cover
Contact Name
Eri Hendra Jubhari
Contact Email
webpdgi@gmail.com
Phone
+628124235346
Journal Mail Official
webpdgi@gmail.com
Editorial Address
Ruko Malino A4. Baruga, Antang, Makassar
Location
Kota makassar,
Sulawesi selatan
INDONESIA
MDJ (Makassar Dental Journal)
ISSN : 20898134     EISSN : 25485830     DOI : 10.35856/mdj
Core Subject : Health,
The journal receives a manuscript from the following area below Dentistry science and development with interdisciplinary and multidisciplinary approach: Dental Public Health and Epidemiology Oral and Maxillofacial Surgery Dental Conservation and Endodontics Preventive Dentistry Biomedical Dentistry Dental Radiology Pediatric Dentistry Oral Pathology Prosthodontics Traumatology Oral Biology Biomaterials Orthodontics Periodontics
Articles 10 Documents
Search results for , issue "Vol. 6 No. 3 (2017): Vol 6 No 3 Desember 2017" : 10 Documents clear
StatusmaloklusimahasiswaFakultasKedokteran Gigi Universitas Hasanuddin yang diukur berdasarkan Occlusion Feature Index (OFI) Malocclusion status of faculty of dentistry students in Hasanuddin University measured by Occlusion Feature Index (OFI) Donald R. Nahusona; Widya Aprilia
Makassar Dental Journal Vol. 6 No. 3 (2017): Vol 6 No 3 Desember 2017
Publisher : Makassar Dental Journal PDGI Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (183.831 KB) | DOI: 10.35856/mdj.v6i3.30

Abstract

Latar belakang: Maloklusi merupakan masalah umum yang dijumpai pada seluruh bagian dunia dan bervariasi tergantung dari genetik, lingkungan,dan ras. Maloklusi menempati urutan ketiga pada prevalensi penyakit patologis pada mulut, berada di bawah karies gigi dan penyakit periodontal sehingga menjadikan maloklusi sebagai prioritas ketiga pada masalah kesehatan mulut di seluruh dunia. Metode yang bervariasi untukmenilai keparahanmaloklusi telah banyak dikembangkan untuk mengutamakan perawatan ortodontik.Salah satu indeks yang dapat digunakan untuk mengukur maloklusi adalah Occlusion Feature Index (OFI). Tujuan: Untuk mengetahui status maloklusi pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Hasanuddin yang diukur berdasarkan OFI.Metode:Penelitianini merupakan penelitian observasi deskriptif dengan desain cross-sectional dan melibatkan 144 sampel dengan metode simple random sampling.Sampel diperiksa dan diukur menggunakan OFI. Data kemudian dianalisis dan disajikan dalam bentuk tabel. Hasil: Status maloklusi dengan persentase tertinggi adalah maloklusi sangat ringan (slight), yaitu 62 sampel atau 43,1%, diikuti oleh maloklusi ringan (mild) 46 sampel atau 31,9%, kemudian maloklusi sedang (moderate) 31 sampel atau 21,5%, dan maloklusi berat (severe) 5 sampel atau 3,5%. Simpulan: Status maloklusi mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Hasanuddin masih tergolong ke dalam kategori maloklusi sangat ringan (slight).Kata Kunci: status maloklusi, occlusion feature index
Tatalaksana oral lichen planus akibat stres pada diabetes melitus Management of oral lichen planus due to stress in diabetes mellitus Ade Puspa Sari; Nafi'ah .; Dwi Setianingtyas; Iwan Hernawan; Bagus Soebadi
Makassar Dental Journal Vol. 6 No. 3 (2017): Vol 6 No 3 Desember 2017
Publisher : Makassar Dental Journal PDGI Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1034.8 KB) | DOI: 10.35856/mdj.v6i3.31

