cover
Contact Name
Titik Respati
Contact Email
jiks.unisba@gmail.com
Phone
081312135687
Journal Mail Official
jiks.unisba@gmail.com
Editorial Address
Jalan Hariangbanga No. 2, Tamansari, Bandung 40116
Location
Kota bandung,
Jawa barat
INDONESIA
Jurnal Integrasi Kesehatan dan Sains
ISSN : "_"     EISSN : 26568438     DOI : -
Core Subject : Health,
Jurnal Integrasi Kesehatan & Sains (JIKS) adalah jurnal yang memublikasikan artikel ilmiah kedokteran dan kesehatan yang terbit setiap 6 (enam) bulan. Artikel berupa penelitian asli, laporan kasus, studi kasus, dan kajian pustaka yang perlu disebarluaskan dan ditulis dalam bahasa Indonesia dengan memperhatikan Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia. Jurnal Integrasi Kesehatan & Sains (JIKS) ini merupakan salah satu jurnal yang diterbitkan oleh Fakultas Kedokteran Universitas Islam Bandung (Unisba) selain Global Medical & Health Communication yang telah bereputasi nasional dan internasional.
Articles 21 Documents
Search results for , issue "Vol 3, No 2 (2021): Jurnal Integrasi Kesehatan dan Sains" : 21 Documents clear
Gambaran Faktor Risiko Diare pada Balita (0–59 Bulan) di Wilayah Kerja Puskesmas Bojongsoang pada Tahun 2019 Aurelia Shafira; Usep Abdullah Husin; Dyana Eka Hadiati
Jurnal Integrasi Kesehatan dan Sains Vol 3, No 2 (2021): Jurnal Integrasi Kesehatan dan Sains
Publisher : Universitas Islam Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29313/jiks.v3i2.7275

Abstract

Diare merupakan penyakit endemis di Indonesia. Angka kematian diare paling banyak pada anak usia 5 tahun ke bawah. Jawa Barat menempati posisi pertama dalam penderita balita terbanyak. Berdasar atas data Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung, kejadian diare banyak tersebar di Kabupaten Bandung. Wilayah kerja Puskesmas Bojongsoang mengalami peningkatan kasus diare balita  pada tahun 2019. Diare disebakan oleh faktor lingkungan, faktor ibu, faktor anak, dan sosiodemografi. Studi ini bertujuan mengetahui gambaran faktor risiko diare pada balita berusia 0–59 bulan. Metode yang digunakan adalah deskriptif observasional dengan desain cross-sectional yang dilakukan selama bulan September 2020. Responden berjumlah 43 orang dihitung dengan menggunakan rumus perkiraan proporsi, tingkat kepercayaan 90%, margin of error 1%, dan dipilih dengan teknik purposive. Terdapat hasil sebanyak 51% (22 orang) balita non-ASI eksklusif dan 93% (40 orang) balita memiliki status gizi baik. Pada faktor sosiodemografi, sebanyak 49% (21 orang) ibu dengan pendidikan terakhir SLTP/MTS. Pada faktor ibu, sebanyak 95% (41 orang) ibu memiliki pengetahuan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) yang baik dan 77% (33 orang) ibu memiliki sikap PHBS yang baik. Pada faktor lingkungan, sebanyak 58% (25 orang) balita memiliki sarana air bersih yang baik dan 65% (28 orang) memiliki sarana jamban yang baik. Simpulan yang didapat adalah masih banyak balita non-ASI eksklusif. Pengetahuan dan sikap PHBS baik, tetapi banyak ibu belum terbiasa melakukan PHBS. Masih banyak sarana air secara fisik tidak layak dan jamban yang kurang baik karena belum memiliki pembuangan kotoran sesuai aturan yang dapat menyebarkan bakteri penyebab diare. Disarankan pada institut terkait agar dapat mengajak para ibu menerapkan PHBS dan memberi ASI eksklusif.DIARRHEA RISK FACTORS IN TODDLERS (0–59 MONTHS) IN BOJONGSOANG PUBLIC HEALTH CENTER REGION IN 2019Diarrhea is an endemic disease in Indonesia. Diarrhea mortality rates most occur in toddlers. West Java occupies the first position in most toddlers who experience diarrhea. Based on the Bandung District Public Health Office data, the incidence of diarrhea in toddlers spread in the Bandung district. In 2019, it has increased in the Bojongsoang Public Health Center region. Some of the risk factors are environmental factors, maternal factors, child factors, and sociodemography. This study was conducted to discover the risk factors for diarrhea in toddlers. This study used a cross-sectional descriptive observational method that was conducted in September 2019. A sample of 43 people was calculated by estimating proportions with a credibility level of 90%, a 1% margin of error, and was selected using purposive sampling. The results are 51% (22 people) of toddlers were not exclusively breastfed, and 93% (40 people) had a good nutritional status. In sociodemographic, 49% (21 people) mothers attended junior high school. In the maternal factor, 95% (41 people) mothers had good clean and healthy living behaviors (CHLB) knowledge, and 77% (33 people) had a good attitude. In environmental factors, 58% (25 children) toddlers have good water facilities, and 65% (28 people) have good latrine facilities. The conclusion is there are still many toddlers non-exclusively breastfed. Good mother’s CHLB knowledge and attitude, but did not implement. Many poor water facilities physically and poor latrines due to improper sewage disposal can spread bacteria that cause diarrhea. It is suggested that the related institutions should be able to encourage mothers to apply CHLB and provide exclusive breastfeeding.
Scoping Review: Pengaruh Lama dan Posisi Kerja terhadap Keluhan Muskuloskeletal pada Petugas Medis Nada Khori'ah; Amri Junus; Budiman Budiman
Jurnal Integrasi Kesehatan dan Sains Vol 3, No 2 (2021): Jurnal Integrasi Kesehatan dan Sains
Publisher : Universitas Islam Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29313/jiks.v3i2.7314

