Of The Therapeutic Effect Between SWD And Tens On Relieving Pain In Mechanical Low Back Pain Petients Robby Kartadinata; Lanny Indriastuti
Medica Hospitalia : Journal of Clinical Medicine Vol. 1 No. 2 (2012): Med Hosp
Publisher : RSUP Dr. Kariadi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (219.497 KB) | DOI: 10.36408/mhjcm.v1i2.55

Abstract

Background : Low back pain (LBP) is the second cause of pain after headache and remains one of the most common symptoms for seeing a physician. About 90% of LBP is caused by mechanical factor. There are various physical modalities to relieve pain, such as, Short Wave Diathermy (SWD) and Transcutaneus Electrical Nerve Stimulation (TENS) which are proved to be useful to relieve pain. The aim of the study is to compare SWD and TENS on relieving pain in mechanical LBP patients. Methods : A pre-posttest study in 36 outpatients, with subacute mechanical LBP, ranging from 30–55 years old, were randomly divided into two even groups, the SWD group and TENS group. The subjects received either SWD or TENS on lumbosacral area for 15 minutes, 3 times a week, with the interval of 2–3 days during 2 weeks. Visual Analogue Scale (VAS) was applied for pain assessments to all subjects before and 24 hours after the sixth therapy session. Results : There was a reduction on VAS score in the SWD group from 4.56 ± 0.62 cm to 1.90 ± 0.51 cm (p<0.001). There was a reduction on VAS score in the TENS group from 4.64 ± 0.59 cm to 2.03 ± 0.50 cm (p<0.001). There was no significant difference on VAS score reduction between SWD and TENS group (p = 0.643). Conclusion : TENS therapy relieves pain in subacute mechanical LBP patients as good as SWD Therapy. Keywords : Mechanical low back pain, SWD, TENS.
Gambaran Beban Caregiver Penderita Skizofrenia di Poliklinik Rawat Jalan RSJ Amino Gondohutomo Semarang Alifiati Fitrikasari; Agung Kadarman; Widodo Sarjana
Medica Hospitalia : Journal of Clinical Medicine Vol. 1 No. 2 (2012): Med Hosp
Publisher : RSUP Dr. Kariadi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (230.226 KB) | DOI: 10.36408/mhjcm.v1i2.56

Abstract

Latar belakang : Skizofrenia merupakan gangguan jiwa berat yang perjalanannya berlangsung kronis dan menimbulkan kemunduran. Penderita skizofrenia mempunyai hendaya yang nyata pada taraf kemampuan fungsional sehari-hari, sehingga memerlukan bantuan dan pertolongan dalam memenuhi kebutuhan kehidupannya pada pihak lain (caregiver/carer). Peningkatan peran ini akan menimbulkan konsekuensi, yang akhirnya akan menimbulkan beban perawatan bagi keluarga. Tujuan penelitian adalah mendeskripsikan beban perawatan pada caregiver yang merawat penderita skizofrenia dengan menggunakan instrumen Burden Assessment Schedule (BAS) versi Bahasa Indonesia dan komponen beban perawatan yang paling berpengaruh. Metode : Merupakan penelitian deskriptif dengan 100 orang caregiver yang merawat penderita lebih dari 2 tahun di Poliklinik Rawat Jalan kelas III dan pasien Jamkesmas Rumah Sakit Jiwa Daerah Amino Gondohutomo Semarang. Responden diwawancara dengan kuesioner terstruktur BAS versi Bahasa Indonesia. Hasil : Didapatkan nilai skor BAS antara 18 sampai 40, dengan rerata 26,41. Sebanyak 89 responden (89%) merasa terbeban dengan kondisi penderita. Urutan domain yang paling berperan terhadap beban caregiver adalah dampak terhadap perasaan nyaman, beratnya masalah gangguan yang dihadapi, dampak terhadap hubungan dengan orang lain, apresiasi terhadap peran perawatan dan dampak terhadap kualitas hubungan perkawinan. Simpulan : Sebagian besar caregiver menganggap perawatan terhadap anggota keluarga dengan gangguan skizofrenia sebagai beban dan komponen yang paling berperan adalah dampak terhadap perasaan nyaman. Kata kunci: Beban perawatan, caregiver skizofrenia, instrumen BAS versi Bahasa Indonesia.
Pengaruh Pemberian Vitamin C Terhadap Aktiitas Fagositosis Makrofag dan Kadar Vitamin C dalam Cairan Intraperitoneal Mencit Balb/C dengan Sepsis Hendra Widjaja; Ign Riwanto; Edi Dharmana
Medica Hospitalia : Journal of Clinical Medicine Vol. 1 No. 2 (2012): Med Hosp
Publisher : RSUP Dr. Kariadi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (824.569 KB) | DOI: 10.36408/mhjcm.v1i2.57

Abstract

Latar belakang : Sepsis masih menjadi permasalahan dalam praktek klinis karena angka mortalitas masih tinggi. Penelitian bertujuan mengetahui pengaruh dosis bertingkat vitamin C yang dibutuhkan untuk mencapai aktivitas fagositosis optimal makrofag mencit sepsis. Metode : Penelitian ini merupakan uji laboratoris mencit Balb/C dengan pendekatan the post test only controlled group design, 20 ekor mencit sepsis dibagi 4 kelompok: kelompok kontrol (K); kelompok perlakuan mendapat vitamin C 0,52 mg/hari (P1); vitamin C 1,04 mg/hari (P2); vitamin C 2,6 mg /hari (P3) selama 3 hari, kemudian diperiksa kemampuan fagositosis makrofag dan kadar vitamin C intraperitoneal. Tingkat aktivitas fagositosis makrofag dan kadar vitamin C intraperitoneal dianalisis dengan ANOVA dilanjutkan dengan Bonferroni test, dan korelasi keduanya diuji dengan uji korelasi Spearman. Hasil : Terdapat perbedaan bermakna pada kemampuan fagositosis makrofag dalam kelompok (p<0,05). Uji antar kelompok menunjukkan: K–P1 (p<0,001), K–P2 (p<0,001), K–P3 (p<0,001), P1–P2 (p<0,001), P1–P3 (p<0,001), tetapi tidak didapatkan perbedaan yang bermakna antara P2-P3 (p=0,48). Terdapat perbedaan bermakna kadar vitamin C intraperitoneal K–P2 (p<0,001), K–P3 (p<0,001), P1–P2 (p=0,003), P1–P3 (p<0,001), P2-P3 (p<0,001), kecuali pada kelompok K–P1 (p=0,131). Didapatkan korelasi positif antara kadar vitamin C intraperitoneal dengan fagositosis makrofag (r=0,58 ; p<0,001). Simpulan : Terdapat peningkatan signifikan pada fagositosis makrofag dan kadar vitamin C intraperitoneal pada mencit Balb/C dengan sepsis yang diberi vitamin C. Dosis ideal vitamin C adalah 1,04 mg/hari, dan kadarnya meningkat sesuai dosis yang diberikan. Kata kunci: Sepsis, vitamin C, fagositosis makrofag, vitamin C intraperitoneal.

Page 1 of 2 | Total Record : 14