Abstract

Pendahuluan: Oral lichen planus (OLP) merupakan penyakit inflamasi kronik pada membran mukosa mulut dengan karakteristik tanda klinis adanya retikuler papula berwarna putih yang dimediasi oleh sistem imun seluler ditandai oleh respon sel-T sitotoksik terhadap keratinosit basal dengan stres bisa sebagai faktor pemicu. Diagnosis OLP berdasarkan gambaran klinis yang khas ditunjang dengan pemeriksaan histopatologi. Tujuan: Melaporkan tata laksana kasus oral lichen planus dipicu stres pada pasien diabetes melitus. Kasus: Seorang wanita usia 68 tahun dengan keluhan nyeri, pasien sulit makan, sariawan yang persisten pada pipi kanan dan kiri sejak 4 tahun yang lalu, hilang kambuh. Pasien memiliki riwayat diabetes melitus. Kondisi pasien terlihat cemas pada saat anamnesis. Pemeriksaan klinis intra oral pada mukosa bukal bilateral terdapat papula putih berbentuk jala-jala (wickham’s striae) dan ulserasi. Tata laksana: Pasien diterapi dengan obat kumur anastetikum, kortikosteroid sistemik, deksametason elixir, obat kumur antiseptik dan multivitamin, menghindari makanan yang pedas dan berbumbu tajam serta pemeriksaan DASS 42. Pasien dirujuk untuk pemeriksaan darah lengkap dan glukosa sewaktu, glukosa 2 JPP, HbA1c, dan ke psikiater. Simpulan: Depresi sedang dengan gejala somatik dapat sebagai faktor predisposisi menyebabkan gangguan sistem imun yang memicu penyakit autoimun. Perawatan dengan mengelola stres serta terapi simtomatis dengan kortikoseroid sistemik dan topikal serta mempertahankan oral higiene.
Kombinasi perancah silk-fibroin dari kepompong ulat sutera (Bombyx mori) dan konsentrat platelet sebagai inovasi terapi regenerasi tulang alveolar Silk-fibroin scaffold from silkworm cocoon (Bombyx mori) and platelet concentrate-based mineralized plasmati Adrian Rustam; Fransiske Tatengkeng; Andi Muh. Fahruddin; Arni Irawaty Djais
Makassar Dental Journal Vol. 6 No. 3 (2017): Vol 6 No 3 Desember 2017
Publisher : Makassar Dental Journal PDGI Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (666.024 KB) | DOI: 10.35856/mdj.v6i3.32

Abstract

Latar belakang: Destruksi tulang alveolar secara progresif akan berdampak buruk pada aspek fungsional, estetik, dan prognosis perawatan prostetik. Upaya regenerasi diperlukan untuk mengembalikan fungsi tulang alveolar. Dewasa ini, penggunaan konsentrat platelet seperti platelet-rich fibrin (PRF) dan platelet-rich plasma (PRP) terbukti mampu memicu pembentukan tulang alveolar. Namun, proses penyembuhan tulang memakan waktu lama. Selain itu, volume tulang yang terbentuk sulit dipertahankan sehingga konsentrat platelet perlu dimodifikasi. Penambahan scaffold bone-graft terbukti dapat meningkatkan efektivitas konsentrat platelet. Kandungan silk-fibroin dalam kepompong ulat sutera (Bombyx mori) berpotensi sebagai material scaffold yang ideal karena memiliki sifat mekanis dan biokompatibilitas yang unggul. Tujuan: Mengkaji potensi scaffold silk-fibroin kepompong ulat sutera yang dikombinasikan dengan konsentrat platelet sebagai inovasi terapi regenerasi tulang alveolar. Pembahasan: Mineralized plasmatic matrix (MPM) merupakan terobosan terbaru yang mengkombinasikan scaffold bone-graft dengan PRP dan PRF. Konsentrat platelet dalam MPM kaya akan growth factor (PDGF, TGF-β, VEGF, IGF), monosit, dan serabut fibrin yang berperan dalam menstimulasi proliferasi, diferensiasi, dan migrasi sel-sel osteoprgenitor, dan osteogenik pada area kerusakan. Penggunaan scaffold silk-fibroin yang disintesis dari kepompong ulat sutera mampu meningkatkan efektivitas konsentrat platelet dengan cara mempercepat proses osteogenesis dan menyediakan matriks ekstraseluler yang akan memandu migrasi sel osteogenik saat proses pematangan tulang. Selain itu, silk-fibroin mampu menginduksi angiogenesis, memfasilitasi osteokonduksi, dan mengoptimalkan proses osteoinduksi. Dengan sifat mekanisnya yang unggul, silk-fibroin mampu mempertahankan volume tulang. Simpulan: Perpaduan scaffold silk-fibroin kepompong ulat sutera dengan konsentrat platelet berpotensi dalam menstimulasi dan mempercepat proses pembentukan serta mempertahankan volume tulang alveolar.
Efektivitas penggunaan gel ekstrak daun sirih (Piper betle Linn) dan gel ekstrak biji kakao (Theobroma cacao L) terhadap kekerasan permukaan email secara in vitro Juni Jekti Nugroho; Wirna Regina Hafsari
Makassar Dental Journal Vol. 6 No. 3 (2017): Vol 6 No 3 Desember 2017
Publisher : Makassar Dental Journal PDGI Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (204.237 KB) | DOI: 10.35856/mdj.v6i3.33