Abstract

Gangguan muskuloskeletal adalah suatu gangguan yang terjadi pada sistem muskuloskeletal tubuh manusia. Keluhan muskuloskeletal cukup umum di antara petugas kesehatan yang dikaitkan dengan lama waktu kerja dan posisi kerja yang tidak nyaman. Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh lama dan posisi kerja terhadap keluhan muskuloskeletal pada petugas medis. Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode scoping review berupa pencarian data beberapa artikel. Sampel berasal dari jurnal internasional yang berkaitan dengan pengaruh lama dan posisi tubuh terhadap keluhan muskuloskeletal pada petugas medis. Database yang digunakan pada penelitian ini adalah PubMed, Science Direct, Springer Link, dan Google Scholar dengan jumlah artikel yang didapat sebanyak 1.812 artikel. Hasil skrining pada artikel sesuai dengan kriteria inklusi sebanyak 853 artikel. Artikel yang lulus PICOS sebanyak 13 artikel. Hasil scoping review dari ke-13 artikel menunjukkan bahwa lama kerja dan posisi saat bekerja memiliki kontribusi terhadap timbulnya keluhan muskuloskeletal dan keluhan muskuloskeletal dapat mengenai beberapa bagian tubuh. Simpulan penelitian ini adalah lama kerja dan posisi kerja memiliki pengaruh terhadap keluhan muskuloskeletal pada petugas medis dan bagian tubuh yang sering mengalami keluhan muskuloskeletal adalah punggung atas, leher, dan bahu. SCOPING REVIEW: INFLUENCE OF DURATION AND WORKING POSITION ON MUSCULOSKELETAL COMPLAINTS IN MEDICAL OFFICERSMusculoskeletal disorders are disorders that occur in the musculoskeletal system of the human body. Musculoskeletal complaints are common among healthcare workers frequently associated with long working hours and uncomfortable work positions. This study aims to determine the effect of duration and working positions on musculoskeletal complaints to medical officers. This research was conducted using the scoping review method in the form of searching data from several articles. Samples come from international journals related to the influence of duration and working positions on musculoskeletal complaints to medical officers. The databases used in this research were PubMed, Science Direct, Springer Link, and Google Scholar, with the number of articles obtained as many as 1,812 articles. Screening results on articles by the inclusion criteria were 853 articles. Articles that passed PICOS were 13 articles. The result of the scoping review of the 13 articles shows that the length of work and the position at work contribute to the influence of musculoskeletal complaints that can affect several parts of the body. This study concludes that work length and work positions influence musculoskeletal complaints in medical officers. Body parts that often experience musculoskeletal complaints are the upper back, neck, and shoulders.
Systematic Review: Perbandingan Efektivitas Pemberian Terapi Ivermektin dengan Permetrin pada Pengobatan Skabies Rifa Meidina; Ratna Dewi Indi Astuti; Wedi Iskandar
Jurnal Integrasi Kesehatan dan Sains Vol 3, No 2 (2021): Jurnal Integrasi Kesehatan dan Sains
Publisher : Universitas Islam Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29313/jiks.v3i2.7307

Abstract

Skabies merupakan penyakit kulit oleh tungau Sarcoptes scabiei, penyakit ketiga paling sering di Indonesia. Pengobatan lini pertama yang direkomendasikan adalah krim permetrin 5% dan pengobatan lain menurut Centers for Disease Control and Prevention (CDC) adalah ivermektin oral dengan dosis 200 mcg/kgBB, dua dosis 14 hari terpisah. Penelitian ini bertujuan meneliti efektivitas pengobatan ivermektin oral dengan krim permetrin untuk pengobatan skabies. Metode yang digunakan adalah systematic review dengan mengevaluasi artikel publikasi ilmiah dengan desain randomized controlled trial sesuai kriteria inklusi dengan intervensi pemberian permetrin dan pembanding ivermektin serta dilakukan skrining menggunakan kriteria kelayakan. Hasil yang didapat, tiga artikel jurnal mengenai efektivitas ivermektin dan permetrin, yaitu dosis tunggal ivermektin memberikan tingkat kesembuhan pada interval dua minggu. Terapi dua aplikasi permetrin dengan interval satu minggu memiliki nilai efektif yang tinggi pada pasien. Empat jurnal menyatakan bahwa permetrin lebih unggul dalam penatalaksanaan skabies. Permetrin 5% topikal menunjukkan perbaikan lebih cepat pada minggu pertama follow-up. Satu artikel jurnal menyatakan bahwa aplikasi ivermektin sama efektifnya dengan dua aplikasi krim permetrin 2,5% follow-up 2 minggu. Setelah mengulangi pengobatan, ivermektin sama efektifnya dengan krim permetrin 2,5%. Simpulan, pemberian keduanya dapat mengobati skabies. Aplikasi permetrin dua kali dengan interval satu minggu dinilai lebih efektif daripada ivermektin dosis tunggal dan pasien sembuh lebih awal. Dua dosis ivermektin sama efektifnya dengan aplikasi tunggal permetrin. SYSTEMATIC REVIEW: THE EFFECTIVENESS OF THERAPY COMPARISON BETWEEN IVERMECTIN AND PERMETHRIN THERAPY IN SCABIES TREATMENTScabies is a skin disease caused by the mite Sarcoptes scabiei and is the third most common disease in Indonesia. The recommended first-line treatment is 5% permethrin cream, and another treatment according to the Centers for Disease Control and Prevention (CDC) is oral ivermectin at a dose of 200 mcg/kg body weight, two doses 14 days apart. This study aimed to investigate the effectiveness of oral ivermectin treatment with permethrin cream for scabies treatment. The method used is a systematic review with a randomized control trial research design by the inclusion criteria and screening using the eligibility criteria. The results obtained: three journal articles regarding the effectiveness of ivermectin and permethrin, namely a single dose of ivermectin provided a cure rate at two-week intervals, two applications of permethrin at one-week intervals have a high effectiveness value in patients; four journal articles stated that topical 5% permethrin showed faster improvement in the first week of follow-up; and one journal article state that ivermectin application was as effective as of two applications of 2.5% permethrin cream at two-weeks follow-up. After repeating the treatment, ivermectin is as effective as 2.5% permethrin cream. The conclusion is that giving both can cure scabies. Twice application of permethrin at one-week intervals was considered more effective than single-dose ivermectin, and the patient recovered earlier. Two doses of ivermectin are as effective as a single application of permethrin.
Scoping Review: Hubungan Tingkat Kebugaran Kardiovaskular dengan Gizi Lebih pada Anak Usia Sekolah Oryzafira Gayatri; Ratna Nurmeliani; Yani Dewi Suryani
Jurnal Integrasi Kesehatan dan Sains Vol 3, No 2 (2021): Jurnal Integrasi Kesehatan dan Sains
Publisher : Universitas Islam Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29313/jiks.v3i2.7369