Abstract

Saat ini telah berkembang beberapa cara untuk meningkatkan kekerasan permukaan email untuk mencegah karies, salah satunya adalah pengaplikasian gel berbahan dasar herbal. Penggunaan bahan dasar herbal lebih dipilih masyarakat karena memiliki efek samping yang relatif lebih kecil dibandingkan obat sintesis. Daun sirih dan biji kakao merupakan tanaman obat yang sering digunakan oleh masyarakat dalam menghambat karies. Hal ini disebabkan keduanya memiliki kandungan yang mempengaruhi kekerasan permukaan email. Penelitian bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan gel ekstrak daun sirih dan biji kakao terhadap kekerasan permukaan email. Sampel gigi premolar satu rahang atas dengan non-karies yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi sampel, dibagi menjadi 3 kelompok; gel ekstrak daun sirih, gel ekstrak biji kakao, dan larutan akuades sebagai kontrol negatif. Masing-masing kelompok perlakuan terdiri atas 8 sampel. Sampel didekoronasi pada daerah cementoenamel junction dan ditanam pada balok orthoplast dengan permukaan labial menghadap ke atas. Sampel lalu diaplikasikan dengan perlakuan pada sisi bukal permukaan email dengan lama waktu pengaplikasian 5, 15 dan 35 menit. Sebelum dan setelah aplikasi pada masing-masing kelompok perlakuan diukur menggunakan alat uji kekerasan Universal Hardness Tester. Data dikumpul dan dianalisis menggunakan uji repeated ANOVA. Hasil penelitian menunjukkan ada perbedaan nilai kekerasan permukaan email yang signifikan sebelum dan setelah aplikasi gel ekstrak biji kakao (p<0,05), serta terdapat perbedaan nilai kekerasan permukaan email yang tidak signifikan sebelum dan setelah aplikasi gel ekstrak daun sirih dan akuades (p>0,05). Disimpulkan bahwa gel ekstrak biji kakao lebih efektif meningkatkan nilai kekerasan permukaan email.
Marsupialisasi pada pasien anak dengan ranula rekuren (laporan kasus) Muhammad Irfan Rasul
Makassar Dental Journal Vol. 6 No. 3 (2017): Vol 6 No 3 Desember 2017
Publisher : Makassar Dental Journal PDGI Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (293.051 KB) | DOI: 10.35856/mdj.v6i3.34