Abstract

Gizi lebih saat ini telah menjadi masalah global, tidak hanya terjadi pada orang dewasa, tetapi juga pada anak dan remaja. Anak yang memiliki riwayat gizi lebih tetap mengalami gizi lebih ketika dewasa yang dapat memicu berbagai penyakit metabolik dan kardiovaskular yang berkaitan dengan morbiditas dan mortalitas. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui hubungan tingkat kebugaran kardiovaskular dengan gizi lebih pada anak usia sekolah. Metode penelitian ini adalah scoping review dengan database yang digunakan adalah Google Scholar, Science Direct, dan Springer Link dengan jumlah artikel yang didapat sebanyak 5.646 artikel. Hasil skrining pada artikel yang sesuai dengan kriteria inklusi sebanyak 419 artikel dan kriteria eksklusi sebanyak 410 artikel. Setelah dilakukan telaah kritis, artikel yang di-review sebanyak sembilan artikel. Analisis dari sembilan artikel yang di-review menunjukkan bahwa anak dengan obesitas dan overweight meningkatkan risiko penurunan kebugaran kardiovaskular. Tingkat kebugaran anak gizi normal lebih tinggi daripada anak gizi lebih. Simpulan penelitian ini adalah anak gizi lebih memiliki tingkat kebugaran kardiovaskular yang rendah. SCOPING REVIEW: RELATIONSHIP BETWEEN CARDIOVASCULAR FITNESS LEVELS AND OVERNUTRITION IN SCHOOL-AGE CHILDRENOvernutrition has become a global problem, not only in adults but also in children and adolescents. Children with a history of overnutrition continue to experience overnutrition as adults. It can trigger various metabolic and cardiovascular diseases associated with morbidity and mortality. The study aimed to examine the relationship between cardiovascular fitness levels and overnutrition among school-age children. This research method is scoping review with the database used is Google Scholar, Science Direct, and Springer Link with the number of articles obtained as many as 5,646 articles. The screening results for articles that matched the inclusion criteria were 419 articles, and the exclusion criteria were 410 articles. After a critical review, there are nine articles to be review. An analysis of nine reviewed articles showed that obese and overweight children had an increased risk of decreased cardiovascular fitness. The fitness level of normal nutrition children is higher than children with overnutrition. This study concludes that children with overnutrition have a lower level of cardiovascular fitness.
Scoping Review: Hubungan Kontrol Glikemik (HbA1C), Durasi Penyakit, dan Profil Lipid pada Pasien Diabetes Melitus Tipe II dengan Kejadian Neuropati Diabetik Salma Kautsar Rachman; Tryando Bhatara; Eka Hendryanny
Jurnal Integrasi Kesehatan dan Sains Vol 3, No 2 (2021): Jurnal Integrasi Kesehatan dan Sains
Publisher : Universitas Islam Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29313/jiks.v3i2.7340

Abstract

Diabetes melitus merupakan penyakit gangguan metabolik kronik yang menjadi salah satu penyakit dengan prevalensi dan insidensi tinggi setiap tahun di seluruh dunia, termasuk di Indonesia. Penyakit ini menjadi masalah yang lebih serius ketika terjadi komplikasi mikroangiopati dan makroangiopati, salah satunya neuropati diabetik. Neuropati diabetik dapat terjadi karena berbagai faktor, antara lain kontrol glikemik yang buruk, durasi penyakit, dan kadar profil lipid yang abnormal. Penelitian bertujuan mengetahui hubungan kontrol HbA1c, durasi menderita diabetes, dan profil lipid dengan kejadian neuropati diabetik. Pencarian sistematis scoping review menggunakan 12 artikel penelitian yang diperoleh dari beberapa database jurnal, yaitu PubMed dan Science Direct yang dilakukan pada bulan Oktober–Desember 2020. Hasil yang didapatkan adalah dari enam artikel penelitian yang melaporkan hubungan antara HbA1c dan kejadian neuropati diabetik. Didapatkan lima artikel penelitian yang melaporkan hubungan antara durasi menderita diabetes dan kejadian neuropati diabetik. Didapatkan empat artikel penelitian yang melaporkan hubungan antara profil lipid dan kejadian neuropati diabetik. Simpulan dari 12 artikel penelitian tersebut adalah terdapat hubungan kontrol glikemik, durasi menderita diabetes, dan profil lipid dengan kejadian neuropati diabetik. SCOPING REVIEW: RELATIONSHIP OF GLYCEMIC CONTROL (HBA1C), DISEASE DURATION, AND LIPID PROFILE IN TYPE II DIABETES MELLITUS PATIENTS WITH DIABETIC NEUROPATHYDiabetes is a chronic metabolic disorder that is a disease with a high prevalence and incidence every year throughout the world, including in Indonesia. This disease becomes a more serious problem when there are complications, one of which is diabetic neuropathy. Diabetic neuropathy can occur due to various factors, including poor glycemic control, duration of diabetes, and abnormal levels of lipid profiles. This study aims to determine the relationship between HbA1c control, duration of diabetes, and lipid profile with the incidence of diabetic neuropathy. The scoping review systematic search used 12 research articles obtained from several journal databases, such as PubMed and Science Direct lasts from October–November 2020. The results of the articles are there were six articles that reported an association between glycemic control and the incidence of diabetic neuropathy. There were five articles that reported an association between the duration of suffering from diabetes and the incidence of diabetic neuropathy. There were four articles that reported an association between lipid profiles and the incidence of diabetic neuropathy. The conclusions of the 12 articles are there is an association of glycemic control, duration of diabetes, and lipid profile with the incidence of diabetic neuropathy.
Scoping Review: Pengaruh Paparan Debu Kayu terhadap Fungsi Paru Pekerja Pengolahan Kayu Raden Sarah Azzahra Nur Arofah; Yuke Andriane; Caecielia Makaginsar
Jurnal Integrasi Kesehatan dan Sains Vol 3, No 2 (2021): Jurnal Integrasi Kesehatan dan Sains
Publisher : Universitas Islam Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29313/jiks.v3i2.7297