Abstract

Ranula merupakan istilah untuk menggambarkan suatu mukokel yang terjadi pada dasar mulut. Biasanya tampak unilateral dan berupa benjolan berfluktuasi berwarna kebiruan seperti perut katak. Insidennya terutama terjadi pada anak-anak dan dewasa muda. Pada laporan kasus ini melaporkan seorang pasien anak perempuan dengan keluhan utama benjolan besar di bawah lidah, kadang terasa nyeri dan memiliki riwayat dilakukan operasi kurang lebih lima bulan lalu tetapi sering muncul kembali. Pasien tersebut dikonsulkan ke dokter gigi spesialis bedah mulut dan maksilofasial, kemudian diputuskan untuk dilakukan proses pengangkatan kista dengan marsupialisasi dengan menggunakan anastesi umum. Setelah dilakukan operasi kemudian dilakukan kontrol selama 3 bulan dan menunjukkan hasil yang baik.
Periodontal estetik: perawatan depigmentasi gingiva dengan kombinasi alat kauter dan pisau bedah (laporan kasus) Esthetic periodontal: treatment of gingival depigmentation with combine tools cauter and scalpel (case report) Harryanto Sutandy; Sri Oktawati
Makassar Dental Journal Vol. 6 No. 3 (2017): Vol 6 No 3 Desember 2017
Publisher : Makassar Dental Journal PDGI Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (595.721 KB) | DOI: 10.35856/mdj.v6i3.35

Abstract

Pendahuluan: Pigmentasi oral adalah perubahan warna mukosa mulut atau gingiva terkait dengan beberapa faktor eksogen dan endogen. Lesi berpigmen mulut dapat memiliki berbagai etiologi, termasuk obat-obatan, logam berat, genetika, gangguan endokrin, dan peradangan, merokok juga dapat merangsang produksi melanin dan menyebabkan pigmentasi. Warna melanin pigmentasi oral dapat bervariasi dari ringan sampai coklat tua atau hitam, tergantung pada jumlah dan distribusi melanin dalam jaringan.Pigmentasi oral lebih diakibatkan oleh aktivitas melanositdaripada jumlah melanosit di jaringan.Pigmentasi gingiva paling banyak ditemukan pada regio anterior dan daerah labial gingiva, baik pada laki-laki maupun perempuan. Meskipun pigmentasi melanin bukan masalah medis, pasien sering mengeluh tentang warna gingiva yang hitam mengganggu penampilan. Pada laporan kasus kali ini akan memaparkan teknik ablasi gingiva menggunakan kombinasi teknik kauter dan pisau bedah. Tujuan: memaparkan teknik ablasi gingiva menggunakan kombinasi alat kauter dan pisau bedah. Kasus: Pasien wanita 24 tahun, mengeluh tentang warna gingiva yang gelap pada rahang atas. Pasien tidak memiliki kebiasaan buruk seperti merokok. Pasien dianatesi lokal (inibsa). Dengan menggunakan kauter jaringan berpigmentasi dibuang, kemudian dihaluskan menggunakan blade no.15 dengan metode slicing. Pembuangan jaringan epitel dilakukan dari mucogingival junction menuju ke puncak interdental papila. Perlu diperhatikan tidak mengambil jaringan terlalu dalam tetapi seluas mungkin sampai keseluruhan pigmentasi hilang. Disisakan selapis tipis pada daerah attached gingiva. Kemudian daerah operasi diberi periodontal pek, pasien diresepkan analgetik. Hasil: Kontrol 1 minggu dilakukan pembukaan pek dan debridemen, gingiva masih kemerahan, setelah 2 minggu warna gingiva normal, pasien sangat puas, dan kontrol setelah 4 minggu gingiva telah mengalami penyembuhan dan tidak terjadi repigmentasi.
Desain implan khusus untuk pasien dengan kelainan parafungsi (bruxism) A specific implant design for parafunctional patients (bruxism) Rustan Ambo Asse; Edy Machmud
Makassar Dental Journal Vol. 6 No. 3 (2017): Vol 6 No 3 Desember 2017
Publisher : Makassar Dental Journal PDGI Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (366.614 KB) | DOI: 10.35856/mdj.v6i3.37