Abstract

Lapangan pekerjaan industri pengolahan, pertambangan, dan pertanian memiliki masalah kesehatan tertinggi di Indonesia. Salah satunya adalah industri pengolahan kayu yang memiliki proses kegiatan penggergajian dan pengamplasan yang dapat menghasilkan debu kayu. Debu kayu mengandung selulosa, poliosa, dan lignin yang dapat terhirup, mengendap, kemudian dianggap benda asing oleh sistem pernapasan sehingga dapat menimbulkan penyakit. Tujuan penelitian ini menganalisis pengaruh paparan debu kayu terhadap gangguan fungsi paru pekerja pengolahan kayu. Metode penelitian ini adalah scoping review dengan mencari artikel yang dipublikasi tahun 2010–2020 pada database ProQuest dan Google Scholar. Sampel penelitian ini berupa artikel penelitian jurnal internasional yang memenuhi kriteria inklusi, eksklusi, dan uji kelayakan berdasar atas PICOS berjumlah empat artikel. Hasil penelitian ini menunjukkan uji fungsi respirasi mengalami penurunan signifikan pada nilai parameter volume ekspirasi paksa dalam satu detik (VEP1) pekerja pengolahan kayu dibanding dengan kontrol. Kapasitas vital paksa (KVP) tidak selalu menurun secara signifikan. Rasio VEP1/KVP dominan mengalami penurunan yang signifikan. Jenis obstruktif lebih sering pada pekerja pengolahan kayu dibanding dengan restriktif. Simpulan penelitian ini adalah paparan debu kayu dapat menurunkan fungsi paru. Mekanisme yang terjadi, yaitu debu kayu mengendap dalam saluran pernapasan sehingga menyebabkan penyempitan aliran udara serta menimbulkan iritasi dan inflamasi. Konsentrasi debu kayu dan masa kerja dapat memengaruhi penurunan fungsi paru. SCOPING REVIEW: THE EFFECT OF WOOD DUST EXPOSURE ON LUNG FUNCTION OF WOOD PROCESSING WORKERSEmployment in the processing industry, mining, and agriculture have the highest health problems in Indonesia. One of them is wood processing which has sawing and sanding activities that can produce wood dust. Wood dust contains cellulose, polyose, and lignin which can be inhaled, precipitated, and recognized as foreign bodies by the respiratory system can cause disease. This study was to analyze the effect of wood dust exposure on the respiratory function of wood processing workers. This research method is a scoping review by searching for articles published from 2010–2020 on the ProQuest and Google Scholar databases. The sample in this study was research articles in international journals that qualify the inclusion, exclusion, and feasibility test criteria based on PICOS were four articles. The results of this study showed that the respiratory function test experienced a significant decrease in the parameter values of forced expiratory volume in one second (FEV1) of wood processing workers compared to controls. Forced vital capacity (FVC) does not always decrease significantly. FEV1/FVC is a dominant significant decrease. The obstructive type was more frequent in wood processing workers than restrictive. The conclusion of this study is exposure to wood dust can reduce lung function. The mechanism that occurs is wood dust settles in the respiratory tract, causing narrowing of the airflow, causing irritation and inflammation. Wood dust concentration and tenure can affect lung function decrease.
Gambaran Geometri Ventrikel Kiri pada Pasien Hipertensi yang Menjalani Ekokardiografi di RSUD Al-Ihsan Bandung Tahun 2018–2019 Putri Wulandari; Badai Bhatara Tiksnadi; Tony S. Djajakusumah
Jurnal Integrasi Kesehatan dan Sains Vol 3, No 2 (2021): Jurnal Integrasi Kesehatan dan Sains
Publisher : Universitas Islam Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29313/jiks.v3i2.7433