Abstract

Bruxism (bruksisme) adalah suatu kelainan parafungsi yang terjadi pada seseorang yaitu sering menggeretukkan giginya terutama pada malam hari sewaktu tidur. Tanda khas pada orang yang menderita bruxism adalah abrasi mahkota gigi alaminya, oleh karena tekanan oklusal yang diberikan pada permukaan oklusal gigi saat menggeretuk/menggerus. Pertanyaan yang timbul adalah bagaimana seandainya seseorang dengan kondisi bruxism ingin dibuatkan restorasi implan. Apakah ada desain khusus agar tidak terjadi hal- hal yang tidak diinginkan dalam perawatan. Oleh karena itu tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memberikan gambaran dan informasi tentang desain implan khusus untuk pasien dengan kelainan bruxism (parafungsi). Kesimpulan: Bruxism adalah suatu kondisi yang tidak menguntungkan bagi pasien yang ingin dibuatkan restorasi implan, oleh karena itu perlu desain implan khusus agar perawatan menjadi optimal.
Manifestasi klinis ulser rongga mulut pada penderita tuberkulosis Sumintarti .; Oryza Sativa
Makassar Dental Journal Vol. 6 No. 3 (2017): Vol 6 No 3 Desember 2017
Publisher : Makassar Dental Journal PDGI Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (184.955 KB) | DOI: 10.35856/mdj.v6i3.38

Abstract

Tuberkulosis (TB) adalah penyakit infeksi menular yang menyerang berbagai organ tubuh terutama paru-paru yang disebabkan bakteri Mycobacterium tuberculosis. Penderita TB dapat menunjukkan gambaran klinis oral walaupun sangat jarang. Salah satunya yaitu ulser, yaitu lesi yang berupa hilangnya lapisan epitel hingga dibawah jaringan mukosa. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui gambaran klinis ulser rongga mulut pada penderita TB dan keberadaan infeksi bakteri Mycobacterium tuberculosis terhadap ulser. Penelitian observasional analitik dengan desain cross-sectional study ini dilakukan melalui pemeriksaan rongga mulut pada 30 penderita TB untuk melihat adanya ulser dan gambaran klinisnya. Untuk melihat keberadaan Mycobacterium tuberculosis dengan kultur pada medium Lowenstein-Jensen serta pewarnaan Ziehl-Neelsen.Penelitian ini menunjukkan bahwa kejadian ulser pada penderita TB ditemukan pada satu orang dengan gambaran klinis ulser berupa lesi tunggal, terletak di gingiva bukal rahang atas, ireguler, batasnya jelas, dan tidak nyeri. Hasil kultur laboratorium menunjukkan bahwa tidak ditemukan infeksi dari Mycobacterium tuberculosis. Dalam penelitian ini diketahui bahwa angka kejadian ulser pada penderita TB yaitu 3,3% dan ulser TB bersifat non spesifik pada gambaran klinisnya. Kata kunci: tuberkulosis, ulser, Mycobacterium tuberculosis ABSTRACT
Penggunaan fiber polyethylene (ribbond) sebagai splint periodontal Asdar Gani; Sri Oktawati; Arni Irawaty Djais; Miftahendarwati .; Novita Sari Silamba
Makassar Dental Journal Vol. 6 No. 3 (2017): Vol 6 No 3 Desember 2017
Publisher : Makassar Dental Journal PDGI Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (264.996 KB) | DOI: 10.35856/mdj.v6i3.39