Abstract

Hipertensi dapat menginduksi perubahan struktur dan fungsi jantung sebagai hypertension mediated organ damage (HMOD). Gejala subklinis HMOD tersering adalah left ventricle hypertrophy (LVH) yang merupakan salah satu geometri ventrikel kiri. Tujuan penelitian ini mengetahui gambaran geometri ventrikel kiri pada pasien hipertensi yang menjalani ekokardiografi. Penelitian deskriptif ini dilakukan secara potong lintang dengan metode total samplingmenggunakan data rekam medik dan hasil ekokardiografi pasien hipertensi di RSUD Al-Ihsan Bandung pada bulan Januari 2018–Desember 2019 yang memenuhi kriteria inklusi sebanyak 123 sampel. Gambaran geometri ditentukan dengan penghitungan tebal dinding relatif dan indeks massa ventrikel kiri. Hasil penelitian menunjukkan bahwa karakteristik pasien hipertensi mayoritas perempuan (66,7%), usia 45–64 tahun dan >65 tahun (89,4%), serta obesitas (49,6%). Gambaran geometri ventrikel kiri yang didapat adalah LVH konsentrik (40%), LVH eksentrik (33%), normal geometri (18%), dan konsentrik remodeling (9%). Simpulan, geometri ventrikel kiri pasien hipertensi mayoritas telah mengalami LVH dengan tipe terbanyak LVH konsentrik. LVH konsentrik cenderung terjadi pada pasien dengan karakteristik usia >65 tahun, perempuan, dan obesitas. LVH eksentrik cenderung terjadi pada pasien dengan komorbid penyakit arteri koroner, penyakit katup jantung, penurunan ejeksi fraksi, dan diabetes melitus tipe II. Geometri konsentrik remodeling dan geometri normal tidak pernah dominan sebagai tipe geometri terbanyak pada pasien hipertensi yang diteliti.DESCRIPTION OF LEFT VENTRICLE GEOMETRY IN HYPERTENSION PATIENTS WHO UNDERTAKING ECHOCARDIOGRAPHY AT AL-IHSAN HOSPITAL BANDUNG IN 2018–2019Hypertension can induce changes in structures and functions of the heart as hypertension mediated organ damage (HMOD). The most common subclinical symptoms of HMOD are left ventricular hypertrophy (LVH) as one of the left ventricle geometries. This study aims to determine the description of left ventricle geometry in hypertension patients undertaking echocardiography. This descriptive study was conducted with cross-sectional and total sampling methods using medical record data and the echocardiography result of hypertension patients at Al-Ihsan Hospital Bandung in January 2018–December 2019 who met the inclusion criteria of 123 samples. The description of geometry was determined by the calculation of relative wall thickness and left ventricular mass index. The results showed that the majority characteristics of hypertension patients were women (66.7%), age 45-64 years and >65 years (89.4%), and obese (49.6%). Geometric patterns of the left ventricle obtained were concentric LVH (40%), eccentric LVH (33%), normal geometry (18%), and concentric remodeling (9%). In conclusion, the left ventricle geometry of hypertension patients majority has experienced LVH, with the most pattern is concentric LVH. Concentric LVH tends to occur in patients with characteristics age >65 years, women, and obesity. Eccentric LVH tends to occur in patients with comorbid coronary artery diseases, valvular heart diseases, reduction ejection fraction, and type II diabetes mellitus. The concentric remodeling and normal geometry were never dominant as the most common geometry pattern in the hypertension patients studied.
Karakteristik Pekerja Industri Tekstil yang Terdiagnosis Kanker di Purwakarta Tiara Oktaviani; Riri Risanti; Agung Firmansyah Sumantri
Jurnal Integrasi Kesehatan dan Sains Vol 3, No 2 (2021): Jurnal Integrasi Kesehatan dan Sains
Publisher : Universitas Islam Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29313/jiks.v3i2.7356