Abstract

Kerusakan struktur pendukung gigi dapat menyebabkan terjadinya mobilitas gigi. Mobilitas gigi akan berefek buruk pada fungsi, estetika, dan rasa nyaman pasien. Splinting digunakan untuk mengatasi permasalahan tersebut. Saat dihadapkan dengan dilema mengenai cara mengatasi gigi dengan permasalahan periodontal, splinting gigi yang mengalami mobilitas dengan gigi di sebelahnya yang lebih kuat merupakan suatu pilihan yang tepat. Artikel ini bertujuan untuk membantu memberi gambaran para klinisi tentang salah satu bahan splinting yaitu mewadahi para klinisi tentang gambaran terbaru mengenai bahan splinting fiber polyethylene (ribbond) dan pengaplikasianya dalam kasus periodontal. Ribbond adalah salah satu bahan yang biasa digunakan pada splinting telah menjadi populer saat ini dan terbuat dari fiber polyethylene molekul ultra-high. Selain digunakan sebagai splinting, fiber ribbon dapat diaplikasikan beragam kasus lain pada bidang kedokteran gigi.
Gambaran status karies pada anak usia 12-15 tahun yang mengkonsumsi air minum kemasan di SMP Nusantara, Tahun 2016 Description of dental caries status children aged 12-15 years that consumed bottled water in Nusantara Junior High School 2016 Maria Tanumihardja; Dwayne Daniel Fredrick Rehatta
Makassar Dental Journal Vol. 6 No. 3 (2017): Vol 6 No 3 Desember 2017
Publisher : Makassar Dental Journal PDGI Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (349.138 KB) | DOI: 10.35856/mdj.v6i3.40

Abstract

Latar belakang: Prevalensi karies di Indonesia berdasarkan Riskesdas pada tahun 2007 dan 2013 meningkat dari 23,2% menjadi 25,9%. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat karies di Indonesia masih tinggi. Demikian juga kota Makassar memiliki prevalensi karies cukup tinggi sebesar 50%. Fluor berkontribusi mencegah karies dengan meningkatkan resistensi enamel terhadap lingkungan asam. Dewasa ini, masyarakat beralih untuk mengkonsumsi air minum kemasan karena alasan kebersihan, praktis, dan mudah diperoleh. Penelitian sebelumnya menunjukkan air minum kemasan tidak mengandung fluor. Tujuan: Untuk mengevaluasi gambaran status karies anak usia 12-15 tahun yang mengonsumsi air minum kemasan di SMP Nusantara. Metode: Jenis penelitian ini adalah observasional dengarancangan penelitian cross sectional study. Penelitian dilaksanakan bulan Mei 2016 yang melibatkan 44 siswa yang mengkonsumsi air minum kemasan hingga dilakukan penelitian. Status karies diperiksa menggunakan indeks DMF-T dan setiap siswa juga mengisi kuisioner terkait asupan makanan dan kebersihan mulutnya. Selain itu, dilakukan pemeriksaan kadar fluor dalam air minum kemasan. Analisis data menggunakan analisis univariat. Hasil: Nilai rerata DMF-T subjek penelitian 2,06 (kategori rendah), dengan rerata DMF-T yang mengkonsumsi air minum kemasan rendah sebesar 1,95. Rerata kadar fluor dalam air minum kemasan berada di kategori 0,7-1,2 mg/L. Kesimpulan: Adanya kandungan fluor dalam air minum kemasan diperkirakan berkontribusi terhadap nilai DMF-T yang rendah dalam penelitian ini.