Abstract

Pekerja industri berisiko terkena kecelakaan, kecacatan, dan kematian akibat kerja. Hasil survei dari International Labour Organization menunjukkan bahwa prevalensi terbesar penyebab kematian yang berhubungan dengan pekerjaan disebabkan oleh kanker sebesar 8%. Kanker merupakan pertumbuhan sel yang tidak terkontrol diikuti proses invasi ke jaringan sekitar dan penyebaran ke bagian tubuh yang lain. Penyakit ini diketahui berhubungan dengan lingkungan kerja salah satunya industri tekstil karena terpapar oleh zat-zat karsinogenik. Penelitian ini bertujuan mengetahui karakteristik pasien kanker yang bekerja di industri tekstil berdasar atas usia, jenis kelamin, dan jenis kanker yang terdiagnosis di RSUD Bayu Asih dan RS Dr. Abdul Radjak Purwakarta tahun 2018–2019. Penelitian ini menggunakan metode observasional deskriptif dengan melihat data rekam medis pasien kanker di RSUD Bayu Asih dan RS Dr. Abdul Radjak Purwakarta selama bulan Maret–Desember 2020 dengan rancangan cross-sectional. Didapatkan kejadian kanker pada pekerja industri tekstil lebih tinggi pada perempuan 61% daripada laki-laki 39%. Berusia 46–55 tahun 58%, usia 36–45 tahun 35%, dan jenis kankernya, yaitu kanker paru 26%, kanker payudara 23%, dan kanker kulit 13%. Simpulan penelitian ini adalah mayoritas pekerja industri tekstil yang terdiagnosis kanker adalah perempuan, berusia 46–55 tahun, serta jenis kanker adalah kanker paru dan kanker payudara. CHARACTERISTICS OF TEXTILE INDUSTRY WORKERS DIAGNOSED WITH CANCER IN PURWAKARTAIndustrial workers are at high risk of accidents, injuries, and death due to work. The survey results from the International Labor Organization show that the highest prevalence of work-related deaths is cancer at 8%.  Cancer is an uncontrolled growth of cells following the invasion of surrounding tissues and spread to the other parts of the body. These diseases are known related to the work environment, one of them being the textile industry because it is exposed to carcinogenic substances. This study aims to determine the characteristics of cancer patients who work in the textile industry based on age, gender, and type of cancer diagnosed at the Bayu Asih Regional General Hospital and Dr. Abdul Radjak Hospital Purwakarta in 2018–2019. This study used a descriptive observational method by looking at the medical record data of cancer patients at Bayu Asih Regional General Hospital and Dr. Abdul Radjak Hospital Purwakarta during March–December 2020 with a cross-sectional design. It found that the cancer incidence in textile industry workers was 61% higher for women than 39% for men. Age 46–55 years 58%, age 36–45 years 35%, and the type of cancer, namely lung cancer 26%, breast cancer 23%, and skin cancer 13%. This study concludes that the textile industry workers majority diagnosed with cancer are women, aged 46–55 years, and the types of cancer are lung and breast cancer.
Karakteristik dan Jumlah Leukosit pada Anak Penderita Leukemia Limfoblastik Akut yang Menjalani Kemoterapi Fase Induksi di Rumah Sakit Al Islam Bandung Fairuz Fakhri Luthfiyan; Lia Marlia Kurniawati; Ieva B. Akbar
Jurnal Integrasi Kesehatan dan Sains Vol 3, No 2 (2021): Jurnal Integrasi Kesehatan dan Sains
Publisher : Universitas Islam Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29313/jiks.v3i2.7325

Abstract

Leukemia limfoblastik akut (LLA) adalah kelompok keganasan heterogen dengan sejumlah kelainan genetik khas yang menghasilkan berbagai perilaku klinis dan respons terhadap terapi. Pasien LLA pada umumnya identik dengan jumlah leukosit yang tinggi. Terapi saat ini adalah dengan cara kemoterapi yang terdiri atas 3 fase, yaitu induksi, konsolidasi, dan pemeliharaan. Keberhasilan kemoterapi ditentukan banyak faktor antara lain adalah terjadi remisi setelah kemoterapi fase induksi. Penelitian ini bertujuan mengetahui karakteristik dan jumlah leukosit pada anak penderita LLA setelah fase induksi kemoterapi. Metode yang digunakan adalah deskriptif dengan rancangan potong lintang yang menggunakan data rekam medik pasien LLA usia 0–15 tahun periode tahun 2019. Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Sakit Al Islam Bandung selama bulan Oktober 2020 dan teknik pengambilan data menggunakan total sampling. Pada penelitian ini didapatkan 137 data rekam medik dan yang memenuhi kriteria inklusi sebanyak 74 data. Kasus LLA paling banyak terjadi pada usia 0–5 tahun pada 41 pasien (55%), jenis kelamin laki-laki 43 pasien (58%), status gizi baik 46 pasien (62%), dan morfologi sumsum tulang remisi 63 pasien (85%). Selain itu, jumlah leukosit 4.500–13.500/mm3 pada 52 pasien (70%) dan remisi sumsum tulang terbanyak pada jumlah leukosit 4.500–13.500/mm3 pada 45 pasien (61%). Simpulan, karakteristik pasien LLA terbanyak laki-laki, usia 0–5 tahun, status gizi baik, dan morfologi sumsum tulang remisi. CHARACTERISTICS AND NUMBER OF LEUKOCYTES IN CHILDREN WITH ACUTE LYMPHOBLASTIC LEUKEMIA WHO UNDERWENT INDUCTION PHASE CHEMOTHERAPY AT AL ISLAM HOSPITAL BANDUNGAcute lymphoblastic leukemia is a heterogeneous group of malignancies with several characteristic genetic disorders that produce various clinical behaviors and responses to therapy. Acute lymphoblastic leukemia (ALL) patients are generally synonymous with high leukocyte counts. Current therapy is chemotherapy which consists of 3 phases, namely induction, consolidation, and maintenance. The success of chemotherapy is determined by many factors, including remission after the induction phase of chemotherapy. This study aims to determine the characteristics and number of leukocytes in children with ALL after the chemotherapy induction phase. The method used was descriptive with a cross-sectional design using medical records of ALL patients aged 0–15 years of 2019 period. The study was conducted in Al Islam Hospital Bandung during October 2020, and the data collection technique used total sampling. In this study, there were 137 medical record data and 74 data that met the inclusion criteria. Most ALL cases occurred at the age of 0–5 years in 41 patients (55%), male gender 43 patients (58%), good nutritional status 46 patients (62%), and remission bone marrow morphology 63 patients (85%). In addition, the leukocytes count was 4,500–13,500/mm3 in 52 patients (70%), and the highest bone marrow remission was in the leukocytes count 4,500–13,500/mm3 in 45 patients (61%). In conclusion, characteristics of most ALL patients are male, age of 0–5 years with good nutritional status and bone marrow morphology showing remission. 
Hubungan Kadar HbA1c dengan Glukosuria pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 di RSUD Al-Ihsan Bandung Provinsi Jawa Barat Nadia Maytresia Driva; Waya Nurruhyuliawati; Ieva B. Akbar
Jurnal Integrasi Kesehatan dan Sains Vol 3, No 2 (2021): Jurnal Integrasi Kesehatan dan Sains
Publisher : Universitas Islam Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29313/jiks.v3i2.7326