Page 1 of 1 | Total Record : 10


Filter by Year

2018 2018


Filter By Issues
All Issue Vol. 13 No. 2 (2024): Volume 13 Issue 2 Agustus 2024 Vol. 13 No. 1 (2024): Volume 13 Issue 1 April 2024 Vol. 12 No. 3 (2023): Volume 12 Issue 3 Desember 2023 Vol. 12 No. 2 (2023): Volume 12 Issue 2 Agustus 2023 Vol. 12 No. 1 (2023): Volume 12 Issue 1 April 2023 Vol. 11 No. 3 (2022): Volume 11 Issue 3 Desember 2022 Vol. 11 No. 2 (2022): Volume 11 Issue 2 Agustus 2022 Vol. 11 No. 1 (2022): Volume 11 Issue 1 April 2022 Vol. 10 No. 3 (2021): Volume 10 Issue 3 Desember 2021 Vol. 10 No. 2 (2021): Volume 10 Issue 2 Agustus 2021 Vol. 10 No. 1 (2021): Volume 10 Issue 1 April 2021 Vol. 9 No. 3 (2020): Volume 9 Issue 3 December 2020 Vol. 9 No. 2 (2020): Volume 9 No 2 Agustus 2020 Vol. 9 No. 1 (2020): Volume 9 No 1 April 2020 Vol. 8 No. 3 (2019): Vol 8 No 3 Desember 2019 Vol. 8 No. S - 2 (2019): Volume 8 Suplemen 2 2019 Vol. 8 No. 2 (2019): Vol 8 No 2 Agustus 2019 Vol. 8 No. 1 (2019): Volume 8 No 1 April 2019 Vol. 8 No. S - 1 (2019): Volume 8 Suplemen 1 2019 Vol. 7 No. 3 (2018): Volume 7 No 3 Desember 2018 Vol. 7 No. 2 (2018): Vol 7 No 2 Agustus 2018 Vol. 7 No. 1 (2018): Vol 7 No 1 April 2018 Vol. 6 No. 3 (2017): Vol 6 No 3 Desember 2017 Vol. 6 No. 2 (2017): Vol 6 No 2 Agustus 2017 Vol. 6 No. 1 (2017): Vol 6 No 1 April 2017 Vol. 6 No. S-1 (2017): Vol 6 Suplemen 1 2017 Vol. 5 No. 3 (2016): Vol 5 No 3 Desember 2016 Vol. 5 No. 2 (2016): Vol 5 No 2 Agustus 2016 Vol. 5 No. 1 (2016): Vol 5 No 1 April 2016 Vol. 5 No. S - 1 (2016): Vol 5 Suplemen 1 2016 Vol. 4 No. 6 (2015): Vol 4 No 6 Desember 2015 Vol. 4 No. 5 (2015): Vol 4 No 5 Oktober 2015 Vol. 4 No. 4 (2015): Vol 4 No 4 Agustus 2015 Vol. 4 No. 3 (2015): Vol 4 No 3 Juni 2015 Vol. 4 No. 2 (2015): Vol 4 No 2 April 2015 Vol. 4 No. 1 (2015): Vol 4 No 1 Februari 2015 Vol. 3 No. 6 (2014): Vol 3 No 6 Desember 2014 Vol. 3 No. 5 (2014): Vol 3 No 5 Oktober 2014 Vol. 3 No. 4 (2014): Vol 3 No 4 Agustus 2014 Vol. 3 No. 3 (2014): Vol 3 No 3 Juni 2014 Vol. 3 No. 2 (2014): Vol 3 No 2 April 2014 Vol. 3 No. 1 (2014): Vol 3 No 1 Februari 2014 Vol. 2 No. 6 (2013): Vol 2 No 6 Desember 2013 Vol. 2 No. 5 (2013): Vol 2 No 5 Oktober 2013 Vol. 2 No. 4 (2013): Vol 2 No 4 Agustus 2013 Vol. 2 No. 3 (2013): Vol 2 No 3 Juni 2013 Vol. 2 No. 2 (2013): Vol 2 No 2 April 2013 Vol. 2 No. 1 (2013): Vol 2 No 1 Februari 2013 Vol. 1 No. 6 (2012): Vol 1 No 6, Desember 2012 Vol. 1 No. 5 (2012): Vol 1 No 5, Oktober 2012 Vol. 1 No. 4 (2012): Vol 1 No 4, Agustus 2012 Vol. 1 No. 3 (2012): Vol 1 No 3, Juni 2012 Vol. 1 No. 2 (2012): Vol 1 No 2, April 2012 Vol. 1 No. 1 (2012): Vol 1 No 1, Februari 2012 More Issue