Abstract

Diabetes melitus (DM) merupakan penyakit kronis yang disebabkan oleh kekurangan produksi insulin atau akibat ketidakefektifan insulin yang diproduksi. Kekurangan tersebut meningkatkan konsentrasi glukosa yang akan merusak berbagai macam sistem tubuh, salah satunya organ ginjal. Pada DM, glukosa urine dapat ditemukan apabila kadar glukosa darah sudah melebihi threshold ginjal. Tujuan penelitian ini mengetahui hubungan antara kadar HbA1c dan glukosuria pada pasien diabetes melitus tipe 2. Penelitian ini menggunakan metode analitik observasional dengan proses pendekatan cross-sectional. Data penelitian menggunakan rekam medis pasien DM tipe 2 di RSUD Al-Ihsan periode Januari–Desember 2019 dengan jumlah subjek yang memenuhi kriteria inklusi dan tidak termasuk eksklusi sebanyak 66 orang yang terdiri atas 24 laki-laki (36%) dan 42 perempuan (64%), rentang usia tertinggi 40–65 tahun sebanyak 45 orang (68%). Analisis bivariat menggunakan uji chi-square didapatkan hasil analisis hubungan kadar HbA1c dengan glukosuria dengan nilai p=0,036 dan nilai r=0,243. Berdasar atas hasil penelitian disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara kadar HbA1c dan glukosuria pada pasien DM dengan korelasi positif lemah. Hal ini tidak semata-mata dapat menjadikan HbA1c menjadi kriteria diagnosis DM karena menurut beberapa penelitian yang dilakukan sebelumnya, HbA1c dapat meningkat pada penyakit ginjal (nefropati DM), kanker, uremia, dan iskemia serebral. Hal serupa terjadi pada glukosuria yang kejadiannya tidak selalu terjadi pada pasien dengan DM. Oleh karena itu, korelasi positif lemah pada penelitian ini kemungkinan disebabkan oleh faktor-faktor yang telah disebutkan di atas. RELATIONSHIP BETWEEN HBA1C LEVELS AND GLUCOSURIA IN TYPE 2 DIABETES MELLITUS PATIENTS IN AL-IHSAN REGIONAL GENERAL HOSPITAL WEST JAVA PROVINCEDiabetes mellitus (DM) is the production of a chronic disease caused by a lack of insulin or the ineffectiveness of the insulin produced. This deficiency causes an increase in blood glucose concentrations, which will damage various body systems, one of which is the kidneys. In people with DM, urine sugar can be found that blood glucose levels have exceeded the kidney threshold. The purpose of this study was to determine the relationship between HbA1c levels and glucosuria in type 2 DM patients. This study used an observational analytical method with a cross-sectional approach. The research data used the medical records of type 2 DM patients at Al-Ihsan Regional General Hospital during January–December 2019 with 66 people who met the inclusion and exclusion criteria, consisting of 24 men (36%) and 42 women (64%), the age range was between 40–65 years as many as 45 people (68%). Bivariate analysis using the chi-square test resulted in the analysis of the relationship between HbA1c levels and glucosuria with a p value of 0.036 and an r value of 0.243. Based on the results of the study, it was abbreviated that there was a relationship between HbA1c levels and glucosuria in DM patients with a low positive correlation. Nevertheless, HbA1c cannot be defined as the only criteria for DM diagnostic because, according to other studies, HbA1c can also increase in kidney disease (DM nephropathy), cancers, uremic, and cerebral ischemia. The same things happened to glycosuria which not only appears on DM patients. Therefore, the low positive correlations in this study might be happening because of those factors.

Page 1 of 3 | Total Record : 21